Anda di halaman 1dari 15

SKEP KEGAWATDARURATAN "Cronic Kidney Disease (Gagal Ginjal)"

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gagal Ginjal Kronik adalah proses kehilangan fungsi ginjal secara progresif dalam periode
beberapa bulan atau beberapa tahun. Penyakit ini merupakan masalah di bidang nefrologi
dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Gejala-gejala memburuknya fungsi ginjal tidak
spesifik, dan mungkin juga ditemukan tidak enak badan dan penurunan nafsu makan. GGK
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dimana secara bertahap terjadi
penurunan fungsi ginjal dari waktu ke waktu dan biasanya menetap pada penderita penyakit
ginjal tahap akhir dan akan terus meningkat jika kita tidak melakukan pencegahan dan
pengelolaan dengan baik. Ada banyak hal yang menjadi pencetus timbulnya penyakit Gagal
ginjal kronis. Salah satu diantaranya adalah penyakit diabetes Melitus. Semakin hari angka
penderita penyakit GGK terus meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan keperawatan
untukmengatasi masalah- masalah yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Definisi dari penyakit CKD?

2. Apa saja Etiologi dari CKD?

3. Bagaimana patofisiologi CKD?

4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit CKD?

5. Bagaimanan pemeriksaan diagnotik penyakit CKD?

6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit CKD?

7. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit CKD?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui definisi CKD


2. Untuk mengetahui etiologi CKD

3. Untuk mengetahui patofisiologi CKD

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis CKD

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang CKD

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan CKD

D. MANFAAT PENULISAN

1. Dapat mengetahui definisi CKD

2. Dapat mengetahui etiologi CKD

3. Dapat mengetahui patofisiologi CKD

4. Dapat mengetahui manifestasi klinis CKD

5. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang CKD

6. Dapat mengetahui penatalaksanaan CKD

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah).Penyakit Ginjal Kronik dinyatakan juga sebagai suatu proses patofisiologi dengan
etiologi yang beragam mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang irreversible pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal
yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

CKD (Cronik Kidney Disease) adalah kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional
yang di manifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik
atau kelainan pada pemeriksaan radiologi dengan atau tanpa penurunan fungsi ginjal yang
berlangsung > 3 bulan.

CKD adalah kelainan penurunan LFG < 60 ml/menit per 1.73 m2 luas permukaan tubuh selama
> 3 bulan tanpa atau dengan kerusakan ginjal

GGK merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat biasanya berlangsung
dalam beberapa tahun.

GGK adalah kerusakan pada ginjal yang terus berlangsung dan tidak dapat diperbaiki yang
disebabkan oleh sejumlah kondisi dan akan menimbulkan gangguan multi system.

B. ETIOLOGI

Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis

Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis


arteria renalis

Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis


nodosa,sklerosis sistemik progresif

Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal

Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis

Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal


Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

C. PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi
dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai
¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang
bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis.

· Klasifikasi

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.

Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.

Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :

Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih
normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2

Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2

Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2


Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2

Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik antara lain

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas
baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada
tapi mungkin juga sangat parah.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivitas sisytem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada
lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung
akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.

b. Gannguan Pulmoner

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus,
perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.

d. Gangguan musculoskeletal

Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet syndrom (
rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan
hipertropi otot – otot ekstremitas.

e. Gangguan Integumen

kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom,
gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore.
Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi,
asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

h. System hematologic

anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan


eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan


penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :

1. Pemeriksaan lab.darah

ü Hematologic

ü Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit

ü RFT ( renal fungsi test )

ü ureum dan kreatinin

ü LFT (liver fungsi test )

ü Elektrolit

ü Klorida, kalium, kalsium

ü koagulasi studi

ü PTT, PTTK

ü BGA

2. Urine

ü urine rutin
ü urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

3. pemeriksaan kardiovaskuler

ü ECG

ü ECO

4. Radidiagnostik

ü USG abdominal

ü CT scan abdominal

ü BNO/IVP, FPA

ü Renogram

ü RPG ( retio pielografi )

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu:

a) Konservatif

ü Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

ü Observasi balance cairan

ü Observasi adanya odem

ü Batasi cairan yang masuk

b) Dialysis

ü peritoneal dialysis

biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.

Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (
Continues Ambulatori Peritonial Dialysis .

ü Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada
awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri


- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung

c) Operasi

ü Pengambilan batu

ü transplantasi ginjal

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN CKD

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian keperawatan

A. Data demongrafi.

a. Identitas klien

Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, usia, alamat, no.telpon, agama, suku,
status perkawinan, pendidikan , pekerjaan, lama berkerja, golongan darah, tanggal masuk,
rumah sakit, ruangan dan sumber info.

b. Penanggung jawab

Meliputi nama, alamat, usiah, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan klien.

B. Riwayat kesehatan klien

Merupakan penjelasan dari keluhan utama, misalnya yang sering terjadi, pada pasien dengan
CKD adalah perubahan nutrisi

C. Riwayat kesehatan masa lalu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, oprasi , dan
penyakit metabolik, lainya memicu resiko CKD.

D. Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat adanya penyakit CKD pada anggota keluarga yang lain seperti : kelainan genetik,
warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi perkursor sel darah merah, tumor ginjal
atau sindrom cushing dan lain-lain

F. Pemeriksaan fisik

ü Keadaan umum : klien tampak lemah, pucat, dan tidak bertenaga

ü Tanda-tanda vital : tekanan darah biasanya mengalami peningkatan, nadi melemah, dan
cepat, suhu dapat terjadi hipertemikkarena infeksi, RR mengalami peningkatan.

ü Body system

a. Pernafasan

b. Cardiovaskuler

c. Peryarafan

d. Eliminasi urun

e. Eliminasi alvi

f. Otot-tulang integument.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual, muntah,
dan perubahan membrane mukosa mulut.

2. Kelebihan volume cairan

3. Resiko ketidakseimbagan elektrolit.

4. Resiko cidera b/d kelemahan otot

C. INTERVENSI

1. perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Domain 2 : nutrisi

Kelas 1 : makan

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.

Batasan Karakteristik :
- Membrane mukosa pucat

Faktor yang berhubungan :

- Ketidak mampuan mencernah makanan

No

Diagnosa

Noc

Nic

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....X24jam diharapkan perubahan nutrisi


dapat teratasi dengan kriteria hasil :

ü berat badan normal

ü edema (-)

ü mual dan muntah (-)

ü Kaji adanya alergi makanan

ü Kolaborasikan dengfan ahli gizi untuk mengetahui jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
klien

ü Monitor jumlah nutrisis dan kalori


ü Perhatiakn adanya mual dan muntah

ü Berikan makanan sedikit tetapi frekuensi sering jadwalkan sesuai kebutuhan dialysis

ü Anjurkan klien untuk meningkatkan itake Fe

2. Kelebihan volume cairan

Definisi : peningkatan retensi cairan isotonic

No

diagnosa

Nic

Noc

2.

Kelebihan volume cairan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam kelebihan volume cairan dapat
teratasi dengan kreteria hasil:

ü Terbebas dari edema, efusi, anaskara.

ü Terbebas dari kekelahan, kecemasan atau kebingungan

ü Menjelaskan indicator kelebihan cairan

ü Monitor vital sing

ü Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori


ü Monitor status nutrisi

ü Batasi masukan cairan pada keadaan hiponartemi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l

ü Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul mmburuk

2. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit

Domain 2 : nutrisi

Kelas 5 : hidrasi

definisi : beresiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mngganggu
kesehatan.

Factor resiko :

- Disfungsi ginjal

- Muntah

No

Diagnose

Nic

Noc

Resiko ketidakseimbagan elektrolit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam resiko ketidak seimbangan
elektrolit dapat teratasi dengan kreteria hasil :

ü Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal, HT normal
ü Tdak ada tanda dehidrasi

ü Elasitas tugor kulit baik, membaran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

ü Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika diperlukan

ü Monitor status nutrisi

ü Monitor pasien terhadap penambahan cairan

ü Monitor berat badan

ü Monitor adanya tanda gagal ginjal

3. Resiko cedera

Domain 11 : keamanan / pelindungan

Kelas 2 : cedera fisik

Definisi : beresiko mengalami cederasebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi


dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu

Factor infeksi :

ü Biologis (mis., tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme)

ü Manusiah (mis., agens nosokomia , polaketenagaan, atau factor koknitif, efektif, dan
psikomotor)

No

Dx. Kep

Noc

Nic

3
Resiko cidera b/d kelemahan otot

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..... resiko cidera dapat teratasi dengan kriteria
hasil:

- Klien bebas dari cidera

- Klien mampu mnjelaskan factor resiko dari lingkungan/prilaku personal

- Sediakan lingkungan yang aman untuk klien

- Menghindarkan lingkungan yang berbahaya

- Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

- Mengajurkan keluarga untuk menemani klien

D. EVALUASI

1. Perubahan nutrisis kebali baik

2. Ketidakseimbangan elektrolit membaik

3. Resiko cidera tidak ada.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

CKD (Cronik Kidney Disease) adalah kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional
yang di manifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik
atau kelainan pada pemeriksaan radiologi dengan atau tanpa penurunan fungsi ginjal yang
berlangsung > 3 bulan.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivitas sisytem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada
lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

B. SARAN

Diharapkan bagi pembaca agar dapat mengetahi tentang konsep medis dan konsep
keperawatan CKD

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan askep ini masih banyak kekurangan, maka dari
itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya agar dalam
penyusunan askep yang selanjutnya bias lebih baik.

Daftar pustaka

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit
FKUI

Anda mungkin juga menyukai