Anda di halaman 1dari 31

DIAGNOSIS HOLISTIK

PENYAKIT ISPA PADA BALITA DENGAN RUMAH YANG


TIDAK SEHAT MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA DI PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
PERIODE 20 NOVEMBER – 1 DESEMBER 2017

DISUSUN OLEH:

JUWITA
1102012138
Kelompok 6

PEMBIMBING:
DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS BAGIAN


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
YARSI TAHUN 2017
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas dengan judul “PENYAKIT ISPA


PADA BALITA DENGAN RUMAH YANG TIDAK SEHAT MELALUI
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS
KECAMATAN SENEN PERIODE 20 NOVEMBER – 1 DESEMBER 2017” ini
telah disetujui oleh pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi
salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, November 2017


Pembimbing,

DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes

5
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahii wa Barakatuuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga
Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas yang berjudul “PENYAKIT ISPA PADA
BALITA DENGAN RUMAH YANG TIDAK SEHAT MELALUI PENDEKATAN
KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS KECAMATAN SENEN PERIODE
20 NOVEMBER – 1 DESEMBER 2017” ini dapat diselesaikan.
Penulisan dan penyusunan studi kasus ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi
pembaca, terutama pengetahuan tentang Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai penanganan
penyakit dengan pendekatan secara holistik. Pasien dalam laporan hasil studi kasus ini
adalah salah satu pasien dari Puskesmas Kecamatan Senen ketika penulis ditugaskan di
puskesmas tersebut pada periode 20 November – 1 Desember 2017.
Penyelesain laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf
pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang sekitar yang terkait. Oleh
karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, selaku dosen pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan memberi masukan
yang bermanfaat.
2. dr. Dini Widianti, M.KK, selaku coordinator Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
3. dr. Yusnita, M.Kes, selaku kepala bagian sekaligus koordinator Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
4. Dr. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku sekretaris dan staf pengajar
kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

3
5. dr. Sugma Agung Purbowo, MARS, DipIDK, selaku staf pengajar kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
6. dr. Erlina Wijayanti, MPH, selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
7. dr. Dian Mardhiyah, MKK, DipIDK selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
8. dr. Hj. Sophianita G. T. Aminy, MKK, PKK, selaku staf pengajar kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
9. dr. Citra Dewi, M.Kes, selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
10. dr. H. Sumedi Sudarsono, MPH, selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
11. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Tegal Angus, Tangerang.
12. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama sehingga
tersusun laporan ini.

Jakarta, November 2017

Penulis

4
BAB I

IDENTITAS PASIEN

I. Berkas Pasien

A.Identitas Pasien

Nama : An. F
Usia : 4 tahun
Gender : laki-laki
Agama : Islam.
Alamat : Jalan Paseban Timur 4 RT 09 RW 03, Jakarta Pusat
Suku bangsa : Betawi
Tanggal berobat : 22 November 2017
Tempat berobat : Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta Pusat
Tanggal periksa : 22 November 2017
Pembayaran : BPJS
Alergi Obat : Tidak ada

B. Anamnesis
Dilakukan secara Alloanamnesa pada Rabu tanggal 22 November 2017 pukul
13.30 WIB di Poli MTBS dan Anak Puskesmas Kecamatan Senen.

1. Keluhan Utama
Batuk berdahak
2. Keluhan Tambahan
Pilek, nafsu makan menurun
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang laki-laki berumur 4 tahun datang ke puskesmas kecamatan
Senen Poliklinik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dan Anak diantar oleh
orangtuanya dengan keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan batuk
berdahak berwarna kuning kehijauan, Dahak dirasakan semakin bertambah
semenjak 4 hari yang lalu, pasien juga mengalami penurunan nafsu makan.
Keluhan demam, nyeri telinga, nyeri menelan, mual, muntah, sesak
disangkal. Riwayat batuk lama dan hilang timbul disangkal. Riwayat
panas badan yang hilang timbul dalam waktu yang lama disangkal.Ibu pasien
mengatakan membeli obat OBH di apotek dan telah memberikan obat OBH
selama 3 hari namun batuk tak kunjung membaik. Dirumah pasien juga sedang
banyak yang menderita batuk pilek ibu pasien, adik pasien dan adik dari ibu
pasien. Pasien masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti sebelum pasien
sakit contohnya melakukan perawatan diri sendiri seperti mandi, menggunakan
baju, dan bermain dengan adiknya.
Ibu pasien merasa penyakit yang diderita anaknya sudah berat karena
sudah 1 minggu tak kunjunh membaik. Ibu pasien yang takut bila keluhannya
semakin memberat. Ibu pasien berharap pasien segera membaik dan sembuh
sempurna dari penyakitnya. Ibu pasien mempercayai apabila pasien teratur
meminum obat dan memohon kesembuhan kepada Allah makan penyakit yang

5
diderita pasien dapat disembuhkan. Akhirnya keluarga pasien memutuskan untuk
berobat ke Puskesmas Kecamatan Senen.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


3 bulan yang lalu pasien juga mengalami sakit seperti ini namun setelah minum
obat batuk OBH pasien sembuh dan hanya menderita sakit ± 3hari. Riwayat
pengobatan TB disangkal. Riwayat asma dan alergi obat disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien mengaku dikeluarga ada yang mengalami keluhan yang sama seperti
dirasakan pasien, termasuk Ibu pasien, adik pasien dan adik dari ibu pasien. Adik
dari ibu pasien mempunyai riwayat TB dengan pengobatan selesai selama 6bulan
pada tahun 2006. Riwayat TB pada anggota lain disangkal, riwayat asma dan
alergi obat pada keluarga disangkal.

6. Riwayat Pengobatan
Pasien telah diberikan obat OBH selama 4 hari.
7. Riwayat Kehamilan
Selama kehamilan, ibu pasien rutin kontrol kehamilan ke Puskesmas Kecamatan
Senen. Penyakit pada saat kehamilan disangkal oleh ibu pasien.

8. Riwayat Persalinan
Pasien adalah anak pertama dari pasangan Tn.A dan Ibu S. Pasien lahir normal
spontan ditolong bidan di puskesmas Kecamatan Senen, dikandung cukup
bulan, dan lahir langsung menangis. Pasien lahir dengan berat badan 2700 gram.

9. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan pemberian imunisasi lengkap di puskesmas Kecamatan
Senen.
NO Vaksin Usia
1 BCG 1 bulan
2 Hepatitis B 1 bulan 2 bulan 6 bulan
3 Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
4 DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
5 Campak 9 bulan

10. Riwayat Sosial Ekonomi


An. F adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.A) sebagai
wiraswasta dan ibu (Ny.S) sebagai Ibu rumah tangga. An. F saat ini belum
bersekolah.Adik laki-lakinya, An.S saat ini berusia 2 tahun. Biaya hidup sehari-
hari dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan penghasilan ayah pasien
sebesar Rp 4.500.000,00 per bulan. Tn.A mengatakan bahwa penghasilannya

6
tersebut mencukupi kebutuhan sehari-hari rumah tangga namun sulit untuk
ditabung karena dalam satu rumah ada delapan orang yang ditanggung hidupnya.

11. Riwayat Kebiasaan


Pasien memiliki kebiasaan bermain game di handphone ibunya dirumah
bersama adiknya. Pasien jarang bermain keluar rumah dan melakukan aktivitas
fisik. Keluarga pasien memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari dan orangtua
pasien biasanya memasak makanan sendiri. Pasien sudah melakukan perawatan
diri sendiri seperti mandi, menggunakan baju dan mengganti baju. Pada keluarga
pasien mempunyai kebiasaan mencuci tangan tidak pakai sabun sebelum makan,
menurut ibu pasien terkadang tidak mencuci tangan sebelum makan.

C. Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2.Kesadaran : Compos mentis

3. Vital Sign :
- Nadi : 110x / menit
- Pernapasan : 24x / menit,
o
- Suhu : 36,7 C
- Berat Badan : 13 kg (pada tanggal 22 November 2017)
4. Status Gizi
a) Berat badan: 13 Kg
b) Panjang badan : 101 cm
c) BB/U : -2< SD < 0 ( Gizi Normal)
d) TB/U : -2 < SD < 0 ( Tinggi badan normal )
e) BB/PB : -3 < SD < -2 ( Kurus )

7
8
5. Status Generalis
 Kepala :

- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata : Tidak cekung

Oculi Dextra Oculi Sinistra


Palpebra superior Edema (-), Hematom (-), Edema (-), Hematom (-),

Entropion (-), Trikiasis (-) Entropion (-), Trikiasis (-)

Konjungtiva tarsal Anemis (-), Papil (-) Anemis (-), Papil (-)
Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
Bulat, Isokor, Miosis, refleks Bulat, Isokor, Miosis, refleks
Pupil cahaya langsung (+), refleks cahaya langsung (+), refleks
cahaya tak langsung (+) cahaya tak langsung (+)

 Telinga :

Auricula Dextra Auricula Sinistra


Inspeksi Bentuk baik, tanda-tanda Bentuk baik, tanda-tanda
radang (-), serumen (+) radang (-), serumen (+)
Palpasi Nyeri tekan tragus (-), Nyeri tekan tragus (-),
benjolan (-) benjolan (-)
 Hidung :

Dextra Sinistra
Bentuk normal, mukosa Bentuk normal, mukosa
Inspeksi hiperemis (+), konka hipertrofi hiperemis (+), konka hipertrofi
(+), sekret (+), massa (-), (+), sekret (+), massa (-),
pernafasan cuping hidung (-) pernafasan cuping hidung (-)
Palpasi Nyeri tekan (-), krepitasi (-) Nyeri tekan (-), krepitasi (-)

 Mulut : perioral cyanosis (-), mukosa bibir basah, mukosa lidah

tidak kering, faring hiperemis (-), tonsil T1-T1


9
 Leher : KGB tidak tampak dan tidak teraba membesar, trachea
tidak deviasi, pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Thoraks
a. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo

Inspeksi : Kedua hemithoraks simetris saat statis dan dinamis


Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris saat statis dan dinamis
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru, peranjakan paru (+)
Auskultasi : Vesikuler diseluruh lapangan paru, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
 Abdomen
- Inspeksi : Abdomen datar, simetris, sikatrik (-)
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-) Hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
- Auskultasi : Bising usus (+) meningkat Ekstremitas
 Ekstremitas : Akral hangat, tidak terdapat edema pada keempat
ekstremitas, tidak terdapat deformitas maupun sianosis.

D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

II. Berkas Keluarga

1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala
Keluarga Nama : Tn. A
Usia : 49 tahun
b. Identitas Pasangan

c. Struktur Komposisi Keluarga


Bentuk keluarga ini adalah Extended Family. Keluarga inti
(Nuclear Family) terdiri dari Tn. A (49) menikah dengan Ny,S (27) dan
memiliki 2 orang anak, yaitu An.F (4) dan An.S (2).
Keluarga besar (Extended Family) terdiri dari Tn.F (67) menikah
dengan Ny.S (61) dan memiliki 5 orang anak, yaitu Ny S (27), Nn.S
(25), An.D (18), An.D (17), An.D (11).

10
Tabel 1. Anggota Keluarga yang tinggal serumah
No Nama Kedudukan dalam Jenis Kelamin Umur (thn) Pendidikan Pekerjaan
keluarga
1 Tn. A Kepala keluarga Laki-laki 49 STM Wiraswasta
2 Ny. S Isteri Perempuan 27 SMA IRT
3 An.F Anak Laki-laki 4 - -
4 An.S Anak Perempuan 2 - -
5 Tn.F Kakek Laki-laki 67 STM -
6 Ny.S Nenek Perempuan 61 SD -
7 Nn.S Adik dari Ibu Perempuan 25 SMK SPG
8 An.D Adik dari Ibu Laki-laki 18 SMK -
9 An.D Adik dari Ibu Perempuan 17 SMK -
10 An.D Adik dari Ibu Laki-laki 11 SD -

2. Genogram
2.1. Bentuk keluarga :
Keluarga terdiri atas 3 generasi. Bentuk keluarga ini adalah extended
family dengan keluarga terdiri atas sebagai kepala keluarga Tn A (49) dan Ny. S
(27) sebagai istri, sudah menikah sejak 7 tahun yang lalu. Pasangan ini memiliki 2
orang anak yaitu anak pertama seorang laki-laki (An.F) berusia 4 tahun, anak
kedua seorang Perempuan (An.S) berusia 2 tahun. Dan dengan keluarga tambahan
terdiri dari Tn.F (67) sebagai kakek, Ny.S (61) sebagai nenenk, dan Nn.S (25),
An.D (18), An.D (17), An.D (11) sebagai adik dari Ny S (27).

2.2. Tahapan siklus keluarga :


Menurut tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga dikutip dari
Duvall (1985) dan Miller (1998), keluarga Tn.A berada pada tahapan
siklus keluarga yang ke III, yaitu keluarga anak usia pra-sekolah.

11
2.3 Family Map

Gambar 1. Genogram keluarga Tn.A


Keterangan :
 Laki-laki :

 Perempuan :

 Pasien :

 Meninggal :

 Menikah :

 Keturunan :

 Tinggal serumah :

12
3. Penilaian status sosial dan kesejahteraan
hidup a. Lingkungan tempat tinggal

Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal


Status kepemilikan rumah : Milik sendiri
Daerah pemukiman : Padat penduduk
Karakteristik rumah dan lingkungan Kesimpulan
2
Luas rumah 12x5 m (2 lantai) An. F tinggal di rumah milik
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 10 orang orangtuanya. Total penghuni di rumah
Dinding rumah dari : Tembok tersebut sebanyak 10 orang, terdapat
Jumlah ventilasi rumah : 5 dilantai atas, 5 dilantai bawah jamban keluarga, tempat pembuangan
Jumlah jendela rumah : 1 dilantai atas, 1 dilantai bawah sampah ada dan air bersih juga
Jamban keluarga : Ada tersedia yaitu menggunakan air pam.
Tempat bermain : Tidak ada kondisi lingkungan tempat tinggal
Penerangan listrik : 1.200 watt pasien cukup padat penduduk.
Ketersediaan air bersih : Ada Ventilasi udara belum dioptimalkan
Tempat pembuangan sampah : Ada dengan baik.

b. Kepemilikan barang-barang berharga


- Satu unit televisi
- Dua unit kipas angin
- Satu unit kompor gas (tabung gas 3kg)
- Satu unit lemari es satu pintu
- Satu unit rice cooker
- Satu unit blender
- Satu unit dispenser
- 2 unit motor

Gambar 2. Denah rumah Tn.A

13
4. Penilaian perilaku kesehatan keluarga
a. Perilaku terhadap sakit dan penyakit
Jika ada anggota keluarga yang sakit, maka keluarga Tn. A lebih sering
membeli obat di apotek terlebih dahulu. Keluarga Tn.A baru pergi ke
pelayanan kesehatan jika penyakitnya tidak sembuh dengan obat tersebut atau
bertambah berat. Keluarga Tn.A mengetahui penyakit diderita pasien menular
lewat udara namun saat keluarga Tn.A menderita batuk, keluarga tidak
menggunakan masker atau menutup mulut saat batuk.
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan
Kelurga Tn.A memiliki jaminan kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS).
c. Perilaku terhadap makanan
Keluarga Tn.A memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari dan makan
makanan yang dimasak sendiri oleh istri Tn.A yaitu Ny.S . Makanan dalam
sehari beranekaragam, namun terkadang tidak menggunakan sayur, buah-
buahaan dan susu. Keluarga Tn.A lebih sering memakan lauk pauk seperti
daging ayam, ikan, tempe, tahu dan telur. Keluarga Tn.A tidak mengerti yang
dimaksud dengan pola gizi seimbang. Kelurga Tn.A masih belum membatasi
konsumsi manis, asin, dan berlemak, Ny.S mengatakan saat memasak hanya
dikira-kira saja kandungan gula, garam sampai masakan terasa enak. Keluarga
Tn.A membiasakan sarapan sebelum berangka sekolah dan berkerja sekitar
pukul 6.30 WIB. Keluarga Tn.A minum air putih lebih dari 8 gelas perhari.
Keluarga Tn. A tidak pernah melihat label makanan saat membeli makanan.
Keluarga Tn. A memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan, terkadanag An.F tidak mencuci makan saat sebelum makan,
dan jarang melakukan aktivitas fisik.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Keluarga Tn.A membersihkan rumah dua kali sehari. Keluarga Tn.A
tinggal di rumah sendiri yang berada di lingkungan padat penduduk. Rumah
tersebut mempunyai ventilasi udara yang belum dioptimalkan dengan baik,
dan jendela yang kurang sehingga udara maupun cahaya tidak dapat masuk ke
dalam rumah.

5. Sarana pelayanan kesehatan

Tabel 5. Pelayanan kesehatan


Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat Naik motor bersama Pasien berobat ke Puskesmas
pelayanan kesehatan dengan orang tuanya Kecamatan Senen dengan
Tarif pelayanan kesehatan Badan Penyelenggara menggunakan motor bersama
Jaminan Sosial (BPJS) ibu pasien. Orangtua pasien
Kualitas pelayanan Menurut keluarga kualitas merasa puas dengan
pelayanan kesehatan yang pelayanan kesehatan yang ada
kesehatan
didapat cukup memuaskan di Puskesmas

14
6. Pola konsumsi makanan keluarga
1. Kebiasaan makan
Keluarga Tn.A memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari dan makan
makanan yang dimasak sendiri oleh istri Tn.A yaitu Ny.S . Makanan dalam
sehari beranekaragam, namun terkadang tidak menggunakan sayur, buah-
buahaan dan susu. Keluarga Tn.A lebih sering memakan lauk pauk seperti
daging ayam, ikan, tempe, tahu dan telur. Keluarga Tn.A tidak mengerti yang
dimaksud dengan pola gizi seimbang. Kelurga Tn.A masih belum membatasi
konsumsi manis, asin, dan berlemak, Ny.S mengatakan saat memasak hanya
dikira-kira saja kandungan gula, garam sampai masakan terasa enak. Keluarga
Tn.A membiasakan sarapan sebelum berangka sekolah dan berkerja sekitar
pukul 6.30 WIB. Keluarga Tn.A minum air putih lebih dari 8 gelas perhari.
Keluarga Tn. A tidak pernah melihat label makanan saat membeli makanan.
Keluarga Tn. A memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan, terkadanag An.F tidak mencuci makan saat sebelum makan,
dan jarang melakukan aktivitas fisik.
Pasien kurang suka mengkonsumsi sayuran. Keluarga Tn.A jarang
mengkonsumsi susu dan buah-buahan. Keluarga Tn.A kurang mengerti dalam
pengaturan pola makan dan menu makanan yang tepat.

2. Menerapkan pola gizi seimbang


Gizi seimbang adalah Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku
hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah
masalah gizi. Secara umum menu makanan yang seimbang dengan komposisi
energi dari karbohidrat 50% - 65%, protein 10% - 20%, dan lemak 20% -
30%.
Untuk penerapan pola gizi seimbang keluarga Tn.A sebaiknya mengikuti
Pedoman Gizi Seimbang yang dijabarkan menjadi 13 pesan dasar, sebagai
berikut :
A. Pesan Umum
1. Syukuri dan nikmati anekaragaman makanan
Cara menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima
kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan. Kelima
kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu
jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik.

15
Gambar 1. Sajian Sekali Makan

2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan


Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan
konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 g
perorang perhari, yang terdiri dari 250 g sayur (setara dengan 21/2
porsi atau 21/2 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 g
buah. (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 11/2
potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah 14 jeruk ukuran sedang).
Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan
300-400 g perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah,
dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa.
Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-
buahan tersebut adalah porsi sayur.

3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi


Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan
sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein
hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi, daging kambing,
daging rusa dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek dll), ikan
termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya. Kelompok
Pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan
dan hasil olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang
tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang tolo dan lain-lain.
Dalam mewujudkan gizi seimbang kedua kelompok pangan ini
(hewani dan nabati) perlu dikonsumsi bersama kelompok pangan
lainnya setiap hari, agar jumlah dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi
lebih baik dan sempurna. Kebutuhan pangan hewani 2-4 porsi (setara
dengan 70- 140 gr/2-4 potong daging sapi ukuran sedang atau 80-160
gr/2-4 potong daging ayam ukuran sedang atau 80-160 gr/2-4 potong
ikan ukuran sedang) 15 sehari dan pangan protein nabati 2-4 porsi
sehari ( setara dengan 100-200 gr/ 4-8 potong tempe ukuran sedang

16
atau 200-400 gr/ 4-8 potong tahu ukuran sedang) tergantung
kelompok umur dan kondisi fisiologis (hamil, menyusui, lansia, anak,
remaja, dewasa). Susu sebagai bagian dari pangan hewani yang
dikonsumsi berupa minuman dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu
menyusui serta anak-anak setelah usia satu tahun. Mereka yang
mengalami diare atau intoleransi laktosa karena minum susu tidak
dianjurkan minum susu hewani. Konsumsi telur, susu kedele dan ikan
merupakan salah satu alternatif solusinya.

4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok


Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang
sering dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan
berbagai etnik di Indonesia sejak lama.Contoh pangan karbohidrat
adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut,
sagu dan produk olahannya. Indonesia kaya akan beragam pangan
sumber karbohidrat tersebut..
Cara mewujudkan pola konsumsi makanan pokok yang beragam
adalah dengan mengonsumsi lebih dari satu jenis makanan pokok
dalam sehari atau sekali makan. Salah satu cara mengangkat citra
pangan karbohidrat lokal adalah dengan mencampur makanan
karbohidrat lokal dengan terigu, seperti pengembangan produk boga
yang beragam misalnya, roti atau mie campuran tepung singkong
dengan tepung terigu, pembuatan roti gulung pisang, singkong goreng
keju dan lain-lain.

5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak.


Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang
Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta
Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji
menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok makan),
natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak total
lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per hari akan
meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan
jantung. Informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan
kesehatan yang tercantum pada label pangan dan makanan siap saji
harus diketahui dan mudah dibaca dengan jelas oleh konsumen.
Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu
dibatasi.
- Konsumsi gula
Beberapa cara membatasi konsumsi gula:
1) Kurangi secara perlahan penggunaan gula, baik pada
minuman teh/kopi maupun saat membubuhkan pada masakan.
Jika meningkatkan rasa pada minuman, tambahkan jeruk nipis
pada minuman tehdan atau madu, bukan menambahkan gula.
2) Batasi minuman bersoda.

17
3) Ganti makanan penutup/dessert yang manis dengan buah
atau sayursayuran.
4) Kurangi atau batasi mengkonsumsi es krim.
5) Selalu membaca informasi kandungan guladan kandungan
total kalori (glucosa, sucrosa, fruktosa, dextrosa, galaktosa,
maltosa) dan garam (natrium) jika berbelanja makanan dalam
kemasan.
6) Kurangi konsumsi coklatyang mengandung gula.
7) Hindari minuman beralkohol.
- Konsumsi garam
Karena itu dianjurkan mengonsumsi garam sekedarnya dengan
cara menyajikan makanan rendah natrium:
1) Gunakan garam beriodium untuk konsumsi.
2) Jika membeli pangan kemasan dalam kaleng, seperti
sayuran, kacangkacangan atau ikan, baca label informasi nilai
gizi dan pilih yang rendah natrium.
3) Jika tidak tersedia pangan kemasan dalam kaleng yang
rendah natrium, pangan dalam kemasan tersebut perlu dicuci
terlebih dahulu agar sebagian garam dapat terbuang
4) Gunakan mentega atau margarine tanpa garam (unsalted)
5) Jika mengonsumsi mi instan gunakan sebagian saja bumbu
dalam sachet bumbu yang tersedia dalam kemasan mi instan
6) Coba bumbu yang berbeda untuk meningkatkan rasa
makanan, seperti jahe atau bawang putih.
- Konsumsi lemak
Konsumsi lemak dan minyak dalam hidangan sehari-hari
dianjurkan tidak lebih dari 25% kebutuhan energi, jika
mengonsumsi lemak secara berlebihan akan mengakibatkan
berkurangnya konsumsi makanan lain. Hal ini disebabkan
karena lemak berada didalam sistem pencernaan relatif lebih
lama dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga
lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama.
Secara nasional, rata-rata konsumsi lemak di Indonesia telah
sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 47 gram/kapita/hari atau
25 persen dari total konsumsi energi. Karakteristiknya adalah
lebih besar pada kelompok penduduk usia 2-18 tahun, tinggal
di perkotaan dan pada kelompok perempuan (Riskesdas,
2010). Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak
tidak perlu dibatasi.

6. Biasakan sarapan.
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara
bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi
harian 19 (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup
sehat, aktif, dan produktif. Sarapan yang baik terdiri dari pangan
karbohidrat, pangan lauk-pauk, sayuran atau buah-buahan dan

18
minuman. Bagi orang yang tidak biasa makan kudapan pagi dan
kudapan siang, porsi makanan saat sarapan sekitar sepertiga dari total
makanan sehari. Bagi orang yang biasa makan kudapan pagi dan
makanan kudapan siang, jumlah porsi makanan sarapan sebaiknya
seperempat dari makanan harian.

7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman


Pemenuhan kebutuhan air tubuh dilakukan melalui konsumsi
makanan dan minuman. Sebagian besar (dua-pertiga) air yg dibutuhkan tubuh dilakukan
melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau delapan gelas sehari bagi remaja dan dewasa
yang melakukan kegiatan ringan pada kondisi temperatur harian di kantor/rumah tropis.

Pekerja yang berkeringat, olahragawan, ibu hamil dan ibu menyusui


memerlukan tambahan kebutuhan air selain dua liter
kebutuhan dasar air. Air yang dibutuhkan tubuh selain jumlahnya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan juga harus aman yang berarti bebas
dari kuman penyakit dan bahan-bahan berbahaya.

8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan


Label adalah keterangan tentang isi, jenis, komposisi zat gizi,
tanggal kadaluarsa dan keterangan penting lain yang dicantumkan
pada kemasan (Depkes, 1995).
Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas
sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang
terkandung dalam makanan tersebut.

9. Cuci tangan pakai sabun dan air bersih mengalir


Perilaku hidup bersih harus dilakukan atas dasar kesadaran oleh
setiap anggota keluarga agar terhindar dari penyakit, karena 45%
penyakit diarebisa dicegah dengan mencuci tangan.

Kapan saja harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, antara
lain:
1) Sebelum dan sesudah memegang makanan
2) Sesudah buang air besar dan menceboki bayi/anak
3) Sebelum memberikan air susu ibu
4) Sesudah memegang binatang
5) Sesudah berkebun

Manfaat melakukan 5 langkah mencuci tangan yaitu


membersihkan dan membunuh kuman yang menempel secara
cepat dan efektif karena semua bagian tangan akan dicuci
menggunakan sabun.

Cara Cuci Tangan 5 Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan Benar
1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir
19
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari-jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4) Bilas dengan air bersih mengalir
5) Keringkan tangan dengan handuk/tissu atau keringkan dengan
udara/dianginkan.

Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun


adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah
kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke makanan yang akan
dikonsumsi dan juga agar tubuh tidak terkena kuman.

10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan
normal
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik
dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau
olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam
seminggu. Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain
aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu,
mencuci, mengepel, naik turun tangga dan lain-lain. Latihan fisik
adalah semua bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur
dan terencana, dengan tujuan untuk meningkatkan kesegaran 22
jasmani. Beberapa latihan fisik yang dapat dilakukan seperti berlari,
joging, bermain bola, berenang, senam, bersepeda dan lain-lain.

B. Pesan Khusus
- Pesan Gizi Seimbang untuk Anak Usia 2 – 5 Tahun
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga b. Perbanyak mengonsumsi makanan kaya protein
seperti ikan, telur, tempe, susu dan tahu.
c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Sayuran
dan buah-buahan adalah pangan sumber vitamin, mineral dan
serat.
d. Batasi mengonsumsi makanan selingan yang terlalu manis,
asin dan berlemak.
e. Minumlah air putih sesuai kebutuhan. Sangat dianjurkan agar
anak-anak tidak membiasakan minum minuman manis atau
bersoda,karenajenis minuman tersebut kandungan gulanya tinggi.
Untuk mencukupi kebutuhan cairan sehari hari dianjurkan agar
anak anak minum air sebanyak 1200 – 1500 mL air/hari.
f. Biasakan bermain bersama dan melakukan aktivitas fisik setiap
hari.

- Pesan Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja (6 – 19 tahun)


a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga

20
Makan pagi pada anak sekolah sebaiknya dilakukan pada jam
06.00 atau sebelum jam 07.00 yaitu sebelum terjadi hipoglikemia
atau kadar gula darah sangat rendah.
b. Biasakan mengonsumsi ikan dan sumber protein lainnya Ikan
merupakan sumber protein hewani, sedangkan tempe dan tahu
merupakan sumber protein nabati.
c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan d.
Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah
f. Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari
setelah makan pagi dan sebelum tidur Setelah makan ada sisa
makanan yang tertinggal di sela-sela gigi. g. Hindari merokok
Merokok

- Pesan gizi seimbang untuk usia lanjut


a. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
b. Biasakan mengonsumsi makanan sumber kalsium seperti ikan
dan susu
c. Biasakan mengonsumsi makanan berserat
d. Batasi mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi
natrium.
e. Minumlah air putih sesuai kebutuhan : kelompok usia lanjut
perlu air minum yang cukup (1500-1600ml/hari).
f. Tetap melakukan aktivitas fisik Sel-sel otot pada usia muda
mempunyai kelenturan yang optimal dan mulai menurun pada
usia lanjut. Sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik
yang ringan seperti berjalan-jalan, bersepeda, berkebun dan
melakukan olah raga ringan seperti yoga, senam usia lanjut yang
berfungsi membantu kelenturan otot dan relaksasi otot.
g. Batasi konsumsi gula, garam dan lemak

Keluarga ini belum memperhatikan pola makan gizi seimbang


dikarenakan keluarga merasa penghasilan Tn.A harus dimanfaatkan
untuk membeli lauk dan beras terlebih dahulu dibandingkan dengan
membeli buah-buahan dan masih banyak kebutuhan keluarga yang
lain yang harus dipenuhi sehingga tidak memikirkan pola makan gizi
seimbang.

Tabel 6. Food Recall Pola Makan An.F Selama Tiga Hari Terakhir

Pagi, 19 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Tempe goreng 2ptg 160 kkal 16 gr 12 gr 3 gr
Telur balado 75 kkal 7 gr 5 gr
Air mineral
Jumlah 410 kkal

21
Tabel 6. Food Recall Pola Makan An.F Selama Tiga Hari Terakhir

Siang, 19 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
ayam goreng 150 kkal 7 gr 13 gr
Ikan asin 2 ptg 100 kkal 14 gr 4 gr
Air mineral
Jumlah 425 kkal

Malam, 19 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Ayam goring 150 kkal 7 gr 13 gr
Bayam 25 kkal 5 gr 1 gr
Air mineral
Jumlah 350 kkal

Pagi, 20 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Tahu goring 80 kkal 8 gr 6 gr 3 gr
Ikan goreng 150 kkal 21 gr 6 gr
Air mineral
Jumlah 405 kkal

Siang, 20 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Tahu goring 80 kkal 8 gr 6 gr 3 gr
Ikan goreng 150 kkal 21 gr 6 gr
Air mineral
Jumlah 405 kkal

Malam, 20 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Telor dadar 100 kkal 8 gr 6 gr
Ikan goreng 150 kkal 21 gr 6 gr
Air mineral
Jumlah 425 kkal

Pagi, 21 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Telor asin 75 kkal 7 gr 5 gr
Tempe goreng 2ptg 160 kkal 16 gr 12 gr 3 gr
Air mineral
Jumlah 410 kkal

22
Tabel 6. Food Recall Pola Makan An.F Selama Tiga Hari Terakhir

Siang, 21 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Ayam goring 150 kkal 7 gr 13 gr
Tahu tauge 105 kkal 13 gr 6 gr 1 gr
Bakso 75 kkal 7 gr 5 gr
Air mineral
Jumlah 505 kkal

Malam, 21 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Mie goring 175 kkal 40 gr 4 gr
Kerupuk 80 kkal 25 gr 2 gr
Air mineral
Jumlah 255 kkal

Interpretasi terhadap food recall pasien An.F :


Dari table diatas, dapat disimpulkan bahwa An.F mendapat total kalori perhari :
Tanggal 19 November 2017 : 1185 kkal
Tanggal 20 November 2017 : 1235 kkal
Tanggal 21 November 2017 : 1170 kkal Rata-rata
asupan pasien selama 3 hari, adalah 1196,6 kkal.
Keterangan : Rata-rata asupan kalori yang dikonsumsi adalah 1196,6 kkal, dengan
rata-rata asupan karbohidrat 150,3 gr, protein 71,3 gr, dan lemak 31,6 gr.

Kebutuhan energi dan zat gizi total perhari menurut WidyaKarya Pangan dan Gizi
(WKPG) :
Kebutuhan energi usia 4-5 tahun = 90 kalori/kgBB/hari
Kebutuhan protein : 10% dari total kebutuhan energi harian
= (10% x total energi harian) : 4.
Kebutuhan Lemak : 20% dari total kebutuhan energi harian
= (20% x total energi harian) : 9.
Kebutuhan Karbohidrat : 70% dari total kebutuhan energi harian
= (70% x total energi harian) : 4

Kebutuhan energi pasien = 90 kalori x 13 kg = 1,170 kalori/hari


Kebutuhan protein = (10% x 1,170 kalori) : 4 = 29,25 gr
Kebutuhan Lemak = (20% x 1,170 kalori) : 9 = 26 gr
Kebutuhan karbohidrat = (70% x 1,170 kalori) : 4 = 204,75 gr

Interpretasi terhadap food recall pasien :


Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa menu makan pasien sesuai dengan
jumlah energi/kalori yang dibutuhkan setiap harinya. Namun kebutuhan
karbohidrat yang kurang, dan kebutuhan protein dan lemak yang berlebih.
Dapat disimpulkan bahwa asupan makanan pasien masih belum memenuhi
kebutuhan pasien yang seharusnya.

23
7. Pola dukungan keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Orang tua pasien mempunyai keinginan agar anaknya sembuh dan
menemani anaknya berobat ke puskesmas. Orang tua pasien tahu dan peduli
terhadap kesehatan pasien sehingga pasien dapat mendapatkan pengobatan.
Terdapatnya kendaraan pribadi yang dapat mempermudah akses berobat ke
puskesmas sehingga lebih menghemat tenaga dan waktu. Biaya pelayanan
kesehatan pasien bersumber dari Badan Pelayanan Janiman sosial (BPJS)
sehingga pasien dapat terus rutin berobat sampai keluhan tidak muncul
kembali. Jarak yang dekat antara puskesmas dan rumah, sehingga membuat
keluarga tidak mengalami kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan.

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga


Dalam keluarga ini hubungan antara orang tua dan anak cukup baik.
Namun dikarenakan lingkungan dirumah juga sedang menderita sakit yang
sama dengan pasien membuat penyakit pasien tidak mengalami perbaikan.
Pasien juga kurang suka makan sayuran dan buah-buahan yang cukup dan
ditambah dengan orang tua yang tidak membiasakan pasien makan buah-
buahan dan sayuran.

8. Fungsi keluarga
a. Fungsi biologis
Keluarga mampu meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya
dengan mempunyai dua orang anak, yaitu An.F berusia 4 tahun dan An.S
berusia 2 tahun. Selain itu keluarga ini menerapkan program keluarga
berencana maka fungsi keluarga ini sedikit terkontrol. Keluarga tidak ada
yang memiliki kecacatan ataupun penyakit menular. Ny. S dan suaminya Tn.
A memelihara dan membesarkan anak-anaknya dengan baik, serta merawat
dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarganya. Keluarga Tn.A merasa
cukup memenuhi kebutuhan makanan sehati-hari namun tidak sesuai dengan
pola gizi seimbang yaitu kurang makan sayuran dan cukup buah-buahan,
terkadang tidak mencuci tangan sebelum makan, dan kurang melakukan
aktivitas fisik yang cukup.

b. Fungsi pendidikan
Keluarga Tn.A sudah mempersiapkan tabungan untuk menyekolahkan
anaknya. Keluarga Tn.A menyadari akan pentingnya mengejar pendidikan
setinggi mungkin. Keluarga juga mampu menyekolahkan adik-adik dari Ny.S
(isteri Tn.A).

c. Fungsi psikologis
Pasien adalah seorang anak dengan keluarga pasien yang masih
memperhatikan kondisi penyakit pasien, memperhatikan pola makan pasien
dan kegiatan sehari - hari pasien. Komunikasi di antara keluarga juga baik,
dan antar keluarga juga saling memberi dukungan terhadap penyakit yang

24
diderita keluarga. Selain itu keluarga ini masih memiliki kesadaran yang baik
akan pentingnya kesehatan. Tn.A dan Ny.S telah memberikan rasa aman,
nyaman, perhatian, memberikan identitas terhadap anggota keluarga.

d. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, keluarga Tn.A dan Ny.S, aktif dalam
bermasyarakat di lingkungan setempat serta anaknya An.F dan An.S juga
sering bermain bersama anak-anak disekitar rumah. Turut serta dalam
kegiatan yang ada di RT maupun RW seperti acara penyuluhan yang diadakan.
Keluarga ini menerapkan nilai – nilai dan norma sosial budaya yang ada di
lingkungan tempat tinggal pasien sudah dilakukan dengan cukup baik.

e. Fungsi ekonomi
Sumber penghasilan utama pada keluarga adalah dari ayah pasien. Keluarga
mampu memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan
makanan, pakaian, dan tempat berlindung (rumah), namun kesulitan untuk
menabung karena ada delapan orang yang ditanggung di rumah. Untuk biaya
kesehatan, pasien menggunakan BPJS sehingga pasien dapat berobat tanpa
memikirkan banyaknya biaya yang keluar dan terjamin kesehatannya.
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga ini dilakukan oleh Ny. S untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sehari-harinya. Tn.A dan Ny.S menabung
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
seperti untuk pendidikan.

B. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga


Ada beberapa permasalahan yang dapat ditemukan pada keluarga ini, yaitu :
1. Anggota keluarga juga sedang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
2. Saat menderita batuk, keluarga Tn.A tidak melakukan tindakan
pencegahan, seperti menggunakan penutup mulut atau menutup mulut saat
batuk.
3. Anggota keluarga yang terlalu banyak di dalam 1 rumah.
4. Masalah ekonomi karena harus membiayai delapan orang yang ada di
rumah sehingga kesulitan untuk menabung untuk kebutuhan di masa yang
akan datang.
5. Ventilasi rumah yang belum dioptimalkan dengan baik.
6. Kurangnya jendela dan ventilasi dirumah sehingga udara bersih dan
cahaya tidak dapat masuk ke rumah.
7. Kebiasaan keluarga Tn.A dalam pencarian pengobatan, seperti tidak
langsung berobat ke dokter.
8. Keluarga Tn.A kurang mengerti tentang gizi seimbang dan pengaturan pola
makan atau menu makanan yang tepat.
9. Keluarga juga kurang menjaga kesehatannya, ini terlihat dari kebiasaan
keluarga yang mencuci tangan tidak pakai sabun dalam keluarga pasien
sebelum makan, dan terkadang pasien juga tidak mencuci tangan saat
sebelum makan.

25
BAB II
DIAGNOSIS HOLISTIK
A. Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal : (alasan kedatangan, kekhawatiran, harapan, persepsi individu
mengenai penyakitnya)
- Alasan datang :
Pasien seorang laki-laki, berusia 4 tahun datang dibawa orangtuanya ke
Puskesmas Kecamatan Senen dengan keluhan batuk berdahak disertai pilek
dan penurunan nafsu makan selama 1 minggu.
- Kekhawatiran :
Orang tua pasien khawatir penyakit yang diderita pasien ini akan semakin
memberat karena sudah diberikan obat selama 3 hari namun tak kunjung
membaik.
- Harapan :
Orang tua pasien berharap pasien segera membaik dan sembuh sempurna dari
penyakitnya.
- Persepsi penyakit :
 Orang tua pasien merasa sakit yang diderita pasien sudah berat,
namun orang tua pasien percaya apabila pasien teratur meminum obat
maka penyakit yang diderita pasien dapat disembuhkan.
 Pandangan orang tua pasien pada sisi agama, orang tua pasien percaya
apabila memohon kesembuhan kepada Allah SWT maka penyakit
yang diderita pasien dapat disembuhkan.

2. Aspek Klinis : (diagnosis kerja dan diagnosis banding)


 Diagnosis kerja : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
 Dasar diagnosis : Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
 Diagnosis banding : Rhinitis, Sinusitis, Faringitis

3. Aspek Resiko Internal : (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah


kesehatan pasien)
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien adalah :
 Pasien tidak suka makan sayur dan buah-buahan.
 Pasien jarang melakukan aktivitas fisik.
 Pasien mempunyai kebiasaan mencuci tangan tidak menggunakan sabun dan
terkadanag tidak mencuci tangan sebelum makan.

4. Aspek Psikososial keluarga : (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah


kesehatan pasien)
 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi seimbang dan pola makan sehat
dan bergizi.
 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang etika batuk.
 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien.

26
 Anggota keluarga juga sedang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
 Kurangnya jendela dan ventilasi dirumah sehingga udara bersih dan cahaya tidak
dapat masuk kerumah.
 Ventilasi dirumah belum dioptimalkan dengan baik.
 Jumlah anggota yang terlalu banyak di dalam 1 rumah.
 Kebiasaan keluarga Tn.A dalam pencarian pencarian pengobatan, terlebih dahulu
membeli obat ke apotek kemudian apabila tidak sembuh berobat ke dokter.

5. Aspek Fungsional : (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari)


Menurut International Classification Primary Care (ICPC), pasien mempunyai aspek
fungsional pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari seperti sebelum sakit.
Dapat disimpulkan derajat fungsional pasien menurut ICPC saat ini adalah derajat 1,
dikarenakan tidak ada keterbatasan pekerjaan apapun atau aktifitas harian seperti
3pasien dapat mandiri dalam perawatan diri dan masih dapat bermain dengan
adiknya.

Identifikasi derajat fungsional pasien yaitu dampak aktivitas harian pasien saat
mengalami keluhan/gejala yang dikeluhkan (International Classification of
Primary Care). Dibagi menjadi lima:

1 : No difficulty at all (sama sekali tidak mengurangi pekerjaan/aktivitas harian)


2 : A little bit of difficulty (mulai mengurangi aktivitas berat, aktivitas ringan
masih mampu)
3 : Some difficulty (mulai mengurangi aktivitas ringan, sebagian perawatan diri
sementara dibantu orang lain, kemungkinan perawatan di RS untuk sementara
waktu) 4 : Much difficulty (aktivitas harian lebih banyak di rumah, tidak mampu
bekerja di luar rumah, perawatan diri sebagian sudah harus dibantu orang lain)
5 : Could not do/permanent unfit (100% berbaring di tempat tidur, perawatan diri
seluruhnya harus dibantu orang lain)

27
B. Rencana Penatalaksanaan (sesuai dengan lima aspek diatas)

Tabel 7. Rencana penatalaksanaan


Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan Follow up
Aspek 1. Melakukann anamnesis, pemeriksaan fisik dan Pasien dan Saat pasien 1. Mengetahui hasil dari 1. Pasien mengalami perbaikan dan
Personal menegakkan diagnosis keluarga berobat ke anamnesis dan keluhan sudah berkurang
pasien puskesmas pemeriksaan fisik
2. Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang dan saat terhadap pasien. 2. Tidak ada kekhawatiran yang
penyakit ISPA (Gejala, cara penularan, kunjungan dirasakan oleh orang tua pasien.
pencegahan dan komplikasi) ke rumah 2. Keluarga pasien dapat
pasien. mengetahui tentang 3. Pasien rutin atau teratur meminum
3. Menjelaskan kepada orang tuan pasien tidak penyakit ISPA yang obat yang tekah diberikan.
perlu khawatir karena penyakit ISPA ini dapat diderita pasien.
sembuh dilihat dari penyebabnya.
3. Orang tua pasien tidak
4. Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa khawatir berlebihan
berobat sangat dianjurkan dalam agama, oleh tentang penyakit pasien.
karena itu pasien harus menjalani pengobatan
untuk mengatasi keluhan yang dialami. 4. Pasien rutin atau teratur
meminum obat.
Aspek 1. Menjelaskan kepada orang tua psien tentang Pasien dan Saat pasien 1. Orang tua pasien 1. Pasien mengalami perbaikan dan
Klinik terapi yang diberikan. Orang tua berobat ke mengerti cara pemberian keluhan sudah berkurang
pasien puskesmas terapi yang telah
2. Memberikan obat : dan saat diberikan. 2. Pasien rutin atau teratur meminum
- Amoxicilin syrup 125mg/5ml : 3x10ml kunjungan obat yang tekah diberikan.
(3x2sendok teh) ke rumah 2. Mengurangi keluhan
- Biovitan multivitamin syrup : 1x1 pasien. yang diderita oleh pasien 3. Pasien sudah dibiasakan mencuci
- Coldrexin syrup : 3x7,5ml (3x1 sendok teh) dan mencegah timbulnya kedua tangan dengan sabun dan air
- Anjuran untuk makanan dengan gizi komplikasi. mengalir sebelum makan
seimbang (buah, sayuran dan susu), tidak 3. Orang tua dapat menjaga 4. Pasien minum susu setiap pagi
jajan sembarangan, dan menutup mulut pola makan anak dan namun masih tidak mau makan sayur
apabila batuk anak tidak jajan dan buah setiap harinya.
3. Menjelaskan kepada ibu pasien dianjurkan untuk sembarangan, menjaga
kebersihan dan 5. Pasien tidak melakukan aktivitas
selalu menjaga pola makan, tidak jajan melakukan aktivitas fisik.
sembarangan, menjaga kebersihan, dan fisik.
beraktivitas fisik.

28
Tabel 7. Rencana penatalaksanaan

Aspek 1.Mengedukasi pasien untuk makan sayur, buah- Pasien dan Pada saat 1.Orangtua mengubah pola makan 1. Pasien minum susu
resiko buahan dan susu keluarga kunjungan pasien menjadi pola makan gizi setiap pagi namun
internal pasien ke rumah seimbang masih tidak mau
2.Menjelaskan kepada orangtua pasien tentang makan sayur dan buah
setiap harinya.
dasar gizi seimbang. 2.Orangtua mengetahui tentang
dasar gizi seimbang
3.Menjelaskan kepada pasien dan orang tua pasien 2. Pasien sudah
dibiasakan mencuci
cara cuci tangan 5 langkah pakai sabun yang baik 3.Pasien dan orangtua pasien kedua tangan dengan
dan benar. menerapkan mencuci tangan sabun dan air mengalir
sebelum makan menggunakan sebelum makan
sabun dan air mengalir.
Aspek 1.Menjelaskan kepada orangtua pasien tentang Paisen dan Pada saat 1.Orangtua mengetahui tentang 1. Pasien dan keluarga
Psikososial dasar gizi seimbang. keluarga kunjungan dasar gizi seimbang. menutup mulut saat
Keluarga pasien ke rumah batuk.
2.Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien 2.Pasien dan keluarga pasien
mengerti tentang etika batuk dan
bagaimana etika batuk (menutup mulut saat batuk menerapkan saat sedang
atau menggunakan penutup mulut atau masker). menderita batuk.
3.Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang apa 3.Keluarga pasien dapat

itu rumah sehat dan syarat rumah sehat. mengetahui tentang penyakit
4.Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang ISPA (gejala, cara penularan,
pencegahan dan komplikasi).
penyakit ISPA (Gejala, cara penularan,
pencegahan dan komplikasi)
5.Menjelaskan kepada keluarga pasien pentingnya

pengobatan penyakit secara cepat dan tepat untuk


menghindari komplikasi.

Aspek Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien Pasien dan Pada saat 1.Pasien dapat mempertahankan Pasien mengalami
fungsional untuk meminum obat secara teratur dan dianjurkan keluarga kunjungan skor fungsional perbaikan dan keluhan
untuk selalu menjaga pola makan, tidak jajan pasien ke rumah sudah berkurang
sembarangan, menjaga kebersihan, beraktivitas 1.Mencapai kondisi kesehatan yang
fisik, menerapkan etika batuk.
optimal
29
C. Prognosis
1. Ad vitam : Ad bonam
2. Ad sanationam : Ad bonam
3. Ad functionam : Ad bonam

30

Anda mungkin juga menyukai