SDGs merupakan hasil dari proses yang bersifat partisipatif, transparan, dan inklusif terhadap
semua suara pemangku kepentingan dan masyarakat selama 3 tahun lamanya. SDGs akan
mewakili sebuah kesepakatan yang belum pernah ada sebelumnya yang terkait dengan
prioritas-prioritas pembangunan berkelanjutan di antara 193 Negara Anggota.
Tujuan dari SDGs (Sustainable Development Goals) yang dikutip dari Litbang Depkes RI
antara lain sebagai berikut:
1. Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan bagi seluruh orang di
segala usia.
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi, dan
mendorong pertanian yang berkelanjutan.
3. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun.
4. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang inklusif
dan berkelanjutan serta membina inovasi.
5. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi
seluruh orang.
6. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan,
serta kesempatan kerja penuh, produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan serta modern bagi
semua orang.
8. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi setiap orang.
9. Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, berketahanan, aman dan
berkelanjutan.
10. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh perempuan.
11. Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta membangun institusi yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
12. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim serta dampaknya.
13. Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara.
14. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
15. Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan dan sumber daya laut secara
berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.
16. Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of implementation) dan
merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
17. Melindungi, memperbarui, dan mendorong pemakaian ekosistem daratan yang
berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati.
Setelah kita mengetahui bahwa SDGs adalah kelanjutan dari MDGs dan mengetahu
persamaannya, selanjutnya selain persamaan tentunya juga terdapat beberapa perbedaan antara
SDGs dengan MDGs. Salah satu perbedaannya adalah MDGs hanya mempunyai 8 tujuan
sedangkan SDGs memiliki 17 Tujuan pembangunan berkelanjutan dengan 169 target, oleh
sebab itu SDGs mempunyai cakupan yang lebih luas dan akan mampu lebih tanggap atas
penyebab utama kemiskinan serta kebutuhan universal. Tujuan SDGs mencakup tiga dimensi
dari pembangunan berkelanjutan, yaitu pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial dan perlindungan
terhadap lingkungan.
SDGs dibuat berdasarkan momentum dan keberhasilan MDGs. Tujuan SDGs meliputi lebih
banyak aspek kehidupan yang diiringi dengan ambisi untuk menanggapi perubahan iklim,
pekerjaan yang layak, ketidaksetaraan, pertumbuhan ekonomi, kota dan pemukiman
masyarakat, industrialisasi, energi, konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, perdamaian dan
keadilan.
Tujuan serta target SDGs akan dimonitor dan ditinjau setiap saat dengan menggunakan
indikator-indikator global. Dan kerangka kerja indikator global tersebut juga terus
dikembangkan oleh Kelompok Lintas Badan dan Ahli. Selain itu pemerintah juga akan turut
serta mengembangkan indikator-indikator nasional guna membantu memantau kemajuan
dalam mencapai tujuan dan target SDGs. Berikutnya tindak lanjut dalm proses peninjauan akan
dilaksanakan setiap tahun oleh Forum Tingkat Tinggi Politik tentang Pembangunan
Berkelanjutan dengan menggunakan sebuah Laporan Kemajuan SDGs yang dipersiapkan oleh
Sekretaris Jenderal.
NAWACITA
Kementerian Kesehatan berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat melalui agenda prioritas Kabinet Kerja atau yang dikenal dengan Nawa
Cita, sebagai berikut:
VISI
Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik Indonesia
yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-royong. Visi tersebut diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi
pembangunan yaitu:
NILAI-NILAI
Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu
mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah
satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial
ekonomi.
Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi
aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat
pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta
tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial
budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi
permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan yang
berbeda pula.
Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan dan bersifat efisien.
Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes,
2011).
Pengertian puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalarn
suatu wilayah tertentu (Azrul Azwar, 1996).
Jika ditinjau dari sistim pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan puskesmas
adalah sebagai ujung tombak sistim pelayanan kcsehatan di Indonesia. Sebagai sarana pelayanan
kesehatan terdepan di Indonesia, maka Puskesmas bertanggungjawab dalam menyelenggarakan
pelayartan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab dalatn menyelenggarakan pelayanan
kedokteran.
Visi dan Misi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat. Indikator utama yakni:
1. Lingkungan sehat.
2. Perilaku sehat.
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka kegiatan pokok yang
dapat dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian kegiatan pokok
Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut : KIA, Keluarga Berencana, Usaha
Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular,
Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan Kesehatan Masyarakat,
Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan dan
keselamatan Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium
Sederhana, Pencatatan Laporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia Lanjut
dan Pcmbinaan Pengohatan Tradisional.
Fungsi puskesmas
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau
terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini
antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung
terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :
Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah, sarana perhubungan, dan kepadatan penduduk dalam
wilayah kerja Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas,
Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa yang belum
terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas keliling. Disamping itu pergerakkan peran serta
masyarakat untuk mengelola posyandu.
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
o PERPRES No. 105 Th 2013 ttg Pemeliharaan Kesehatan Menteri dan Pejabat Tertentu
o PERPRES No. 106 Th 2013 ttg Pemeliharaan Kesehatan Anggota DPR, DPD, MK, Hakim
MA
o PERPRES No. 107 Th 2013 ttg YANKES Tertentu Berkaitan Dengan KEMHAN, TNI,
Kepolisian
o PERPRES No. 108 Th 2013 ttg Bentuk dan Isi Laporan Pengelolaan Program JAMSOS
o PERPRES No. 109 Th 2013 ttg Penahapan Kepesertaan Program JAMSOS
o PERPRES No. 110 Th 2013 ttg Gaji Upah Manfaat DEWAS dan Direksi BPJS
o PERPRES No. 111 Th 2013 ttg Perubahan Atas PERPRES No. 12 Th 2013 ttg JAMKES
Untuk menanggulangi Penyakit Tidak Menular, diperlukan langkah CERDIK, yaitu Cek kesehatan
secara berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin beraktifitas fisik; Diet yang baik dan seimbang;Istirahat
yang cukup; dan Kelola stress.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun
2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. ... Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek
menjadi BPJS dilakukan secara bertahap.
Dasar Pemikiran
Dasar Pemikiran dilakukan penyuluhan tentang PHBS adalah karena faktor perilaku secara
teoritis memiliki andil 30 – 35 % terhadap derajat kesehatan, sedangkan dampak dari perilaku
terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah satunya melalui program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan
mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi,
Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi Kesehatan / JPKM.
Sedangkan penyuluhan PHBS itu adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi),
bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama
dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Indikator PHBS
Indikator nasional PHBS ada 10, yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan Air Bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
PHBS merupakan kependekan dari Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga
dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki
peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan
pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas
dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang
dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap
dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin anggota
masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari
dengan tujuan hidup bersih dan sehat.
Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau pimpinan
masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan
kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan
rumah tangga sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.
Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses
penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani
perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama
adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan
kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar
kesehatan.
Manfaat PHBS
Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau
menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu
menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu
meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di Rumah tangga antara lain, setiap
anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit,
rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktifitas anggota rumah tangga dan manfaat
phbs rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola
hidup sehat dan anak dpt tumbuh sehat dan tercukupi gizi
PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja agar tahu dan
mau untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dan berperan dalam menciptakan
tempat kerja yang sehat. manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu
meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan
meningkatkan citra tempat kerja yang positif .
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat dijadikan acuan
untuk mengenali keberhasilan dari praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkatan
rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :
Selain PHBS dalam tatanan rumah tangga, masih terdapat tatanan lain yang tidak kalah
penting seperti PHBS di sekolah dan juga PHBS di tempat kerja. Keseluruhan dari materi
PHBS bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang terlibat
pada setiap tatanan.
Sekolah yang sehat dengan anggota komunitas tingkat sekolah yang berperilaku hidup bersih
dan sehat dapat mencegah sekolah menjadi titik penularan atau sumber berbagai penyakit.
Demikian pula dengan PHBS di tempat kerja dimana keamanan dan kesehatan menjadi sesuatu
yang tidak kalah penting.
Perilaku hidup bersih dan sehat yang berasal dari implementasi materi PHBS dapat menjadi
kunci untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Menjalankan praktek indikator
– indikator PHBS di berbagai tatanan dapat menjadi sebuah gerakan untuk memasyarakatkan
perilaku hidup bersih dan sehat dimanapun dan juga kapanpun.
Pertama, mengutamakan preventif, promotif melalui berbagai kegiatan edukasi dan promotif-
preventif,dengan tidak mengesampingkan aspek kuratif-rehabilitatif melalui peningkatan
jangkauan dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan.
Kedua, melaksanakan pencegahan pada seluruh siklus hidup manusia, sejak dalam kandungan,
hingga bayi, balita, anak sekolah, remaja, dewasa, diikuti perbaikan budaya hidup bersih dan
sehat. Yang dimaksud seluruh siklus hidup adalah sejak hamil, lahir, anak sekolah, remaja,
dewasa, usia lanjut sesuai dengan masalah pada kelompok usia tersebut. Pada kelompok usia
1000 hari pertama, fokus pencegahan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar gizi dan
kesehatan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan.
Ketiga, menerapkan Pedoman Gizi Seimbang, yang difokuskan pada peningkatan konsumsi
sayur dan buah, pangan hewani, dengan mengurangi lemak serta minyak dan membatasi gula
dan garam.
Keempat, menggerakkan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik dan menimbang berat
badan secara teratur.
Kelima, melibatkan semua sektor, baik Pemerintah maupun masyarakat, untuk secara nyata
melakukan sinergi dalam melakukan PTM.
Regulasi yang telah dan akan dikeluarkan Pemerintah terkait dengan PTM sebagai
berikut:
Pertama, untuk menjamin agar bayi memperoleh haknya untuk mendapatkan ASI Eksklusif
sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 36 tahun 2009, telah dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Selain itu, telah diterbitkan pula dua Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu tentang penyediaan
fasilitas khusus menyusui di tempat umum dan tempat kerja; serta tentang penggunaan susu
formula dan produk bayi lainnya. Menkes menghimbau agar seluruh organisasi profesi bidang
kesehatan untuk benar-benar memahami dan menjalankan peraturan tersebut.
Kedua, peraturan Pemerintah nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
mengandung zat adiktif berupa tembakau bagi kesehatan yang antara lain mengatur
perlindungan kesehatan masyarakat dari bahaya penggunaan bahan yang mengandung
karsinogenik dan adiktif.
Ketiga, peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang pencantuman informasi
kandungan gula, garam dan lemak serta pesan kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap
saji.
Keempat, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi, yang menekankan pada peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar
pangan, gizi dan kesehatan pada ibu hamil sampai anak usia 2 tahun.
Kelima, dalam waktu dekat Menteri Kesehatan akan mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Angka Kecukupan Gizi dan Pedoman Gizi Seimbang sesuai dengan
rekomendasi Widyakarya Pangan dan Gizi tahun lalu.
Prinsip upaya pencegahan penyakit lebih baik dari mengobati tetap juga berlaku untuk PTM.
4 Tingkat Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan PTM ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi.
Sebagian besar penyakit tidak menular dapat dicegah bila kita menghindari 4 faktor risiko
(perilaku) yang utama yaitu:
Faktor-faktor risiko Penyakit Tidak Menular di atas merupakan faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan perilaku dan dapat dikontrol dari diri kita sendiri. Sebenarnya masih ada
faktor-faktor risiko lain bagi terjadinya penyakit tidak menular tetapi biasanya faktor-faktor
ini sulit dikontrol dari diri sendiri, seperti: faktor stress, kegemukan, dan pencemaran
lingkungan.
Usaha – usaha pencegahan penyakit dan tindakan efektif terhadap penyebaran penyakit
menular dapat dilakukan antara lain :
Kasus atau karier penyakit yang merupakan sumber utama infeksi dapat di control dengan
cara :
– Diagnosis dini
– Notifikasi
– Isolasi
– Terapi
– Karantina
– Surveilans epidemiologi
– Desinfeksi
Penularan penyakit dari orang sakit kepada orang lain dapat melalui beberapa jalan. Untuk
mencegah terjadinya penularandapat dengan cara melakukan blockade atau memutus rantai
penularan.
– Vehicle transmission
– Vector transmission
– Airbome transmission
– Contact transmission
– Imunisasi aktif
– Imunisasi pasif
– Kemoprofilaksis
– Pendidikan kesehatan
Cuci tangan yang benar adalah cuci tangan pakai sabun dan air mengalir dengan
langkah-langkah yang dianjurkan. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) membagi cuci
tangan ke dalam 11 langkah. Namun, Anda dapat merangkumnya menjadi 7 langkah
sederhana. Berikut adalah 7 langkah cuci tangan yang dapat Anda ajarkan pada si
kecil:
Dengan rutin melakukan 7 langkah cuci tangan, tangan si kecil pun akan bersih kembali
sehingga meminimalkan risiko ia terinfeksi kuman penyebab penyakit. Agar si kecil
bersemangat, lakukan aktivitas cuci tangan 7 langkah ini bersama-sama saat sebelum dan
setelah makan, setelah menggunakan toilet, dan setelah bermain di luar. Memiliki anak sehat
tentu adalah harapan Anda, bukan? Karena kesehatan anak adalah segalanya. Yuk, ajari si
kecil 7 langkah cuci tangan dengan benar sedini mungkin!
Pentingnya perubahan pola hidup masyarakat ke arah yang lebih sehat, mendasari program
prioritas Pembangunan Kesehatan pada periode 20152019 dilaksanakan melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang dalam penyelenggaraannya memiliki 12
indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga, yaitu: