PENDAHULUAN
dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi
analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi
preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan
fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah kecenderungan molekul untuk
Kromatografi berasal dari kata Kroma yang berarti warna dan Graf (grafi) yang
berarti tulisan atau gambar. Teknik kromatografi diartikan sebagai suatu metoda yang
digunakan untuk memisahkan campuran komponen atau fraksi sejenis menjadi unit-
unit yang terpisah satu dengan yang lain yang didasarkan pada perbedaan sifat
dalam pelarut, perbedaan kemampuannya menyerap atau terikat pada komponen lain,
menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT). Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada
sifat kelarutan dan keatsirian senyawa yang akan dipisah. KCKT dapat digunakan
1
terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat, asam
amino dan senyawa fenolat), KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua
kandungan yang larut lipid (lipid, steroid, karotenoid, kinon sederhana dan klorofil),
KGC penggunannya terutama untuk senyawa atsiri (asam lemak, mono- dan
seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang), cara lain yaitu KCKT, dapat
memisahkan kandungan yang keatsiriannya kecil. KCKT adalah suatu metode yang
2
BAB II
KROMATOGRAFI KOLOM
Kromatografi berasal dari kata Kroma berarti warna dan Graf (grafi) = tulisan,
gambar. Teknik kromatografi diartikan sebagai suatu metoda yang digunakan untuk
memisahkan campuran komponen atau fraksi sejenis menjadi unit-unit yang terpisah
satu dengan yang lain yang didasarkan pada perbedaan sifat masing-masing.
Fasa diam atau adsorben (penjerap) dalam kromatografi kolom adalah zat
padat. Fasa diam yang paling umum untuk kromatografi kolom adalah silika gel, diikuti
expanded bed adsorption, EBA). Fasa diam biasanya serbuk halus atau gel dan/atau
berfulida. Ada rasio penting antara berat fasa diam dan berat kering campuran analit
yang dapat diaplikasikan ke dalam kolom. Untuk kolom silika, rasio berada antara 20:1
hingga 100:1, bergantung pada kedekatan jarak elusi antar komponen analit.
3
2.2.2 Fasa gerak
Fasa gerak atau eluen dapat berupa pelarut murni atau campuran pelarut.
Pemilihan dilakukan sedemikian rupa sehingga nilai faktor retensi senyawa yang
diinginkan berada pada kisaran 0,2 - 0,3 untuk meminimalkan waktu dan jumlah eluen
yang diperlukan selama kromatografi. Eluen dapat pula dipilih berdasarkan daya
pisahnya sehingga senyawa yang berbeda dapat dipisahkan secara efektif. Optimasi
masing komponen, campuran yang akan diuji dilarutkan kedalam sedikit pelarut, lalu
dimasukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Dimana
senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat, sehingga turun lebih lambat atau
4
kuat dari senyawa non polar yang terserap lebih lama dan turun lebih cepat. Zat yang
diserap dalam larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit dalam
kolom. Pelarut lebih lanjut dengan tanpa tekanan udara masing-masing zat akan
bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.
Alat kromatografi kolom sederhana terdiri dari kolom dan kaca yang ada
krannya. Umumnya panjang kolom minimum 10 kali diameter pipa kaca yang
digunakan dan labu erlenmeyer sebagai penampung eluen. Fasa diam berupa eluen
yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus seragam. Adanya
pengotor dalam fasa diam digunakan menyebabkan adsorbsi tidak reversibel. Sebagai
fasa diam digunakan alumina, silika gel, arang, bauksit, kalsium karbonat, selulosa,
dan gula. Pengisian fasa diam kedalam tabung (kolom) dapat dilakukan dengan cara
kering dan cara basah. Pada cara basah fasa diam dibuat bubur terlebih dahulu
dengan pelarut yang akan digunakan untuk fasa gerak, kemudian dimasukkan kedalam
fasa kolom.
Fasa gerak dalam kolom dapat berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa
pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat menggunakan pelarut polar dan
pelarut non polar, dengan berat molekul lebih kecil sehingga lebih cepat meninggalkan
fasa diam. Pelarut yang digunakan dapat berupa pelarut polar ataupun pelarut non
polar berdasarkan pada zat yang akan dilarutkan. Pemisahan kromatografi kolom
dicapai oleh perbedaan laju turunan masing-masing komponen kolom, yang ditentukan
oleh kekuatan adsorbsi atau koefisien partisiantara fasa mobil dan fasa mekanisme
pemisahannya.
Sampel yang akan dianalisis ditimbang kemudian dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai, kemudian dituangkan hati-hati diatas packing kolom. Fase gerak dikeluarkan
tetes demi tetes, diatur kecepatan menetesnya (tergantung besar-kecilnya kolom) dan
5
dijaga kolom tetap terendam, untuk itu ditambah fase gerak perlahan-lahan dan dijaga
tidak merusak packing kolom. Fase gerak yang keluar ditampung sebagai fraksi.
Volume fraksi tergantung berat sampel dan pemisahan yang nampak pada kolom saat
proses awal elusi ini. Makin kecil volume fraksi, akan diperoleh pemisahan yang lebih
baik, namun akan dikumpulkan banyak fraksi. Untuk 10 gram sampel biasanya
Cara meletakkan sampel pada kolom yang lebih baik adalah dengan
mencampur dengan fase diam. Satu bagian sampel dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai, biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk
pembuatan ekstrak. Larutan ekstrak ini kemudian dicampur dengan 2.0 - 3.0 bagian
fase diam, dengan hati-hati campuran ini dikeringkan didalam rotary evaporator hingga
diperoleh serbuk ekstrak kering. Serbuk ini ditaburkan diatas packing kolom dan
1. Tabung kromatografi
Terbuat dari kaca, berbentuk silinder dengan diameter 10 - 30mm dan panjang
150 - 400mm.
Batang silinder, melekat kuat pada sebuah tangkai kromatografi. Diameter lebih
memadatkan wol kaca atau kapas pada dasar tabung jika diperlukan, serta
untuk memadatkan zat penyerap atau campuran zat penyerap dan air secara
6
Melekat pada dasar tabung dan berfungsi untuk menyangga isinya.
disambung melalui suatu sambungan anti bocor pada ujung bawah tabung
6mm.
5. Kran
Berfungsi untuk mengatur laju aliran pelarut yang melalui kolom dengan teliti.
1. Sampel yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui atas kolom
2. Komponen dalam sampel diadsorbsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan
akan bergerak turun melalui kolom dan akan terbentuk pita yang setiap zona
4. Setiap zona yang keluar kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum
7
Gambar 2.2 Cara Penggunaan Kromatografi Kolom
1. Metode basah
b) Kran yang berada di bagian bawah dibuka sehingga larutan tersebut dapat
d) Kran kembali dibuka dan larutan (zat dan fase gerak) akan mengalir ke
e) Fase gerak harus tetap dialirkan untuk menjaga agar penyangga tidak
mengering.
2. Metode kering
8
d) Campuran kering dimasukkan ke dalam kolom, ditambahkan fase gerak dan
kran dibuka.
f) Sama seperti metode basah, fase gerak harus tetap dialirkan untuk
Proses elusi adalah prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi
differensial dinamis dalam system yang terdiri dari dua fase atau lebih. Laju gerakan
c) Sifat dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan dan suhu sistem
kromatografi.
Sampel yang akan dipisahkan dielusikan dalam kolom. Contoh pada gambar:
pemisahan zat berwarna merah dan dan zat berwarna biru. Hal ini dapat terjadi karena
zat berwarna biru memiliki sifat lebih polar dibandingkan zat berwarna merah sehingga
9
dapat membentuk ikatan dengan fase diam akan teradsorpsi di permukaan penyangga.
Hal ini mengakibatkan zat berwarna birulebih lama tertahan dalam fase diam dan tidak
terbawa oleh fase gerak. Selain itu, zat berwarna merah memiliki kepolaran yang lebih
rendah sehingga tidak tertahan pada fase diam dan ikut terbawa aliran fase gerak.
dibandingkan tinta biru. Adanya perbedaan kepolaran ini menyebabkan zat campuran
tekanan tambahan (dengan dipompa ataupun gas terkompresi). Akibat dari adanya
tekanan tersebut adalah fase gerak dan zat uji dapat mengalir turun di dalam
kromatografi. Jika proses aliran berjalan lambat, tekanan dapat ditambahkan salah
2.6.4 Kromatogram
Kromatogram adalah hasil pemisahan zat oleh proses elusi. Kromatogram dapat
Jika senyawa yang terpisah itu berwarna atau berfluoresensi di bawah cahaya
2. Berupa eluat
Eluat merupakan larutan yang keluar dari kolom dan merupakan hasil elusi.
10
2.7 Jenis-jenis Kromatografi Kolom
4 Kromatografi gas cairan yaitu kromatografi kolom yang mengunakan fase diam
3. Dalam bidang clinical, menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur
seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita
pasien tersebut
11
4. Deteksi senyawa oksalat dalam air kencing bagi pasien kidney stones (batu
ginjal).
analisis biokarma pada fraksi keton batubara untuk mengetahui karakteristik batubara.
Biokarma merupakan fosil molekul yang berasal dari senyawa turunan organisme hidup
pada zaman dahulu yang mengandung komponen organik kompleks berupa karbon,
sedangkan sebagian kecil lainnya akan tetap mengendap menjadi biomarka. Salah satu
biomarka adalah senyawa keton yang dapat terbentuk dengan adanya oksigen pada
kematangan batubara.
Sampel batubara yang akan dianalisis berasal dari daerah sawahlunto provinsi
dalam cekungan Ombilin yang terbentuk sejak awal tersier. Batubara Sawahlunto yang
memiliki umur lebih tua (terbentuk pada periode Eosen) seharusnya memiliki peringkat
yang berasal dari cekungan Sawahlunto berkisar antara 5300 - 6900 kkal/kg. Kualitas
lingkungan pemendamannya.
dengan teori memerlukan kajian lebih lanjut. Analisis biomarka terhadap batubara ini
12
lingkungan serta kondisi pengendapannya. Hal tersebut mendorong dilakukannya
biomarka.
1. Proses analisis
a) pengujian nilai kalori. Sebanyak 0,2 gram butiran batubara yang telah
nilai kalori per satuan gram sampel. Hasil pengujian ini menunjukkan nilai
dalam botol vial dan dikeringkan dengan dialiri gas N2 sehingga diperoleh
ekstrak organik kering dengan massa 0.6434 gram (7.12 %). Ekstrak kering
organik dalam batubara yang tidak dapat larut didalam pelarut organic.
13
fraksi dilakukan dengan melakukan pengujian pada noda eluen yang dipakai
noda eluen dan noda hasil kromatografi menunjukkan noda yang sama
kolom telah selesai. Hasil fraksinasi ditampung dalam labu bundar kemudian
dalam botol vial dan dikeringkan menggunakan gas N2. Fraksinasi dengan
ditunjukkan seperti pada Gambar 3.1. Dari gambar tersebut dapat dilihat
1) Senyawa alkan-2-on
ion pada m/z 57 tersebut merupakan fragmen keton yang paling stabil
14
intensitas fragmen ion pada fragmen M+ -15 atau M+ -29
Interpretasi yang sama juga dilakukan pada spektrum massa puncak C17
fragmen ion m/z 127 yang menandakan adanya cabang pada C9 dan
pada fragmen ion m/z 239 akibat lepasnya gugus metil (CH3)• yang
15
pada posisi C6 dan C10 maka senyawa yang ada pada gambar tersebut
peningkatan fragmen ion pada m/z 113 dan m/z 183 yang menunjukkan
adanya cabang metil pada rantai C6 dan C10 sehingga senyawa pada
pada m/z 113 dan m/z 183 menandakan adanya cabang pada C6 dan
C10, senyawa ini memiliki ion molekular pada m/z 226 sehingga dapat
Dengan cara interpretasi yang sama pada puncak C18 yang memiliki ion
molekular pada m/z 268 dapat diketahui terdapat tiga cabang metil
yaitu pada posisi C6, C10, dan C14 maka senyawa tersebut adalah
merupakan puncak dasar dari senyawa siklik. Puncak dasar pada m/z 83
cincin siklik enam (C6H11)+ fragmen ini terbentuk karena cincin siklo
siklo.
intensitas puncak secara linear pada m/z 97, 111, 125 dan seterusnya
16
hingga m/z 182 sebagai ion molekulnya dengan penambahan nilai
Spektrum massa fraksi keton pada puncak C16 memiliki spektrum yang
serupa dengan puncak C12 dengan puncaak tertinggi pada m/z 83 dan
3) Senyawa Hopanon
senyawa hopan ada pada m/z 191. Konfigurasi α atau β terhadap posisi
H pada C17 dan C21 dapat diketahui berdasarkan intensitas dari fragmen
ion pada m/z 191 dan m/z 148 + R. Jika intensitas m/z 148 + R lebih
17α(H),21β(H).
memiliki fragmen yang paling stabil pada m/z 191 sedangkan fragmen
Puncak m/z 191 merupakan fragmen ion C14H23 + dari cincin A/B oleh
17
369 yang menandakan lepasnya cabang metil (-CH3) dan diketahui pula
puncak C29 yang memiliki intensitas m/z 191 > 148 + R dan m/z 412
18
Gambar 2.4 Struktur Senyawa
2. Hasil
19
c) Keberadaan senyawa hopanon memberikan informasi bahwa batubara
melalui nilai kalori batubara sebesar 3674 kal/g. Batubara dengan nilai
20
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kromatografi berasal dari kata Kroma = warna; Graf (grafi) = tulisan, gambar.
memisahkan campuran komponen atau fraksi sejenis menjadi unit-unit yang terpisah
satu dengan yang lain yang didasarkan pada perbedaan sifat masing-masing.
luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai
pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya
dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi
dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari
molekul. Sifat utama yang terlibat ialah kecenderungan molekul untuk melarut dalam
21