Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN LOW BACK PAIN DAN
LAPORAN KASUS LOW BACK PAIN

OLEH :

AGUS MANSYAH, S.KEP.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES CIREBON
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
AGUS MANSYAH, S.KEP
STIKES CIREBON

A. KONSEP DASAR LBP


1. Pengertian
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Pekerja yang menderita LBP
merasa nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah dan dapat menjalar ke
kaki terutama bagian sebelah belakang dan samping luar (Depkes, 2009)
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal,
nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono,
2000)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat
pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya
tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien.
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter
vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri
kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya
otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan
otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Guna kerangka
o Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).
o Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
o Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan otot.
o tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
o Memberi bentuk pada bangunan tubuh.
b. Ruas-ruas tulang belakang.
Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada bedanya
sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.
Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :
1) badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan kuat,terletak
disebelah depan.
2) Lengkung luas.
Bagian yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang terletak di
sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
o Prosesus spinosus / taju duri.
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.
o Prosesus tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
o Prosesus artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).
c. Fungsi ruas tulang belakang.
1) Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..
2) Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3) Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
4) Menentukan sikap tubuh.
5) Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara masing-
masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara ruas
sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk. Disamping itu disebelah
depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut kenyal yang
memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.
6) Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu saluran
yang disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis) yang
didalamnya terdapat sum-sum tulang belakang.
d. Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.
1) Vertebra sedrvikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan
lubang ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat lalunya
syarap yang disebutFor Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas
pertama vertebra servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala berputar
kekiri dan kekanan. Ruas kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang
disebut Prosesus Prominan,taju ruiasnya agak panjang.
2) Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya besar
dan kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada daerah bagian dataran
sendi sebelah atas,bawah,kiri dan kanan ini membentuk persendian dengan
tulang iga.
3) vertebra lumbalis (tulang pinggul) terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya besar,tebal
dan kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak menonjol
disebut Promontorium.
4) vertebra sakralis (ruas tulang kelangkang) terdiri dari 5, yang
membentuk sakrum atau tulang kelangkang.
5) vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan
menjadi sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit
karena membentuk persendian dengan sacrum.

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUaNG BAWAH (LOW BACK PAIN


/ LBP)
3. Etiologi
1) Low Back Pain karena kelainan tulang punggung
Kelainan tulang punggung (Spine) sejak lahir. Keadaan ini lebih dikenal dengan
istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso (2001) kelainan-kelainan kondisi
tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian
karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low
back pain yang disertai dengan skoliosis ringan. Selain itu ditandai pula adanya
dua buah vertebra yang melekat menjadi satu, namun keadaan ini tidak
menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena
tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit
spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat seperti club foot, rudimentair
foof, kelayuan pada kaki dan sebagainya, namun jika lubang tersebut kecil tidak
akan menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
a) Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae
dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo,
2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35
tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan
bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).
Soeharso (2001) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini adalah penderita
memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan
panggul terlihat pendek, pada punggung terdapat penonjolan processus
spinosus vertebra yang menimbulkan skoliosis ringan, nyeri pada bagian
punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah, pemeriksaan X-ray
menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan garis depan
corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis spina
corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
b) Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua atau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadaan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang
ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso, 2001).
2) Low Back Pain karena trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain
(Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan
otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun
pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan, 2008).
Soeharso (2001), menyatakan secara patologis anatomi, pada Low Back Pain
yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan seperti:
a) Perubahan pada sendi sacro-iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri
pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk
dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan lassague symptom positif dan
pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
b) Perubahan pada sendi lumba sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum,
dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan
dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
3) Low Back Pain karena kerusakan jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada
tempat yang mengalami sakit.
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan Low Back Pain yang disebabkan oleh
perubahan jaringan antara lain:
a) Osteoatritis (Spondylosis Deformant)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga
menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada
otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti
saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang
hingga ke pinggang (Idyan, 2008).
b) Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat berktifitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe 1995
dalam Idyan,2008).
c) Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas
dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis,
disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
4) Low Back Pain pengaruh gaya berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi
pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum
dan sebagainya (Soeharso, 2001). Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan
berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya
Low Back Pain (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya Low Back Pain akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan
terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan
postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).
Low Back Pain dapat merupakan akibat dari kehidupan sehari hari (seperti postur
tubuh yang buruk saat beraktivitas), Low Back Pain merupakan akibat dari
beberapa penyakit lain. Sebagian besar kasus nyeri punggung terkait dengan
masalah mekanik sederhana, kurang dari 5% menandakan nyeri akar syaraf dan
kurang dari 2 % menggambarkan patologi tulang yang serius.
Low Back Pain dapat diperburuk atau dicetuskan oleh sejumlah faktor yaitu, postur
tubuh yang buruk, kurang berolahraga, berdiri atau membungkuk dalam waktu yang
lama, kegemukan, mengangkat, menjinjing, mendorong atau menarik beban yang
terlalu berat dan cara yang salah atau tidak ergonomis (Archard dan Bull,
2002).Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari
berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut,
ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang
belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis,
ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan
ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah
psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal
akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak
dipengaruhi oleh aktifitas.

4. Tanda dan Gejala


Pasien biasanya engeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis dan
kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya
sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas
tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris
bersama dengan derajat ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai
dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai
hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas
tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal
akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan
dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah
bisa merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor
lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung
bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan
dan situasi kerja.
5. Pathway
Pathway LBP

Masalah muskulskeletal, trauma, masalah pelvis, tumor

Kontraksi punggung

Tulang belakang menyerap goncangan vertical

Terjadi perubahan struktur atas


fibrofertilago dan matriks gelatinus

otot abdominal dan fibrokartilago padat


toraks melemah dan tidak teratur

mobilitas fisik terganggu takut bergerak penonjolan diskus/


kerusakan sendi pusat

Gangguan aktivitas terganggu menekan akar saraf


mobilitas fisik

perawatan diri berkurang Nyeri dipersepsikan

takut bergerak
Defisit Perawatan Diri Nyeri akut

berbaring lama

kerusakan sel epidermis RAS teraktivasi

nekrosis, kulit retak REM menurun

klien terjaga
Risiko kerusakan
integritas kulit
Gangguan
pola tidur
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Neurofisiologik
a) Electromyography (EMG)
b) Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari
3-4 minggu
c) Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis,
pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.
d) Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan
mielopati spinal.
2. Radiologik
a) Foto polos.
b) Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.
c) Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.
d) Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)
e) Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP
perlengketan
f) Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive
3. Laboratorium
a) Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor
rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
b) Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
c) Likuor serebrospinal (atas indikasi)

7. Komplikasi
a. Depresi
b. Pada pasien low back pain memiliki kecenderungan mengalami depresi sehingga
akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan, dan aktivitas sehari-hari
klien. Apabila depresi yang dialami pasien berlangsung lama akan dapat
menghambat waktu pemulihan low back pain.
c. Berat Badan
d. Pasien low back pain biasanya akan mengalami nyeri yang hebat dibagian
punggung bawah yang menyebabkan aktivitas dan gerakan pasien terhambat.
Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan pasien dapat menyebabkan kenaikan
berat badan dan obesitas. Selain itu, low back pain dapat mengakibatkan lemahnya
otot. Lemahnya otot akibat hanya berdiam dalam 1 posisi akan mengakibatkan
akumulasi lemak dalam tubuh menjadi banyak.
e. Kerusakan Saraf
Low backapain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah pada vesika
urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan menderita inkontinensia.

8. Penatalaksanaan
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu
dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat
tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi
pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat
mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur
ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring
dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah
kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-
kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi.
Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi
memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa
meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres
lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan
perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam
bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena
ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang
ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat
pembengkakan pada stadium akut.
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik
digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan
untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat
mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka
pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis
yang terjadi akibat gangguan iskemia.
9. Pencegahan
Ada beberapa cara mencegah terjadinya Low Back Pain pada pekerja (Anderson, 2002)
yaitu :
a. Berelaksasi setiap duduk selama 20 – 30 menit, berdiri meluruskan punggung dan
berjalan jalan setiap 1 jam sekali sangat berguna untuk mencegah ketegangan otot.
b. Hindari posisi duduk yang sama selama 20 – 30 menit
c. Upayakan jangan duduk pada kursi yang terlalu tinggi
d. Pada saat bekerja posisi duduk jangan duduk dengan membengkokkan punggung.
e. Jangan duduk pada kursi yang tidak ada sandarannya.
f. Selama duduk perlu menghindari duduk tanpa sokongan lengan bawah karena
dapat menyebabkan nyeri pada bahu dan punggung.

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi klien akan meningkat ketika nyeri dirasakan oleh klien.
Pemberian oksigen dapat diberikan pada saat klien merasa nyeri
2. Kebutuhan Nutrisi
Adanya rasa nyeri yang dirasakan klien dapat menurunkan nafsu makan klien, sehingga
pemenuhan kebutuhan nutrisi klien akan beresiko terganggu.
3. Kebutuhan aktivitas
Aktivitas klien terganggu, klien akan mengalami gangguan dalam berjalan, berjalan
dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena.
Keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan Sebagian aktivitas atau
seluruhnya memerlukan bantuan keluarga.
4. Konsep diri
Gejala ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga. Klien akan tampak cema, depresi, menghindar dari keluarga atau orang
terdekat
5. Kebutuhan Rasa Aman
Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi membuat klien merasa tidak
aman saat melakukan aktivitas karena adanya resiko jatuh.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria
dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda
berat).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri punggung bawah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Provocative : Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda
berat).
b) Quality/Quantity : Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,
mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji
penyebaran nyeri, apakah bersifat radikular atau nyeri acuan (refered pain).
Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin nyeri.
Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan-
gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau jangka waktu
yang lama dan nyeri berkurang bila dibuat istirahat atau berbaring. Sifat nyeri
khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan menjalar ke
bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah. Nyeri bertambah bila
ditekan didaerah L5-S1 (garis antara dua krista iliaka).
c) Region/daerah : Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri
dengan setempat-tempatnya sehingga letak nyeri dapat diketahuai dengan
cermat.
d) Severity scale : Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan nyeri seperti berjalan,
menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang
sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien menggunakan obat
tersebut.
e) Timing : Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah
yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).
3) Riwayat kesehatan saat ini
Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang
berat, pengkajian yang dapat meliputi keluhan paraparesis flisid, parestesia, dan
retensi urine. Keluhan pada punggung bawah, ditengah-tengah area pantat dan
betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan
(parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi
persarafan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga bisa
minimbulkan nyeri pinggang bawah yang keluhannya hampir mirip dengan
keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakkan masalah klien lebih
komprehensif dan memberikan dampak terhadapintervensi keperawatan
selanjutnya.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita
tuberkolosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks), dan
metabolik (osteoporosis) yang semua penyakt ini sering berhubungan dengan
kejadian dan meningkatkan resiko terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP).
Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat
cidera tulang belakang, diabetes melitus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini
berguna sebagia data untuk melakukan tindakan lainnya dan menghindari
komplikasi.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan
diabetes militus.
c. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesa. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan perissitem dan terarah (B1-B6)
dengan fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan dihubngkan
dengan keluhan klien.
1) Keadaan Umum, pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami
penurunan kesadaran. Adanya perubahan padatanda-tanda vital brakikardi,
hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya
paraparise.
a) B1 (Breating) jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada
pemeriksaan:
 Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak napas , dan
frekuensi pernapasan normal.
 Palpasi, ditemukan taktil fremitus kiri dan kanan.
 Perkusi, ditemukan adanya sura resonan pada seluruh lapang paru.
 Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi napas tambahan.
b) B2 (Blood), bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya
kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi,
tidak ditemukan bunyi jantung tambahan.
c) B3 (Brain), merupakan pemeriksaan fokus yang lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem yang lain. Inspeksi umum, kurvatura yang berlebihan,
pendataran arkus lumbal, adanya anglus, pelvis miring/asimetris, postur
tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan
tungkai selama bergerak.
d) B4 (Bladder), kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal.
e) B5 (Bowel), pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan
nutrisi yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan
penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini
dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
f) B6 (Bone), adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan
karena danya nyeri, kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah
menyebabkan masalah padapola aktivitas dan istirahat. Inspeksi, karvatura
yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang
miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau bokong yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam
melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama
bergerak. Palapasi, ketika meraba kolumna vertebratalis, cari kemungkinan
adanya deviasi kelateral antroposterior. Palapsi pada daerah yang ringan rasa
nyerinya kearah yang paling terasa nyeri.
2) Tingkat Kesadaran: Tingkat kesadaran klien biasanya kompos mentis.
3) Pemeriksaan fungsi serebri: Status mental, observasi penampilan klien dan
tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan
aktivitas motirik. Status mental klien yang telah lama menderita HNP biasanya
mengalami perubahan.
4) Pemeriksaan saraf kranial
 Saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
tidak ada kelainan.
 Saraf II, hasil tesketajaman penglihatan biasanya normal.
 Saraf III, IV, dan V, klien biasanya mengalami kesulitan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor.
 Saraf VI, pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
 Saraf VII, persepsi pengecapan dalam bats normal, wajah simetris.
 Saraf VIII, tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi.
 Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
 Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
 Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi, indra pengecapan normal.
5) Sistem motorik
a) Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan ibu
jari, dan jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak fleksi
dan ekstensi lalu menahan gerakan tersebut.
b) Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan dan kiri.
c) Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
6) Pemeriksaan refleks
a) Refleks achilles pada HNP L4-L5 negatif.
b) Reflek lutut/patella pada HNP lateral di L4-L5 negatif.
c) Sistem sensorik: Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa
dalam dan rasa getar untuk menentukan dermatom yang terganggu sehigga
dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus
dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak memebingungkan klien.
Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang
paling terasa nyeri.

2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


Berdasarkan pengkajian diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien yang
mengalami nyeri punggung bawah adalah sebagai berikut.
a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system syaraf vascular)
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan
berkurangnya kelenturan
c. Resiko jatuh

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan: Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan
system syaraf vascular)
Tindakan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang
(skala 0-2)
Kriteria Hasil:
A. Klien mengalami berkurang atau hilangnya nyeri:
1. Istirahat dengan nyaman
2. Mengubah posisi dengan nyaman
3. Nyeri hilang melalui penggunaan modalitas fisik, teknik psikologis dan
meditasi
4. Menghindari ketergantungan obat
B. Tanda-tanda vital klien normal
1. Suhu:36,5-37,5 derajat Celsius
2. RR:16-24x/menit
3. Tekanan darah:110-130/70-90mmHg
4. Nadi: 60-90x/menit
No Intervensi Rasional
1 Dorong klien untuk tirah baring dan Memperbaiki posisi lumbal untuk
perubahan posisi, untuk memperbaiki mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
posisi lumbal klien.
2 Ajarkan klien teknik relaksasi untuk Dengan teknik relaksasi untuk
mengontrol dan menyesuaikan nyeri mengalihkan perhatian nyeri.
3 Ajarkan dan anjurkan untuk Dengan melakukan pernapasan
melakukan pernapasan diafragma diafragma dapat mengurangi tegangan
untuk mengurangi tegangan otot otot sehingga klien dapat rileks dan
nyeri klien berkurang
4 Upayakan untuk mengalihkan Dengan mengalihkan perhatian, nyeri
perhatian klien: membaca, bercakap- klien yang dirasakan dapat berkurang
cakap, menonton TV
5 Berikan masase jaringan lunak dengan Memberikan masase pada jaringan
lembut, untuk mengurangi spasme lunak dengan lembut dapat
otot, memperbaiki peredaran darah, memberikan rasa rileks, untuk
mengurangi bendungan, dan mengurangi spasme otot, memperbaiki
mengurangi nyeri peredaran darah, mengurangi
bendungan, dan mengurangi nyeri
Paham, ajarkan, dan bantu klien Dengan memberikan pemahaman,
cara penggunaan TENS, karena pengajaran dan bantu klien dapat
dapat menyebabkan distritmia mengerti tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien dank lien dapat
mendemonstrasikan tindakan
keperawatan
7 Catat respons klien terhadap Dengan mencatat respon klien dapat
berbagai modalitas memberikan tindakan klien selanjutnya
penatalaksanaan nyeri
Berikan obat sesuai order Dengan memberikan obat sesuai order
akan memberikan ketepatan terapi yang
diberikan oleh klien.
b. Diagnosis Keperawatan: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat
mengalami mobilitas fisik
Kriteria Hasil
A. Klien menunjukkan kembalinya mobilitas fisik:
1. kembali ke aktivitas semula secara bertahap,
2. menghindari posisi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan spasme otot
3. merencanakan atau jadwal istirahat baring setiap hari
B. Tanda-tanda vital klien normal
1. Suhu:36,5-37,5 derajat Celsius
2. RR:16-24x/menit
3. Tekanan darah:110-130/70-90mmHg
4. Nadi: 60-90x/menit
No Intervensi Rasional
1 menantau secara kontinu mobilitas Memantau secara kontinu mobilitas
fisik klien, bergerak dan berdiri akan mengetahui aktivitas klien
2 Bantu klien merubah posisi secara Dengan merubah posisi klien secara
perlahan perlahan akan meningkatkan latihan
mobilitas fisik pada klien
3 Ajarkan klien cara yang tepat turun Dengan memberikan cara yang tepat
dari tempat tidur, dengan nyeri turun dari tempat tidur, hal ini untuk
minimal mencegah terjadinya injuri dan nyeri
4 Sampaikan dan ingatkan klien tidak Gerakan memutar dan melenggok
boleh melakukan gerakan memutar akan meningkatkan nyeri pada klien.
dan melenggok
5 Dorong klien melakukan ganti posisi, Dengan terus melakukan pergantian
berbaring, duduk, berjalan. Namun posisi berbaring, duduk, berjalan
tidak boleh dalam waktu yang lama/ akan meningkatkan mobilitas fisik
terus menerus dan mengurangi terjadinya kerusakan
integument klien
6 Buat jadwal periode istirahat berbaring Dengan membuat jadwal periode
di tempat tidur beberapa kali sehari istirahat berbaring akan
bersama-sama klien. memaksimalkan pengurangan nyeri
pada klien.
7 Dorong klien untuk mematuhi jadwal Dengan mematuhi latihan yang
latihan yang sudah dbuat dan dibuat akan memberikan latihan
meningkat latihan secara bertahap maksimalkan mobilitas klien.

c. Diagnosis keperawatan : resiko jatuh


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam tidak terjadi jatuh pada
klien.
Kriteria hasil ;
Jatuh atau cidera tidak terjadi
No. Intervensi rasional
1. Pasang side rail pada tempat tidur pasien Dapat mengurangi resiko jatuh saat
pasien di tempat tidur
1. Modifikasi lingkungan untuk Lingkungan juga dapat
menghilangkan kemungkinan bahaya mempengaruhi resiko cidera
2. Letakkan benda dimana klien dapat Tindakan ini dapat mengurangi
meraihnya tanpa klien menjangkau resiko jatuh
terlalu jauh
3. Bantu klien dn keluarga mengevaluasi Perlunya untuk mempertahankan
lingkungan untuk kemungkinan bahaya lingkungan yang aman untuk
mencegah resiko cidera (jatuh)
DAFTAR PUSTAKA

Bimariotejo. (2009). N. Factors Associated with lock pain in Hospital Employees.


Johannesburg: University Of the Witwatersrand..
Bimariotejo. (2009). Nyeri Pinggang Bawah. Di unduh Juni 2017. dari
http://bimaariotejo.wordpress.com/2009/07/07/low-back-pain-lbp.
Idyan, Z.2008.Hubungan Lama duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan Low BackPain.
Diambil 22 Juli 2017 dari http://inna-ppni.or.id.
Kemenkes RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087 tahun 2010 tentang
Standar Kesehatandan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta.
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/05/Kepmenkes-1087-
Standar-K3-RS.pdf diakses 24 Oktober 2017
Nanda Internasional. (2015). Diagnosa keperawatan: defenisis dan klasifikasi 2015-2017
(10Th ed). Jakarta:EGC.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan , konsep, proses
dan praktik, edisi 4 volume 2. (Renata Komalasari, S.Kp, dkk., Penerjemah). Jakarta :
EGC.
Smeltzer, S., C & Bare, B., G. (1996). Brunner & Suddarth Textbook Of Medical Surgical
Nursing , Alih bahasa Agung Waluyo...(et al), (ed 8). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai