Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)


I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). DHF terutama

menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi

penderita (Christantie Effendi, 1995).

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan

orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam

akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus

(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau

oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016)

Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes

albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem

pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit

ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil,

Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat

dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam

berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus

dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui

nyamuk (Prasetyono 2012).


B. ETIOLOGI

Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue

Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus

Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang

ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup

dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.

Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi

salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe

yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang

memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah

endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.

Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia

(Sudoyo dkk. 2010).

Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap

inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C.

Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3

yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).

C. PATOFISIOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena

proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi

termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi

hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan
permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak

teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.

Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang

akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan

mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.

D. Pathway
E. KLASIFIKASI

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis

dibagi menjadi (WHO, 1986) :

1. Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji tourniquet positif

2. Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit atau

perdarahan lain.

3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lembut, tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit

dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung

dan ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).

4. Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat

diukur.

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Demam dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih

manifestasi klinis sebagai berikut :

a. Nyeri kepala

b. Nyeri retro-orbital

c. Mialgia / artralgia

d. Ruam kulit

e. Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)

f. Leucopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang

sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal

dibawah ini dipenuhi

a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.

b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :

1) Uji tourniquet positif

2) Petekie, ekimosis, atau purpura

3) Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat

bekas suntik.

4) Hematemesis atau melena

c. Trombositopenia <100.00/ul

d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:

1) Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan

jenis kelamin.

2) Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang

adekuat

e. Tanda kebocoran plasma seperti :

1) Hipoproteinemia

2) Asites

3) Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:

a. Penurunan kesadaran, gelisah

b. Nadi cepat, lemah

c. Hipotensi

d. Tekanan darah turun <20mmHg

e. Perfusi perifer menurun

f. Kulit dingin, lembab. (Wiwik dan Hariwibowo, 2008)

G. PENATALAKSANAAN

1. Medis

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien

dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam

24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi

kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak

umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih

dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3

mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien

terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung

meningkat .

b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti

cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya

RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau
plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan

renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi,

nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan

infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)

c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)

1) Kristaloid

a) Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan

Ringer Laktat (D5/RL).

b) Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan

Ringer Asetat (D5/RA).

c) Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam

larutan Faali (d5/GF)

2) Koloid

a) Dextran 40

b) Plasma

2. Keperawatan

a. Derajat I

Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb

dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam

dan kompres hangat.

b. Derajat II

Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang

pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka


tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu

memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah

dan yang lain cairan biasa.

c. Derajat III dan IV

1) Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL)

dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.

2) Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

3) Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

4) Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.

5) Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan

secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.

6) Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan

gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran

darah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah

berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan

cair 2.6

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah

a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu

menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,

PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia

(100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih

dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.


b. Hematokrit meningkat > 20 %

c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga

d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %

e. Protein rendah

f. Natrium rendah (hiponatremi)

g. SGOT/SGPT bisa meningkat

h. Asidosis metabolic

i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan

2. Urine : Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012)

3. Foto Thorax: Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura.

4. USG : Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat

digunakan sebagai alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul

lebih berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan

penebalan pankreas

5. Diagnosis Serologis

a) Uji Hemaglutinasi (Uji HI)

b) Uji komplemen Fiksasi (uji CF)

c) Uji Neutralisasi

d) IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)

e) Identifikasi Virus
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat.

Hasil pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan masalah

keperawatan yang muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien

DHF menurut Ngastiyah (2005) yaitu :

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Keluhan utama

c. Riwayat penyakit sekarang

d. Riwayat penyakit dahulu

e. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah

dirawat sebelumnya.

f. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam,

apakah ada riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler, metabolik, dan

sebagainya.

g. Riwayat psikososial

Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana pengetahuan keluarga mengenai

demam serta penanganannya.

2. Data subyektif

Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau

keluarga pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara lain :
a. Panas atau demam

b. Sakit kepala

c. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

d. Lemah

e. Nyeri ulu hati, otot dan sendi

f. Konstipasi

3. Data obyektif

Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat pada

keadaan pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada penderita DHF

antara lain:

a. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor

b. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,

ekimosis,hematoma, hematemesis, melena

c. Hiperemia pada tenggorokan

d. Nyeri tekan pada epigastrik

e. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa

f. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas

dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

g. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan penyakit


(viremia).
2. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
3. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mekanisme patologis
(proses penyakit).
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-
obatan pasien selama sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
(Lynda Juall Carpenito, 1999)

C. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN

Peningkatan suhu Setelah dilakukan

tubuh (hipertermia) tindakan 1. Kaji saat 1. Untuk mengidentifikasi


timbulnya pola demam pasien.
berhubungan keperawatan demam.

dengan penyakit selama 1x24 jam 2. Observasi tanda- 2. Tanda-tanda vital


tanda vital : merupakan acuan untuk
(viremia). diharapkan Suhu suhu, nadi, tensi, mengetahui keadaan umum
pernafasan setiap klien.
tubuh menurun 3 jam / lebih
sering.
dengan kriteria
3. Anjurkan pasien 3. Peningkatan suhu tubuh
hasil : untuk banyak mengakibatkan penguapan
minum  2,5 tubuh meningkat sehingga
 Suhu tubuh liter / 24 jam dan perlu diimbangi dengan
normal jelaskan asupan cairan yang banyak.
 Pasien bebas manfaatnya bagi
dari demam pasien.

4. Berikan kompres 4. Kompres akan mambantu


(pada daerah menurunkan suhu tubuh.
axilla dan lipat
paha).

5. Anjurkan untuk 5. Pakaian yang tipis akan


tidak memakai membantu mengurangi
selimut dan penguapan tubuh.
pakaian yang
tebal.

6. Kolaborasi 6. Pemberian cairan sangat


pemberian terapi penting bagi pasien dengan
cairan intravena suhu tinggi.
dan obat-obatan
sesuai dengan
program
(masalah
kolaborasi).

Potensial terjadinya setelah dilakukan 1. Monitoring 1. Penurunan jumlah


tanda-tanda trombosit merupakan tanda-
perdarahan lebih tindakan penurunan tanda adanya kebocoran
trombosit yang pembuluh darah yang pada
lanjut berhubungan keperawatan disertai dengan tahap tertentu dapat
tanda-tanda menimbulkan tanda-tanda
dengan selama 1x24 jam klinis. klinis adanya perdarahan
(nyata) seperti epistaksis,
trombositopenia. diharapkan tidak ptekie, dll.

terjadi perdarahan 2. Berikan 2. Agar pasien / keluarga


penjelasan mengetahui hal-hal yang
dengan kriteria tentang pengaruh mungkin terjadi pada pasien
trombositopenia dan dapat membantu
hasil : pada pasien. mengantisipasi terjadinya
perdarahan karena
 Tidak terjadi trombositopenia.
tanda-tanda
perdarahan 3. Observasi 3. Dengan jumlah trombosit
lebih lanjut jumlah trombosit yang dipantau setiap hari,
(secara klinis). setiap hari. dapat diketahui tingkat
 Jumlah kebocoran pembuluh darah
trombosit dan kemungkinan
meningkat. perdarahan yang dapat
dialami pasien.

4. Anjurkan pasein 4. Aktivitas pasien yang tidak


untuk banyak terkontrol dapat
beristirahat. menyebabkan terjadinya
perdarahan.

5. Berikan 5. Keterlibatan keluarga


penjelasan pada dengan segera melaporkan
pasein / keluarga terjadinya perdarahan
untuk melapor (nyata) akan membantu
jika ada tanda- pasien mendapatkan
tanda perdarahan penanganan sedini
lebih lanjut mungkin.
seperti
hematemesis,
melena, dan
epistaksis.

6. Jelaskan obat- 6. Dengan mengetahui obat-


obatan yang obatan yang diminum dan
diberikan dan manfaatnya maka pasien
manfaatnya serta akan termotivasi untuk mau
akibat bagi minum obat sesuai dengan
pasien. dosis / jumlah yang
diberikan.

1. Kaji keluhan 1. Untuk mmengidentifikasi


Gangguan aktivitas setelah dilakukan pasien masalah-masalah pasien.

sehari-hari tindakan 2. Kaji hal-hal yang 2. Untuk mengetahui tingkat


mampu / tidak ketergantungan pasien
berhubungan keperawatan mampu dalam memenuhi
dilakukan oleh kebutuhannya.
dengan kondisi selama 1x24 jam pasien
berhubungan
tubuh yang lemah. diharapkan aktifitas dengan
kelemahan
sehari-hari tidak fisiknya.
terganggu dengan 3. Bantu pasien 3. Pemberian bantuan sangat
memenuhi diperlukan oleh pasien pada
kriteria hasil : kebutuhan saat kondisinya lemah dan
aktivitasnya perawat mempunyai
 Kebutuhan sehari-hari tanggung jawab dalam
aktivitas sehari- berhubungan pemenuhan kebutuhan dan
hari terpenuhi. dengan tingkat sehari-hari pasien tanpa
 Pasien dapat keterbatasan membuta pasien mengalami
mandiri setelah pasien seperti ketergantungan pada
terbebas dari mandi, makan, perawat.
demam. eliminasi.

4. Letakkan 4. Akan membantu pasien


barang-barang untuk memenuhi kebutuhan
ditempat yang sendiri tanpa bantuan orang
mudah dijangkau lain.
oleh pasien.

5. Siapkan bel di 5. Agar pasien dapat segera


dekat pasien. meminta bantuan perawat
saat membutuhkannya.

setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui berapa


Gangguan rasa nyeri yang berat nyeri yang dialami
tindakan dialami pasien pasien. Reaksi pasien
nyaman (nyeri) dengan memberi terhadap nyeri dapat
keperawatan rentang nyeri (0 dipengaruhi oleh berbagai
berhubungan – 10). Biarkan faktor dan dengan
selama 1x24 jam pasien mengetahui faktor-faktor
dengan mekanisme menentukan tersebut maka perawat dapat
diharapkan rasa tingkat nyeri menentukan intervensi yang
patologis (proses yang dialami sesuai dengan masalah
nyeri berkurang / pasien, respon pasien.
penyakit) pasien terhadap
hilang dengan nyeri yang
dialami.
kriteria hasil :
2. Berikan posisi 2. Respon individu terhadap
 Rasa nyaman yang nyaman, nyeri sangat berbeda atau
terpenuhi. usahakan situasi bervariasi, sehingga perawat
 Nyeri ruangan yang perlu mengkaji lebih lanjut
berkurang atau tenang. untuk menghindari
hilang. kesalahan persepsi terhadap
kondisi yang dialami
pasien.

3. Anjurkan pasien 3. Untuk mengurangi rasa


untuk membaca nyeri. Dengan melakukan
buku, aktivitas lain, pasien dapat
mendengarkan sedikit melipakan
musik, nonton perhatiannya terhadap nyeri
TV yang dialami.
(mengalihkan
perhatian).

4. Berikan 4. Berhubungan dengan orang-


kesempatan orang terdekat / teman akan
pasien utnuk membuat pasien gembira /
berkomunikasi bahagia dan dapat
dengan teman- mengalihkan perhatiannya
temannya. terhadap nyeri.

5. Kolaborasi 5. Obat-obat analgetik dapat


pemberan obat- membantu menekan atau
obat analgetik. mengurangi rasa nyeri
pasien.

Kurangnya setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk memberika informasi


pengetahuan pada pasien / keluarga,
pengetahuan tindakan pasien / keluarga perawat perlu mengetahui
tentang penyakit sejauh mana informasi /
tentang proses keperawatan DHF. pengetahuan tentang
penyakit yang diketahui
penyakit, diet, selama 1x24 jam pasien serta kebenaran
informasi yang telah
perawatan dan diharapkan didapatkan sebelumnya.

obat-obatan pasien pengetahuan Pasien 2. Kaji latar 2. Agar perawat dapat


belakang memberikan penjelasan
selama sakit / keluarga pendidikan sesuai dengan tingkat
pasien / pendidikan mereka
berhubungan meningkat dengan keluarga. sehingga penjelasan dapat
dipahami dan tujuan yang
dengan kurangnya kriteria hasil : direncanakan tercapai.
informasi.  Pengetahuan 3. Jelaskan tentang 3. Agar informasi dapat
pasien / proses penyakit, diterima dengan mudah dan
keluarga diet, perawatan tepat sehingga tidak
tentang proses dan obat-obatan menimbulkan
penyakit, diat, pada pasien kesalahpahaman.
perawatan dan dengan bahasa
obat-obatan dan kata-kata
bagi penderita yang mudah
DHF dimengerti
meningkat dan (dipahami).
pasien /
keluarga 4. Jelaskan semua 4. Dengan mengetahui semua
mampu prosedur yang prosedur / tindakan yang
menceritakan akan dilakukan akan dialami, pasien akan
kembali. dan manfaatnya lebih kooperatif dan
bagi pasien. mengurangi kecemasan.

5. Berikan 5. Mengurangi kecemasan dan


kesempatan pada memotivasi pasien untuk
pasien / keluarga kooperatif salama masa
untuk perawatan / penyembuhan.
menanyakan hal-
hal yang ingin
diketahui
sehubungan
dengan penyakit
yang dialami
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta :

Insan Utama.

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta : EGC

Nelson. (1997). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta : EGC

Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FKUI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. “N”

DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

PADA DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

DI RUANG ICU RSUD KOTA MATARAM

TANGGAL 18 MARET 2019

OLEH:

RISNA DAMAYANTI

NIM : P07120316045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM

2018/2019

Anda mungkin juga menyukai