Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan karya pengawetan bahan nabati
dan hewani berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan
lainnya.
4.1 Mendesain produk dan pengemasan pengawetan bahan nabati dan hewani yang
diawetkan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan
lainnya.
Selain jenis-jenis pengawet yang telah disebutkan di atas, ada pula beberapa
jenis bahan pengawet yang dilarang digunakan dalam makanan karena berbahaya
bagi kesehatan.
Usulan :
Sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan mengenai pengertian dari “pengawetan
secara kimiawi” seperti pada Sub Bab sebelumnya.
Perlu pembahasan lebih jauh mengenai istilah “pH” karena sering digunakan
dalam pembahasan Sub Bab ini, misalnya: apa definisi pH?, bagaimana kriteria
pH tinggi dan pH rendah?, Bagaimana mengetahui kadar pH dalam bahan
pangan?, dsb.
Perlu diperjelas mengenai kolom “penggunaan maksimum” pada tabel pertama,
apakah item bahan pangan yang tidak disebutkan dalam kolom tersebut memang
tidak ada takaran maksimum? atau tidak disebutkan karena keterbatasan
referensi? atau tidak disebutkan dengan maksud hanya mengambil beberapa
contoh item saja untuk dijelaskan takaran maksimumnya?
Perlu diberikan judul untuk masing masing tabel diatas, sehingga dapat
diketahui dimana letak perbedaannya.
Perlu penjelasan pada kolom “penggunaan maksimal” di tabel 2, apakah kolom
yang kosong memang tidak ada takaran maksimal atau bagaimana?
c. Pengasapan
Efek pengawetan berasal dari kontak antara komponen asap hasil
pembakaran kayu dengan bahan pangan yang diasap. Komponen yang terdapat
dalam asap adalah senyawa antimikrobia dan komponen antioksidan. Biasanya
teknik pengasapan didahului dengan proses pengeringan dan pengasinan.
Usulan :
Sebaiknya diberikan contoh bahan-bahan pangan yang diawetkan dengan teknik
pengasapan.
2. Ikan Asin
Ikan merupakan salah satu jenis bahan pangan yang memiliki kandungan gizi
tinggi dan banyak dikonsumsi masyarakat sebagai salah satu sumber protein hewani.
Namun pemanfaatan ikan dalam bentuk segar memiliki keterbatasan, yaitu umur
simpan yang relatif pendek. Ikan sangat mudah mengalami kerusakan, baik berupa
kerusakan fisikawi, kimiawi, maupun mikrobiologis. Hal ini disebabkan karena ikan
memiliki kadar air tinggi, pH netral, dan kandungan gizi yang lengkap (khususnya
protein) sehingga sangat disukai oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembangbiak. Aktivitas mikroorganisme, terutama dari golongan bakteri akan
menyebabkan kebusukan sehingga kualitas produk ini akan mengalami penurunan,
baik dari segi mutu maupun penerimaan konsumen. Salah satu cara untuk
memperpanjang umur simpan dan meningkatkan keawetan ikan adalah pengolahan
menjadi ikan asin melalui kombinasi proses penggaraman dan pengeringan.
Penggaraman dan pengeringan merupakan metode pengawetan tradisional yang
telah banyak diterapkan oleh nelayan di wilayah pesisir pantai sejak dulu.
Mekanisme pengawetan ikan dengan penggaraman dapat dijelaskan sebagai
beikut:
a. Penambahan garam dalam jumlah banyak akan menyebabkan perbedaan
kepekatan dan tekanan osmotik antara bagian dalam dan luar tubuh ikan. Hal ini
membuat cairan yang ada pada tubuh ikan akan keluar. Selanjutnya, kekosongan
cairan yang ada dalam tubuh ikan akan digantikan oleh garam yang berpenetrasi
masuk. Proses ini akan terus berlangsung terus hingga terjadinya keseimbangan
konsentrasi garam yang ada pada bagian dalam dan luar tubuh ikan.
b. Selain perbedaan tekanan osmotik, garam juga menyebabkan terjadinya
denaturasi protein dan enzim, akibatnya daging ikan akan mengerut dan cairan
dalam tubuh ikan keluar.
c. Konsentrasi garam yang tinggi dapat menyebabkan keluarnya cairan sel pada
mikroorganisme, sehingga mikroorganisme akan mengalami plasmolisis dan
mati.
d. Garam dapat mengurangi kadar oksigen dalam jaringan tubuh ikan.
Mikroorganisme yang membutuhkan oksigen (aerob) tidak akan bertahan dan
mati.
e. Garam (NaCl) dapat terurai menjadi ion natrium dan klorida. Ion klorida bersifat
toksik (beracun) bagi mikroorganisme.
Selain berasal dari penggaraman, ikan asin juga memiliki daya awet yang baik
karena melibatkan proses pengeringan. Ikan yang telah digarami selanjutnya
dikeringkan secara manual, yaitu ditempatkan pada rak-rak bambu/ kayu untuk
dijemur di bawah sinar matahari. Proses ini tidak dapat menguapkan air yang ada
pada bahan seluruhnya, namun lebih ditujukan untuk menghilangkan air yang ada
pada permukaan ikan. Dengan hilangnya sebagian air, aktivitas dan pertumbuhan
bakteri dapat dihambat sehingga ikan asin tidak cepat mengalami pembusukan.
Beraneka jenis ikan dapat diasinkan, baik ikan darat maupun ikan laut, dari yang
berukuran kecil hingga besar. Ikan yang berukuran besar seperti: kakap, tongkol,
atau tenggiri perlu disiangi terlebih dahulu, yaitu dengan cara menghilangkan bagian
kepala, sisik, isi perut, dan insang, kemudian dibelah sepanjang garis punggung
hingga tampak bagian dagingnya. Sedangkan ikan berukuran kecil tidak perlu
disiangi dan tetap dibiarkan dalam keadaan utuh. Ada tiga jenis metode
penggaraman yang dapat dilakukan, yaitu: penggaraman kering (dry salting),
penggaraman basah (wet salting), maupun kombinasi keduanya. Pemilihan metode
dapat dipilih berdasarkan jenis dan ukuran ikan serta hasil akhir yang diinginkan.
a. Penggaraman Kering (dry salting)
Pertama-tama, ikan dibersihkan/ disiangi dari bagian-bagian yang tidak
diperlukan dan dicuci untuk menghilangkan kotoran. Selanjutnya, ditaburkan
garam kristal di dasar wadah, dapat berupa bak semen atau drum plastik sampai
ketebalan sekitar 1-5 cm. Setelah selesai ditaburi garam, kemudian ikan disusun
secara teratur dan ditutup kembali dengan garam. Hal tersebut diulang lagi
hingga didapatkan beberapa lapisan garam dan ikan secara bergantian. Setelah
selesai, lapisan ikan paling atas ditutup dengan garam dan wadah ditutup dengan
papan.
Jumlah garam yang ditambahkan bervariasi, tergantung pada ukuran ikan.
Ikan berukuran besar dapat ditambah garam sebanyak 20-30%, ikan berukuran
sedang sebanyak 15-20%, dan ikan berukuran kecil sebanyak 5%. Penggaraman
dinyatakan selesai apabila tekstur ikan telah berubah menjadi keras dan padat.
Penggaraman untuk ikan besar biasanya memakan waktu sekitar 2-3 hari,
sedangkan ikan kecil membutuhkan waktu lebih singkat, yaitu hanya sekitar 12-
24 jam. Setelah penggaraman selesai, ikan dicuci bersih untuk menghilangkan
sisa-sisa garam yang masih menempel. Pengeringan dilakukan dengan menjemur
ikan di atas papan bambu dan sesekali dibolak-balik agar kering secara merata.
b. Penggaraman Basah (wet salting)
Penggaraman basah dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan garam
jenuh, dengan konsentrasi bervariasi antara 30-50%. Ikan harus terendam
seluruhnya, jika diperlukan dapat memakai pemberat agar proses penggaraman
berlangsung optimal. Perendaman dilakukan selama 1-2 hari dan setelah selesai
dilanjutkan dengan pengeringan dengan sinar matahari untuk menguapkan sisa
air yang ada di permukaan ikan.
c. Kombinasi Penggaraman Kering dan Basah
( perlu tambahan keterangan..... )
Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu :
a. Konsentrasi Garam
Konsentrasi garam yang tinggi dapat mempercepat waktu penggaraman. Hal
ini disebabkan karena makin banyaknya garam yang masuk ke dalam jaringan
ikan.
b. Ketebalan Daging
Ikan yang memiliki daging lebih tebal membutuhkan waktu lebih lama untuk
penggaraman. Semakin tebal daging ikan, maka garam akan membutuhkan
waktu lebih lama untuk mencapai bagian dalam jaringan ikan.
c. Jenis Garam
Garam murni (NaCl 95%) digunakan sebagai bahan baku utama proses
penggaraman untuk menghasilkan ikan asin dengan kualitas baik. Dengan
tingkat kemurnian yang tinggi, garam juga akan masuk ke dalam jaringan ikan
secara efektif. Garam rakyat tidak cocok digunakan dalam proses penggaraman
karena banyak terdapat kontaminan (Ma, Ca, sulfat, bakteri, kotoran, dsb.) yang
dapat menghambat penetrasi garam.
d. Tingkat Kesegaran Ikan
Ikan yang tidak segar memiliki jaringan yang telah melunak sehingga garam
lebih mudah untuk masuk. Namun kekurangannya, ikan dapat menjadi terlalu
asin dan kaku akibat banyaknya garam yang masuk ke dalam jaringan.
e. Suhu Daging Ikan
Semakin tinggi suhu internal daging ikan, maka akan mendorong makin
cepatnya garam masuk ke dalam jaringan ikan.
f. Kadar Lemak Ikan
Lemak dapat menghambat penetrasi garam ke dalam daging ikan. Ikan yang
berkadar lemak tinggi (> 2%) biasanya membutuhkan waktu penggaraman yang
lebih lama.
Usulan :
Sebaiknya diberikan penjelasan kenapa dalam Sub Bab ini hanya dijelaskan
secara panjang lebar mengenai beberapa contoh produk saja (selai dan jelly,
dan ikan asin), padahal masih banyak contoh produk yang lain.
Akan lebih baik jika diuraikan minimal satu contoh produk untuk setiap teknik
pengawetan yang dibahas sebelumnya.
Perlu dijelaskan beberapa istilah yang kemungkinan masih kurang difahami
siswa, seperti: tekanan osmotik, denaturasi, plasmolisis, dsb.
Sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu mengenai definisi-definisi pada poin
metode pengawetan (penggaraman kering, basah, dsb.), sebelum masuk pada
pembahasan prosedur teknisnya.
2. Plastik
Plastik merupakan salah satu jenis bahan pengemas yang dibuat melalui reaksi
polimerisasi, polikondensasi, dan poliadisi dari senyawa-senyawa monomer. Jadi
monomer-monomer yang memiliki BM (berat molekul) rendah akan mengalami
penggabungan dan penyambungan melalui reaksi kimia sehingga terbentuk polimer
dengan BM tinggi.
Selain bahan utama berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat komponen
aditif (tambahan). Komponen tambahan ini berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat
plastik, yang dapat berfungsi sebagai: antioksidan, antiblok/ anti lengket, penyerap
sinar UV, pelumas, pewarna, ataupun bahan pengisi/ penguat plastik. Berdasarkan
pembentukan dan sifat terhadap perubahan suhu, plastik dapat dikategorikan
menjadi termoplastis dan termosetting. Kebanyakan plastik pengemas bersifat
termoplastis, artinya plastik dapat dilunakkan berulang-ulang, meleleh ketika
dipanaskan, mudah direkatkan, dan mengeras kembali setelah didinginkan. Fungsi
ini penting untuk pembentukan wadah, pembuatan film, dan sambungan panas.
Plastik banyak dipakai untuk pengemasan produk pangan karena memiliki
beberapa keunggulan, antara lain :
a. Mudah dibentuk.
b. Termoplastis, yakni mudah direkatkan menggunakan panas.
c. Inert (antistatik), yakni tidak mudah menghantarkan listrik.
d. Kuat namun ringan.
e. Tahan dari berbagai jenis komponen (asam, basa, pelarut organik).
f. Memberikan perlindungan dari kebusukan bagi produk yang dikemas akibat
mikroorganisme.
g. Dapat diperoleh berbagai macam bentuk dan desain pengemasan dengan biaya
rendah.
Meskipun demikian, bahan pengemas dari plastik juga memiliki keterbatasan.
Beberapa jenis plastik mungkin dapat menyerap komponen makanan, seperti minyak
dan lemak. Selain itu, gas-gas seperti oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen
bersama-sama dengan uap air dan pelarut organik masih dapat menembus plastik.
Hal ini bergantung pada jenis plastik, ketebalan, luas permukaan, dan kondisi
penyimpanan. Ada beberapa jenis plastik yang biasa digunakan dalam pengemasan
makanan dengan karakteristik khasnya masing-masing, yaitu :
a. Polietilen (PE)
Dilihat dari struktur kimiawinya, PE merupakan jenis plastik yang paling
sederhana. PE diperoleh dari polimerisasi yang ditambah dengan gas etilen pada
reaktor suhu dan tekanan tinggi. Beberapa sifat PE yang menguntungkan antara
lain:
1) Dapat disambung dengan panas (heat sealable).
2) Dapat dibuat menjadi lapisan yang kuat dengan kemampuan menahan air dan
uap air yang baik.
b. ..................
. Usulan :
Perlu diberikan penjelasan tambahan pada beberapa istilah ilmiah, seperti:
termosetting, polimerisasi, polikondensasi, poliadisi, monomer, dsb.
Perlu ditambahkan poin lanjutan untuk pembahasan jenis-jenis plastik diatas.
3. Alamat Produsen
Perusahaan yang mengolah, mengemas, atau mendistribusikan produk makanan
harus mencantumkan nama dan alamat jelas pada kemasan. Apabila diperlukan,
dapat dicantumkan juga nomer layanan konsumen atau kontak telepon yang dapat
dihubungi.
4. Batas kadaluarsa
Produk yang memiliki ketahanan kurang dari 3 bulan, harus mencantumkan
batas tanggal kadaluarsa dan ditulis dalam format tgl /bln /tahun. Sedangkan Produk
yang memiliki ketahanan lebih dari 3 bulan, tidak perlu mencantumkan tanggal,
cukup bulan dan tahun saja. Untuk beberapa jenis produk tertentu, tidak perlu
dicantumkan batas kadaluarsa, misalnya: sayur dan buah segar, gula, cuka, produk
bakery (dengan umur simpan maks. 24 jam), minuman dengan kadar alkohol > 10%,
dan minuman anggur.
5. Nomor Pendaftaran
Setiap produk pangan yang telah memiliki perizinan dari BPOM (Badan
Pengawas Obat dan Makanan) akan mendapatkan nomor pendaftaran yang biasanya
dicantumkan di bagian depan kemasan. Ada 2 macam kode yang dikeluarkan oleh
BPOM, yaitu MD (dalam negeri) dan ML (luar negeri).
6. Informasi Khusus.
Pada beberapa produk sering dijumpai adanya informasi khusus yang tertera
pada salah satu bagian kemasan. Contoh:
a. “Perhatian! Tidak cocok untuk bayi di bawah satu tahun”.
Biasanya kalimat tersebut terdapat pada produk susu kental manis, susu
bubuk instan, ataupun susu UHT. Bayi di bawah satu tahun yang mengkonsumsi
produk ini dikhawatirkan akan mengalami gangguan pencernaan karena
komposisi penyusunnya tidak diperuntukkan bagi bayi yang masih berusia di
bawah satu tahun.
b. “Segera habiskan setelah dibuka”.
Peringatan ini lazim dijumpai pada produk susu pasteurisasi dan UHT.
Produk susu jika dikemas dengan baik dan aseptis akan memiliki tingkat
keawetan yang cukup baik. Kualitas produk juga masih dapat dipertahankan
selama kemasan masih tertutup rapat. Namun setelah kemasan dibuka, produk
akan langsung terpapar dengan oksigen dan cahaya, dan terdapat kemungkinan
kontaminasi dari luar. Hal ini dapat menyebabkan penurunan mutu produk,
bahkan dapat menjadikan produk tersebut tidak aman lagi untuk dikonsumsi.
Untuk produk-produk seperti ini, apabila isi produk belum habis setelah kemasan
dibuka, sebaiknya produk segera disimpan di kulkas (4°C) dan tidak ditempatkan
pada suhu kamar.
Usulan :
Belum ada Sub Bab yang membahas tentang “Manfaat dan kandungan bahan
pada produk pengawetan bahan nabati dan hewani”, seperti yang termuat dalam
Materi Pokok.
Perlu dijelaskan lebih jauh apakah ada perbedaan antara isi pembahasan dari
poin-poin bagian atas (1, 2, 3, dst.) dengan poin-poin bagian bawah (1, 2, 3, dst.).
karena pada dasarnya ada kemiripan isi yang dibahas, namun menggunakan judul
yang berbeda (poin-poin atas menggunakan redaksi “keterangan yang harus ada
pada label produk pangan” dan poin-poin bawah menggunakan redaksi “aturan
penting yang harus diperhatikan dalam pemberian label pangan”).
E. TUGAS
1. Tugas Individu
2. Tugas Kelompok
F. EVALUASI
1. Soal Pilihan Ganda
2. Soal Isian
3. Soal Uraian
BAB II
PROSES PRODUKSI PENGAWETAN BAHAN NABATI DAN HEWANI
Kompetensi Dasar
3.2 Memahami proses produksi pengawetan bahan nabati dan hewani di wilayah
setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber.
4.2 Mendesain proses produksi pengawetan bahan nabati dan hewani berdasarkan
identifikasi kebutuhan sumberdaya dan prosedur berkarya dengan pendekatan
budaya setempat dan lainnya.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Setelah tujuan dan tindakan terbaik untuk mencapainya telah ditetapkan, maka
langkah selanjutnya adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah kegiatan
penggabungan seluruh sumber daya dan potensi yang dimiliki perusahaan, untuk
dapat bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini
dapat diterapkan dengan cara membagi pekerjaan ke dalam beberapa departemen
atau sub divisi dan menentukan siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan tersebut.
C. KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan aspek penting yang tidak boleh
diabaikan dalam perusahaan. Tujuan K3 adalah menjamin kesehatan dan keselamatan
pekerja maupun pihak-pihak lain (rekan kerja, keluarga, ataupun konsumen) yang
berada di suatu lingkungan kerja tertentu. Pihak perusahaan harus memastikan bahwa
pekerja telah aman dari beberapa jenis bahaya yang sering dijumpai di lingkungan kerja.
Beberapa jenis bahaya tersebut antara lain: bahaya fisik dan mekanik, bahaya kimiawi
dan biologis, serta bahaya psikologis dan sosial.
1. Bahaya Fisik dan Mekanik
( ..... )
2. Bahaya Kimiawi dan Biologis
Beberapa jenis pekerjaan mengharuskan pekerja untuk melakukan kontak
dengan bahan kimia maupun biologis, misalnya dalam industri manufaktur.
Penggunaan bahan kimia berbahaya membutuhkan standar penanganan khusus agar
tidak berdampak buruk bagi kesehatan pekerja.
3. Bahaya Psikologis dan Sosial
Beberapa kondisi dalam suatu lingkungan kerja dapat menimbulkan bahaya bagi
psikologis dan mental pekerja. Beberapa kondisi tersebut misalnya: beban kerja
yang terlalu tinggi, waktu kerja yang tidak sesuai, maupun tekanan dari rekan kerja
atau atasan. Berbagai hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif bagi kondisi
psikologis seseorang, bahkan tidak jarang dapat memicu terjadinya gangguan
kesehatan yang berujung pada penurunan produktivitas kerja.
Usulan :
Sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari “keselamatan kerja”, baru
kemudain masuk ke dalam pembahasan tujuan, manfaat, teknis, dsb.
Perlu dijelaskan lebih jauh, apa yang dimaksud dengan bahaya-bahaya yang
disebutkan dalam pembahasan diatas (bahaya fisik, mekanik, kimiawi, dsb.)
Perlu diberikan contoh yang spesifik berhubungan dengan pengolahan bahan
pangan untuk masing-masing poin dalam pembahasan jenis bahaya diatas.
Usulan :
Belum ada Sub Bab yang membahas tentang “Proses produksi pada sentra/
perusahaan produk pengawetan bahan nabati dan hewani” dan “Menetapkan
desain proses produksi pengawetan bahan nabati dan hewani berdasarkan
prosedur berkarya”, seperti yang termuat dalam Materi Pokok.
D. TUGAS
1. Tugas Individu
2. Tugas Kelompok
E. EVALUASI
1. Soal Pilihan Ganda
2. Soal Isian
3. Soal Uraian
BAB III
SUMBER DAYA PROSES PRODUKSI PENGAWETAN BAHAN NABATI DAN
HEWANI
Kompetensi Dasar
3.3 Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi
pengawetan bahan nabati dan hewani.
4.3 Membuat karya pengolahan pengawetan bahan nabati dan hewani yang berkembang
di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur.
2. Money (Uang)
Meskipun uang bukan merupakan sumber daya yang utama, namun uang
memegang peranan penting dalam usaha. Selain sebagai alat tukar, uang juga
berfungsi sebagai pengukur nilai. Uang digunakan sebagai modal usaha, sarana
pembayaran bahan baku, investasi peralatan, dan upah tenaga kerja. Besar kecilnya
jumlah uang yang beredar di perusahaan juga dapat digunakan sebagai indikator
peningkatan dan keberhasilan usaha.
4. Machine (Mesin)
Mesin merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk menjalankan proses
produksi. Dewasa ini, sebagian besar industri telah banyak menggunakan tenaga
mesin untuk menggantikan tenaga manusia dalam proses produksinya. Dengan
penggunaan mesin, proses produksi dapat berjalan lebih cepat, efektif, dan efisien.
Selain itu, penggunaan mesin juga dapat menekan biaya produksi.
Usulan :
Perlu diberikan penjelasan lebih jauh dalam poin ini bahwa penggunaan mesin
tidak serta merta telah menggantikan tenaga manusia, pada kenyataan masih
banyak jenis perusahaan yang cenderung lebih memilih penggunaan tenaga
manusia daripada mesin. Artinya, efektifitas penggunaan mesin disini masih
sangat bergantung pada jenis perusahaan dan skala produksinya.
5. Method (Cara)
Metode adalah cara kerja yang diterapkan agar proses produksi dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Untuk dapat merumuskan dan menentukan sebuah
metode, dibutuhkan penelitian dan percobaan berulang kali hingga ditemukan
metode yang benar-benar tepat untuk diaplikasikan. Tanpa metode yang tepat,
aktivitas kerja di dalam perusahaan menjadi tidak terarah dan tujuan perusahaan
tidak akan tercapai dengan baik.
6. Market (Pasar)
Sebuah usaha pada akhirnya pasti menghasilkan produk akhir, baik berupa
barang ataupun jasa. Barang atau jasa tersebut tentu saja bukan merupakan akhir dari
proses, mengingat tujuan akhir dari perusahaan adalah untuk mendapatkan laba.
Laba dapat diperoleh setelah barang/ jasa yang dihasilkan perusahaan laku di
pasaran. Oleh karena itu, penguasaan pasar menjadi penting bagi perusahaan.
Apabila produk tidak mempunyai pangsa pasar yang jelas, aktivitas produksi tidak
akan berjalan dengan lancar, atau bahkan terhenti. Hal tersebut tentu akan
mengancam keberlangsungan usaha.
Selain beberapa sumber daya yang telah disebutkan di atas, masih ada jenis sumber
daya pelengkap yang tidak kalah penting, yaitu information (informasi). Informasi
sangat penting bagi perusahaan sebagai input untuk menunjang pekerjaan yang
dilakukan. Informasi memberikan bahan pertimbangan dalam mengambil berbagai
kebijakan sehingga perusahaan dapat terus menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang terjadi. Seluruh sumber daya tersebut biasa disingkat dengan istilah 6
M + 1 I.
Usulan :
Dalam Bab ini, ada beberapa Sub Bab yang belum dibahas (belum sesuai dengan
yang termuat dalam Materi Pokok), yaitu:
- Identifikasi kebutuhan sumberdaya pada sentra/ perusahaan produk pengawetan
bahan nabati dan hewani
- Pembuatan karya/ produk pengawetan bahan nabati dan hewani berdasarkan
kebutuhan sumberdaya (bahan, peralatan, keterampilan bekerja dan pasar) dan
prosedur yang ditetapkannya (jenis, manfaat, kandungan, teknik pengolahan,
dan penyajian/ pengemasan.
- Penerapan keselamatan kerja.
B. TUGAS
1. Tugas Individu
2. Tugas Kelompok
C. EVALUASI
1. Soal Pilihan Ganda
2. Soal Isian
3. Soal Uraian
BAB IV
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
Kompetensi Dasar
3.3 Memahami konsep kewirausahaan dalam menjalankan sebuah wirausaha
pengawetan bahan nabati dan hewani
4.3 Menyajikan konsep kewirausahaan berdasarkan pengalaman keberhasilan tokoh-
tokoh wirausaha pengawetan bahan nabati dan hewani.
A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
Secara etimologi, wirausaha berasal dari kata wira dan usaha. Kata wira memiliki
arti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan
berwatak agung. Sedangkan usaha berarti perbuatan, amal, atau berbuat sesuatu.
Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter
(...tahun:halaman...), sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan
memperkenalkan barang dan jasa baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru,
atau mengolah bahan baku baru. Definisi tersebut dapat dijabarkan sebagai orang yang
berani melakukan hal-hal baru atau melakukan hal-hal yang sudah dilakukan dengan
cara baru. Termasuk di dalamnya adalah penciptaan produk baru dengan kualitas,
metode produksi, pasar, sumber pasokan, dan organisasi yang benar-benar baru.
Ada beberapa definisi mengenai kewirausahaan menurut pendapat beberapa ahli,
yaitu:
1. Suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Achmad Sanusi,
1994:halaman).
2. Suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to
create the new and different) (Drucker, 1959:halaman).
3. Suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. (Zimmerer, 1996).
4. Suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) dan
perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997:halaman).
5. Semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara
kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar (Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995).
6. Suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang
dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat, kiat, dan proses
dalam menghadapi tantangan hidup (Soeparman Soemahamidjaja, 1977:halaman).
7. Suatu sifat keberanian dan keutamaan dalam keteladanan dalam mengambil resiko
yang bersumber pada kemampuan sendiri (S. Wijandi, 1988:halaman).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dijabarkan bahwa kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja dan
teknologi serta produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberi
pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Usulan :
Sebaiknya perlu lebih diperjelas mengenai definisi dari “Wirausaha”,
“Kewirausahaan”, dan “Wirausahawan”. Sehingga siswa dapat melihat adanya
perbedaan dari beberapa istilah tersebut.
B. MANFAAT BERWIRAUSAHA
Beberapa manfaat yang didapatkan dari kegiatan berwirausaha, di antaranya :
1. Memperoleh penghasilan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
2. Berkesempatan untuk memperoleh masa depan cerah.
3. Meningkatkan harga diri seseorang.
4. Memiliki kebebasan dalam mengelola usaha dan keuangan.
5. Mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan kesempatan kerja.
6. Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi, pemeliharaan
lingkungan dan kesejahteraan.
7. Mendidik seseorang untuk mandiri, disiplin, tekun, dan jujur dalam menghadapi
pekerjaan.
8. Mendidik masyarakat agar hidup secara efisien, sederhana, dan hemat.
Usulan :
Pembahasan tentang manfaat berwirausaha dapat dibagi lagi menjadi beberapa
sub pembahasan, misalnya: manfaat bagi pribadi, manfaat bagi masyarakat,
manfaat bagi bangsa dan negara, dsb.
Perlu disertakan beberapa contoh nyata mengenai manfaat berwirausaha agar
dapat lebih memberikan pengaruh motivasi bagi siswa (sesuai dengan Materi
Pokok yang ada untuk Bab ini, yakni “Manfaat Berwirausaha Sebagai Motivasi”)
C. KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif dalam dunia nyata secara
kreatif. Sedangkan yang dimaksud dengan seorang wirausahawan adalah orang-orang
yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, dan mengambil
keuntungan. Seorang wirausahawan memiliki sifat, watak, dan kemauan untuk
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih
sukses atau meningkatkan pendapatan.
Gooffrey G. Meredith (2000:halaman) mengemukakan ciri dan watak
wirausahawan, seperti berikut:
1. Percaya diri dengan watak keyakinan, kemandirian, individualitas, dan optimisme.
2. Berorientasikan tugas dan hasil dengan watak kebutuhan akan prestasi, berorientasi
pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka
bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
3. Pengambil resiko dengan watak memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka
pada tantangan.
4. Kepemimpinan dengan watak bertingkah laku sebagai pemimpin, bergaul dengan
orang lain, suka terhadap kritik dan saran yang membangun.
5. Keorisinilan dengan watak memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serta
memiliki jaringan bisnis yang luas.
6. Berorientasi ke masa depan dengan watak persepsi dan memiliki cara pandang/ cara
pikir yang berorientasi pada masa depan.
7. Jujur dan tekun dengan watak memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan
kerja.
Usulan :
Perlu diperjelas lagi apakah definisi dari “ciri”?, apa definisi “watak”?, apakah
kedua istilah tersebut merupakan istilah yang sama?
Penjelasan pada poin-poin diatas masih terkesan rancu dan kurang dapat
dipahami dengan baik apabila belum ada penjelasan yang memadai mengenai
definisi “ciri” dan “watak”.
Selain beberapa sikap di atas, masih ada beberapa faktor penting yang dapat
menunjang keberhasilan seorang wirausahawan, di antaranya:
1. Sikap dan Perilaku Disiplin
Sikap dan perilaku disiplin merupakan modal dasar untuk mencapai keberhasilan
bagi seseorang dalam berwirausaha.
2. Komitmen Tinggi
Komitmen tinggi artinya pikiran seorang wirausahawan setiap saat tidak pernah
lepas dari perusahan atau bisnisnya.
3. Jujur
Jujur artinya mau dan mampu mengatakan sesuatu sebagaimana adanya, tanpa
dibuat-buat atau ditambah-tambahi.
4. Kreatif
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata yang berbeda dengan yang telah ada. Hal
tersebut bisa berupa ide baru atau pengembangan dari gagasan yang telah ada
sebelumnya.
5. Inovatif
Inovatif merupakan suatu proses untuk mengubah peluang menjadi gagasan dan
ide-de yang dapat dijual.
6. Mandiri dan Realistis
Memiliki arti bahwa keberhasilan seorang wirausahawan datang dari diri sendiri,
bukan dari orang lain, serta memiliki keyakinan bahwa ide dapat diwujudkan
menjadi kenyataan.
Penentu keberhasilan suatu usaha juga dinilai dari sisi produk, dimana produk yang
dihasilkan hendaknya memiliki keunggulan bagi konsumen, baik dari segi harga,
kualitas, manfaat, serta didukung oleh promosi yang efektif.
Selain keberhasilan, dalam usaha juga terdapat kemungkinan untuk gagal. Hal ini
dapat dipicu oleh beberapa sebab, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari luar.
Menurut Alex S. Niti Semito (...tahun:halaman...), kegagalan wirausahawan dalam
menjalankan bisnisnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kegagalan yang dapat
dihindarkan dan kegagalan yang tidak dapat dihindarkan.
1. Kegagalan yang Dapat Dihindarkan
Kegagalan ini sebenarnya tidak perlu terjadi, karena pengusaha dapat
menghindari kegagalan dengan cara memaksimalkan faktor-faktor tertentu. Untuk
meminimalisir kegagalan ini, dapat dilakukan dengan perbaikan sikap pribadi dan
metode kerja. Misalnya: salah mengelola perusahaan, tidak ada rencana yang
matang, pelayanan yang kurang baik, dsb.
2. Kegagalan yang Tidak Dapat Dihindarkan
Kegagalan ini merupakan hal yang sulit atau hampir tidak dapat dihindari karena
diluar kemampuan manusia. Misalnya: bencana alam, peperangan, kebakaran,
kecelakaan, dsb.
Perilaku kerja prestatif perlu diterapkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari,
baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Hal tersebut bertujuan
agar perilaku kerja prestatif dapat melekat dalam diri seseorang sejak dini. Perilaku
kerja prestatif tidak hanya diterapkan dalam lingkup usaha saja, namun juga dalam
kebiasaan sehari-hari dan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
Beberapa contoh perilaku yang mencerminkan kerja prestatif dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Lingkungan Keluarga
a. Disiplin dalam menjalankan kewajiban, seperti: ibadah, belajar, dan membantu
orang tua.
b. Mengisi waktu luang untuk kegiatan yang produktif, kreatif, dan inovatif.
c. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan keluarga dan dikerjakan
dengan sebaik-baiknya.
d. Rajin menabung dan berhemat demi masa depan.
e. Membantu usaha keluarga atau berusaha mencapai kemandirian dengan
menciptakan usaha sendiri.
2. Lingkungan Sekolah
Penerapan kerja prestatif di lingkungan sekolah dapat dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas, organisasi sekolah (OSIS), maupun di unit-unit usaha
yang ada di sekolah, seperti: koperasi siswa, pertokoan, kantin, dll. Beberapa bentuk
penerapan kerja prestatif tersebut antara lain:
a. Belajar maksimal untuk meraih prestasi yang gemilang.
b. Bekerja sama dengan seluruh warga sekolah untuk mengharumkan nama sekolah
dengan prestasi yang membanggakan di berbagai kejuaraan.
c. Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan keorganisasian.
d. Turut mengembangkan koperasi sekolah dan mensukseskan berbagai kegiatan
yang ada di sekolah.
3. Lingkungan Masyarakat
Perilaku kerja prestatif juga harus diterapkan di lingkungan masyarakat sebagai
sarana pembelajaran untuk menempa diri dalam bersosialisasi. Perilaku ini dapat
diterapkan dalam organisasi kemasyarakatan (karang taruna, organisasi
keolahragaan, lembaga swadaya masyarakat, koperasi, dan lain-lain). Beberapa
bentuk penerapan kerja prestatif tersebut antara lain:
a. Aktif dalam kegiatan masyarakat atau kepemudaan.
b. Memajukan dan mengembangkan usaha yang dapat memberdayakan lingkungan
sekitar.
c. Melakukan pengolahan limbah rumah tangga sehingga menjadi barang yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
d. Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar.
F. TUGAS
1. Tugas Individu
2. Tugas Kelompok
G. EVALUASI
1. Soal Pilihan Ganda
2. Soal Isian
3. Soal Uraian