Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TUGAS MATA KULIAH HAM dan DEMOKRASI


Dialektika Negara Hukum dan Ham
Diajukan untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah HAM dan Demokrasi yang di ampu oleh:
Moh. Luqman Hakim, M.H.

Disusun oleh:

1. Wahyu Yulianto (12103173008)


2. Alisa Andriani (12103173074)
3. Eka Cahyani A (12103173100)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

TULUNGAGUNG

2019

Page | 1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat ALLAH SAW


Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, karya ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan
karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ham dan Demokrasi
judul “Dealektika Negara Hukum dan HAM”
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita ke dunia yang penuh dengan
kedamaian.
Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
mengupayakan kelancaran perkuliahan.
2. Moh. Luqman Hakim, M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah.
3. Semua pihak dan segenap civitas Akademika IAIN Tulungagung yang telah
membantu kelancaran penyelesaian makalah ini.
Sebagaimana pepatah yang menyatakan tiada gading yang tak retak, maka
penulisan makalah inipun tentunya banyak dijumpai kekurangan dan
kelemahannya. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
mengharap saran-saran penyempurnaan, agar kekurangan dan kelemahan yang
ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaat bagi pengembangan studi Islam
pada umumnya.

Tulungagung, 03 Maret 2019

Dengan hormat, Penyusun

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENRANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengertian Negara Hukum ................................................................. 3
B. Penggolongan Hukum ........................................................................ 3
C. Indonesia Sebagai Negara Hukum ..................................................... 7
D. Pengertian HAM................................................................................10
E. Macam-Macam HAM........................................................................10
F. Pengertian Prlanggar HAM................................................................10
PENUTUP ................................................................................................ 12
A. Kesimpulan..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa


negara itu melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Dengan demikian jelas sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak
Asasi Manusia, dimana Negara Hukum wajib menjamin dan melindungi
Hak Asasi Manusia setiap warganya.

Pencarian fakta, penyidikan polisi, pengadilan sekalipun nyatanya


belum mampu mengungkap kasusnya secara tuntas dan memuaskan,
Tetapi kendati hakim telah memvonis nenek aryani sebagai tersangka yang
bersalah dan telah penjara selama 3 bulan dan saat ini masih mengalami
penangguhan tetapi proses hukum masih tetap berjalan . Orang tak percaya
begitu saja bahkan KOMNAS HAM turut serta untuk melindungi hak
nenek Aryani tersebut untuk mendapatkan hak nya kembali. Hukum tidak
hanya untuk gagah-gagahan tetapi didalam hokum negara juga ada unsur
kemanusiaannya yang melihat suatu kondisi orang tersebut dan adanya
hokum .

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Negara Hukum ?
2. Apa Saja Penggolongan dari Hukum ?
3. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum ?
4. Apa Pengertian HAM ?
5. Apa Saja Macam-Macam dari HAM ?
6. Apa Pengertian dari Pelanggar HAM ?

Page | 4
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Negara Hukum
2. Untuk Mengetahui Penggolongan dari Hukum
3. Untuk Mengetahui Indonesia Sebagai Negara Hukum
4. Untuk Mengetahui Pengertian dari HAM
5. Untuk Mengetahui Macam-Macam dari HAM
6. Untuk Mengetahui Pengertian Pelanggar HAM

Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara Hukum
Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam masyarakat
yang dapat memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat
serta memberikan sanksi yang tegas berupa hukuman terhadap yang tidak
mentaatinya.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja Hukum ialah keseluruhan
kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup dalam
masyarakat dan bertujuan memelihara ketertiban serta meliputi lembaga-
lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya kaidahsebagai
kenyataan dalam masyarakat (1986).

Dari rumusan definisi tentang hukum tersebut, dapat ditarik


kesimpulan bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu sebagai
berikut:

1. Peraturan tentang tingkah laku manusia dalam pergaulan


masyarakat
2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
3. Peraturan tersebut bersifat memaksa
4. Sanksi terhadap pelanggaran bersifat tegas.1

B. Penggolongan Hukum
a. Menurut Sumber Hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan,
dokumen, naskah, dan sebagainya, yang dipergunakan oleh suatu
bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu. Adapun

1 Azhary, Tahir. Negara Hukum,. Edisi Kedua. Kencana. Jakarta. 2003.hal 12

Page | 6
sumber hukum menurut Sudikno Mertokusumo terbagi atas dua
hal.
1) Sumber hukum material adalah tempat dari mana materi itu
diambil. Sumber hukum material ini merupakan faktor yang
membantu pembentukan hukum, misalnya, hubungan
sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi,
tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan),hasil penelitian
ilmiah, perkembangan internasional, dan keadaan geografis.
2) Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari
mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini
berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum itu formal berlaku. Sumber hukum formal
ialah undang-undang, perjanjian antarnegara,
yurisprudensi, dan kebiasaan.
b. Menurut Sasarannya
1) Hukum satu golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi satu
golongan tertentu.
2) Hukum semua golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi
semua golongan
3) tanpa kecuali. Contohnya, UU No. 12/2006 tentang
Kewarganegaraan.
4) Hukum antargolongan, yaitu hukum yang mengatur untuk
kepentingan
5) tertentu dengan golongan lain. Contohnya, UU No. 2/1958
tentang Dwi-Kewarganegaraan RI-RRC.
c. Menurut Bentuk
1) Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam
bentuk tertulis,resmi, dan dicantumkan dalam berbagai
peraturan negara. Contohnya, UUD1945. Mengenai hukum
tertulis, ada yang telah dikodifikasikan dan yang belum
dikodifikasikan. Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis

Page | 7
hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara
sistematis dan lengkap.
2) Hukum tidak tertulis, yaitu kebiasaan-kebiasan yang
tumbuh dan terpelihara dalam masyarakat atau hukum yang
masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan masyarakat
tertentu (hukum adat). Dalam praktik ketatanegaraan,
hukum tidak tertulis disebut konvensi. Contohnya, pidato
kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus.
d. Menurut Isi
1) Hukum publik (hukum negara),
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara
dan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara
dengan perseorangan (warga negara). Dalam arti formal,
hukum publik mencakup hukum acara, hukum tata negara,
hukum administrasi negara, dan hukum pidana.
2) Hukum privat
Pada pengertian luas, hukum privat (perdata) ialah
rangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang yang satu dengan orang yang lainnya,
dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.
e. Menurut Wujud
1) Hukum subjektif, yakni hukum yang timbul dari hukum
objektif yang dihubungkan dengan seseorang tertentu.
Contohnya, UU No. 1/74 tentang Perkawinan.
2) Hukum objektif, yaitu hukum dalam negara yang berlaku
umum dan tidak mengenal orang atau golongan tertentu.
Contohnya, UU No. 14/92 tentang Lalu Lintas.
f. Menurut waktu berlakunya
1) lus contitutum atau hukum positif, yaitu hukum yang
berlaku sekarang bagisuatu masyarakat tertentu dalam
suatu daerah tertentu atau hukum yang berlaku bagi suatu

Page | 8
masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu.
Ada sarjana yang menamakan hukum positif itu ‘Tata
Hukum’.
2) lus constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku
pada waktu yang akan datang.
3) Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang berlaku di mana-
mana segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan berlaku
untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di
seluruh tempat.
g. Menurut ruang atau wilayah berlakunya
1) Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di suatu
daerah tertentu.Contohnya, Hukum Adat Batak, Jawa,
Dayak, dan Minangkabau.
2) Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di suatu negara
tertentu. Contohnya, Hukum Nasional Indonesia, Malaysia,
dan Amerika Serikat.
3) Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur
hubungan hukum antara dua negara atau lebih. Contohnya,
hukum perang dan hukum perdata internasional.
h. Menurut tugas dan fungsi
Berdasarkan tugas dan fungsinya, hukum terbagi atas
hukum material dan hukum formal. Hukum yang mengatur
peraturan yang berhubungan dengan kepentingan yang berwujud
perintah dan larangan disebut hukum material. Misalnya, hukum
pidana, hukum perdata, dan hukum dagang. Hukum yang mengatur
cara bagaimana mempertahankan berlakunya hukum material
apabila hukum material dilanggar disebut hukum acara atau formal.

Page | 9
Misalnya, bagaimana cara mengajukan tuntutan dan cara hakim
mengambil keputusan.2

C. Indonesia Sebagai Negara Hukum


Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera
pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep negara hukum mengarah pada
tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi hak azasi
manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan. Bukti lain yang menjadi
dasar yuridis bagi keberadaan negara hokum Indonesia dalam arti material,
yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34 UUD Negara RI 1945, bahwa
negara turut aktif dan bertanggungjawab atas perekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.

Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada


pengembangan negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya
memperluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika
perkembangan jaman. Konsep negara hukum material yang dikembangkan di
abad ini sedikitnya memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum
atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut:

1. HAM terjamin oleh undang-undang


2. Supremasi hukum
3. Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum
4. Kesamaan kedudukan di depan hukum
5. Peradilan administrasi dalam perselisihan
6. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi

2 Ibid 25

Page | 10
7. Pemilihan umum yang bebas
8. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintahan baik
dalam lapangan pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus
didasarkan pada peraturan perundang-undangan atau berdasarkan
padalegalitas. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan
pemerintahan tanapa dasar kewenangan.

Unsur-unsur yang berlaku umum bagi setiap negara hukum, yakni


sebagai berikut:

1. Adanya suatu sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas


kedaulatan rakyat.
2. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
harus berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan.
3. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara).
4. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.
5. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke
controle) yang bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan
tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak berada di bawah
pengaruh eksekutif.
6. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau
warga negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan
pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah.
7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian
yang merata sumberdaya yang diperlukan bagi kemakmuran warga
negara.
Unsur-unsur negara hukum ini biasanya terdapat dalam konstitusi.
Oleh karena itu, keberadaan konstitusi dalam suatu negara hukum
merupakan kemestian. Menurut Sri Soemantri, tidak ada satu negarapun di
dunia ini yang tidak mempunyai konstitusi atau undang-undang dasar.

Page | 11
Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain.

Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum secara tegas disebutkan


dalam Penjelasan UUD 1945 (setelah amandemen) yaitu pasal 1 ayat (3);
“Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)”. Indikasi
bahwa Indonesia menganut konsepsi welfare state terdapat pada kewajiban
pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan negara, sebagaimana yang
termuat dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu; “Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
melaksanakan ketertiban dunia”. Tujuan-tujuan ini diupayakan
perwujudannya melalui pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan dalam program jangka pendek, menengah, dan
panjang.

Menurut Philipus M. Hadjon, karakteristik negara hukum Pancasila


tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia, yaitu sebagai
berikut :

1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan


asas kerukunan;
2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-
kekuasaan negara;
3. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana ter-akhir;
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Berdasarkan penelitian Tahir Azhary, negara hukum Indonesia
memiliki ciri-ciri sebagai berkut :

1. Ada hubungan yang erat antara agama dan negara;

Page | 12
2. Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;
3. Kebebasan beragama dalam arti positip;
4. Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;
5. Asas kekeluargaan dan kerukunan.
Meskipun antara hasil penelitian Hadjon dan Tahir Azhary terdapat
perbedaan, karena terdapat titik pandang yang berbeda. Tahir Azhary
melihatnya dari titik pandang hubungan antara agama dengan negara,
sedangkan Philipus memandangnya dari aspek perlindungan hukum bagi
rakyat. Namun sesungguhnya unsur-unsur yang dikemukakan oleh kedua
pakar hukum ini terdapat dalam negara hukum Indonesia. Artinya unsur-unsur
yang dikemukakan ini saling melengkapi.

D. Pengertian HAM
Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah
seperangkathak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk TuhanYang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Sifat HAM adalah universal, artinya berlaku untuk semua manusia
tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, dan bangsa (etnis). HAM harus
ditegakkan demi menjamin martabat manusia seutuhnya di seluruh dunia.
Hal itu tercermin dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.3
E. Macam-Macam HAM
Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan reformasi, maka
aspek HAM berkembang demikian pesat sebagaimana diatur dalam UUD
dan perundangan yang berlaku. Secara umum, hak asasi asasi manusia
terdiri atas lima macam.

3 Masdar F. Mas’udi, Hak Asasi Manusia dalam Islam. Yogyakarta: UII Press. 2003. hal. 103-
104.

Page | 13
1. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan (procedural rights).
2. Hak asasi politik (political rights).
3. Hak asasi pribadi (personal rights).
4. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan (rights of legal equality).
5. Hak asasi ekonomi (poverty rights).
F. Pengertian Pelanggar HAM
Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud
dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan
benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM,
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng
termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan
pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh
institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa
ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi
pijakannya.4

4 Masyhur Effendi. Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan
Internasional. Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994. Hal 11

Page | 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan
hukum, segala tindakan penguasa selalu dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum dan segala tindakan negara dibatasi hukum.
Hak asasi manusia adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang
sebagai manusia dan bersifat universal, serta tidak memandanng apakah
orang tersebut kaya atau miskin, atau laki-laki maupun perempuan. HAM
juga berarti hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena manusia.
HAM diatur pada UU HAM No 39 tahun 1999.
Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai
Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999.
Bentuk-bentuk pelanggaran HAM berat, antara lain dapat kita
temukan pula di dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM, yaitu meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan.

Page | 15
DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Tahir. Negara Hukum, Suatu Study tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah
dan Masa Kini. Edisi Kedua. Kencana. Jakarta. 2003.

Masdar F. Mas’udi, Hak Asasi Manusia dalam Islam. Dalam Sobirin


Malian dan Suparman Marzuki, Pendidikan Kewarga negaraan dan Hak Asasi
Manusia. Yogyakarta: UII Press. 2003. hal. 103-104.

Masyhur Effendi. Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam


Hukum Nasional dan Internasional. Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994.

Page | 16

Anda mungkin juga menyukai