Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bronchiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernapasan bawah
yang ditandai dengan peradangan bronkioli yang lebih kecil (Betz &
Cecily, 2002).
Bronkiolitis yang terjadi di bawah umur satu tahun kira-kira 12%
dari seluruh kasus, sedangkan pada tahun kedua lebih jarang lagi, yaitu
sekitar setengahnya. Penyakit ini menimbulkan morbiditas infeksi saluran
napas bawah terbanyak pada anak. Penyebab yang paling banyak adalah
virus Respiratory syncytial, kira-kira 45-55% dari total kasus. Sedangkan
virus lain seperti Parainfluenza. Bakteri dan mikoplasma sangat jarang
menyebabkan bronkiolitis pada bayi. Sebagian besar infeksi saluran napas
ditularkan lewat droplet infeksi. Infeksi primer oleh virus RSV biasanya
tidak menimbulkan gejala klinik, tetapi infeksi sekunder pada anak tahun-
tahun pertama kehidupan akan bermanifestasi berat. Virus RSV lebih
virulen daripada virus lain dan menghasilkan imunitas yang tidak bertahan
lama. RSV adalah golongan paramiksovirus dengan bungkus lipid serupa
dengan virus parainfluenza, tetapi hanya mempunyai satu antigen
permukaan berupa glikoprotein dan nukleokapsid RNA helik linear. Tidak
adanya genom yang bersegmen dan hanya mempunyai satu antigen
bungkus berarti bahwa komposisi antigen RSV relatif stabil dari tahun ke
tahun. Bronkiolitis yang disebabkan oleh virus jarang terjadi pada masa
neonatus. Hal ini karena antibodi neutralizing dari ibu masih tinggi pada 4-
6 minggu kehidupan, kemudian akan menurun. Antibodi tersebut
mempunyai daya proteksi terhadap infeksi saluran napas bawah, terutama
terhadap virus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan bronchilolitis?
2. Bagaimana Etiologi dari bronchiolitis ?

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 1


3. Bagaimana klasifikasi dari bronchiolitis ?
4. Bagaimana Manifestasi klinis dari bronchiolitis ?
5. Bagaimana Patofisiologi dan pathway dari bronchiolitis ?
6. Bagaimana komplikasi dari bronchiolitis ?
7. Bagaimana penatalaksaan medis dan keperawatan dari bronchiolitis ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari bronchiolitis ?
9. Bagaimana tindakan pencegahan dari bronchiolitis ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bronchilolitis
2. Untuk mengetahui Etiologi dari bronchiolitis
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari bronchiolitis
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari bronchiolitis
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dan pathway dari bronchiolitis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari bronchiolitis
7. Untuk mengetahui penatalaksaan medis dan keperawatan dari
bronchiolitis
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari bronchiolitis
9. Untuk mengetahui tindakan pencegahan dari bronchiolitis

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI BRONCHILOLITIS
Bronchiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut
pada saluran napas kecil (bronkiolus), terjadi pada anak berusia kurang
dari 2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan (Mansjoer,
2000).

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 2


Bronchiolitis adalah suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus,
yang menyebabkan obstruksi akut jalan nafas dan penurunan pertukaran
gas dalam alveoli. Lebih sering disebabkan oleh respiratory syncytial virus
(RSV), gangguan ini biasanya terjadi pada anak usia 2-12 bulan, terutama
selama musim dingin dan awal musim semi (Anonim, 2008).
Bronchiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernapasan bawah
yang ditandai dengan peradangan bronkioli yang lebih kecil (Betz &
Cecily, 2002).
Bronchiolitis adalah inflamasi bronchioles yang pada banyak kasus
disebabkan oleh virus respiratory syncitial dan paling sering ditemukan
pada anak-anak dalam usia 1 tahun pertama (Hinchliff & Sue, 1999).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bronchiolitis adalah penyakit infeksi virus pada saluran bronkiolus berupa
radang atau inflamasi akut yang sering menyerang anak usia 2-12 bulan
sehingga menyebabkan obstruksi akut saluran napas dan penurunan
pertukaran gas dalam alveoli.

B. ETIOLOGI BRONCHIOLITIS
Bronchiolitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:
1) Virus
a. Virus Respiratory Syncytial (RSV)
RSV adalah virus yang menyebabkan terjadinya infeksi
pada paru dan saluran napas. Sekitar 50% bronchiolitis akut
disebabkan oleh RSV. Virus ini sering sekali menyerang anak-anak,
biasanya seorang anak yang berusia 2 tahun sudah pernah
terinfeksi oleh virus ini. RSV juga dapat menginfeksi orang
dewasa.
b. Virus parainfluenza
Virus parainfluenza merupakan virus patogen yang
menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan
bagian bawah pada anak anak maupun orang dewasa.

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 3


2) Polusi udara
a. Asap pembakaran
Polusi udara akibat kayu atau hutan yang terbakar bisa
menjadi faktor risiko terjadinya bronchiolitis yang menyebabkan
bayi dirawat di rumah sakit pada tahun pertama kehidupannya. Hal
ini dapat disebabkan pembakaran yang tidak sempurna. Bayi yang
sering terpapar pembakaran kayu tidak sempurna cenderung lebih
sering masuk rumah sakit akibat terkena bronchiolitis. Pemaparan
polutan udara seperti nitrat oksida, karbon monoksida dan partikel
lainnya diduga dapat memicu terjadinya bronchiolitis. Asap dari
kayu yang dibakar dapat mengiritasi sistem pernapasan dan telah
terbukti memiliki efek buruk terhadap kesehatan paru-paru anak-
anak. Asap kayu memiliki dampak terbesar terhadap kesehatan
paru-paru, sedangkan bahan bakar fosil memiliki dampak
kesehatan terbesar terhadap kesehatan jantung karena lebih banyak
mengandung logam.
b. Asap rokok
Asap beserta beberapa zat kimia yang berdampak buruk
terhadap kesehatan paru-paru yang dilepaskan saat merokok, dapat
menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronchus
sehingga drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan virus dan
selanjutnya dapat menginvasi sampai ke bronkiolus.
Sedangkan kondisi atau faktor risiko yang dapat
menyebabkan seorang anak atau dewasa menderita bronchiolitis
yaitu:
1. Pada anak-anak
a. Bayi berusia kurang dari 6 bulan.
b. Anak-anak yang terlahir premature.
c. Anak yang tidak memperoleh ASI
d. Anak-anak yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik
terutama mereka yang mengidap penyakit jantung atau paru-
paru bawaan.

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 4


e. Anak-anak yang system kekebalan tubuhnya rendah, seperti
sedang menjalani kemoterapi, transplantasi, atau karena
penyakit.
f. Anak-anak yang dititipkan di tempat penitipan atau memiliki
saudara kandung yang sudah bersekolah akan memiliki resiko
lebih tinggi tertular infeksi ini.
g. Balita yang berada pada lingkungan yang berisiko tinggi
untuk terpapar pada polusi udara dan asap rokok.
h. Kerentanan juga akan meningkat saat musim RSV tertinggi,
yang biasanya dimulai pada musim gugur dan berakhir di
musim semi.
2. Pada dewasa
a. Orang-orang dewasa berusia lanjut.
b. Orang dewasa pengidap gagal jantung atau penyakit kronis.

C. Klasifikasi
Berdasarkan keparahannya, bronchiolitis dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Ringan
a. Anak sadar, warna kulit merah muda.
b. Anak dapat makan dengan baik.
c. Saturasi oksigen > 90%.
Pada kondisi ini anak dapat ditangani di rumah dengan cukup
istirahat dan makan lebih sering dalam porsi kecil. Dapat dilakukan
kunjungan follow-up ke dokter dalam 24 jam.
2. Sedang, anak akan mengalami:
a. Kesulitan makan.
b. Lemah.
c. Kesulitan bernapas, dengan penggunaan otot-otot bantu
pernapasan.
d. Adanya kelainan jantung atau saluran napas.
e. Saturasi oksigen < 90%.
f. Usia kurang dari enam bulan.

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 5


3. Berat, gejalanya sama dengan criteria sedang, namun:
a. Mungkin tidak membaik dengan pemberian oksigen.
b. Menunjukkan episode henti napas (apnea).
c. Menunjukkan tanda kelelahan otot pernapasan atau karbon dioksida
dalam tubuh terkumpul terlalu banyak.
Pada kondisi ini, hal yang perlu dilakukan adalah:
1) Memonitor jantung dan pernapasan.
2) Mungkin membutuhkan perawatan di ICU.
3) Membutuhkan tes darah untuk mengetahui kadar berbagai zat
dalam darah.

D. Manifestasi Klinis
Gejala awal bronchiolitis mirip dengan flu biasa, seperti hidung
berair, hidung tersumbat disertai dengan demam ringan, tidak nafsu
makan dan batuk. Tetapi setelah dua atau tiga
hari, gejala menjadi lebih parah bukannya semakin membaik.
Gejala umum dari bronchiolitis yang sering muncul yaitu:
1. Hidung tersumbat disertai dengan demam dan batuk.
2. Kesulitan bernafas, pernapasan cepat dan dangkal (RR 60-80 x/menit),
dengan terengah-engah disertai dengan peningkatan batuk.
3. Kehilangan nafsu makan, akibat dari gangguan pernapasannya.
4. Terlihat pernapasan cuping hidung disertai retraksi interkostal
suprasternal
5. Anak gelisah dan sianosis sekitar hidung dan mulut.
6. Pada pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor, ekspirasi
memanjang disertai dengan mengi (wheezing). Ronki nyaring halus
kadang terdengar pada akhir ekspirasi atau pada awal ekspirasi. Pada
keadaan yang berat, suara pernapasan hampir tidak terdengar karena
kemungkinan obstruksi hampir total.
7. Infeksi ditandai adanya edema mukosa, peningkatan sekresi mukus,
obstruksi bronkiolus, dan peregangan yang berlebihan dari alveoli.

Tanda-tanda dan gejala infeksi RSV biasanya terlihat pada 4-6 hari
setelah terjadi paparan terhadap infeksi virus. Pada orang dewasa dan
anak-anak yang berusia lebih dari 3 tahun, RSV biasanya menyebabkan

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 6


terjadinya tanda-tanda seperti selesma ringan dan gejala yang mirip
dengan gejala yang ada pada infeksi saluran pernapasan atas.
Tanda-tanda ini adalah:
a. Hidung mampet atau berlendir
b. Batuk kering disertai suara serak
c. Demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi
d. Sakit leher
e. Sakit kepala ringan
f. Rasa tidak nyaman dan gelisah (malaise)
Pada anak-anak berusia kurang lebih dari 3 tahun, RSV dapat
menyebabkan timbulnya penyakit pada saluran pernapasan bagian bawah
seperti radang paru atau bronchiolitis. Gejala dan tanda-tandanya adalah:
a. Demam dengan suhu tinggi
b. Batuk yang parah
c. Nafas tersengal-sengal, ada suara ngik (wheezing) yang biasanya
terdengar saat ekspirasi
d. Napasnya cepat atau sulit untuk bernapas, yang mungkin akan
menyebabkan anak lebih memilih untuk duduk daripada berbaring
e. Warna kebiruan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan oksigen
disertai dengan berkeringat.

Kondisi paling parah akibat infeksi dari RSV akan diderita oleh
bayi dan balita. Gejala paling berat umumnya dialami di hari kedua atau
ketiga. Bayi dapat sakit selama 7-10 hari dan batuk dapat berlanjut hingga
2-4 minggu. Pada bayi dan balita yang menderita infeksi RSV, tanda-
tandanya adalah:
a. Terlihat jelas tarikan otot dada dan kulit di sekitar tulang iga saat
bernapas, yang menandakan bahwa mereka mengalami kesulitan
bernapas.
b. Napas mereka mungkin pendek, dangkal dan cepat. Napas yang cepat
ini mengakibatkan bayi mengalami kesulitan makan atau minum.
c. Gejala yang lebih mengkhawatirkan adalah jika bayi berhenti bernapas
selama lebih dari sepuluh detik dalam satu kesempatan. Gejala ini
disebut recurrent apnea.

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 7


d. Atau mungkin tidak menunjukkan adanya infeksi saluran napas, tetapi
tidak mau makan dan biasanya lemas dan rewel.
e. Bayi menjadi mudah mengantuk dan bibirnya mulai membiru.

E. Patofisiologi
Bronkiolitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas
bagian atas yang disebabkan virus, parainfluenza, dan bakteri. Bronkiolitis
akut ditandai obstruksi bronkiole yang disebabkan oleh edema,
penimbunan lendir serta debris- debris seluler. Tekanan udara pada lintasan
udara kecil akan meningkat baik selama fase inspirasi maupun selama fase
ekspirasi, karena jari-jari suatu saluran nafas mengecil selama ekspirasi,
maka obstruksi pernafasan akan mengakibatkan terperangkapnya udara
serta pengisian udara yang berlebihan. Proses patologis yang terjadi akan
mengganggu pertukaran gas normal di dalam paru-paru. Ventilasi yang
semakin menurun pada alveolus akan mengakibatkan terjadinya
hipoksemia dini. Retensi karbon dioksida (hiperkapnia) biasanya tidak
terjadi kecuali pada penderita yang terserang 3 hebat. Pada umumnya
semakin tinggi pernafasan, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri.
Hiperkapnia biasanya tidak dijumpai hingga kecepatan pernafasan
melebihi 60 x / menit yang kemudian meningkat sesuai dengan takipne
yang terjadi.

PATHWAY BRONKIOLITIS

Respiratory Syncytial Virus (RSU)

menyerang / menginfeksi saluran pernafasan atas

menimbulkan edema dan akumulasi skret/lendir

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 8

Terjadi asidosis dan alkalosis


respiratori ringan
Peradangan - Anoreksia
- Batuk - Penurunan BB
- Pilek
- Sesak
- Rhonci
- Wheezing

Suhu tubuh meningkat Obstruksi

Perubahan nutrisi
kurang dari
Hipertermi kebutuhan tubuh
Kontriksi pada
bronkiolus
selama ekspirasi

Cairan tubuh
mengalami
penguapan Hiperinflasi
pada paru Bersihan jalan
nafas tak efektif

Atelektasis
Kekurangan volume
cairan
Kurang
Ansietas pengetahuan

Kerusakan pertukaran
gas

Hypoxsia

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 9


Sumber : Ngastiyah (2005) & Carpenito, L.J. (2000)

F. Komplikasi
1. Radang paru-paru. Virus maupun organisme yang menyebabkan
infeksi dapat menginvasi ke bagian paru-paru yang lain bahkan
seluruh bagian.
2. Radang saluran tengah, terjadi saat ada virus yang masuk ke daerah di
belakang gendang telinga
3. Kemungkinan timbulnya penyakit asma di kemudian hari. Reaksi
radang yang terjadi saat anak-anak dapat meningkatkan sensitivitas
pada saluran napas terhadap allergen, sehingga dapat memicu
terjadinya astma.
4. Gangguan respiratorik jangka panjang pasca bronchiolitis dapat
timbul berupa batuk berulang, mengi, dan hiperreaktivitas bronkus,
yang cenderung membaik sebelum usia sekolah.
5. Bronkiolitis obliterans dan sindrom paru hiperlusen unilateral
(Sindrom Swyer-James). Komplikasi ini sering dihubungkan dengan
adenovirus.
6. Kematian. Pada anak-anak yang berusia kurang dari 6 bulan, bayi-
bayi yang lahir prematur, dan bayi-bayi yang memiliki kelainan
bawaan pada jantung dan paru-parunya, infeksi RSV dapat berakibat
serius sampai menimbulkan kematian.

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Obat-obatan umumnya tidak menolong bayi yang mengalami
bronchiolitis, tetapi yang dibutuhkan adalah lebih banyak istirahat dan
pemberian makan (ASI, formula, atau makanan tambahan sesuai usia bayi)
dalam porsi lebih kecil namun dengan frekuensi lebih sering. ASI
diberikan lebih sering, namun dalam waktu yang lebih pendek setiap
kalinya. Dengan demikian anak tidak akan terlalu lelah atau mengalami
dehidrasi.
Bayi dengan bronchiolitis ringan dapat dirawat di rumah dengan
diberikan sirup yang mengandung paracetamol untuk demam dan
mengatasi rasa gelisah. Beri minum air putih sebanyaknya untuk

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 10


menghindari dehidrasi. Namun apabila penyakit menunjukkan keparahan
atau infeksi serius yang dapat mengancam jiwa, maka harus segera dibawa
ke rumah sakit untuk memperoleh penanganan lanjut serta pemantauan
jantung dan laju pernafasan.
Karena penyebab bronchitis pada umunya disebabkan oleh virus
maka belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna, obat yang
biasanyan diberikan adalan obat penurun demam, banyak minum terutama
sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang
banyak lender lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ad dan
dalam 2 minggun tidak ada perbaikan maka perlu dicurigai adanya infeksi
bakteri sekunder dan antibiotic perlu diberikian.pemberian antibiotic yang
serasi untuk M. pneumonia dan H. influensae sebagai bakteri penyerang
sekunder misalnya amoksilin, kontrimoksasol dan golongan makrolid.
(Ngastiyah, 1997)

1. Penatalaksanaan medis
a. Terapi farmakologis
1) Bronkodilator, diberikan untuk membantu anak lebih mudah
bernapas dengan cara membuka saluran udara di paru-paru dan
mengurangi sesak napas. Obat ini dapat diberikan dengan
nebulasi, contoh obat ini adalah proventil, ventolin.
2) Steroid, untuk mengatasi radang saluran pernapasan, membantu
mengurangi sesak napas dan mengontrol demam, namun
pemberiannya tidak dianjurkan.Deksametason 0,5 mg/kgBB
inisial, dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.
3) Antivirus, seperti ribavirin (Rebetol) dapat diberikan dalam
bentuk nebulasi, penggunanya telah dianjurkan untuk bayi
dengan penyakit jantung konginetal oleh komite penyakit infeksi
akademik pediatric amerikaka (AAP)
4) Antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak berguna untuk
mengobati RSV karena RSV disebabkan oleh infeksi virus.
Meskipun demikian, antibiotik tetap diberikan karena
bronchiolitis sukar dibedakan dengan pneumonia interstisialis,

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 11


dan apabila telah terjadi komplikasi bakteri, seperti infeksi di
telinga bagian tengah, atau radang paru-paru karena bakteri. Bila
tidak ada komplikasi, maka dokter mungkin akan
merekomendasikan obat-obatan yang dapat dibeli secara bebas
seperti asetaminofen (Tylenol, dll) atau ibuprofen (Advil,
Motrin, dll), yang dapat mengurangi demam tetapi tetap tidak
dapat mengobati infeksi tersebut untuk sembuh lebih cepat.
a) Untuk kasus bronkiolitis community base:
 Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
 Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali
pemberian
b) Untuk kasus bronkiolitis hospital base:
 Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2kali pemberian
 Amikasin 10-15mg/kgBB/hari dalam 2kali pemberian
2. Nebulasi, untuk membantu mengeluarkan lendir dari hidung anak.
3. Oksigenasi. Biasanya, penderita diberikan oksigen yang lembab
melalui selang udara ke hidung atau headbox atau pada beberapa
kasus parah, melalui ventilasi buatan. Untuk bronchiolitis ringan,
oksigen diberikan sebanyak 1-2 L/menit atau sesuai kebutuhan.
4. Pada kasus yang serius, anak mungkin membutuhkan pemasangan
ventilasi mekanik, sebuah alat bantu pernapasan. Anak akan merasa
lega setelah lebih mudah bernapas dan selera makannya juga akan
mulai kembali membaik.
5. Pemberian cairan infuse, untuk mencegah terjadinya dehidrasi apabila
anak sulit makan dan minum. Jumlah cairan sesuai berat badan,
kenaikan suhu, dan status hidrasi.
6. Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Hal utama dalam pengobatan bronchiolitis adalah menjaga anak agar
tidak terjadi dehidrasi jika anak tidak makan atau minum dengan
baik. Beri minum air putih sebanyaknya untuk menghindari dehidrasi
dan beri makan dengan porsi yang lebih kecil namun dengan frekuensi
lebih sering.
b. Memberikan posisi yang nyaman dengan posisi kemiringan 30°-40°
(semifowler) atau dengan kepala dan dada yang sedikit ditinggikan

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 12


sehingga leher berada pada posisi ekstensi untuk mempermudah
pernapasan. Atau duduk dengan posisi tegak.
c. Berikan minuman atau cairan hangat, seperti sup atau air hangat, untuk
membantu melegakan pernapasan dan mengencerkan dahak yang
mengental.
d. Anak ditempatkan pada tempat yang sejuk dan udara yang cukup
lembab untuk dihirup untuk mengatasi hipoksemia. Buat agar ruangan
atau kamar dalam keadaan hangat tetapi tidak terlalu panas Bila
udaranya kering, gunakan pelembab ruangan (humidifier) atau
vaporizer yang dapat melembabkan udara dan membantu melegakan
napas dan batuk. Yakinkan agar alat pelembab udara dalam keadaan
kering untuk mencegah timbulnya bakteri dan kuman.
e. Yakinkan lingkungan yang bebas dari asap rokok. Asap rokok dapat
memperburuk gejala yang ada.
f. Hindari kontak dengan bayi lainnya dalam beberapa hari pertama.

H. Periksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk anak yang menderita
bronkiolitis adalah :
1. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan
prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
2. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi dalam
batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik
maupun metabolik. Usapan nasofaring menunjukkan flora bakteri
normal.
3. Pemeriksaan radiologis : Foto dada anterior posterior, hiperinflasi paru,
pada foto lateral, diameter anteroposterior membesar dan terlihat bercak
honsolidasi ,yang tersebar.
4. Analisa gas darah : Hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis
metabolik, atau respiratorik ( Raharjoe, 1994).

I. Tindakan Pencegahan

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 13


Tidak ada vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi RSV. Hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah tersebarnya infeksi virus ini
diantaranya adalah:
1. Sering-sering mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh anak, dan
ajarkan pada anak-anak tentang pentingnya mencuci tangan.
2. Hindari paparan terhadap infeksi RSV, dengan cara membatasi kontak
antara bayi dengan orang-orang yang sedang mengalami demam dan
selesma.
3. Jagalah kebersihan. Pastikan agar rak-rak selalu dalam keadaan bersih
terutama rak yang terdapat di dapur dan kamar mandi, terutama bila
ada anggota keluarga yang sedang selesma. Segera buang tisu bekas
pakai.
4. Jangan menggunakan gelas yang sudah digunakan oleh orang lain.
Gunakan gelas sendiri atau gelas sekali pakai bila kita atau orang lain
sedang sakit.
5. Jangan merokok. Bayi yang terkena paparan tembakau memiliki resiko
lebih tinggi terkena infeksi RSV dan berpotensi lebih besar terkena
gejala yang lebih parah. Selalu coba untuk tidak merokok di rumah
atau di sekitar bayi, terutama jika bayi memiliki kelainan saluran napas
atau jantung, sistem kekebalan yang rendah, atau lahir prematur.
6. Cuci boneka secara rutin, terutama bila anak atau kawan bermain anak
sedang sakit.
7. Sebagai tambahan, ada obat yang disebut palivisumab (Synagis) yang
dapat membantu melindungi anak-anak berusia kurang dari 2 tahun
yang memiliki resiko mengalami komplikasi serius bila mereka
terjangkit RSV. Synagis bekerja dengan menyediakan antibody yang
diperlukan untuk melindungi tubuh dari RSV. Diperlukan satu kali
suntikan tiap bulan yang disuntikkan melalui IM pada bagian paha
setiap puncak musim RSV (dimulai pada musim gugur) dan dilakukan
secara terus menerus selama lima bulan. Suntikan ini diulangi lagi
setiap tahun hingga si anak tidak lagi dalama kondisi yang berisiko
tinggi. Pemberian obat tidak akan mempengaruhi jadwal vaksinasi
anak. Penggunaan terapi seperti ini mengurangi frekwensi dan lama

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 14


perawatan di rumah karena infeksi RSV. Tetapi karena biayanya yang
tinggi, penggunaan pengobatan seperti ini dibatasi hanya pada mereka
yang memiliki resiko paling tinggi mengalami komplikasi karena
infeksi RSV. Pengobatan ini tidak akan berguna untuk mengobati
infeksi RSV yang sudah terjadi.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pengkajian mengenai Nama, Usia, Jenis kelamin, perlu dilakukan
pada pasien bronchiolitis.
b. Data Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada klien kaji jika pernah menderita penyakit bronchiolitis
sebelumnya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Bagian ini membahas tentang uraian secara lengkap jelas dan
kronologis tentang penyebab perawatan pasien. Biasanya klien
demam,batuk dan dan pilek yang disertai dengan sesak nafas.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada klien kaji apakah klien mempunyai riwayat alergi dalam
keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi
pernapasan sebelumnya.
c. Pola Fungsional Gordon
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaan
3) Tanda – tanda Vital
4) Pemeriksaan head toe too
e. Pemeriksaan penunjang
f. Terapi
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien bronchiolitis adalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Defisiensi pengetahuan.
4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang digunakan pada pasien Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berdasarkan NIC yaitu Manajemen Jalan

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 15


Nafas 1) Auskultasi daerah paru 2) Monitor status pernafasan dan
oksigenisasi, sebagaimana mestinya 3) Kelola pemberian
bronkodilator.
Perencanaan yang digunakan pada pasien Ketidakefektifan
pola nafas berdasarkan NIC yaitu Monitor pernafasan 1) monitor
kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulita bernafas 2)monitor
suara nafas tambahan seperti ngorok, atau mengi 3)monitor pola
nafas 4) Memberikan bantuan terapi nafas jika diperlukan
(nebulizer)
Perencanaan yang digunakan pada pasien Defisiensi
pengetahuan berdasarkan NIC yaitu Proses penyakit 1) Kaji tingkat
pengetahuan pasien aktivitas pasien 2) Tentukan efek dari obat
pasien terhadap pola tidur.3) Monitor pola tidur pasien 4)
Sesuaikan jadwal pemberian obat untuk mendukung tidur 5)
Diskusikan kepada keluarga mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur.

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan penatalaksanaan dari rencana
intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik dan melakukan
semua tindakan yang sudah direncanakan pada intervensi.
Implementasi yang akan dilakukan pada pasien
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu 1)Mengobersevasi KU
klien 2)Memonitor TTV 3)Memonitor suara nafas 4)Memposisikan
klien untuk memaksimalkan pernafasan 5)Mengeluarkan sekret
dengan batuk efektif atau suctioning 6)Kolaborasi pemberian O2 7)
Kolaborasi pemberian bronkodilator.
Implementasi yang akan dilakukan pada pasien
Ketidakefektifan pola nafas yaitu 1)Memonitor kecepatan, irama,
kedalaman, dan kesulita bernafas 2) memonitor suara nafas
tambahan seperti ngorok, atau mengi 3) Memonitor pola nafas
4) Memberikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (nebulizer)

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 16


Implementasi yang akan dilakukan pada pasien Defisiensi
pengetahuan yaitu 1)Memonitor kecemasan 2)Menjelaskan tiap
prosedur tindakan yang akan dilakukan 3)Memberikan informasi
tentang masalah kesehatan pada klien/keluarga meliputi
penanganan dan prognosis 4)Melaporkan penurunan kecemasan
5)Menyediakan pilihan realistis tentang aspek perawatan 6)
Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah
komplikasi dan kontrol penyakit.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan rangkaian proses dalam suatu asuhan
keperawatan dimana tindakan dalam evaluasi adalah mengukur
kemajuan pasien dalam kriteria hasil dengan indikator yang sudah
direncanakan.

ASUHAN KEPERAWATAN An.S

DENGAN BRONCHIOLITIS DI RUANG MAWAR RSUD X

KASUS

Pada tanggal 23 Agustus 2018. Pasien An. S dengan umur 1 tahun datang
bersama kedua orang tuanya ke IGD RSUD X dengan kondisi sesak
nafas,demam,batuk, pilek sudah 2 hari tidak sembuh. Berdasarkan pemeriksaan
fisik didapatkan tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 125 x/menit
RR : 76 x/menit
Suhu : 37,5 0C
Keadaan umum : Sadar Lemah, sesak nafas

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 17


A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : An. S
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Mawar Melati
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Tanggal masuk RS : 23 Agustus 2018
No. RM : 106076
Diagnosa Medis : Bronchiolitis
b. Identitas penangguang jawab
Nama : Tn. H
Umur : 28 tahun
Perkerjaan : Swasta
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Mawar Melati
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung

2. Riwayat kesehatan
a. Keluahan utama
Saat dilakukan pengkajian, ibu pasien mengatakan anaknya sesak
nafas.
b. Keluhan tambahan
Ibu pasien mengatakan demam,batuk dan pilek
c. Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelum masuk RS pilek tidak sembuh-sembuh
1 hari setelah msuk RS demam,batukdan dan pilek yang disertai
dengan sesak nafas
d. Riwayat penyakit dahulu
Orang tua pasien mengatakan sebelumya belum pernah sakit
seperti ini. Pasien tidak punya penyakit bawaan atau keturunan
serta penyakit menular.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit menular, menurun atau berbahaya.
3. Pengkajian pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
Orang tua klien mengatakan tidak terlalu mengerti tentang penyakit
anaknya saat ini,dan berobat ke RS dengan harapan agar cepat
sembuh dan baik seperti semula.
b. Pola nutrisi dan metabolik.

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 18


Selama perawatan di RS pasien terpasang infus. Nutrisi dari ASI,
dan klien mendapatkan asupan cairan peroral dan parenteral.
c. Pola eliminasi.
Selama berada di RS pasien BAB di pampers setiap hari dengan
konsistensi lembek/baik.
d. Pola istirahat dan tidur.
Sebelum dirawat di RS ibu pasien mengatakan bisa tidur jam
20.00 dan terkadang kebangun tengah malam hari karena sesak dan
batuk. Selama dirawat di Rumah Sakit masih sama seperti sebelum
dirawat RS tetapi sudah dibantu dengan oksigenasi.
e.Pola kognitif perseptual
Pasien dalam keadaan sadar lemah, pasien mengalami gangguan
penciuman karena pilek.
f. Pola hubungan dengan orang lain.
Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada
masalah baik selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling
dekat adalah ibunya
g. Pola mekanisme koping.
Selama anak sakit yang merawat pasien adalah orang tua.
h. Pola nilai keperawatan dan keyakinan.
Keluarga beragama islam dan selalu menjalankan ibadah
sholat, orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang
sholeh
i. Pola Persepsi
Harapan orang tua pasien semoga anaknya cepat sembuh
agar cepat pulang ke rumah.

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Sadar Lemah
b. Kesadaan : compos mentis
c. Tanda – tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 125 x/menit
S : 37,5 ̊C
RR : 76x/ menit
d. Pemeriksaan head toe too

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 19


1) Kepala
Bentuk kepala : mesochepal
Rambut : bersih
Telinga : tidak ada serumen
Hidung : bentuk simetris bilateral, terdapat
sputum/lender yang kental dan produktif
Gigi dan mulut : tidak ada somatis, mukosa bibir lembab
Leher : tidak ada pembesaran thyroid dan kelenjar
lymfe
2) Dada : simetris
3) Abdomen
Inspeksi : kembung,supel
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : paru bronchi basah
4) Punggung : simetris, tidak ada kelainan
5) Ginjal : tidak ditemukan kelainan
6) Genetalia : bersih, tidak terpasang kateter
7) Ekstermitas
Atas : tidak ada edema, terpasang infus tangan
kiri, fleksi dan ekstensi baik
Bawah : tidak ada edema, fleksi dan ekstensi stabil
8) Turgor kulit : < 1 detik
9) Pemeriksaan reflek : tidak ditemukan kelainan

5. Pemeriksaan penunjang

Parameter Hasil Nilai normal


Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin 11,6 g/dl 10.8-12.8
Leukosit 12190.0 u/L 6000-17000
Hematokrit 36 % 35-43
Eritrosit 4.6 10^6/uL 3.6-5.2
Trombosit 334.000 /uL 217.000-497.000
MCV L 55.8 fL 73-101
MCH L 16.2 pg/cell 23-31
MCHC 29.0 % 26-34
PCV H 19.4% 11.5-14-5

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 20


MPV L 9.0 fL 9.4-12.4
Hitung jenis
Basofil 0.2% 9-1
Eosinofil L 0.0% 1-5
Batang L 0.0% 9-6
Segmen 44.0% 25-60
Limfosit 46.3% 25-50
Monosit H9.5% 1-6

6. Terapi
1. Infus KaEn 3A ( 12 tpm )
2. Inj.Ampi 3x100 mg
3. Inj. Dexa 2x0,3
4. Ambroxol 3x1/2 cth
5. Nebu ventolin dan pulmicort 3x1 ( 1:1 )

B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Keluarga pasien mengatakanMukus Ketidakefektifan
anak sesak nafas, batuk ±2 mingguberlebihan bersihan jalan
yang lalu kalau batuk ngekel, keluar nafas
dahak dan pilek.
DO:
- Keadaan Umum : lemah
- Kesadaran : Compos
mentis.
- TTV :
N : 120x/menit,
S : 38,5ºC,
Rr : 44x/menit
- Batuk ngekel, keluar
dahak
- Hidung terdapat sekret
dan lender
- Terdengar suara
wheezing saat
ekspirasi

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 21


- Terdengar ronkhi di
paru-paru kanan
di lobus tengah bagian
posterior
- Terdapat cuping hidung
- Nafas cepat dan dalam
2 DS: Ibu pasien mengatakan anaknyaHiperventilasi Ketidakefektifan
batuk, sesak dan pilek.. dan Keletihanpola nafas
DO : otot pernafasan

- Pasien tampak batuk,sesak


nafas
- Menggunakan otot bantuan
pernafasan.
- Retraksi dada : (+)
- Pernafasan cuping hidung :
(+)
- RR : 76 x/menit
- Terpasang O2 ( 2 l/m )
- Akral teraba dingin dan
syanosis

3. DS : Ibu mengatakan tidak tahu Kurang sumberDefisiensi


dengan penyakit anaknya. Ibupengetahuan Pengetahuan
khawatir dengan kondisi anaknya.
DU DO : Ibu tampak khawatir dan
gelisah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebihan
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 22


c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan

D. INTERVENSI

Dx Tujuan Dan NOC NIC dan Intervensi Rasional


1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen
selama 2x 24 jam diharapkan jalan Jalan Nafas (3140)
1. untuk mengetahui
1) Auskultasi
nafas adekuat
penurunan aliran
NOC : Status pernafasan : Kepatenan daerah paru
2) Monitor status udara terjadi pada
jalan nafas (0410)
pernafasan dan area konsolidasi
Indicator Skala oksigenisasi, dengan cairan,
Awal Tujuan sebagaimana bunyi nafas
1. Frekuensi 2 5
mestinya bronchial
pernafasan 3) Kelola
2 5 ( normal pada
2. Irama
pemberian
pernafasan 2 5 bronchus ) dapat
3. Kedalaman bronkodilator
juga terjadi pada
2 5 4) Buka jalan
pernafasan area konsolidasi.
4. Kemampuan nafas dengan
2. untuk mengetahui
mengeluarka 2 5 teknik chin lift
tanda-tanda vital
n sekret atau jaw thrust,
2 5 pada anak
5. Suara nafas sebagai mana 3. memberikan
tambahan mestinya kebutuhan
6. Pernafasan 5) Posisikan pasien
oksigen kepada
cuping untuk
tubuh
hidung memaksimalkan
Keterangan skala :
ventilasi
1= Sangat Berat
2= Berat
3= Cukup Berat
4= Ringan

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 23


5= Tidak Ada

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Monitor


selama 2x 24 jam diharapkan pola nafas pernafasan (3350)
pasien efektif Intervensi : 1. Untuk
NOC : Status pernafasan : Ventilasi
1. Monitor mengetahui
(0415)
kecepatan, irama, kecepatan irama
Indicator Skala 2. Untuk mngetahui
kedalaman, dan
Awal Tujuan perkembangan
1. Penggunaan 3 5 kesulita
status kesehatan
otot bantu nbernafas
2. Monitor suara pasien
nafas 5 3. Memberikan
3
2. Dispnea saat nafas tambahan
kenyamanan pada
istirahat seperti ngorok,
pasien
atau mengi
Keterangan skala : 4. Untuk
3. Monitor pola
1 = sangat berat mengencerkan
2 = berat nafas
3 = cukup berat 4. Berikan bantuan sekret
4 = ringan terapi nafas jika
5 = tidak ada
diperlukan
(nebulizer)
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Pengajaran
selama 3x 24 jam diharapkan akan Proses penyakit
mengekspresikan perawatannya tentang (5602)
Intervensi :
perawatan dirumah 1. Untuk

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 24


NOC : Pengetahuan prosedur 1. Kaji tingkat menentukan
penanganan (1814) pengetahuan jumlah tidur
Indicator Skala pasien aktivitas pasien
Awal Tujuan 2. Agar paham
pasien
1.Prosedur 1 5 2. Tentukan efek efek samping
penanganan dari obat pasien jika diberikan
1 5
2.Langkah-
terhadap pola obat terhadap
langkah 5
1 5 tidur pola tidurnya
prosedur 3. Monitor pola 3. Untuk
3.Tindakan
tidur pasien menentukan
pencegahan 4. Sesuaikan
jumlah tidur
yang jadwal
pasien
berkaitan 1 5 pemberian obat 4. Agar
dengan untuk mendukung
prosedur mendukung istirahat anak
4.Tindakan 1 5 5. Agar keluarga
tidur
yang sesuai 5. Diskusikan dapat mengerti
dengan 1 5 kepada teknik
komplikasi keluarga meningkatkn
5.Efek
mengenai teknik tidur
samping
untuk
penanganan
6.Kontraindika meningkatkan
si prosedur tidur.

1 = tidak ada pengetahuan


2= pengetahuan terbatas
3=pengetahuan sedang
4= pengetahuan banyak
5= pengetahuan sangat banyak

E. IMPLEMENTASI

NO Tgl/jam Implementasi Respon Paraf

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 25


DX
I 23-08- - Mengobersevasi KU - kesadaran : sadar lemah
2018 klien
08.00WIB - N: 125x/m, S: 37.5C, RR: 76x/m
- Memonitor TTV
- Aukultasi paru : Ronchi
- Memonitor suara nafas
- Semi fowler
- Memposisikan klien
untuk memaksimalkan
- Sekret produktif, pasien
pernafasan
- Mengeluarkan sekret melakukan suction dan batuk
dengan batuk efektif atau efektif.
suctioning
- Terapi O2 (2l/m) dengan canul
- Kolaborasi pemberian
nasal
O2
- Kolaborasi pemberian
- Terapi ambroxol 3x ½ cth
bronkodilator
II 23-08- - Memonitor kecepatan, - Ireguler, cepat dan dangkal
2018 irama, kedalaman, dan (cusmoul), RR: 76x/m
08.00WIB - Pasien kooperatif
kesulita nbernafas
- Pasien mengikuti arahan perawat
- Memonitor suara nafas
tambahan seperti ngorok,
atau mengi
- Memonitor pola nafas
- Memberikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (nebulizer)

12.00
III 23-08- - Memonitor kecemasan - Respon ibu klien mengatakan
2018 sangat cemas dengan kondisi
08.00
anaknya sekarang
- Respon ibu klien terlihat
- Menjelaskan tiap
memperhatikan setiap tindakan
prosedur tindakan yang
yang dilakukan oleh perawat,
akan dilakukan
terkadang bertanya ketika ada hal

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 26


yang tidak diketahuinya.
- Memberikan informasi - Ibu klien terlihat mendengarkan
tentang masala kesehatan dan memperhatikan setiap
pada klien/keluarga penjelasan perawat, sekali-sekali
meliputi penanganan dan bertanya tentang hal yang tidak
prognosis dimengerti
- Melaporkan penurunan - Ibu klien mengatakan lega dan
kecemasan optimis anaknya akan sembuh.
- Menyediakan pilihan - menjelaskan setiap tindakan
realistis tentang aspek keperawatan yang dilakukan
perawatan perawat
- Mendiskusikan - Ibu klien berniat untuk mengubah
perubahan gaya hidup gaya hidup demu kesehatan anak-
yang dapat mencegah anaknya, dan untuk sementara
komplikasi dan kontrol waktu akan membawa anaknya
penyakit ke rumah neneknya, dimana
klien tidak terpapar oleh asp
rokok.

I 24-08- - Mengobersevasi KU - R/ kesadaran : sadar lemah


2018 klien
08.00 - N: 134x/m, S: 37.8C, RR: 39x/m
- Memonitor TTV
- Aukultasi paru : Ronchi
- Memonitor suara nafas
- Pasien kooperatif
- Memposisikan klien
untuk memaksimalkan
pernafasan
- Mengeluarkan sekret - Sekret produktif (mengeluarkan
dengan batuk efektif atau sekret dengan suction, batuk
suctioning efektif
- Kolaborasi pemberian - O2 (2l/m) dengan canul nasal
O2
- Ambroxol 3x 1/2cth
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator
II 24-08- - Memonitor kecepatan, - Ireguler, cepat dan dangkal

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 27


2018 irama, kedalaman, dan (cusmoul), RR: 39x/m
08.00 - Pasien kooperatif
kesulita bernafas
- Pasien kooperatif
- Memonitor suara nafas
- Terapi ventolin & vulmicort
tambahan seperti ngorok,
(1:1)
atau mengi
- Memonitor pola nafas
- Memberikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (nebulizer)
III 24-08- - Memonitor kecemasan - Ibu klien mengatakan cemas
2018 sudah mulai berkurang.
08.00 - Menjelaskan tiap
- Ibu klien terlihat
prosedur tindakan yang
memperhatikan setiap tindakan
akan dilakukan
yang dilakukan oleh perawat,
terkadang bertanya ketika ada
- Memberikan informasi
hal yang tidak diketahuinya.
tentang masala kesehatan - Ibu klien terlihat mendengarkan
pada klien/keluarga dan memperhatikan setiap
meliputi penanganan dan penjelasan perawat, sekali-
prognosis sekali bertanya tentang hal yang
tidak dimengerti
- Melaporkan penurunan
- Ibu klien mengatakan lega dan
kecemasan
optimis anaknya akan sembuh
- menjelaskan setiap tindakan
- Menyediakan pilihan keperawatan yang dilakukan
realistis tentang aspek perawat
- Ibu klien berniat untuk
perawatan
- Mendiskusikan mengubah gaya hidup demu
perubahan gaya hidup kesehatan anak-anaknya, dan
yang dapat mencegah untuk sementara waktu akan
komplikasi dan kontrol membawa anaknya ke rumah
penyakit neneknya, dimana klien tidak
terpapar oleh asp rokok.

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 28


F. EVALUASI
Tgl/jam No. SOAP
Dx
23-08- I S: ibu klien mengatakan sesek mual berkurang tetapi batuk
2018 pileknya masih
08.00 O: kesadaran: sadar lemah
Auskultasi paru: ronchi , terpasang O2 (2l/m) dengan canul
nasal
Sianosis , akral teraba hangat , sekret produktif
Batuk pilek , N: 134x/m, RR: 39x/m, S: 37.8 C.
A: masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
23-08- II S: Ibu klien mengatakan sesek muali berkurang tetapi batuk
2018 pileknya masih
08.00 O: kesadaran: sadar lemah
N: 134x/m, RR: 39x/m, S: 37.8 C.
A: masalah pola nafas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

23-08- III S: ibu klien mengatakan sedikit lega setelah mendengar


2018 penjelasan dokter dan perawat, berharap anaknya cepat
08.00 sembuh.
O: ibu tampak tenang, terkadang bertanya tentang hal yang
tidak di mengerti terkait penyakit anakya.
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
24-08- I S: ibu klien mengatakan sesek muali berkurang tetapi batuk
2018 pileknya masih
08.00 O: kesadaran: sadar lemah

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 29


Auskultasi paru: ronchi , terpasang O2 (2l/m) dengan canul
nasal
Sianosis , akral teraba hangat , sekret produktif
Batuk pilek , N: 127x/m, RR: 43x/m, S: 38 C.
A: masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
24-08- II S: ibu klien mengatakan sesek muali berkurang tetapi batuk
2018 pileknya masih
08.00 O: kesadaran: sadar lemah
N: 127x/m, RR: 43x/m, S: 38 C.
A: masalah pola nafas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
24-08- III S: ibu klien mengatakan lega setelah mendengar penjelasan
2018 dokter dan perawat, berharap anaknya cepat sembuh.
08.00
O: ibu tampak tenang

A: masalah kurang pengetahuan teratasi

P: pertahankan intervensi

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 30


DAFTAR PUSTAKA

Price, Selvia. A.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit


Volume 2. Jakarta : EGC.
Carolin, Elizabeth J.2002. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Hidayat, A.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika

Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Purwokerto 31

Anda mungkin juga menyukai