Anda di halaman 1dari 47

1 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

syem firdaus
HOME DAFTAR ISI SOFWARE GALERY ABOUT CONTAK

Kamis, 13 November 2014 Arsip Blog

▼  2014 (3)
SKRIPSI DIABETES MELLITUS ▼  November (3)
SECTIO CAESARIA (SC)
ASKEP HIPERTENSI
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN  SKRIPSI DIABETES
KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI RSUD MELLITUS

KABUPATEN MAMUJU
Translate
TAHUN 2014
Pilih Bahasa
              Diberdayakan oleh Terjemahan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan

judul  “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus Di RSUD

Kabupaten Mamuju tahun 2014”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju.

Tak lupa Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam

yang terang benderang.

Pelaksanaan penelitian hingga akhir penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

peran serta berbagai pihak. Banyak bantuan dan bimbingan yang penulis dapatkan

dari berbagai pihak dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam penulisan skripsi

ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang

sedalam- dalamnya kepada kedua orang tua penulis yakni kepada Ayahanda tercinta

ABD. HALE.R dan Ibunda tercinta Hj. HALIMAH atas segala pengorbanan, kasih

sayang dan jerih payahnya selama membesarkan dan mendidik, serta doanya demi

keberhasilan penulis. Terimakasih juga kepada  seluruh keluarga besar atas segala

do’a dan bantuannya kepada penulis sehinggan dapat menyelesaikan skripsi ini.

Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih kepada :
1.      Ibu Hj.Salma Andi Ara Selaku Ketua Yayasan Nurul Fadhilah Mamuju

2.      Bapak H. Arif Daeng Mattemmu, SE, M.Kes Selaku Ketua BPH

3.          Bapak Ns, Samsualam, SKM.,S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan St. Fatimah Mamuju

4.      Bapak Dr. H. Kudding Harli selaku direktur STIKES St. Fatimah Mamuju.

5.      Ibu Ns. Rubiah R, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKES St. Fatimah Mamuju

6.          Ibu Ns. Yulianan D, S.Kep.,M.Kes selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES St. Fatimah Mamuju

7.      Bapak Ns, Safriadi Darmansyah AR.S.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu

Ririn Fatmawati SKM.,M.Kes selaku pembimbing II

8.      Bapak Sahabuddin, SKM.,M.Kes selaku Penguji I dan Bapak H. Adrian Haruna,

MM.,MBA selaku penguji II

9.          Para Bapak / Ibu Dosen (Khususnya seluruh Dosen Program Studi Ilmu

Keperawatan) yang telah membekali ilmu kepada penulis

10.  Ibu Dr. Titin Hayati, MARS selaku Direktur RSUD Mamuju Kabupaten Mamuju

Provinsi Sulawesi Barat

11.  Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju

khususnya angkatan 2010 yang telah banyak membantu dalam   penyusunan

skripsi ini.

12.  Untuk semua teman – teman dekat,  yang tidak bisa saya sebut satu persatu ,

terima kasih karna telah menjadi teman yang baik selama ini dan terima kasih

untuk bantuan kalian. Semoga kita akan sama-sama tersenyum bangga untuk

keberhasilan kita, Insya Allah

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah

diberikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangn

dan kesalahan yang disebabkan keterbatan penulisan dalam berbagai hal, oleh karena

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, penulis

akan menerimanya dengan senang hati. Mudah mudahan skripsi ini dapat menjadi

bahan informasi bagi para pembaca

                                                                                    Mamuju, 20  Agustus 2014

                                                                                                  penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................   i


HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................   ii
HALAMAN PENGESAHAN  .......................................................................   iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................   iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................   ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................  x
BAB I PENDAHULUAN
A.    latar Belakang Masalah...........................................................................   1  
B.     Perumusan Masalah.................................................................................   5
C.     Tujuan Penelitian.....................................................................................   5
D.    Manfaat Penelitian..................................................................................   6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum  Tentang Diabetes Mellitus...........................................   8
B.     Tinjauan Umum Tentang  Umur.............................................................   27
C.     Tinjauan Umum Tentang Jenis Kelamin.................................................   28
D.    Tinjauan Umum Tentang Riwayat Keluarga...........................................   29
E.     Tinjauan Umum Tentang Merokok.........................................................   30
BAB III KERANGKA KONSEP
A.    Dasar pemikiran pariabel penelitian........................................................   33
B.     Kerangka pikir dan variabel penelitian....................................................   36
C.     Defenisi operasional dan kriteria objektif...............................................   37
D.    Hipotesis kerja.........................................................................................   39
BAB IV METODE PENELITIAN
A.      Desain Penelitian.....................................................................................  
40
B.       Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................
  40
C.       Populasi dan Sampel...............................................................................  
40
D.      Alur penelitian.........................................................................................   
43
E.       Pengumpulan Data..................................................................................  
44
F.        Pengelolaan dan Penyajian
Data.............................................................   44
G.      Etika Penelitian.......................................................................................  
46
BAB  V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil penelitian .......................................................................................   47
B.     Pembahasan.............................................................................................   55

C.     Keterbatasan penelitian ..........................................................................   62


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan ............................................................................................   63


B.     Saran ......................................................................................................   63
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
viii
ix

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

          Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang

berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit

jantung, yang   merupakan salah satu masalah kesehatan yang

besar. Diabetes Mellitus dari bahasa Yunani: διαβαίνειν,

diabaínein, tembus atau pancuran air dan bahasa Latin: Mellitus,

(rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah

penyakit kencing gula atau kencing manis yaitu kelainan

metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma

berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein. Komplikasi jangka lama termasuk

penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal

(penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat

menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat

menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi

(Supriadi S, 2013).
1
         Data dari Studi Global menunjukan bahwa jumlah penderita
Diabetes Mellitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika

tidak ada tindakan yang dilakukam, jumlah ini diperkirakan akan


meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Diabetes Mellitus telah
menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian.
1
Lembaga kesehatan dunia, atau World Health Organisation  (WHO)
mengingatkan prevalensi penderita diabetes di Indonesia berpotensi

mengalami kenaikan drastis dari 8,4 juta orang pada tahun 2000
menjadi 21,3 juta penderita di 2030 nanti. Lonjakan penderita itu bisa

terjadi jika negara kita tidak serius dalam upaya pencegahan,


penaganan dan kepatuhan dalam pengobatan penyakit. Pada tahun

2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia


Tenggara (Trisnawati, 2013).
       Diabetes kini menjelma menjadi penyebab kematian keenam

pada semua kelompok umur di Indonesia. Ada kecenderungan

penyakit tidak menular seperti Diabetes Mellitus mengalami

peningkatan. Hal ini disebabkan oleh perilaku hidup tidak sehat

yang terus berkembang di masyarakat. Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007 menunjukan pada saat ini prevalensi diabetes di

wilayah perkotaan mencapai 5,7 persen. Yang memprihatinkan,

73,7 persen pasien diabetes tersebut tidak terdiagnosa dan tidak

mengonsumsi obat (Trisnawati, 2013).

              Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007,

angka prevalensi Diabetes Mellitus tertinggi terdapat di provinsi

Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen),

diikuti Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5 persen). Sementara itu,

prevalensi Diabetes Mellitus terendah ada di provinsi Papua (1,7

persen), diikuti NTT (1,8 persen), Prevalensi Toleransi Glukosa

Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen), diikuti Sulbar

(17,6 persen) dan Sulut (17,3 persen), sedangkan terendah di Jambi

(4 persen), diikuti NTT (4,9 persen). Angka kematian akibat DM

terbanyak pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan

sebesar 14,7 persen, sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8

persen (Trisnawati, 2013).

        Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia

≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena

bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih

berusia produktif. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter


dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, Jumlah

penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun, namun mulai

umur ≥ 65 tahun cenderung menurun (Kemenkes, 2013).

                    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara

Kurnia Trisnawati tahun 2012 dengan judul faktor risiko kejadian

Diabetes Mellitus menunjukkan bahwa faktor risiko umur,  stress,

dan merokok berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus

(Trisnawati tahun 2012).

              Penderita Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju

berdasarkan data dari instalasi Rekam Medik tahun 2012 jumlah

penderita Diabetes Mellitus sebanyak 71 orang (6,01%) (terdiri

dari laki-laki 28 orang, perempuan 43 orang. Tahun 2013   jumlah

penderita Diabetes Mellitus sebanyak 98 (7,65%) orang terdiri dari

laki-laki 37 orang, perempuan 61 orang. Tahun 2014 bulan Januari

sampai April jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 43

orang (5.65%) terdiri dari laki-laki 14 orang, perempuan 29 orang.

(Data Rekam medik RSUD Mamuju, 2012-2014).

              Pengeluaran biaya kesehatan untuk Diabetes Mellitus telah

mencapai 465 miliar USD. International Diabetes Federation (IDF)

memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari

bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM

tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Melihat

bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap

kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan

yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian

Diabetes Mellitus, dan berkaca dari potensi diabetes yang bisa

menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi, maka pemerintah

serius menangani masalah penyakit tersebut guna mengurangi

faktor risiko diabetes tersebut, pemerintah telah mengeluarkan

aturan tentang kandungan gula pada makanan ringan di

Indonesia yang dimuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) No. 208/1985 tentang Pemanis Buatan dan Permenkes

No 722/1988 tentang bahan tambahan makanan.

        Diabetes Mellitus bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau

dihilangkan dengan mengendalikan faktor risiko (Kemenkes,


2010). Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yaitu usia yang

semakin bertambah, usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ

vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap

insulin. Jenis kelamin, pada wanita yang sudah mengalami

monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka

terhadap hormon insulin. Prevalensi DM pada perempuan

cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Riwayat keluarga yang

mengalami penyakit DM, faktor keturunan atau genetik punya

kontribusi yang tidak bisa diremeh untuk seseorang terserang

penyakit diabetes. Asap rokok, asap rokok ternyata menimbulkan

efek negatis terhadap kesehatan, termasuk terhadap risiko

seseorang mudah terserang penyakit Diabetes Mellitus.

              Dari uraian dan data tersebut diatas menunjukkan adanya

peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus baik secara

global, nasional maupun di daerah khususnya di RSUD

Kab.Mamuju dari tahun ketahun, oleh karena itu peneliti

menganggap pentingnya penelitian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab.

Mamuju Tahun 2014.

B.       Rumusan Masalah

            Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah Faktor-faktor apakah yang

berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab.

Mamuju tahun 2014?

C.      Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum

       Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes

Mellitus di RSUD Kab. Mamuju Tahun 2014.

2.      Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a.            Mengetahui hubungan umur dengan kejadian Diabetes

Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014


b.          Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian

Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014

c.            Mengetahui hubungan riwayat keluarga DM dengan

kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun

2014.

d.          Mengetahui hubungan Obesitas dengan kejadian Diabetes

Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

e.       Mengetahui hubungan merokok dengan kejadian Diabetes

Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

D.      Manfaat Penelitian

1.    Pendidikan

              Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan bacaan dan

referensi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan Stikes

ST Fatimah Mamuju untuk melakukan penelitian selanjutnya

dan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Diabetes

Mellitus.

2.    Pemerintah (Rumah Sakit)

       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada institusi pemerintah dalam hal ini rumah

sakit khususnya rumah sakit umum daerah kabupaten Mamuju

selaku perpanjangan tangan dari pemerintah untuk selalu

meningkatkan pelayanan kesehatan guna mengurangi, atau

mencegah dan merawat masyarakat yang mengalami Diabetes

Mellitus.

3.    Bagi Ilmu Pengetahuan (Dunia Keperawatan).

                Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan

dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan kepada

masyarakat khususnya masyarakat yang mengalami Diabetes

Mellitus.

4.    Bagi Masyarakat

              Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat secara umum dan kepada penderita dan

keluarga secara khusus tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus.


5.    Bagi peneliti berikutnya

              Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi

bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian tentang

Diabetes Mellitus.

6.    Bagi Peneliti

a.      Merupakan proses belajar memecahkan masalah secara

sistimatis dan logis yang menambah pengetahuan dan

pengalaman peneliti tentang riset keperawatan.

b.      Mendapatkan gambaran nyata tentang faktor yang

berhubungan dengan   kejadian Diabetes Mellitus di RSUD

Kab Mamuju.

c.      Merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan (S.Kep).

`BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.     Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus

1.    Pengertian

            Diabetes mellitus merupakan sekelompok heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Andra S, 2013).

              Diabetes Mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh

ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin   (Corwin,

2009).

            Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya (Purnamasari, 2009).


         Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai kom-

plikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada

membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron  (Mansjoer

A, dkk, 2005).

       Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat (Price, S dkk. 2006).


8
         Diabetes Mellitus adalah dengan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak
makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan
berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126
mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Diabetes Mellitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara

genetis dan klinis termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau

berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.

2.    Klasifikasi Diabetes mellitus

       Dalam buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah oleh Brunner & Sunddarth

dalam corwin (2009), dijelaskan bahwa klasifikasi Diabetes Mellitus adalah

sebagai berikut:

a.    DM tipe I atau Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM).

       Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang

bertugas menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin

absolut. Proses destruksi ini dapat terjadi karena proses imunologik

maupun idiopatik.

b.    DM tipe II atau Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM).

              Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin

disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan

sekresi insulin bersama resistensi insulin.

c.    Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain atau

diabetes sekunder.

d.    Diabetes Mellitus gestasional atau Diabetes Mellitus kehamilan.

3.    Etiologi

a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)

            Diabetes type ini ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.

Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan

diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta, diabetes ini biasanya

terjadi pada usia 30 tahun.

1)  Faktor Genetika

       Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes type I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya diabetes type I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)

tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

Dalam buku patofisiologi Sylvia A. Price, dijelaskan bahwa bukti

untuk determinan genetik diabetes tipe I adalah adanya kaitan dengan

tipe-tipe histokompatibilitas (Human Leukocyte Antigen) spesifik. Tipe

gen ini berkaitan dengan DM tipe I yakni memberi kode kepada protein-

protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limposit.

Protein-protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian

normal dari respon imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limposit T yang

terganggu akan berperan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel

pulau langerhans. Selain itu juga terdapat bukti adanya peningkatan

antibodi terhadap sel-sel pulau langerhans yang ditujukan terhadap

komponen antigenik tertentu dari sel beta.

2)  Faktor Imunologi

Pada Diabetes type I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun.

Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut

yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi

terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna)

terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun

sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes type I.

3)  Faktor Lingkungan

Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella,

sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang

terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun

yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas.

b.   Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)

            Virus dan HLA tidak nampak berperan dalam proses terjadinya

NIDDM. Akan tetapi faktor herediter memainkan peran yang sangat besar.

Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan

proses terjadinya DM Type II yaitu usia, obesitas, riwayat keluarga, dan

kelomok etnik tertentu.

1)  Usia

            Resistensi insulin cenderung terjadi pada usia diatas 65 tahun. 

Meningkatnya usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan


fungsi pankreas menjadi menurun sehingga produksi insulin oleh sel

beta pankreas juga ikut terganggu.

2)  Obesitas

Riset melaporkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor

determinan yang menyebabkan terjadinya NIDDM, sekitar 80% klien

NIDDM adalah individu dengan masalah kegemukan atau obesitas

(20% diatas BB ideal) karena obesitas berkaitan dengan resistensi

insulin sehingga akan timbul kegagalan toleransi glukosa.

            Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme

tubuh. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup

menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah

reseptor insulin menurun atau mengalami kelainan dalam pengikatan

dengan insulin. Kondisi seperti ini apabia berlangsung dalam waktu

yang lama maka akan menye-babkan terjadinya resistensi insulin.

3)  Riwayat Keluarga

Klien dengan riwayat keluarga menderita DM akan berisiko lebih

besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa

diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes.

Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan

untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena

sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola

makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah

Anda akan terhindar dari penyakit yang mengerikan ini

4)  Kelompok Etnik

       Misalnya penduduk di amerika serikat, dimana golongan Hispanik

serta penduduk asli amerika tertentu memiliki kemungkinan yang

lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan

golongan Afro-Afrika.

4.    Insiden

       Tingkat prevalensi Diabetes Mellitus sangat tinggi di dunia terdapat sekitar

16 juta kasus Diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis

600.000 kasus baru diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika

Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat

retinopati diabetik pada usia yang sama, penderita diabetik paling sedikit 2 ½

kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang

tidak menderita diabetes.

75% penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler.

serangan jantung, gagal ginjal, stoke,dan ganggren adalah komplikasi yang

paling utama. Selain itu kematian fetus intrauterina pada ibu yang menderita

diabetes tidak terkontrol juga meningkat.


5.    Patofisiologi

a.  Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)

            Pada diabetes tipe ini terdapat ketidak mampuan pankreas untuk

memproduksi insulin karena sel-sel beta pankreas dihancurkan oleh proses

autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap

jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing.

Proses ini mengakibatkan gangguan fungsi sel beta pakcreas dimana sel ini

tidak dapat menghasilkan insulin sebagai mana mestinya. Sehingga terjadi

gangguan transport glukosa ke seluruh jaringan tubuh yang berujung pada

kondisi hiperglikemia. 

       Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya, glukosa

tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan

diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan

dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.

Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus

(polidipsia).

b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)

       Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin yaitu, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan

sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tesebut, maka terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Jika terjadi

resistensi insulin pada diabetes tipe ini dan  disertai dengan penurunan

reaksi intra sel, maka insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.

       Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, maka sekresi insulin harus meningkat. Pada penderita

toleransi glukosa terganggu, keadaan resistensi ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan agar kadar glukosa dapat dipertahankan pada

tingkat yang normal. Akan tetapi jika sel-sel beta tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin tersebut, maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes.

6.    Manifestasi IDDM

a.    Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)

1)   Hiperglikemia
       Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran sel

kedalam sel mengakibatkan molekul glukosa berkumpul dalam aliran

darah, sehingga terjadi hiperglikemia.

2)   Poliuria

              Hiperglikemia ini dapat menyebabkan serum Hyperosmolality,

sehingga cairan dari intraselular pindah kedalam sirkulasi dan

meningkatkan volume darah serta aliran darah ginjal hal ini memicu

terjadinya diuresis osmotik yang mengakibatkan output urin meningkat.

Gejala poliuria juga dapat terjadi sebagai respon tubuh terhadap

hiperglikemia dimana tubuh berusaha mengeluarkan glukosa melalui

ginjal bersama air dan kencing.

3)    Glukosuria

       Disaat kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal terhadap glukosa

(biasanya 80 mg/dL), maka sebagai kompensasi tubuh maka glukosa 

dieksresi  kedalam urine.

4)   Polidipsia

Dengan meningkatnya output urine maka dapat menyebabkan

terjadinya dehidrasi sehingga mulut menjadi kering dan akan timbul

rasa haus yang  menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus minum.

5)   Polyfhagia

       Karena glukosa tidak dapat ditrasfer kedalam sel tanpa insulin, maka

produksi energi akan menurun. Penurunan energi inilah yang

menstimulasi rasa lapar, dan seseorang akan makan lebih banyak.

6)   Malaise dan Fatique

          Rasa lelah dan kelemahan otot muncul karena pemecahan protein

dan lemak  di otot sebagai upaya pemenuhan energi karena sebagian

besar sel tidak dapat menggunakan glukosa sebagai  sumber  energi,

selain itu gangguan aliran darah pada penderita diabetes lama juga

berperan menimbulkan kelelahan.

7)   Gangguan Penglihatan

       Hiperglikemia akan menyebabkan gangguan penglihatan terutama

jika terjadi komplikasi berupa retinopati yang disebabkan karena

perubahan sirkulasi pada retina yang menyebabkan sel-sel pada retina

mengalami iskemik. Selain itu hiperglikemia juga dapat menyebabkan

penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu yang dapat

mentraspor glukosa tanpa memerlukan insulin. Glukosa yang berlebihan

tidak akan termeta-bolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi

dengan perantara enzim aldose reduktase maka sebagian akan diubah


menjadi sorbitol, sorbitol ini  akan menumpuk dalam sel atau jaringan

tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi terutama

pada lensa mata yang dapat mengurangi kejerniannya sehingga

penglihatan menjadi kabur.

8)   Peningkatan Angka Infeksi

       Ini terjadi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus,

gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita

diabetes kronik. Dengan demikian manifestasi klinik IDDM adalah

poliuria, polidipsia, dan poliphagia, yang diikuti penurunan berat badan,

malaise, dan fatique serta gangguan penglihatan. Manifestasinya dapat

berentang dari yang ringan sampai yang berat ini sangat bergantung

pada tingkat kekurangan insulin. Tekanan pada sistem saraf pusat akibat

akumulasi ketone yang menyebabkan asidosis dapat berakibat pada 

kematian.

b.    Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)

            Pasien NIDDM  mempunyai manifestasi klinik secara perlahan-lahan

dan sering tidak disadari bahwa penyakit telah terjadi. Hiperglikemia

biasanya tidak seberat IDDM, tetapi gejala-gejala sama, terutama polyuria

dan polydipsia. Polyphagia sering tidak tampak, dan kehilangan berat badan

tidak selalu ada. Akibat hiperglikemia maka akan muncul kekaburan

penglihatan, fatigue dan infeksi kulit.

7.    Diagnostik Test

       Diagnostik test pada penderita Diabetes Mellitus menurut Corwin J, 2009

yaitu:

a.    Pemeriksaan Darah

       Pada pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah

lebih dari 140 mg per 100 ml darah pada dua kali pengukuran. Glukosa

darah meningkat karena sebagian besar sel tidak dapat memasukkan

glukosa ke dalam sel tanpa insulin dan terjadinya perangsangan

glukoneoganesis.

b.    Pemeriksaan Glukosa dalam Urine

            Glukosa dalam urine adalah nol, tetapi apabila kadar glukosa dalam

darah lebih besar dari 180 mg per 100 ml darah maka glukosa akan keluar

bersama urin.

c.    Pemeriksaan Keton dalam Urine

        Terutama pada individu dengan diabetes tipe I yang tidak terkontrol,

disini akan muncul keton pada urine si penderita.

d.    Peningkatan Hemoglobin Terglikosilasi.

              Selama 120 hari masa hidup sel darah merah, hemoglobin secara

lambat dan ireversible mengalami glikosilasi (mengikat glukosa). Dalam


keadaan normal, sekitar 4-6% hemoglobin sel darah merah terglikosilasi.

Apabila terdapat hiperglikemia, maka kadar hemoglobin terglikosilasi akan

meningkat.

e.    Uji toleransi Glukosa yang Melambat.

Apabila pada seorang yang nondiabetik diberikan glukosa secara oral,

maka sekresi insulin dari pankreas akan meningkat dengan segera. Hal ini

memungkinkan pengangkutan glukosa secara cepat keluar dari darah

untuk masuk kedalam sel. Dengan demikian sampel darah yang diambil

secara berkala setelah pemberian glukosa pada orang nondiabetes

meningkat hanya sedikit dan biasanya kembali normal setelah 2 jam. Para

pengidap  diabetes tidak dapat mengeluarkan insulin (tipe I) terhadap

respon pemberian glukosa atau mengalami penurunan responsifitas

terhadap insulin yang mereka keluarkan (type II). Pada pengidap diabetes,

setelah pemberian glukosa, sampel darah yang diambil secara berkala

memperlihatkan peningkatan kadar glukosa secara bermakna dan tetap

meningkat selama beberapa jam kemudian.

8.    Penatalaksanaan Medis

       Tujuan pengobatan Diabetes Mellitus pada prinsipnya yaitu menormalkan

kadar glukosa darah secara konsisten dengan variasi minimum, mencegah dan

memperlambat timbulnya komplikasi serta mendidik penderita dalam

peningkatan pengetahuan dan memberikan motivasi kepada klien agar dapat

merawat sendiri  sehubungan dengan penyakitnya. Tujuan ini dapat dicapai

melalui program terapi yang dibagi menjadi terapi primer dan terapi

sekunder.

a.    Terapi Primer

1)   Diet Diabetes Mellitus

              Pasien yang memerlukan  insulin untuk membantu mengendalikan

kadar gula darah, dapat mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan

karbohidrat yang dikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda.. Di

samping itu konsistensi interval waktu diantara jam makan dengan

mengkonsumsi cemilan juga dapat dilakukan, ini akan membantu

mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar

glukosa darah.

               Terapi diet merupakan komponen penting pada pengobatan diabetes

baik itu tipe I maupun tipe II. Rencana diet diabetes dihitung secara

individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, rencana

penurunan berat badan, dan tingkat aktivitas. Sebagian pasien diabetes

tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darah mendekati normal

hanya dengan intervensi diet.

2)   Program Olahraga


              Terutama untuk pengidap diabetes tipe II, olah raga di sertai dengan

pembatasan diet  akan mendorong penurunan berat badan dan dapat

meningkatkan kepekaan insulin. Untuk kedua tipe Diabetes Mellitus,

olah raga terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel

sehingga kadar glukosa darah turun.

        Pengidap diabetes tipe I harus berhati-hati sewaktu berolahraga karena

dapat terjadi penurunan glukosa darah yang mencetuskan hipoglikemia.

Hal ini terjadi apabila pemberian insulin tidak disesuaikan dengan

program olah raga.

3)   Penyuluhan Kesehatan

                            Penyuluhan kesehatan harus sering diberikan oleh dokter atau

perawat kepada para penderita Diabetes Mellitus. Penyuluhan tersebut

meliputi beberapa hal, antara lain pengetahuan mengenai perlunya diet

secara ketat, latihan fisik, minum obat, dan juga pengetahuan tentang

komplikasi., pencegahan, maupun perawatannya. Penyuluhan dapat

diberikan langsung baik secara perorangan maupun kelompok, atau

melalui poster/selebaran. Penyuluhan ini juga dapat dilakukan antara

penderita diabetes dengan cara berbagi pengalaman mengenai segala

hal yang berkaitan dengan penyakit yang mereka derita tersebut.

b.    Terapi Sekunder

1)   Pemberian Cairan

        Koma nonketolik hiperglikemik hiperosmolar diterapi dengan pemberian

cairan  dalam jumlah besar dan koreksi lambat terhadap defisit kalium.

2)   Intervensi Farmakologis

        Jika penderita Diabetes Mellitus sudah melakukan terapi primer namun

kadar glukosa darahnya masih tetap tinggi, maka perlu dipertimbangkan

untuk melakukan terapi dengan mengkonsumsi obat anti-diabetika.

Obat-obat anti-diabetik oral yang sekarang banyak digunakan adalah

berasal dari golongan Derivat Sulfonilurea dan Derivat Biguanida.

a)      Obat dari golongan  Sulfonilurea bekerja merangsang sel beta

pankreas untuk melepaskan persediaan insulinnya sebagai reaksi

bila kadar gula naik. Obat dari golongan ini dibedakan menjadi 3

kelompok yaitu :

(1) Obat dengan masa kerja yang singkat (6-12 jam), misalnya

Tolbutamida (Rastinon, Artosin) dan Glukodion (glurenorm).

(2)        Obat dengan masa kerja menengah ( kurang lebih 15 jam),

misalnya Glibenclamide (Doanil, Englucon), gliclomida

(Diamikron), dan Glipizida (Minidiab).


(3)     Obat dengan masa kerja panjang (kurang lebih 70 jam), misalnya

Cholorpropamide (Diabenese, Diabex).

       Efek samping yang kadang ditimbulkan oleh obat dari golongan

Sulfonilurea adalah gangguan lambung  dan usus (mual, muntah,

diare), pusing, napsu makan meningkat, dan berat badan naik.

b)   Obat golongan biguanida tidak merangsang sel beta pankreas, tetapi

langsung bekerja menghambat penyerapan gula usus, obat golongan

ini dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:

(1)     Phengormin, yang sekarang tidak digunakan lagi.

(2)     Metformin (Gluciphage, Benofomin).

(3)        Acarbose (Glukobay 50 dan 100), merupakan obat terbaru yang

mampu secara efektif menghambat absorpsi glukosa dari usus.

       Yang dipertimbangkan untuk diberikan kepada pasien diabetes

adalah obat-obat antihipertensi. Obat ini telah dibuktikan

mengurangi hipertensi pada pasien diabetes dan memperlambat

awitan penyakit ginjal.

3)   Insulin

               Pengidap diabetes tipe I memerlukan terapi insulin. Tersedia berbagai

jenis insulin dengan asal dan kemurnian yang berbeda-beda. Insulin

juga berbeda-beda dalam aspek saat kerja, waktu puncak kerja, dan

lama kerja. Hormon insulin yang digunakan untuk terapi yaitu:

a)    insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam), misalnya Regular insulin

dan Actrapid.

b)   Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam), misalnya Monotard

c)      Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam), misalnya PZI

(Protamin Zink Insulin) dan Monotard Ultralente.

        Pengobatan dengan hormon insulin biasa diberikan kepada pasien

muda yang gagal disembuhkan dengan terapi oral, atau pada wanita

hamil dan pada penderita dengan infeksi akut atau komplikasi ginjal.

Preparat insulin yang sudah banyak beredar pada saat ini, sudah

dibuat Human Mono Companent, sehingga memiliki toleransi yang

lebih tinggi dengan kemungkinan alergi yang lebih kecil.

4)   Penggantian Sel Pulau Langerhans

                             Kemajuan mutakhir dalam teknik-teknik penggantian sel pulau

langer-hans memungkinkan lebih dari 3000 orang di seluruh dunia

diterapi dengan transplantasi sel pulau langerhans, pengobatan cara ini

memberikan harapan bagi penyembuhan diabetes dimasa mendatang.

5)   Insersi Gen untuk Insulin

              Saat ini juga sedang dilakukan eksperimen-eksperimen pendahuluan

yang dirancang untuk memunkinkan insersi gen insulin kepada


pengidap diabetes tipe I. Di masa mendatang prosedur ini lebih

memberikan harapan bagi penyembuhan diabetes dibanding dengan

terapi obat-obatan.

9.    Komplikasi

        Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan

komplikasi menahun.

a. Komplikasi Metabolik Akut

1)   Ketoasidosis Diabetik

                Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami

hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan

glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai

penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma

mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis

metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis

osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga

hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan

meninggal

2)   Hipoglikemia

            Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami

hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl.

Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan

penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih

berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat

penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat,

takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata

berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh

pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan

menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang

tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.

b.  Komplikasi Vaskular Jangka Panjang

1)   Mikroangiopaty

              Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan

arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik

diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit.

Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular 

yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan,

neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan

kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi

jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita

insufisiensi ginjal dan uremia.


2)   Makroangiopaty

  Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat

menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :

a)      Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular

b)     Hiperlipoproteinemia

c)      Kelainan pembekuan darah

            Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan

penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat

menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio

intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah

arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris

dan infark miokardium.

       Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes

cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara

keseluruhan.

B.     Tinjauan Umum Tentang Umur

Menurut (Harlock, 2005) Umur adalah rentang kehidupan yang diukur

dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40

tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun, umur

adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan . Umur atau

usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau

makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan

lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.

Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes mellitus

adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital

melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada

wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami monopause

punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin

Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun

dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena bukan hanya berusia senja,

namun banyak pula yang masih berusia produktif. Prevalensi DM berdasarkan

diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun

mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun. Sebagian besar penderita DM berusia

antara 40-59 tahun

Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur

45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada

usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi

peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan


berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu

pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di

sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di

otot sebesar 30% dan memicu  terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

C.   Tinjauan Umum Tentang Jenis Kelamin

       Pengertian jenis kelamin (seks)  adalah perbedaan antara perempuan dengan

laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-

laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara

perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi,

hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan

perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap

dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya

Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya

kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes secara

umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari

diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormon wanita

estrogen, yaitu hormon reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah

dalam tubuh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)

menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada

laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita

memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma

siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat

distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal

tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2 (Irawan,

2010).

D.       Tinjauan Umum Tentang Riwayat Keluarga

Faktor keturunan atau genetik punya kostribusi yang tidak bisa diremeh

untuk seseorang terserang penyakit Diabetes. Menghilangkan faktor genetik

sangatlah sulit. yang bisa dilakukan untuk seseorang agar terhindar dari penyakit

Diabetes Mellitus karena sebab genetik, adalah dengan memperbaiki pola hidup

dan pola makan. Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes tipe I itu

sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu

yang memiliki tipe antigen  HLA  (Human leucocyte antigen) tertentu. HLA

merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi

dan proses imun lainnya

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) kejadian

penyakit diabetes melitus tipe 2 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR 4,19;
95%CI 1,246-14,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga.

Terdapat 22 (75,9%) responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar

hubungan responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki

keluarga dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang

tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM

maka risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk

mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini

dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika

saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10%

dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010).

Bagi masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita DM, harus segera

memeriksa kadar gula darahnya karena risiko menderita DM besar.

E.       Tinjauan Umum Tentang Merokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120

mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat

kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat

adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul

akibat pembakaran tembakau dapat  memicu terjadinya kanker. Pada awalnya

rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke

dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki

waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.

Merokok merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup tinggi

dan berhubungan terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian

(Hariadi S, 2008). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok

dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini sejalan dengan

penelitian Gabrielle,Cappri, et.al (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan

merokok dengan kejadian DM Tipe 2  (p=0,001) dengan OR 2,66. Begitupula

penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko

76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan

(Irawan, 2010).

Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin

pada pembebanan glukosa oral lebih banyak pada perokok dibandingkan yang

tidak merokok. Perokok memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di

dalamnya gula darah puasa yang meningkat (Chiolero, 2008 dalam Jafar,

Nurhaedar, 2011).

Merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan tidak

ada manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi

kesehatan. Asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan

dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah


terserang penyakit diabetes mellitus.

Merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para

peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang

tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens

DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)

menunjukkan distribusi responden berdasarkan terpapar asap rokok dan tidak

terpapar asap rokok hampir merata. Responden yang terpapar asap rokok

merupakan perokok aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok,

sebagaian besar adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap

racun sama seperti perokok aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa

perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2

dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan,2010).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A.      Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

       Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan

kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi

insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas


hiperglikemia/peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai

normal. Ada beberapa faktor yang berhubungan penyakit

Diabetes Mellitus yang harus mendapatkan perhatian serius agar

terhindar dari penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan.

Keberadan beberapa faktor yang berhubungan diabetes akan

menjadikan peluang yang sangat besar untuk terserang penyakit

yang dikenal penyakit Diabetes Mellitus atau lebih dikenal dengan

Kencing Manis.

         Beberapa faktor yang berhubungan Diabetes Mellitus yaitu

usia yang semakin bertambah, usia dia atas 40 tahun. Jenis

kelamin, prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi

dari pada laki-laki. Asap rokok, asap menimbulkan efek negatis

terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk

terhadap Risiko seseorang mudah terserang penyakit Diabetes

Mellitus. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang

tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit

diabetes.
33
        Dari uraian diatas maka peneliti memilih variabel faktor yang

berhubungan: Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM, Obesitas,

Merokok dan kejadian Diabetes Mellitus sebagai variabel yang akan

diteliti. Selain itu juga telah dilakukan identifikasi alasan yang melatar

belakangi pemilihan variabel sebagai berikut :

1.      Umur

Salah satu faktor yang berhubungan seseorang

mengalami diabetes Mellitus adalah faktor umur dimana usia

dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh

mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada

wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah

mengalami menopause punya kecenderungan untuk lebih

tidak peka terhadap hormon insulin.

        Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah

kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes

seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun,

disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi

peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan


menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas

dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang

berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di

sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu

terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

2.      Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang

berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus Penyakit Diabetes

Mellitus ini sebagian besar dapat dijumpai pada perempuan

dibandingkan laki– laki. Hal ini disebabkan karena pada

perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat

trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki,

dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas

dan gaya hidup sehari –hari yang sangat mempengaruhi

kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah

satu faktor yang berhubungan terjadinya penyakit Diabetes

Mellitus. Jumlah lemak pada laki – laki dewasa rata –rata

berkisar antara 15 – 20 % dari berat badan total, dan pada

perempuan sekitar 20 – 25 %.

Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada

perempuan lebih tinggi dibandingkan pada lakilaki, sehingga

faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus pada

perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki

yaitu 2-3 kali, (Imam Soeharto, 2005).

3.      Riwayat keluarga DM

Diabetes Mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan.

Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak

bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes.

Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa

dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit

Diabetes Mellitus karena sebab genetik adalah dengan

memperbaiki pola hidup dan pola makan.

Adanya riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama

orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih besar


terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga

yang tidak menderita diabetes. Ahli menyebutkan bahwa

diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom

seks atau kelamin. Umumnya laki-laki menjadi penderita

sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak yang

membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

4.      Merokok (paparan asap rokok)

        Merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada

manfaatnya bahkan tidak ada manfaatnya terlebih lagi dari

segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi kesehatan.

Asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap

kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap

Risiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes mellitus.

              Merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan

pembuluh darah. Para peneliti menyatakan bahwa merokok

juga dapat menyebabkan kondisi yang tahan terhadap insulin.

Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM

lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.

B.       Kerangka Pikir Dan Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan

lain-lain). (Nursalam. 2009) Penelitian ini terdiri dari variabel

independen dan variabel dependen.

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat,

2009).

Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor yang

berhubungan: Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM,

merokok. Sedangkan variabel dependen nya adalah kejadian

Diabetes mellitus. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independent                             Variabel Dependen


Gambar 3.1: Kerangka Pikir Penelitian
Kejadian
Diabetes Mellitus
Jenis Kelamin

Umur

Riwayat Keluarga DM

Merokok

Keterangan  :

                                                       :    Variabel Independen

                                                       :    Variabel dependen


                                                       :     Penghubung Variabel yang
diteliti       
C.      Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1.         Diabetes Mellitus

a.    Definisi Oprasional

DM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pasien yang

terkena penyakit DM yang didiagnosa oleh dokter.

b.    Kriteria objektif

DM                      : Bila pasien  menderita DM dan di diagnosa

oleh  dokter

Tidak DM            : Bila pasien tidak menderita DM

2.         Umur

a.    Definisi Operasional

Umur Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Umur

pasien pada saat menjadi responden.

b.    Kriteria Objektif

Risiko tinggi        : Bila umur pasien ≥ 40 tahun.

Risiko Rendah     : Bila umur pasien ≤ 40 tahun.

3.         Jenis kelamin


a.    Definisi Operasional

Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

jenis kelamin responden/ pasien.

b.      Kriteria Objektif

Perempuan        : Jika jenis kelamin pasien perempuan

Laki-laki            : Jika jenis kelamin pasien laki-laki.

4.         Riwayat Keluarga DM

a.    Definisi Operasional

Riwayat keluarga Yang dimaksud pada penelitian ini adalah

ada atau tidaknya keturunan atau anggota keluarga yang

pernah mengalami penyakit Diabetes sebelum responden

mengalami DM.

b.    Kriteria Objektif

Risiko tinggi              : Jika responden mempunyai riwayat

keluarga DM

Risiko Rendah     : Jika responden tidak mempunyai riwayat

keluarga  DM

5.         Merokok

a.    Definisi Operasional

Merokok Yang dimaksud pada penelitian ini adalah perilaku

menghisap Rokok yang dilakukan secara rutin berdasarkan

apa yang disampaikan oleh responden.

b.    Kriteria Objektif

Risiko tinggi        : Jika responden mengkonsumsi rokok ≥ 20

batang/ hari 

Risiko rendah          : Jika responden mengkonsumsi Rokok < 

20 batang /hari

D.      Hipotesis Penelitian

            Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian,

patokan dugaan, atau dalil sementara yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005)

hipotesis kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.      Umur merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian

Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

2.      Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan


kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

3.      Riwayat keluarga DM merupakan faktor yang berhubungan

dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun

2014

4.      Merokok merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A.      Desain Penelitian

        Jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif Analitik

dengan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk

melihat faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes

mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

B.       Tempat dan Waktu Penelitian

1.    Tempat

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Mamuju Propinsi

Sulawesi Barat tahun 2014.

2.    Waktu

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Juni sampai 17 agustus

2014 di RSUD Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

tahun.

C.      Populasi dan Sampel

1.    Populasi

              Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek  yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).Populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian (Ircham, 2010). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung ke

RSUD Kab.Mamuju satu tahun terakhir.


40
 
2.    Sampel

            Sampel adalah sebagian populasinya yang ciri-cirinya


diselidiki atau diukur (Luknis, 2008). Menurut Nursalam

(Hidayat, 2007) sampel merupakan populasi yang akan diteliti

atau sebagian jumlah dari karateristik yang dimiliki populasi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010) Sampel adalah

sebagian/wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Dalam

penelitian dapat di hitung sebagai berikut :


 
Keterangan :
N   =    Perkiraan populasi (jumlah sampel sebanyak 43 penderita Diabetes
Mellitus)

n    =    Perkiraan jumlah sampel.


Z    =    Nilai standar N (1,96)
P    =    Proporsi Pasien DM (10%)

Q   =    1 - P
d    =    Tingkat ketelitian (0,05)
    43x(1,96)2x0,1x(1-0,1)
n=
   (0,05)2x(43-1)+ (1,96)2x0,1x(1-0,1)
                
       43 x 3,8416 x 0,1 x 0,9
n=
   0,0025 x 42 + 3,8416 x 0,1 x 0,9
                
   

     14,866992
                   n =                                   
    0,105 + 0,345744
    14,866992 
                   n =                          =   32,98 
     0,450744
 Jadi n = 33 orang

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang

yang memenuhi kriteria inklusi.

3.      Teknik Penarikan Sampel

            Pengambilan sampel dilakukan dengan tehknik random

sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana

adalah setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010).

4.      Kriteria Sampel

1)      Kriteria Inklusi

a)      Responden yang di diagnosa DM


b)      Bersedia menjadi sampel

c)      Berdomisili di wilayah Mamuju

d)     Pasien yang dirawat di RSUD Kab. Mamuju.

e)      Pasien yang teregistrasi dalam Rekam Medik RSUD

Mamuju tahun 2014.

2)      Kriteria Eksklusi

a)      Tidak bersedia menjadi responden

b)      Pasien yang tidak ada pada saat penelitian.

D.      Alur Penelitian


Menyiapkan Proposal Penelitian

Alur penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:


Kesimpulan Dan Saran

Hasil Dan Pembahasan Penelitian

Analisa Data

Pengolahan data : editing, koding, tabulasi

Pengumpulan data

Informed Concent

Sampel (pasien yang bersedia menjadi responden yang mengalami


DM )

Simpel Random sampling


Populasi (semua pasien yang berkunjung ke RSUD

Pengurusan Izin Penelitian

 
Gambar 4.3: Alur penelitian

E.       Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada dua sebagai

berikut:

1.    Data Primer

Data primer pengumpulannya di peroleh   melalui wawancara

lansung dengan responden menggunakan kuesioner

terstruktur.

2.    Data Sekunder

Selain mengumpulkan data primer peneliti juga melaksanakan

pengumpulan data sekunder yang meliputi antara lain: data

awal dari RSUD Kab. Mamuju.

F.       Pengolahan dan Penyajian Data

Prosedur pengolahan dan analisa data yang dilakukan adalah :

1.    Editing (pemeriksaan data)

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan

dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa

kesinambungan data dan memeriksakan keseragaman data.

2.    Coding (pengkodean data)

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data,

semua jawaban atau data yang perlu di sederhanakan yaitu

memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban

(Pengkodean). Pengkodeaan dilakukan dengan memberi nomor

halaman daftar pertanyaan, nomor pertanyaaan, nomor

variabel nama variabel dan kode.

3.    Tabulasi Data

a.  Lakukan pemberian skor pada item.

b.  Berikan kode pada variabel yang diberikan skor.

c. Mengubah jenis data, dilakukan modifikasi sesuai dengan

teknik analisis
4.    Analisa data

Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan

program komputerisasi program SPSS. Sedangkan analisis data

menggunakan statistik inferensial sebagai berikut:

a.    Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi

dan persentase dari tiap variabel bebas (umur, jenis kelamin,

riwayat keluarga, dan merokok) dengan variabel terikat

(kejadian Diabetes mellitus)

b.    Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan

antara variabel  dependent dan independent. Setalah data

diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan bantuan

komputer yaitu program SPSS. Analisa bivariat dilakukan

untuk melihat hubungan antara variabel independent dan

dependen dengan menggunakan uji statistic Chi-Square (X²)

dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Dari hasil uji statistik

tersebut dapat diketahui dengan tingkat signifikan hubungan

antara kedua variabel

5.    Penyajian data

            Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk

tabel dan disertai dengan narasi. Penyajian data dalam bentuk

tabel dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan

analisis dan interpretasi terhadap data hasil penelitian yang

didapatkan dilapangan, sehingga dapat dibuat kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan.

G.      Etika Penelitian

                  Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu

adanya rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan

permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal

RSUD Kab Mamuju. Setelah memperoleh ijin dari instansi tersebut,

penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika meliputi :

1.    Informend consent

Lembaran persetujuan diberikan kepada setiap calon


responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Bila

calon responden menolak, maka peneliti tidak dapat memeriksa

dan tetap menghormati hak-hak yang bersangkutan.

2.    Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi

kode tertentu.

3.    Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai

hasil penelitian.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Penelitian


1.       Gambaran Lokasi Penelitian

            Penelitian ini dilaksanakan antara bulan juni dan Juli 2014 di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kabupaten Mamuju. RSUD Kabupaten Mamuju terletak di bagian Provinsi
Sulawesi Barat pada posisi 1˚38’110” - 2˚, 54’522” Lintang selatan;  dan 11˚54”47” - 15˚54”47”

- 15˚5’35” bujur timur dari Jakarta (0˚0’0” - 160˚48’28” bujur timur green wich), dengan batas
wilayah yaitu :

a.       Sebelah Utara dengan Kabupaten Mamuju Utara

b.      Sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu

c.       Sebelah Selatan dengan Kabupaten Majene

d.          Sebelah Barat dengan Selat Makassar. (Data Profil RSUD

Mamuju, 2013)

            Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Mamuju  selama  1

bulan dari tanggal 26 Juni sampai dengan 17 Agustus  2014, 

desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. 


Penelitian ini bertujuan  untuk mengidentifikasi faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Militus di RSUD

Kabupaten Mamuju.

       Jumlah sampel yang berhasil diperoleh peneliti sebanyak 33

responden dengan karakteristik yang sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan instrumen penelitian kuesioner. Data yang

diperoleh diperiksa kembali dan kemudian diolah dengan

menggunakan SPSS 16 berikut ini peneliti akan menyajikan

data analisis univariat dan bivariat.

2.      Analisis Univariat

            Analisis univariat dalam penelitian ini akan menggambarkan

distribusi frekuensi, karakteristik respoden yang meliputi umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga dan merokok.

a.         Distribusi Responden berdasarkan Umur


Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014
Umur Jumlah %
>40 tahun 28 84,8%
< 40 tahun 5 15,2%

Jumlah 33 100%

Sumber : Data Primer, 2014


Berdasarkan tabel 5.1 tentang usia responden dari 33 orang  yang paling banyak 
adalah usia  > 40 tahun yang merupakan usia yang paling berisiko yaitu sebanyak 28
orang (84,8%) , selanjutnya  usia < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang (
15,2%).

b.      Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada
pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah %


Laki – laki 6 18,2%
Perempuan 27 81,8%
Jumlah 33 100%
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan  tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden, yang
memiliki risiko tinggi adalah perempuan  sebanyak  27 orang (81,8%) sedangkan untuk
responden laki - laki sebanyak 6 orang (18,2%)
c.       Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

Pendidikan Jumlah %
Tidak sekolah 7 21,2%
Tamat SD 10 30,3%
Tamat SMP 8 24,2%
Tamat SMA 4 12,1%
Perguruan tinggi 4 12,1%
Jumlah        33 100%
Sumber : Data Primer, 2014
            Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 33 jumlah responden 
tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat SD sebanyak 10 orang (30,3%),dan
tingkat pendidikan paling sedikit adalah SMA (12,1%) dan Perguruan Tinggi (12,1%)

d.      Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

Pekerjaan Jumlah %
Petani 12 36,4%
URT 9 27,3%
Nelayan 3 9,1%
Wiraswasta 5 15,2%
PNS 4 12,1%

Jumlah 33 100%
      Sumber : Data Primer, 2014
                      Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 33 jumlah

responden  pekerjaan yang paling banyak adalah petani sebanyak 12 orang (30,3%), dan
paling sedikit bekerja sebagai nelayan sebanyak 3 orang ( 9,1%).
e.      Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga DM

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga Pada
pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014.

Riwayat Keluarga Jumlah %


Risiko tinggi 29 87,9%
Risiko rendah 4 12,1%

Jumlah 33 100%
        Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan  tabel 5.5  diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden   yang
memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang
(12,1%).
f.        Distribusi Responden Berdasarkan Rokok (Terpapar Asap Rokok)
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Pada
pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

Merokok Jumlah %
Risiko tinggi 25  75,8%
   Risiko rendah 8   24,2%
Jumlah 33 100%
         Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 5.7 tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari
33 responden  yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (75,8%), dan yang berisiko rendah 

sebanyak 8 orang (24,2%).


3.      Analisis Bivariat
       Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel untuk
mengetahui variabel independen dengan variabel dependen dengan  menggunakan tabulasi
silang (crosstab) dengan uji Chi – Square . Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
dependen adalah status responden yang mengalami Diabetes Mellitus sedangkan variabel
independen adalah Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan merokok(terpapar asap
rokok). Adapun penyajian analisis bivariat sebagi berikut :

a.            Hubungan antara Umur dengan kejadian Diabetes Millitus


di RSUD  Kab. Mamuju tahun 2014.

Tabel 5.7
Hubungan antara umur dengan kejadian Diabetes
Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Status DM Responden
Umur Total P
DM Tidak DM
N % n % n %
   >40 Tahun 27  81,8% 1 3,0% 28 84,8%
0,000
   <40 Tahun 0 0% 5 15,2% 5 15,2%

Total 27  81,8% 6 18,2% 33 100


Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan  tabel 5.7 diatas dari 33 orang  yang paling banyak  adalah usia 
> 40 tahun yang memiliki risiko tinggi  yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan umur  < 40
tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%).
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p =
0,000 <  0,05 maka Hal ini berarti ada hubungan antara umur dengan kejadian diabetes
Mellitus di RSUD Mamuju.

b.          Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes


mellitus di RSUD kab. Mamuju  tahun 2014.

Table 5.8
            Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014
Status DM Responden
Jenis      DM   Tidak DM Total P
kelamin N % n % n %
Risiko 27 96,3% 1 3,7% 27 81,8%
Tinggi 0,000
Risiko 1 16,7% 5 83,3% 6 18,2%
Rendah
Total 26 78,8% 7 21,2% 33 100
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan  tabel 5.8 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden, yang

memiliki risiko tinggi adalah perempuan  sebanyak  27 orang (81,8%) sedangkan untuk
responden laki - laki sebanyak 6 orang (18,2%)
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p =

0,000 <  0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
diabetes Mellitus di RSUD Mamuju

c.            Hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian


Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

Table 5.9
  Hubungan Antara Riwayat Keluarga  Dengan
Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun
2014

Status DM Responden
Riwayat Total       P
Keluarga DM Tidak DM
N % N % n %
Risiko 26 78,7% 3 9,0% 29 87,9%
tinggi 0,014
Risiko 1 3,0% 3 9,0% 4 12,1%
rendah
Total 27 81,8% 6 18,1% 33 100

               Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan  tabel 5.9  diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden  yang

memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang
(12,1%).
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai p =

0,014 <  0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara riwayat keluarga  dengan
kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.
d.          Hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014.

Tabel 5.10
  Hubungan antara perilaku merokok  dengan
kejadian  diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun
2014

Status DM Responden
Perilaku DM Tidak DM Total P
merokok N % n % n %
Risiko tinggi 23 69,6% 2 6,0% 25 75,8%
0,020
Risiko 4 12,1% 4 12,1% 8 24,2%
rendah
Total 27 81,8% 6 18,1% 33 100
             Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 5.10 tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari
33 responden  yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (75,8%), dan yang berisiko
rendah  sebanyak 8 orang (24,2%).

Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) 

diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05 Hal ini berarti ada hubungan

antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes Mellitus

di RSUD Mamuju

B.     Pembahasan

Berdasarkan   hasil penelitian dengan uji statistik chi–square 

menggunakan program SPSS dan disesuaikan dengan tujuan

penelitian yaitu mengetahui faktor umur, jenis kelamin, riwayat

keluarga DM,  perilaku merokok  yang berhubungan dengan

kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju, maka pembahasannya

adalah sebagai berikut :

1.      Umur
       Berdasarkan  tabel  diatas menunjukkan dari 33 responden   yang paling banyak 
adalah  usia  > 40 tahun yang memiliki risiko tinggi  yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan
umur   < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%). Hasil uji statistik
dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p = 0,000 <  0,05 maka Hal ini
berarti ada hubungan antara umur dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden dari 33

responden  dari 27 orang responden yang berisiko tinggi

perempuan  26 orang (96,3%) yang mengalami diabetes


Mellitus, dan terdapat 1 orang responden (3,7%)  yang tidak

diabetes Mellitus. Sedangkan dari 6 responden (18,2%) yang

risiko rendah laki – laki  terdapat 1 orang (16,7%) yang diabetes

Mellitus dan  5 orang (83,3%) yang tidak diabetes Mellitus.

Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) 

diperoleh nilai  p < 0,05 dimana nilai p = 0,000 <  0,05 maka HO

di tolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin

dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh I

Gusti Made Geria Jelantik (2013) dengan judul “ Hubungan

Faktor Risiko, Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan, Dan Hipertensi

Dengan Kejadian Diabetes Mellitus  Di Wilayah Kerja Puskesmas

Mataram” menunjukkan bahwa umur penerita diabetes pada

usia >40 tahun  3 kali lebih banyak di banding usia muda <40

tahun, umur >40 tahun berkaitan terjadinya diabetes karena

pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena

terjadi penurunan sekresi atau resistensi  insulin sehingga

kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa

darahnya tinggi. Dari hasil penelitian pada kelompok kasus >40

tahun sebanyak 45 orang (90,0%) dan yg berumur <40 tahun

sebanyak 5 orang (10,0%)  di dapatkan nilai  p= 0,000 (p= <0,05).

Hal ini ada hubungan antara faktor umur dengan kejadian

diabetes mellitusdi wilayah kerja puskesmas mataram.

Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami

diabetes mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40

tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai

mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita

yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami

monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka

terhadap hormon insulin

Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah

kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes

seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun,

disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi

peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan


menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam

memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia

lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel

otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya

resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

2.      Jenis Kelamin

Berdasarkan  tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari

33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan 

sebanyak  27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki -

laki sebanyak 6 orang (18,2%) Hasil uji statistik dengan Chi-

Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p = 0,000 <  0,05

maka hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin

dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju

Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes

mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta

barat tahun 2012” menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2

pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih

berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki

peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.

Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-

menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi

mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga

wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2

Hal ini sejalan dengan  teori Klien dengan riwayat keluarga

menderita DM akan berisiko lebih besar. Faktor keturunan atau

genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk

seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor

genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang

bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab

genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola

makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya

Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang mengerikan ini.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang


berhubungan terjadinya Diabetes Melitus dimana pada wanita

yang telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk

lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes secara

umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa

terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia menopause

karena pengaruh hormon wanita estrogen, yaitu hormon

reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah dalam

tubuh.

3.      Riwayat Keluarga

Berdasarkan  tabel diatas menunjukkan bahwa dari 33

responden  yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang

(87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%). Hasil uji

statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai

p = 0,014 <   0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara

riwayat keluarga  dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD

Mamuju

        Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes

mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat

tahun 2012” kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 bahwa ada

hubungan yang signifikan (OR 4,19; 95%CI 1,246-14,08). Sebagian

besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Terdapat 22 (75,9%)

responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar hubungan

responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki

keluarga dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah

satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua

orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%

(Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih

besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan

penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika

saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM

adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar

identik (Diabetes UK, 2010). Bagi masyarakat yang memiliki keluarga

yang menderita DM, harus segera memeriksa kadar gula darahnya

karena risiko menderita DM besar.


4.      Perilaku Merokok
Berdasarkan Tabel diatas tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari
33 responden  yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (75,8%), dan yang berisiko rendah 

sebanyak 8 orang (24,2%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) 
diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05 Hal ini berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan
kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju

Hal ini sejalan dengan skripsi yang disusun oleh  Anna

Widiastuty Rahman (2013) yang berjudul “Faktor risiko dan

deteksi dini kejadian diabetes Mellitus tipe B dikecamatan Tempe”

yang menunjukkan Merokok merupakan masalah dunia.

Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan

terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian

(Hariadi S, 2008). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan

antara merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

(p=0,000). Hal ini juga sejalan dengan penelitian

Gabrielle,Cappri, et.al (2005) menunjukkan bahwa ada

hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2  (p=0,001)

dengan OR 2,66.

Begitupula penelitian oleh Houston juga mendapatkan

bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk

terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan

(Irawan, 2010).

Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin.

Respon insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak

pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok

memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di

dalamnya gula darah puasa yang meningkat ( Chiolero, 2008

dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).

Asap rokok menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan

sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah

terserang penyakit diabetes mellitus. merokok menyebabkan

kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para peneliti

menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang

tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari

memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak

merokok.terpapar asap rokok dan tidak terpapar asap rokok hampir


merata. Responden yang terpapar asap rokok merupakan perokok

aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok, sebagaian

besar adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap

racun sama seperti perokok aktif. Penelitian oleh Houston

mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi

untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan

(Irawan,2010).

C.    Keterbatasan Penelitian

1.      Instrument / Alat ukur

Meskipun penelitian ini telah selesai, namun kuesioner yang

digunakan belum maksimal, hal ini disebabkan karena jumlah Aitem

pertanyaan yang ada belum dilakukan uji Reliabilitas dan uji

Validitas, sehingga kesahihan instrument penelitian ini masih kurang

2.      Keterbatasan Waktu

Oleh karena keterbatasan waktu , maka penelitian ini hanya

melibatkan 33 responden. Jumlah responden yang banyak tentunya

akan memberikan generalisasi yang lebih  baik.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.         Kesimpulan

            Berdasarkan  hasil penelitian tentang Faktor-Faktor yang berhubungan

dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014 dapat di

tarik kesimpulan sebagai berikut :

1.      Ada hubungan yang bermakna antara faktor umur dengan kejadian diabetes

mellitus di RSUD Mamuju

2.          Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian

diabetes mellitus di RSUD Mamuju

3.          Ada hubungan yang bermakna antara faktor riwayat keluarga dengan

kejadian diabetes mellitus di RSUD Mamuju

4.          Ada hubungan yang bermakna antara faktor perilaku merokok dengan

kejadian diabetes mellitus di RSUD Mamuju

B.          Saran

1.      Diperlukan penyuluhan dan konseling terhadap masyarakat untuk memiliki

kebiasaan hidup sehat sejak dini.

2.          Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pencegahan

diabetes melitus seperti dengan menjaga pola makan utuk menghindari

terjadinya diabetes mellitus.


3.     

Apabila ada riwayat keluarga  dengan penyakit diabetes mellitus lakukan pencegahan
secara dini kepada anggota keluarga lainnya dengan menjauhi faktor lingkungan yang
menjadi faktor pencentus terjadinya diabetes mellitus.
4.          Perlunya  masyarakat    untuk    melakukan  pengontrolan pada perilaku

merokok untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus.

5.          Perlunya  dilakukan    screening  terhadap   masyarakat untuk mengetahui

lebih awal kejadian diabetes mellitus dan untuk mencegah komplikasi akibat

dari diabetes mellitus.

DAFTAR PUSTAKA
Andra Safera Wijaya dan Yessi Mariza P, 2013. Keperawatan Medikal
Bedah. Nuha Medika. Yogyakarta.
Corwin, Elizabeth J, 2009, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan
Tehnik Analisa Data. Salemba medika, Jakarta.
Irawan, Dedi, 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia.   Tesis tidak
diterbitkan.Jakarta. Universitas Indonesia.
Jafar, Nurhaedar, 2011. Sindroma Metabolik di Indonesia. Ombak:
Yogyakarta.
Luknis, 2008. Statisti kesehatan/ Luknis Sabri & Sutanto Priyo Hastono.
Rajawali Pers. Jakarta.
Nursalam, 2009, Konsep dan penerapan metodologi keperawatan
pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo.  2010. Metodologi penelitian kesehatan, Asdi
Mahasatya, Jakarta.

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2007, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,


Edisi Kedua, Salemba Mediaka, Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk, 2005. Kapita Selecta Kedokteran, Media
Aesculapius. FKUI. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo.   2005. Metodologi penelitian kesehatan, Asdi
Mahasatya, Jakarta.
Nursalam, 2009, Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Purnamasari, 2009, Askep Diabetes Melitus, (Online),
(http://purnamasari.com diakses Mei 2014)
Imam Suharto. 2005. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya
Dengan Lemak dan Kolesterol. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Price. S.A. dkk, 2005. Patofisiologi, Edisi Kedua, EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor
Risiko Diabetes Melitus.
Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan
Penelitian  dan  Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2008. 
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
Alfabeta, Bandung.

Supriadi Supri, 2013 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DM,


(online), (http://nerskece.co diakses Mei 2014)

Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tahun 2014

Trisnawati, Shara K, dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus


Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.5 No.1:1-11.

Diposkan oleh syem firdaus di 7:21:00 PM

+1   Rekomendasikan ini di Google

Label: DAFTAR ISI

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Unknown (Google) Keluar

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Posting Lebih Baru Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Rekomendasikan ini di Google

Mengenai Saya
syem firdaus
Ikuti 5

Lihat profil lengkapku

Template Perjalanan. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai