Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi dan Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas KONSEP LANSIA DAN LATIHAN FISIK LANSIA ini
dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyelesaian tugas ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki tugas ini di kemudian hari.
Akhir kata kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus menerus dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001 dalam
Maryam, Siti dkk, 2008). Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Tamher dan Noorkasiani, 2009).
Di Indonesia, tahun 1990 jumlah lansia 6,3% (11,3 juta orang), dan
pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang serta
akan melewati jumlah balita (Pudjiastuti & Utomo, 2003).
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut sari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemempuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ,
fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penuaan sering diikuti
dengan penurunan kualitas hidup (Pudjiastuti & Utomo, 2003).
Untuk mempertahankan kualitas hidup, lansia membutuhkan
kemudahan dalam beraktivitas dan pelayanan kesehatan yang memadai arena
lansia rentan terhadap penyakit dan cidera. Peran dari tenaga kesehatan dalam
memeriksa fisik lansia diperlukan dan pemeriksaan dapat dilakukan secara
berkala ataupun rutin (Pudjiastuti & Utomo, 2003). Usila sebagai akronim
usia lanjut mengandung konotasi ganda. Disatu pihak ia dikaitkan dengan
kelemahan, ketidak mampuan, ketidak bergunaan dan harus dikasihani,
namun di lain pihak dikatakan sebagai usia emas yang membuka dan
memberikan banyak kesempatan bagi individu untuk menjadi dirinya sendiri
dan mengembangkan minat yang tidak sempat dikembangkan (Kompas
Minggu, 13 Agustus 2000).
Proses Menua adalah suatu proses yang terjadi dalam tubuh, yang
berjalan perlahan tapi pasti. Pada proses tersebut terjadi penurunan fungsi
tubuh baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimiawi. Pengeroposan
tulang dan pengecilan otot merupakan contoh perubahan anatomis, sedangkan
penurunan kapasitas aerobik dan anaerobik serta berkurangnya kelentukan
sendi merupakan contoh perubahan fisiologis. Perubahan biokomiawi terlihat
pada peningkatan kadar kolesterol, penurunan berbagai enzim dan zat
penghantar saraf (Soekarman,1987).
Semua sel di dalam tubuh kita (kecuali sel saraf) akan mengalami
pergantian, sehingga jaringan yang telah aus akan diganti dengan jaringan
baru. Kemunduran akibat proses menua akan bisa dihambat apabila semua
organ tetap diaktifkan. Tubuh manusia sangat adaptif, ia akan menyesuaikan
diri dengan beban yang ditimpakan kepadanya. Atas dasar inilah maka latihan
fisik tetap diperlukan bagi orang tua agar tetap sehat dan bugar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk membantu pemeliharaan
fisik bagi lanjut usia?
2. Olaharaga apa saja yang baik untuk lansia serta olahraga apa saja yang
tidak baik untuk lansia?
3. Manfaat apa saja yang dapat diperoleh bagi lansia dengan melakukan
aktifitas olahraga tersebut?
4. Hal-hal yang apa saja yang perlu di perhatikan dalam latihan fisik lansia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dapat disampaikan
adalah :
1. Mengetahui pengertian lansia
2. Tindakan yang dapat dilakukan untuk membantu pemeliharaan fisik bagi
lanjut usia.
3. Olahraga yang baik untuk lansia serta olahraga yang tidak baik untuk
lansia.
4. Manfaat yang diperoleh dengan melakukan aktifitas olahraga bagi lanjut
usia
5. Mengetahui hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan dalam pembinaan
fisik lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Penuaan Menurut Sisem Tubuh
Dalam fase kehidupan setiap individu dapat dibagi ke dalam 3, yaitu:
(Tamher dan Noorkasiani, 2009)
1. Sistem kulit dan integumen
Pada kulit, terutama kulit keriput di sekitar mata dan mulut. Rambut
semakin beruban dan khusus pada pria tak jarang terjadi kebotakan. Gigi
tanggal berpengaruh pada peoses pengunyahan makanan
2. Sistem indra
Gangguan pada mata sering disebabkan oleh katarak, sehingga terjadi
penurunan visus. Gangguan penglihatan dan pendengaran akan
berpengaruh pada komunikasi. Bagi lansia, gangguan pendengaran juga
sangat berpengaruh pada komunikasi.
3. Perubahan komposisi tubuh
Dengan bertambah usia, maka lemak bebas berkurang kang lebih 6,3%
BB pedekad seiring dengan penambahan massa lemak kurang lebih 2%
per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% per dekade.
4. Saluran cerna
Bertambahnya usia, maka akan ada beberapa hal yang mengalami
penurunan, yaitu:
a. Jumlah gigi berangsur-angsur bekurang akibat tanggal atau ekstraksi
akibat indikasi tertentu
b. Pada lidah tonjolan saraf pengecap akan berkuramng dalam memberi
berbagai sensasi rasa.
c. Esofagus. Gerakannya secara ritmis mengalirkan makanan ke lambat.
Perlambatan tersebut kaena melemahnya kekuatan otot lingkaran
antaraesofagus dan lambung sejalan dengan bertambahnya usia.
d. Pada lambung akan terlihat berkurangnya produksi zat hidrogen
klorida (asam lambung) sebesar 11% sampai dengan 40% dari
populasi.
5. Hepar atau hati
Mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 85
tahun.
6. Ginjal
Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% setiap dekade
mulai usia 25 tahun.
7. Kardiovaskular
Perubahan pola janung terlihat dala gambaran anatomis berupa
bertambahnya jaringan kolagen, bertambahnya ukuran miokard, dll.
D. Senam Usila
Senam usila telah banyak diciptakan oleh instansi atau organisasi yang
berkompeten dan menaruh minat terhadap pengembangan usila. Pada
dasarnya tidak ada urutan gerakan yang harus diikuti dengan mati, karena
yang penting diikuti adalah kaidah-kaidah senam secara umum dan khusus
untuk usila. Termasuk dalam kaidah ini adalah:
1. Persiapan sebelum memulai senam
Sebelum memulai senam, idealnya seseorang perlu memeriksakan diri
ke dokter untuk mengetahui adakah penyakit atau gangguan di dalam
tubuh yang harus diantisipasi pada saat latihan. Pemeriksaan rekam
jantung pada waktu istirahat dan setelah melakukan latihan, juga
merupakan hal yang penting. Apabila karena berbagai alasan, hal ini
tidak mungkin dilakukan, maka ada cara mudah dan murah yang dapat
dilakukan secara massal. Berjalanlah secepat-cepatnya selama lima
menit, kemudian beristirahatlah selama 10 menit. Setelah beristirahat,
periksa denyut nadi pada pergelangan tangan atau pada leher. Apabila
denyut nadi lebih dari 100 dan masih ada kesulitan bernafas, maka
periksakan dulu ke dokter, namun apabila denyut nadi kurang dari 100
dan tak ada kesulitan nafas, maka boleh langsung melakukan latihan
fisik.
2. Pemanasan (warm up)
Sebelum melakukan latihan inti, lakukan terlebih dahulu pemanasan
dengan maksud agar organ-organ tubuh beserta perangkatnya siap
untuk melakukan gerakan latihan, dan terhindar dari cedera. Lebih
dari itu pemanasan juga dimaksudkan untuk mempersiapkan mental
dalam menghadapi latihan. Cara pemanasan adalah dengan
menggerakkan bagian-bagian tubuh secara bertahap terutama otot-otot
besar sehingga suhu badan akan naik kira-kira 1 derajad celcius. Cara
praktis untuk mengetahui cukupnya pemanasan adalah dengan
memperhatikan keluarnya keringat yang pertama. Keluarnya keringat
dimaksudkan oleh tubuh untuk mengurangi panas. Makin terlatih
seseorang, makin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pemanasan.
3. Takaran Latihan
Apabila takaran berlebihan maka akan timbul bahaya, sedangkan
apabila takaran kurang, maka akan kurang memberi manfaat. Ada tiga
macam takaran yaitu intensitas latihan, lamanya latihan dan frekuensi
latihan. Intensitas latihan dapat diketahui dari frekuensi denyut nadi
per menit. Denyut nadi maksimal seseorang dapat dihitung dari 220
dikurangi umur. Frekuensi denyut nadi pada saat latihan disarankan
berada pada60 - 70% denyut nadi maksimal. Latihan dibawah 60%
denyut nadi maksimal disamping kurang memberi manfaat, juga bisa
menambah gemuk, karena akan merangsang nafsu makan. Misalkan
seseorang berusia 60 tahun, maka denyut nadi maksimalnya 220 - 60
= 160 per menit. Denyut nadi latihan yang disarankan adalah 96 -112
per menit. Denyut nadi latihan ini dipertahankanselama 20 - 30 menit.
Latihan pada takaran ini dilakukan sebanyak 3 - 5 kali seminggu.
Latihan satu atau dua kali seminggu hanya sedikit lebih baik daripada
tidak latihan sama sekali, sedangkan latihan tiga kali seminggu
memberi lonjakan perbaikan yang cukup berarti.
4. Pendinginan (cool down)
Merupakan suatu keharusan untuk melakukan pendinginan setelah
latihan, sebab tanpa pendinginan dapat timbul rasa mual, muntah
bahkan bisa pingsan. Pendinginan juga bermanfaat untuk
mempercepat hilangnya rasa capai dan kaku setelah latihan, sebab zat
lelah akan segera kembali ke peredaran darah. Pendinginan dilakukan
dengan cara mengurangikerasnya gerakan secara bertahap dan diakhiri
dengan penguluran seluruh otot, terutama otot yang banyak digunakan
selama latihan. Pemanasan, latihan inti dan pendinginan merupakan
satu rangkaian yang tak boleh dipisahkan.
5. Hal-hal yang sering terjadi pada latihan
Apabila pada waktu latihan denyut jantung mendadak naik atau
mendadak turun, berarti latihan yang dilakukan melampaui takaran,
kurangilah intensitasnya. Demikian pula apabila timbul rasa nyeri di
dada. Apabila ada rasa pusing, kepala terasa ringan, dan keluar
keringat dingin, itu pertanda otak kurang mendapat cukup darah.
Tetaplah bergerak dengan intensitas yang dikurangi. Apabila sehari
setelah latihan masihada rasa capai yang sangat, berarti latihannya
terlalu keras, kurangi intensitas latihan berikutnya. Demikian pula
apabila malam setelah latihan menjadi sulit tidur. Apabila pada menit-
menit pertama menjalankan latihan terasa sesak nafas, maka
tambahlah pemanasan pada latihan berikutnya. Jangan lupa untuk
tetap minum baik sebelum, selama maupun sesudah latihan fisik.
6. Contoh rangkaian gerakan senam pagi usila
Latihan ini sebaiknya tetap terdiri atas pemanasan,latihan inti, dan
pendinginan. Waktu yang dibutuhkan lebih kurang 10 menit, dan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari sehabis bangun tidur. Untuk
menghindari kejenuhan, latihan ini dapat dimodifikasi dengan tetap
memegang prinsip dan tujuan latihan.
a. Pemanasan
Tepuk seluruh tubuh mulai dari kepala, wajah, leher, bahu, dada,
punggung, pinggang, perut, panggul dan kaki. Berikan tepukan
lebih lama pada tempat-tempat yang terasa lebih peka. Lakukan
tepukan jari pada wajah dan lengan.
b. Sambil berdiri tegak, lakukan pijatan di bahu atas kanan dan kiri
(titik lambung). Pijatan bahu yang lebih belakang dilakukan
dengan kedua tangan sesisi, sedangkan bahu yang di depan
dilakukan dengan kedua tangan menyilang.
c. Sambil membungkuk lakukan pijatan disamping kanan-kiri tulang
belakang. Pijatan dimulai dari ujung tulang belikat sampai
kedubur. Sambil berdiri tegak, pijatlah perut dengan kedua
tangan, mulai dari ujung tulang dada kearah kiri dan kanan,
kemudian lakukan pula pijatan mulai dari ujung tulang dada
kearah pusar.
d. Dengan kedua telapak tangan diatas perut, lakukan gosokan perut
secara melingkar, dari kiri ke kanan. Rasakan kehangatan sampai
kedalam perut. Gerakan ini seringkali disertai dengan membuang
angin (kentut), tanda peristaltik usus terangsang.
7. Latihan Inti
Pemanasan:
a. Lakukan jalan ditempat dengan mengangkat kaki cukuptinggi,
sehingga lutut menekuk hampir 90 derajad. Imbangi dengan
gerakan jari-jari tangan yang membuka dan menutup bergantian.
Kedua lengan dijatuhkan disamping badan.
b. Putar bahu berulang-ulang, dan sedikit demi sedikitlibatkan lengan
sampai dapat memutar bahu dengan lengan lurus. Lakukan
pemutaran ke belakang lebih banyak dari pada ke depan.
c. Angkat kaki dan tangan berlawanan secara bergantian. Lakukan
dengan pelan, namun gerakan benar.
d. Bungkukkan badan dan arahkan tangan ke kaki yang berlawanan.
e. Berdiri tegak, putar badan ke kiri dan ke kanan, dengan
mengangkat satu kaki bergantian, diimbangi oleh gerakan tangan
mendorong ke samping.
Pendinginan:
a. Benturkan pangkal jari kaki ke lantai, seirama dengan benturan
antara sela jari tangan kanan dan kiri. Lakukan dengan irama yang
makin lama makin perlahan.
b. Lakukan peregangan mulai dari leher, tangan, togok, sampai kaki.
Namun ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam melatih lansia
melakukan latihan fisik misalnya : Pentingnya dilakukan pemeriksaan
awal, misalnya dengan mengukur tingkat kekeroposan tulangnya untuk
mengetahui dia menderita osteoporosis atau tidak. Olahraga untuk
osteoporosis sangat berbeda dengan olahraga untuk pencegahan penyakit
yang lain. Jika salah memilih olahraga, bisa-bisa justru membuat
tulangnya patah.Konsultasikan kepada dokter, latihan-latihan apakah
yang boleh dilakukan.Jangan berlatih melebihi takaran/dosis latihan
yang telah ditetapkan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pedoman Latihan Bagi Lansia
L: Luruskan tubuh dan syukur atas hidup sampai hari ini
A: Awali pemanasan dgn menepuk sambil jalan di tempat
N: Nikmati aliran panas yang menghidupi seluruh sel tubuh
S: Seluruh otot harus digerakkan dalam latihan inti
I: Iringi dengan musik yang memberi semangat
A: Aliran darah tepi dan kelentukan menjadi sasaran latihan
B. SARAN
Aktivitas fisik yang dipakai untuk memulai hari akan menjadi kiat
ampuh bagi usila untuk tetap sehat dan bugar. Mulailah dengan apa
yang bisa dilakukan dan tambahlah sedikit demi sedikit takarannya.
Bersahabatlah dengan penyakit yang disandang, dan turuti apa
kemauannya. Paduan antara aktivitas fisik dan pengaturan makan akan
menjamin pemeliharaan berat badan. Jalan kaki, senam, bersepeda dan
renang merupakan olahraga pilihan.
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, Siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Pudjiastuti, S. S., dan Utomo, Budi. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
SOAL
a. Cemas
b. Nyeri akut
c. Resiko cedera
4. Hasil pengkajian komunitas di desa X, diperoleh data lansia sebanyak 286 jiwa, dari
jumlah penduduk sebanyak 85% mengatakan memeriksakan kesehatan jika sakit, tidak
ada posbindu, 90 % mengeluhkan adanya penyakit antara lain: hipertensi 34%, katarak 11
%, rematik 25%, penyakit jantung (7%). Penggunaan waktu senggang pada lansia 35%
berkebun/pekerjaan rumah, 38 % jalan-jalan, 17% olah raga, 10% lain-lain.Apakah
masalah keperawatan prioritas pada kasus tersebut?
A. Kurangnya Pengetahuan Lansia
B. Potensial Pemberdayaan Potensi Lansia
C. Potensial Peningkatan Kesehatan Lansia
D. Resiko Terjadinya Peningkatan Penyakit Vaskular
E. Resiko Terjadinya Penurunan Kualitas Hidup Lansia
5. Laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang isolasi Panti Tresna Wreda sejak satu
minggu yang lalu. Dari hasil pengkajian klien terlihat lemah, bau feses, kulit perianal
kemerahan, dan terdapat rembesan feses lunak, klien mengatakan tidak ada keinginan
BAB. Apa diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus diatas?
b. Inkontinesia defekasi
c. Persepsi konstipasi
d. Risiko konstipasi
e. retensi alvi
a. Kognitif
b. Daya ingat
c. Katz indeks
d. Status mental
e. proses pikir
7. Seorang laki-laki usia 60 tahun tinggal di Panti Tresna Wreda sejak 2 tahun yang lalu.
klienmemerlukan bantuan minimal dalam tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien
mampumelakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri, hanya sesekali
memerlukan bantuan petugas kesehatan. Apakah Kategori keperawatan klien menurut
Swanburg dari kasus diatas ?
a. Self-care
b. Minimal care
c. Intensive care
d. Intermediate care
e. primary care
a. Total care
b. Partial care
c. Minimal care
d. Mediate care
e. sekunder care
9. Seorang laki-laki usia 86 tahun mengalami proses penuaan, klien mampu menarik diri
dari kegiatan terdahulu dan memusatkan diri pada kegiatan pribadi serta mempersiapkan
diri menghadapi kematian. Pada kasus diatas merupakan pernyataan yang sesuai dengan
teori ?
a. Teori Interaksi Sosial
c. Teori Kepribadian
d. Teori Pembebasan
e. Teori gerontologi
10. Seorang laki-laki usia 60 tahun tinggal di Panti Wana Sraya, klien merupakan seorang
pensiunan TNI AD yang klien selalu berpakaian rapi dan sering memerintah sesama
penghuni panti. Klien sulit diatur dan mau menang sendiri. Kumpulan gejala psikologis
pada kasus diatas disebut ?
a. Depresi
b. Waham
c. (Eutanasia)s
e. sindroma lansia
11. Seorang laki-laki usia 65 tahun tinggal di panti tresna werda, klien mengeluh
mengalami penurunan pendengaran, pandangan kabur,dan mobilisasi dibantu
menggunakan kursi roda,.Pada pengkajian fisik didapatkan klien mengalami penurunan
kekuatan otot ekstremitas bawah. Diagnosa keperawatan prioritas pada kasus diatas?
a. Kelelahan
b. Risiko Jatuh
c. Risiko cedera
d. Intoleransi aktivitas
12. Seorang laki-laki berusia 70 Tahun dirawat diruang Gandasturi sejak 2 hari lalu klien
mengeluhkan sesak pada saat dilakukan pengkajian RR 34 X/menit, HR
100X/Mnt,140/90 mmHg, batuk produktif, sputum di hidung, auskultasi suara nafas
ronchi.diagnosa keperawata yang diangkat bersihan jalan nafas tidak efektif. Apakah
intervensi dari kasus diatas?
a. Terapi o2
13. Seorang perempuan berusia 75 tahun tinggal di Panti Werdha sejak 2 tahun yang lalu,
mengeluh tidak dapat mendengar dengan jelas pada kedua telinga, pasien mengatakan
malu betemu dengan sesama penghuni panti karena takut menyinggung perasaan, pasien
sering bicara dengan suara yang keras dan hasil test Rinne Negatif. Manakah Pendekatan
bawah ini yang paling baik utuk memfasilitasi komunikasi pada kasus diatas?
14. Seorang perempuan berusia 78 tahun Dirawat wisma G sejak 8 bulan yang lalu
dengan diagnosa medis multiple sklerosis pada saat pengkajian keluhan utamanya pasien
cemas dengan kondisinya karena semakin hari semakin memburuk. setiap hari pasien
murung dan takut dengan kondisinya Klien Berharap bisa segera kembali berkumpul
dengan anaknya dan bisa pulang ke rumahnya. Apakah diagnosa keperawatan yang
muncul dari kasus diatas?
15. Seorang laki-laki yang berusia 78 tahun di panti werda sudah 2 tahun yang
ditempatkan diruang isolasi.klien mengeluhkan nyeri pada luka di punggung bagian
bawah pada saat pengkajian di pungggung ada luka dengan diameter 10 cm. kondisi
tubuh lemah, bau badan, kulit kusam, rambut kotor, bau mulut, kuku panjang. pakaian
tidak rapi, dan tidak ganti 2 hari. Makan dibantu oleh teman dekatnya yang masih bisa
beraktivitas, untuk BAB Dan BAK dilakukan ditempat tidur. hasil indeks Katz skornya 3
ketergantungan Total, Hasil pengkajian Mini Mental State Exam 20 kerusakan mental
berat, Risiko jatuh 9 yaitu risiko jatuh Sedang.
a. Intoleransi aktifitas
16. Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke poli geriatri diantar oleh
keluarganya.Klien mengeluh sulit mengingat sesuatu,merasa bingung dan konsentrasinya
menurun.Keluarga klien mengatakan klien sulit diajak berinteraksi dan tidak mampu
menggambarkan sesuatu secara akurat. Apakah masalah keperawatan yang tepat untuk
kasus diatas ?
e. sindroma lansia
17. seorang kakek berusia 74 tahun mengeluh sakit pada siku dan lutut saat pertama kali tiba di
IGD, skala nyeri 5, TD 140mmHG, nadi 88x permenit, si kakek terus-menerus tampak menyuruh
anaknya mengurut bagian siku tangannya.
Dari temuan data diatas Masalah Persendian yang umum terjadi pada lansia adalah…
a. Mudah jatuh
b. Mudah lelah
c. Nyeri Pinggang
d. Osteoathritis
e. Osteoporosis
18. seorang kakek berusia 74 tahun mengeluh sakit bagian siku tangan dan lutut kirinya pada saat
pertama kali tiba di IGD, skala nyeri 5, TD 140mmHG, nadi 88x permenit, si kakek terus-
menerus tampak menyuruh anaknya mengurut bagian siku tangannya.
Dari temuan data diatas masalah keperawatan utama yang harus diatasi perawat adalah ?
a. menurunkan skala nyeri
b. pemberian ivfd
c. beri salep pada lutut dan siku
d. anjurkan klian duduk dengan posisi naman
e. atasi rasa sakit dengan pemberian obat oral