Disusun oleh:
TULUNGAGUNG
2019
Page | 1
KATA PENGANTAR
Page | 2
DAFTAR ISI
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Negara Hukum ?
2. Apa Saja Penggolongan dari Hukum ?
3. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum ?
4. Apa Pengertian HAM ?
5. Apa Saja Macam-Macam dari HAM ?
6. Apa Pengertian dari Pelanggar HAM ?
Page | 4
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Negara Hukum
2. Untuk Mengetahui Penggolongan dari Hukum
3. Untuk Mengetahui Indonesia Sebagai Negara Hukum
4. Untuk Mengetahui Pengertian dari HAM
5. Untuk Mengetahui Macam-Macam dari HAM
6. Untuk Mengetahui Pengertian Pelanggar HAM
Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara Hukum
Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam masyarakat
yang dapat memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat
serta memberikan sanksi yang tegas berupa hukuman terhadap yang tidak
mentaatinya.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja Hukum ialah keseluruhan
kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup dalam
masyarakat dan bertujuan memelihara ketertiban serta meliputi lembaga-
lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya kaidahsebagai
kenyataan dalam masyarakat (1986).
B. Penggolongan Hukum
a. Menurut Sumber Hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan,
dokumen, naskah, dan sebagainya, yang dipergunakan oleh suatu
bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu. Adapun
Page | 6
sumber hukum menurut Sudikno Mertokusumo terbagi atas dua
hal.
1) Sumber hukum material adalah tempat dari mana materi itu
diambil. Sumber hukum material ini merupakan faktor yang
membantu pembentukan hukum, misalnya, hubungan
sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi,
tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan),hasil penelitian
ilmiah, perkembangan internasional, dan keadaan geografis.
2) Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari
mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini
berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum itu formal berlaku. Sumber hukum formal
ialah undang-undang, perjanjian antarnegara,
yurisprudensi, dan kebiasaan.
b. Menurut Sasarannya
1) Hukum satu golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi satu
golongan tertentu.
2) Hukum semua golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi
semua golongan
3) tanpa kecuali. Contohnya, UU No. 12/2006 tentang
Kewarganegaraan.
4) Hukum antargolongan, yaitu hukum yang mengatur untuk
kepentingan
5) tertentu dengan golongan lain. Contohnya, UU No. 2/1958
tentang Dwi-Kewarganegaraan RI-RRC.
c. Menurut Bentuk
1) Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam
bentuk tertulis,resmi, dan dicantumkan dalam berbagai
peraturan negara. Contohnya, UUD1945. Mengenai hukum
tertulis, ada yang telah dikodifikasikan dan yang belum
dikodifikasikan. Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis
Page | 7
hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara
sistematis dan lengkap.
2) Hukum tidak tertulis, yaitu kebiasaan-kebiasan yang
tumbuh dan terpelihara dalam masyarakat atau hukum yang
masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan masyarakat
tertentu (hukum adat). Dalam praktik ketatanegaraan,
hukum tidak tertulis disebut konvensi. Contohnya, pidato
kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus.
d. Menurut Isi
1) Hukum publik (hukum negara),
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara
dan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara
dengan perseorangan (warga negara). Dalam arti formal,
hukum publik mencakup hukum acara, hukum tata negara,
hukum administrasi negara, dan hukum pidana.
2) Hukum privat
Pada pengertian luas, hukum privat (perdata) ialah
rangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang yang satu dengan orang yang lainnya,
dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.
e. Menurut Wujud
1) Hukum subjektif, yakni hukum yang timbul dari hukum
objektif yang dihubungkan dengan seseorang tertentu.
Contohnya, UU No. 1/74 tentang Perkawinan.
2) Hukum objektif, yaitu hukum dalam negara yang berlaku
umum dan tidak mengenal orang atau golongan tertentu.
Contohnya, UU No. 14/92 tentang Lalu Lintas.
f. Menurut waktu berlakunya
1) lus contitutum atau hukum positif, yaitu hukum yang
berlaku sekarang bagisuatu masyarakat tertentu dalam
suatu daerah tertentu atau hukum yang berlaku bagi suatu
Page | 8
masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu.
Ada sarjana yang menamakan hukum positif itu ‘Tata
Hukum’.
2) lus constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku
pada waktu yang akan datang.
3) Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang berlaku di mana-
mana segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan berlaku
untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di
seluruh tempat.
g. Menurut ruang atau wilayah berlakunya
1) Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di suatu
daerah tertentu.Contohnya, Hukum Adat Batak, Jawa,
Dayak, dan Minangkabau.
2) Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di suatu negara
tertentu. Contohnya, Hukum Nasional Indonesia, Malaysia,
dan Amerika Serikat.
3) Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur
hubungan hukum antara dua negara atau lebih. Contohnya,
hukum perang dan hukum perdata internasional.
h. Menurut tugas dan fungsi
Berdasarkan tugas dan fungsinya, hukum terbagi atas
hukum material dan hukum formal. Hukum yang mengatur
peraturan yang berhubungan dengan kepentingan yang berwujud
perintah dan larangan disebut hukum material. Misalnya, hukum
pidana, hukum perdata, dan hukum dagang. Hukum yang mengatur
cara bagaimana mempertahankan berlakunya hukum material
apabila hukum material dilanggar disebut hukum acara atau formal.
Page | 9
Misalnya, bagaimana cara mengajukan tuntutan dan cara hakim
mengambil keputusan.2
2 Ibid 25
Page | 10
7. Pemilihan umum yang bebas
8. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintahan baik
dalam lapangan pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus
didasarkan pada peraturan perundang-undangan atau berdasarkan
padalegalitas. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan
pemerintahan tanapa dasar kewenangan.
Page | 11
Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain.
Page | 12
2. Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;
3. Kebebasan beragama dalam arti positip;
4. Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;
5. Asas kekeluargaan dan kerukunan.
Meskipun antara hasil penelitian Hadjon dan Tahir Azhary terdapat
perbedaan, karena terdapat titik pandang yang berbeda. Tahir Azhary
melihatnya dari titik pandang hubungan antara agama dengan negara,
sedangkan Philipus memandangnya dari aspek perlindungan hukum bagi
rakyat. Namun sesungguhnya unsur-unsur yang dikemukakan oleh kedua
pakar hukum ini terdapat dalam negara hukum Indonesia. Artinya unsur-unsur
yang dikemukakan ini saling melengkapi.
D. Pengertian HAM
Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah
seperangkathak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk TuhanYang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Sifat HAM adalah universal, artinya berlaku untuk semua manusia
tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, dan bangsa (etnis). HAM harus
ditegakkan demi menjamin martabat manusia seutuhnya di seluruh dunia.
Hal itu tercermin dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.3
E. Macam-Macam HAM
Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan reformasi, maka
aspek HAM berkembang demikian pesat sebagaimana diatur dalam UUD
dan perundangan yang berlaku. Secara umum, hak asasi asasi manusia
terdiri atas lima macam.
3 Masdar F. Mas’udi, Hak Asasi Manusia dalam Islam. Yogyakarta: UII Press. 2003. hal. 103-
104.
Page | 13
1. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan (procedural rights).
2. Hak asasi politik (political rights).
3. Hak asasi pribadi (personal rights).
4. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan (rights of legal equality).
5. Hak asasi ekonomi (poverty rights).
F. Pengertian Pelanggar HAM
Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud
dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan
benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM,
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng
termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan
pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh
institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa
ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi
pijakannya.4
4 Masyhur Effendi. Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan
Internasional. Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994. Hal 11
Page | 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan
hukum, segala tindakan penguasa selalu dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum dan segala tindakan negara dibatasi hukum.
Hak asasi manusia adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang
sebagai manusia dan bersifat universal, serta tidak memandanng apakah
orang tersebut kaya atau miskin, atau laki-laki maupun perempuan. HAM
juga berarti hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena manusia.
HAM diatur pada UU HAM No 39 tahun 1999.
Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai
Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999.
Bentuk-bentuk pelanggaran HAM berat, antara lain dapat kita
temukan pula di dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM, yaitu meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan.
Page | 15
DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Tahir. Negara Hukum, Suatu Study tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah
dan Masa Kini. Edisi Kedua. Kencana. Jakarta. 2003.
Page | 16