Gizi Dan Diet
Gizi Dan Diet
1-A D3 KEPERAWATAN
BAB 9
Cara kita memandang tubuh dan persepsi terhadap citra tubuh tak selamanya tepat.
Beberapa orang, terutama perempuan, mengalami distorsi dalam memandang citra tubuhnya
sehingga menjalani diet untuk menurunkan berat badan (McWilliams, 1993). Bagi mereka,
berat badan rendah menjadi tujuan yang harus dicapai karena mereka memandang berat
badan normal sebagai kegemukan. Usaha penurunan berat badan dilakukan dengan segala
cara, termasuk dengan cara yang tida sehat. Perilaku makan menyimpang ini ternyata
memiliki sebab-sebab yang kompleks dan jumblah penderitanya terus meningkat. Ditengarai
saat ini, sekitar 5 juta orang di Amerika Serikat, terutama remaja perempuan dan wanita
muda, menderita perilaku makan menyimpang seperti anoreksia nervosa dan buli, nia
nervosa,serta lebih banyak lagi yang menderita binge-eating disprders atau kondisi lain yang
tidak spesifik, disebut sebagai Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) (Whitney
& Rolfes, 2008)
Perilaku makan menyimpang adalah suatu rangkaian yang dimulai dari ketidakpuasan
bentuk tubuh ringan sampai pada gangguan makan yang serius. Sepanjang rangkaian ini
dapat ditemui perilaku diet yang biasa saja sampai perilaku makan menyimpang tidak biasa,
seperti muntah yang dipaksakan dan ninge eating (makan sepuasnya tanpa kontrol dalam
waktu singkat) (Brown, 2011).
Perilaku diet penurunan berat badan dikalangan remaja, khususnya perempuan, cukup
tinggi. Seorang remaja bisa menjalani diet hanya karena adanya tekanan sosial untuk menjadi
kurus, komentar dari orang lain tentang berat badannya, atau sebagai akibat dari
ketidakpastian mereka dengan kenaikan berat badan saat puber. Penurunan berat badan dapat
membuat remaja menjadi merasa lebih mampu mengendalikan diri, dunia, dan hidup mereka.
Padahal sebenarnya perilaku diet tidak tidak sehat atau salah malah dapat membuat kelebihan
berat badan di masa yang yang akan datang. Neumark-Sztainer el at. (2006) dan Brown
(2011) menujukan bahwa remaja yang melakukan diet tak sehat lebih mungkin untuk menjadi
overweight 5 tahun kemudian daripada remaja yang tida menjalani diet. Remaja sebaiknya
menjali gaya hidup yang lebih sehat, seperti rutin berolahraga daripada melakukan perilaku
diet jangka pendek yang tak dapat dipertahankan. Hal tersebut diperlukan sebagai
pencegahan overweight dan perilaku makan menyimpang.
Salah perilaku dalam diet sering menyebabkanasupan zat gizi yang diperlukan yang
diperlukukan tubuh tidak memadai. Pertimbangan melakukan diet, seringkali tidak
didasarkan atas kebutuhan gizi. Pada usia remaja, pertimbangan utama biasanya terkait
dengan opini teman atau pengaruh media yang dapat menyebabkan pemahaman keliru
terhadap citra tubuh. Apalagi, jika tidak diimbangi dengan infrmasi gizi yang tepat baik di
lingkungan sekolah maupun di rumah. Perlu diketahui, bahwa pada masa remaja dibutuhkan
asupan makanan dan gizi yang cukup karena masa pertumbuhan remaja belum
slesai,sedangkan di sisi lain pada umumnya, diet populer adalah diet yang restriktif atau
membatasi konsumi.
A. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah bentuk perilaku makan menyimpang yang dicirikan oleh
adanya aktivitas menguruskan badan dengan membatasi makan secara ekstrim dan sengaja
serta melalui kontro diet yang ketat. Penderita anoreksia nervosa sadar sadar bahwa mereka
merasa lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat
naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat
mereka mengkonsumsi sejumblah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera
kenyang atau bahkan mual.
Anoreksia nervosa lebih sering terjadi pada perempuan dibandingka dengan laki-laki,
sekitar 9 dari 10 orang pederita anoreksia nervosa adalah perempuan. Karakteristik dari
anoreksia nervosa antara lalin, terobsesi dengan makanan, membuat dirinya kelaparan, dan
ketakutan yang kuat merasa gemuk. Kriteria diagnostik untuk anoreksia nervosa berdasarkan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi kelima (DSM_V) yaitu ;
Kedua subtipe ini sama-sama menolak untuk mempertahankan berat badan normal, selalu
ingin menurunkan berat badan. Hal ini yang membedakan keduanya dari perilaku makan
menyimpang jenis lain.
Dampak fisik yang dapat muncul pada penderita anoreksia nervosa, antara lain
(Wardlaw & Hampl.2007)
1. Suhu tubuh lebih rendah dan tidak dapat dan tidak dapat mentoleransi dingin karena
hilangnya lapisan lemak;
2.Tingkat metabolisme lebih lambat disebabkan oleh sintesis hormon tiroid menurun;
3. Detak jantung menurun karena metabolisme melambat mengakibatkan lebih mudah lelah,
pingsan, dan sangat butuh tidur. Perubahan fungsi jantung juga dapat terjadi, termasuk
hilangnya jaringan dalam jantung dan ritme jantung melemah;
5. Kulit dingin, kasar, kering dan bersisik karena kekurangan asupan zat gizi, beberapa
memar dapat muncul karena hilangnya perlindungan dari lapisan lemak di bawah kulit;
6. Jumlah sel darah putih sedikit sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi dan berpotensi
kematian;
7. Perasaan kenyang atau kembung yang tidak normal yang berlangsung beberapa jam setelah
makan;
Biasanya karakteristik psikologis pada penderita anoreksia nervosa, antara lain serius,
penurut, teratur perfeksionis, hipersentif terhadap penolakan,rasa bersalah berlebihan dan
irasional, kecemasan obsesif, inrovert, hingga intelegensia sedang. Diperkirakan 10-15% dari
pasien dengan anoreksia nervosa meninggal karena penyakit mereka. Penyebab langsung
kematian penderita anoreksia adalah sistem kekebalan tubuh yang lemah karena kekurangan
gizi, pecah lambung, aritmia jantung, gaal jantung, dan bunuh diri (Brown, 2011).
B. Bulmia Nervosa
Bulmia nervosa ditandai dengan konsumsi maknan dalam jemblah besar yang
kemudian melakukan pembersihan tubuh dari makanan (purging), isa dengan muntah yang
dipaksakan, obat pencahar atau penyalahgunaan diuretok, enema, dan olahraga berlebih.
Penderita bulmia cenderung senang mengkonsumsi makanan yang mereka sukai, dan
cenderun makan jika sedang menghadapi situasi sulit. Tidak seperti penderita anoreksia
nervosa yang cenderung menjauhi makanan ketika ada maknan yang tersisa. Dengan
demikian mereka terhindar untuk menjadi gemuk tanpa perlu menahan keinginan mereka
untuk makan. Pada anoreksia nervosa terjadi penurunan berat badan yang stabil atau dapat
juga terjadi fluktuasi berat badan karema periode binge-eating dan puasa.
1. Episode berulang dari binge-eating, yaitu konsimsi cepat dari sejumblah besar
makanan dalam waktu singkat dan periode waktu tertentu, misalnya setiap 3 jam.
2. Perilaku kompensasi dilakukan berulang dan tidak semesetinya (seperti muntah yang
dipaksakan, penyalahgunaan obat pencahar, berpuasa, atau olahraga berlebih) untuk
mencegah kenaikan berat badan.
3. Binge-eating dan perilaku kompensasi, keduanya dilakukan setidaknya satu kali
seminggu selama 3 bulan.
4. Penilaian diri terlalu dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan
5. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama eposide aboreksia nervosa.
Bulmia nervosa dapat didahului oleh riwayat diet atau membatasi makan yang dianggap
berkontribusi pada siklus binge-purge. Orang dengan bulmia nervosa biasanya
mempertahankan berat badan normalnya, sementara beberapa ada yang sedikit kelebihan
berat badan. Penderita bulmia tidak membiarkan dirinya kelaparan kecuali berat
badannya d atas normal. Tetapi sepertinya orang dangan anoreksia nervosa, mereka
sering takut mengalami kenaikan berat badan, ingin mati-matian untuk menurunkan berat
badan, dan sangat tidak bahagia dengan ukuran serta bentuk tubuh mereka (NIMH, 2004)
1. Paparan berulang gigi pada asam dalam muntah menyebabkan, membuat email gigi
rusak, gigi sakit dan sensitif terhadap panas, dingin, dan asam. Gigi dapat membusuk
parah, terkikis, dan akhirnya rontok.
2. Kalium darah rendah karena seringmuntah atau penyalah gunaan diuretik. Hal ini
dapat mengganggu ritme jantung dan dapat menyebabkan kematian.
3. Kelenjar ludah dapat membengkak sebagai dari akibat infeksi dan iritasi akibat
muntah yang terus menerus
4. Kontipasi dapat terjadi karena sering menggunakan obat pencaha. (Wardlaw & Hampl
2007)
Tabel 9.1 perbedaan karakteristik penderita anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
C. Binge-eating disorders
Binge eating disordes (BED) adalah suatu kondsi ketika seseorang memakan
makanan dalam jumlah besar dalam waktu singkat dn merasa bahwa episode makan
ini tidak terkendali. BED didefinisikan sebagai episode berulang dari perilaku makan
tidak terkendali minimal satu kali dalam seminggu yang dilakukan seitdaknya selama
3 bulan. Selain itu, orang tersebut merasa kehilangan kontrol saat binge eating, yang
ditandai dengan adanya 3 dari 5 kriteria berikut: makan cepat, makan ketika tidak
lapar, makan sendirian, makan sampai penuh atau sangat kenyang, dan perasaan jijik
setelah melakukan hal tersebut
Diet dapat menjadi faktor resiko untuk BED: sekitar 35% sampai 55% wanita
mungkin mengalami binge eating sebelum melakukan diet. perempuan yang
mengalami stres, seperti kematian seseorang yang dekat dengan mereka, lebih
mungkin melakukan makan dalam jumla berlebihan. Jad respon terhadap situasi
emosinal saat itu adalah melalui makan.
Kriteria diagnostik uutuk BED berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual
off Mental Disorders, edisi ke 5 (DSM-V) adalah:
1. Episode berulang dari binge eating yang ditandai dengan makan dalam jumlah
besar daam waktu singkat dan tetap pada periode waktu tertentu, misalnya setiap 3
jam, serta kehilangan kontrol atas makan berlebih selama episode tersebut.
2. Episode binge eating berhubungan daengan 3 atau lebih dari :
a. Makan lebih cepat dari orang normal
b. Makan sampai merasa kenyang dan perut penuh
c. Makan dalam jumlah besar padahal tidak merasa lapar
d. Makan sendirian karena merasa malu atas banyaknya makanan yang ia makan
e. Merasa jijik, bersaah dan sedih setelah makan berlebih
4. Binge eating terjadi setidaknya satu kali dalam seminggu selama tiga bulan.
Gangguan binge eating lebih umum daripada anoreksia atau bulimia. Tidak seperti
bulimia nervosa periode binge eating tidak diikuti oleh perilaku kompensasi seperti
pembersihan (purging), olahraga yang berlebihan, atau puasa. Akibatnya, orang dengan
gangguan binge eating sering mengalami kegemukan atau obesitas. Orang dengan gangguan
binge eating yang mengalami obesitas berada dalam resiko tinggi untuk menderita tekanan
darah tinggi, peakit jantung sebagai akibat baru peningkatan kadar trigliserida, diabetes
meletus tipe II, penyakit ginjal, edema, obstuktive sleep apnea, dan lainnya. Mereka juga
mengalami rasa bersalah, malu, dan kesulitan tentang binge eating mereka, yang dapat
menyababkan lebuh banyak lagi binge eating (NIMH, 014)
Resiko yang ditimbulkan oleh EDNOS/OSFED juga cukup farah, sama seperti
mereka yang menalami gangguan makan lainnya. Beberapa study menunjukan angka
kematian EDNOS/OSFED sama tingginya dengan individu yang menderita anoreksia
nervosa.
Hasil gabungan faktor ini mungkin dapat menimbulkan gangguan perilaku makan,
seperti muntah yang dipaksakan atau binge eating. Seiring waktu, perilaku ini mungkin
hilang, berlanjut,atau berkembang menjadi masalah yang berkaitan dengan berat badan lebih
serius, seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa atau obesitas.