Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau biasa dikenal dengan nama penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas batas

yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Healt Organization ) ,Batas

tekanan darah yang dianggap normal adalah 130 /80 mmHg. Bila tekanan

darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi ( 1).

Badan kesehatan dunia ( WHO ) menyebutkan jumlah hiperetnsi akan

terus meningkat seiring bertambahanya jumlah penduduk yang bertambah pada

2025 mendatang diperkirakan sekitar 29 % warga dunia terkenah hipertensi.

WHO menyebutkan Negara ekonomi berkembang memiliki hiperetensi

sebanyak 40 % sedangkan Negara maju memiliki hanya 35 % , kawasan afrika

memiliki posisi puncak penderita hipertensi , yaitu sebesar 40% . Kawasan

amerika memiliki sebesar 35 % dan Asia Tenggara 36 %. Kawasan Asia

penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunya .Hal ini

mendandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi . Sedangkan di

Indonesia cukup tinggi , yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk (2).

Komplikasi dari hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 % kematian

didunia . Hipertensi menyebabkan kematian karena serangan jantung sekitar


45% dan dan penyakit stroke sekitar 51% . Kematian karena penyakit vaskuler

seperti penyakit coroner dan stroke dan akan diperkiran semakin meningkat

hingga mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 (WHO ,2013). Resiko lain yang

dapat terjadi yang diakibatkan oleh penyakit hipertensi adalah terjadinya

kerusakan ginjal dan retinopati (3)

Pravelensi hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8

% , tertinggi di kepulauan Bangka Belitung (30,9%) , sedangkan terendah di

papua (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami

hiperetensi hanya 1/3 yang terdiagnosa , sisanya 2/3 yang tidak terdiagnosa .

Data menunjukan hanya 0,7 % orang terdiagnosa terkenah darah tinggi minum

obat hipertensi .Hal ini menunujkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi

tidak menyadari mendertita hipertensi atau mendapatkan pengobatan .

Hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat menyebabkan

komplikasi seperti stroke , penyakit jantung coroner ,diabetes , gagal ginjal, dan

kebutaan .Stroke (51%) dan penyakit ajntung coroner (45%), merupakan

penyebab kematian tertinggi . Selain itu hipertensi banyak terjadi pada umur 35

-44 tahun (6,3 %), umur 45-55 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%).(4)

Pravelensi hipertensi di DIY menurut Rikesda 2013 adalah 35,8 % atau

lebih tinggi dibandingkan dengan angka pravelensi dari nasional (31,7%) .

Pravelensi ini menempatkan DIY pada urutan ke-5 sebagai provinsi kasus
dengan kasus hipertensi tertinggi . Hipertensi selalu masuk dalam 10 besar

penyebab kematian di DIY selama beberapa tahun terakhir berdasarka STP

maupun SIRS.(5)

Pravelensi hipertensi di Indonesia pada uasi > 18 tahun mencapai


25,8%. Jawa barat merupakan provinsi yang menempati posisi keempat
sebesar 29,4 % angka ini lebih besar dibandingkan dengan pravelensi provinsi
di jawa tengah , Jawa timur , dan DKI Jakarta .(6).
Kabupaten sleman merupakan kabupaten yang berada di provinsi DIY
, dimana kasus hipertensi menjadi kasus penyakit tidak menular tertinggi di
kabupaten sleman pada tahun 2017 dengan pravelensi sebesar 12.204 per
100.000 penduduk. Dimana Pravelensi hipertensi diPuskesmas Gamping 1 pada
tahun 2017 diperoleh data awal yaitu penyakit hipertensi menempati urutan
kedua setelah Nasofaringitis. Dan jumlah pasien hipertensi pada tahunn 2017
sebanyak 1441 . Di mana factor penyebabnya disebabkan karena agaya hidup
yang kurang sehat seperti merokok , mengkomsumsi makanan cepat saji ,dan
sebagian mengkomsumsi alcohol. Sala satu pemicu praktek gaya hidup yang
rentan terhadap sebagian factor resiko kejadian hipertensi adalah kurangnya
pengetahuan dan kedasaran tentang pentingnya informasi kesehatan seputar
masalah hipertensi dan perilaku untuk menghindari factor yang menyebabkan
hipertensi (7)

Anda mungkin juga menyukai