Anda di halaman 1dari 23

KONSEP LANSIA DAN LATIHAN FISIK LANSIA

(tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kep.gerontik)


Dosen Pembimbing: H. RIDWAN, S.Pd.,SKM.,M.Kes.

Disusun Oleh: Kelompok 1 Tingkat 3a


Paulene Adelita Yesi Krisdiyanti
Sabrina Tska M. Indah Pelinda
Jenny Vate P. Della Armayuda
Della Yuniarti Rahmad Faizal
Nanda Rahmawati Nestiana Puspa Sari
Sarah Nadilah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi dan Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas KONSEP LANSIA DAN LATIHAN FISIK LANSIA ini
dengan baik dan tepat waktu.

Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyelesaian tugas ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki tugas ini di kemudian hari.

Akhir kata kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus menerus dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001 dalam
Maryam, Siti dkk, 2008). Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Tamher dan Noorkasiani, 2009).
Di Indonesia, tahun 1990 jumlah lansia 6,3% (11,3 juta orang), dan
pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang serta
akan melewati jumlah balita (Pudjiastuti & Utomo, 2003).
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut sari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemempuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ,
fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penuaan sering diikuti
dengan penurunan kualitas hidup (Pudjiastuti & Utomo, 2003).
Untuk mempertahankan kualitas hidup, lansia membutuhkan
kemudahan dalam beraktivitas dan pelayanan kesehatan yang memadai arena
lansia rentan terhadap penyakit dan cidera. Peran dari tenaga kesehatan dalam
memeriksa fisik lansia diperlukan dan pemeriksaan dapat dilakukan secara
berkala ataupun rutin (Pudjiastuti & Utomo, 2003). Usila sebagai akronim
usia lanjut mengandung konotasi ganda. Disatu pihak ia dikaitkan dengan
kelemahan, ketidak mampuan, ketidak bergunaan dan harus dikasihani,
namun di lain pihak dikatakan sebagai usia emas yang membuka dan
memberikan banyak kesempatan bagi individu untuk menjadi dirinya sendiri
dan mengembangkan minat yang tidak sempat dikembangkan (Kompas
Minggu, 13 Agustus 2000).
Proses Menua adalah suatu proses yang terjadi dalam tubuh, yang
berjalan perlahan tapi pasti. Pada proses tersebut terjadi penurunan fungsi
tubuh baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimiawi. Pengeroposan
tulang dan pengecilan otot merupakan contoh perubahan anatomis, sedangkan
penurunan kapasitas aerobik dan anaerobik serta berkurangnya kelentukan
sendi merupakan contoh perubahan fisiologis. Perubahan biokomiawi terlihat
pada peningkatan kadar kolesterol, penurunan berbagai enzim dan zat
penghantar saraf (Soekarman,1987).
Semua sel di dalam tubuh kita (kecuali sel saraf) akan mengalami
pergantian, sehingga jaringan yang telah aus akan diganti dengan jaringan
baru. Kemunduran akibat proses menua akan bisa dihambat apabila semua
organ tetap diaktifkan. Tubuh manusia sangat adaptif, ia akan menyesuaikan
diri dengan beban yang ditimpakan kepadanya. Atas dasar inilah maka latihan
fisik tetap diperlukan bagi orang tua agar tetap sehat dan bugar.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk membantu pemeliharaan
fisik bagi lanjut usia?
2. Olaharaga apa saja yang baik untuk lansia serta olahraga apa saja yang
tidak baik untuk lansia?
3. Manfaat apa saja yang dapat diperoleh bagi lansia dengan melakukan
aktifitas olahraga tersebut?
4. Hal-hal yang apa saja yang perlu di perhatikan dalam latihan fisik lansia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dapat disampaikan
adalah :
1. Mengetahui pengertian lansia
2. Tindakan yang dapat dilakukan untuk membantu pemeliharaan fisik bagi
lanjut usia.
3. Olahraga yang baik untuk lansia serta olahraga yang tidak baik untuk
lansia.
4. Manfaat yang diperoleh dengan melakukan aktifitas olahraga bagi lanjut
usia
5. Mengetahui hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan dalam pembinaan
fisik lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Penuaan Menurut Sisem Tubuh
Dalam fase kehidupan setiap individu dapat dibagi ke dalam 3, yaitu:
(Tamher dan Noorkasiani, 2009)
1. Sistem kulit dan integumen
Pada kulit, terutama kulit keriput di sekitar mata dan mulut. Rambut
semakin beruban dan khusus pada pria tak jarang terjadi kebotakan. Gigi
tanggal berpengaruh pada peoses pengunyahan makanan
2. Sistem indra
Gangguan pada mata sering disebabkan oleh katarak, sehingga terjadi
penurunan visus. Gangguan penglihatan dan pendengaran akan
berpengaruh pada komunikasi. Bagi lansia, gangguan pendengaran juga
sangat berpengaruh pada komunikasi.
3. Perubahan komposisi tubuh
Dengan bertambah usia, maka lemak bebas berkurang kang lebih 6,3%
BB pedekad seiring dengan penambahan massa lemak kurang lebih 2%
per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% per dekade.
4. Saluran cerna
Bertambahnya usia, maka akan ada beberapa hal yang mengalami
penurunan, yaitu:
a. Jumlah gigi berangsur-angsur bekurang akibat tanggal atau ekstraksi
akibat indikasi tertentu
b. Pada lidah tonjolan saraf pengecap akan berkuramng dalam memberi
berbagai sensasi rasa.
c. Esofagus. Gerakannya secara ritmis mengalirkan makanan ke lambat.
Perlambatan tersebut kaena melemahnya kekuatan otot lingkaran
antaraesofagus dan lambung sejalan dengan bertambahnya usia.
d. Pada lambung akan terlihat berkurangnya produksi zat hidrogen
klorida (asam lambung) sebesar 11% sampai dengan 40% dari
populasi.
5. Hepar atau hati
Mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 85
tahun.
6. Ginjal
Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% setiap dekade
mulai usia 25 tahun.
7. Kardiovaskular
Perubahan pola janung terlihat dala gambaran anatomis berupa
bertambahnya jaringan kolagen, bertambahnya ukuran miokard, dll.

B. Penurunan Fungsi Motorik


Akibat perubahan morfologis pada otot, menyebabkan perubahan
fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan flesksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan rileksasi serta
kinerja fungsional (Pudjiastuti & Utomo, 2003).
Selanjutnya, penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan
kejadian berikut ini: (Pudjiastuti & Utomo, 2003).
1. Penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh
2. Hambatan dalam gerak duduk ke berdiri
3. Peningkatan risiko jatuh
4. Penurunan kekuatan otot dasar panggul
5. Perubahan postur

Masalah pada kemampuan gerak dan fungsi berhubungan erat dengan


kekuatan oto yang sifatnya individual. Kontraktur otot dapat menjadi masalah
pada lansia. Perubahan postur, seperti kifosis lumbal dan servikal, potraksi
bahu merupakan gambaran kas perubahan postur pada lansia atau sering
disebut kifosis senil (postur fleksi). Hal itu menyebabkan kelemahan dan
penguluran menetap otot punggung leher. Pada lansia wanita, penurunan
kekuatan otot jua dapat terjadi pada otot dasar panggul (pelvis floor
weakness) yang disebabkan oleh faktor-faktor berikut: (Pudjiastuti & Utomo,
2003).
1. Stres inkontinensia, yaitu tidak mampu menahan buang air kecil saat
terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal, seperti pada waktu batuk,
bersin dan tertawa terbahak-bahak.
2. Prolapus genitalis, yaitu penurunan organ genitalisa interna (uterus).
3. Vaginal laxity, yaitu kelemahan otot dinding vagina dalam
mempertahankan kontraksi statik.
4. Adanya gelembung/tonjolan pada vagina akibat sistokel, uretrokel dan
rektrokel.
5. Flatus vaginalis, yaitu keluarnya bunyi dari vagina saat perubahan posisi
sendi panggul.
C. Aktivitas Fisik Pada Usila
Ada mitos yang mengatakan bahwa orang yang sudah lanjut usia
sebaiknya lebih banyak tinggal di rumah dan tidak perlu melakukan aktivitas fisik,
apalagi harus melakukan olahraga. Mitos tersebut telah banyak ditentang oleh
para lansia sendiri, dengan bukti banyaknya lansia yang melakukan olahraga baik
secara sendiri maupun bersama terutama pada pagi hari. Perkumpulan Senam
Sehat Indonesia misalnya beranggotakan ribuan orang yang sebagian besar para
lansia. Latihan fisik akan memberi manfaat baik pada fisik maupun kejiwaan.
Manfaat fisik dari latihan fisik didapat karena aktivitas fisik akan
menguatkan otot jantung dan memperbesar bilik jantung. Kedua hal ini akan
meningkatkan efisiensi kerja jantung. Elastisitas pembuluh darah akan meningkat
sehingga jalannya darah akan lebih lancar dan tercegah pula keadaan tekanan
darah tinggi dan penyakit jantung koroner. Lancarnya pembuluh darah juga akan
membuat lancar pula pembuangan zat sisa sehingga tidak mudah lelah. Otot
rangka akan bertambah kekuatan, kelentukan dan daya tahannya, sehingga
mendukung terpeliharanya kelincahan serta kecepatan reaksi. Dengan kedua hal
ini kecelakaan lebih dapat terhindarkan. Kekuatan dan kepadatan tulang akan
bertambah karena adanya tarikan otot sewaktu latihan fisik, dan tercegahlah
pengeroposan tulang. Persendian akan bertambah lentur, sehingga gerakan sendi
tidak akan terganggu. Dengan manfaat fisik ini, berbagai penyakit degeneratif
(mis: jantung, hipertensi, diabetes mellitus, rematik) akan tercegah atau sedikit
teratasi. Berat badan tubuh terpelihara dan kebugaran akan bertambah sehingga
produktivitas akan meningkat dan dapat menikmati masa tua dengan bahagia.
Beberapa ahli mendapatkan kesimpulan bahwa aktivitas fisik dapat
menyebabkan seseorang menjadi lebih tenang, kurang menderita ketegangan dan
kecemasan. Latihan fisik akan membuat seseorang lebih kuat menghadapi stres
dan gangguan hidup sehari-hari, lebih dapat berkonsentrasi, tidur lebih nyenyak
dan merasa berprestasi. Hal ini disebabkan karena gerakan fisik bisa digunakan
untuk memproyeksikan ketegangan, sehingga setelah latihan, orang merasa ada
beban jiwa yang terbebaskan. Disamping itu penurunan kadar garam dan
peningkatan kadar epinephrin serta endorphin membuat orang merasa bahagia,
tenang dan percaya diri.
Problem yang ditemui pada lansia adalah kurang nafsu makan, proses
pencernaan yang tidak sempurna, sulit buang air besar, dan pemanfaatan makanan
sebagai sumber energi. Dengan berorientasi pada problem ini, dapat dirancang
suatu latihan fisik yang bertujuan untuk menambah nafsu makan (input),
memperlancar proses pencernaan dan buang air besar (proses), dan
mengefisienkan pemanfaatan energi di tubuh (out put). Sehebat apa pun
komposisi gizi yang disediakan, kalau tidak dimakan,diproses, dan dimanfaatkan
oleh tubuh, maka belum dapat memberi hasil guna. Disamping problem
pencernaan, penurunan daya ingat dan konsentrasi perlu dicegah dengan aktivitas
fisik.
1. Jenis Latihan Fisik
a. Aktivitas Fisik Untuk Menambah Nafsu Makan
Aktivitas fisik yang ditujukan untuk menambah nafsu makan, terutama
dilakukan dengan sasaran lambung. Titik-titik akupunktur untuk lambung,
sepeti misalnya di bahu, dan kanan-kiri tulang belakang, harus
dimanipulasi dengan pukulan, pijatan dan gerakan. Disamping itu lambung
perlu didesak, dari segala arah dengan gerakan membungkuk, menegang
ke belakang dan memuntir perut.
b. Aktivitas Fisik Untuk Memperlancar Proses Pencernaan
Aktivitas fisik ini terutama ditujukan untuk usus. Manipulasi pada perut
bagian tengah dengan arah vertikal dan melingkar dimaksudkan untuk
memperlancar aliran darah ke usus dan merangsang peristaltik usus.
Desakan dan tarikan di perut bagian tengah maupun bawah akan
menambah efektif perangsangan tersebut. Dengan aliran darah yang baik,
kelenjar pencernaan akan dapat memproduksi enzim dengan kuantitas
yang cukup dan kualitas baik. Kesulitan buang air besar pada lansia, selain
diatasi dengan makanan berserat dan banyak minum, perlu ditambah
dengan aktivitas fisik perangsang peristaltik usus.
c. Aktivitas Fisik Untuk Kebugaran Otak
Penurunan daya ingat dan konsentrasi pada usila dapat dicegah dengan
senam otak, sekaligus untuk mencegah stroke. Pada dasarnya banyak
menggerakkan jari-jari dan wajah. Sinkronisasi kedua tangan untuk
mengaktifkan otak kanan maupun kiri dan gerakan menyilang banyak
memberi manfaat.
d. Aktivitas Fisik Untuk Mengatur Pengeluaran Energi
Keseimbangan antara input dan out put perlu banyak dipertimbangkan
pada usila, untuk mendapatkan berat badan yang sesuai. Kegemukan pada
usila akan memperberat atau bahkan memicu timbulnya berbagai penyakit
degeneratif, mulai dari Diabetes Mellitus sampai Hipertensi dan Penyakit
Jantung Koroner. Disamping itu kegemukan juga akan memperberat beban
sendi penyangga badan terutama lutut dan pergelangan kaki.Ada lingkaran
setan antara kegemukan dengan aktivitas fisik. Lansia gemuk cenderung
malas untuk melakukan aktivitas fisik, dan kurang aktivitas fisik akan
menyebabkan bertambah gemuk. Hal tersebut terjadi bolak-balik, sehingga
akan semakin melemahkan usila kegemukan. Pengaturan diet dan aktivitas
fisik merupakan kombinasi ideal untuk memutus lingkaran tersebut.
Aktivitas fisik bagi usila yang kegemukan disarankan untuk menggunakan
sepeda stasioner, atau latihan di air untuk mengurangi beban di sendi lutut.
Jenis latihan yang dilakukan adalah yang bersifat aerobik, yaitu intensitas
rendah dengan waktu minimal 30 menit. Dengan waktu minimal 30 menit
diharapkan lebih banyak energi dari lemak akan terbakar, dan nafsu makan
tertekan. Bagi mereka yang terlalu kurus, disarankan untuk melakukan
aktivitas fisik ringan dalam waktu 20 - 30 menit. Aktivitas yang tidak
melelahkan ini akan merangsang nafsu makan.
2. Manfaat latihan fisik lansia
Latihan sebaiknya dilakukan pada kondisi badan yang baik, dimulai dari yang
ringan kemudian ditingkatkan secara bertahap dan jangan melampaui
kemampuan. Apabila merasa lelah, istiraht sejenak kemudian dapat dilanjutan
kembali. Latihan fisik pada lansia meliputi hal-hal dibawah ini: (Maryam, Siti
dkk, 2008). Latihan fisik dilakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
kelenturan. Misalnya dengan melakukan latihan pereganganbeberpa menit
dalam sehari. Manfaat dari latihan peregangan adalah sebagai berikut:
(Maryam, Siti dkk, 2008).
 Mengoptimalkan gerak otot dan sendi.
 Meningkatkan kebugaran jasmani.
 Mengurangi risiko cidera otot dan sendi.
 Mengurangi ketegangan dan nyeri otot.
 Meletakkan fungsi otot dan sendi yang sempurna.
 Melatih otot-otot yang lemah agar menjadikuat.
 Mencegah terjadinya kontraktur serta atrofi otot.
 Memberikan rasa nyaman untuk relaksasi.

D. Senam Usila
Senam usila telah banyak diciptakan oleh instansi atau organisasi yang
berkompeten dan menaruh minat terhadap pengembangan usila. Pada
dasarnya tidak ada urutan gerakan yang harus diikuti dengan mati, karena
yang penting diikuti adalah kaidah-kaidah senam secara umum dan khusus
untuk usila. Termasuk dalam kaidah ini adalah:
1. Persiapan sebelum memulai senam
Sebelum memulai senam, idealnya seseorang perlu memeriksakan diri
ke dokter untuk mengetahui adakah penyakit atau gangguan di dalam
tubuh yang harus diantisipasi pada saat latihan. Pemeriksaan rekam
jantung pada waktu istirahat dan setelah melakukan latihan, juga
merupakan hal yang penting. Apabila karena berbagai alasan, hal ini
tidak mungkin dilakukan, maka ada cara mudah dan murah yang dapat
dilakukan secara massal. Berjalanlah secepat-cepatnya selama lima
menit, kemudian beristirahatlah selama 10 menit. Setelah beristirahat,
periksa denyut nadi pada pergelangan tangan atau pada leher. Apabila
denyut nadi lebih dari 100 dan masih ada kesulitan bernafas, maka
periksakan dulu ke dokter, namun apabila denyut nadi kurang dari 100
dan tak ada kesulitan nafas, maka boleh langsung melakukan latihan
fisik.
2. Pemanasan (warm up)
Sebelum melakukan latihan inti, lakukan terlebih dahulu pemanasan
dengan maksud agar organ-organ tubuh beserta perangkatnya siap
untuk melakukan gerakan latihan, dan terhindar dari cedera. Lebih
dari itu pemanasan juga dimaksudkan untuk mempersiapkan mental
dalam menghadapi latihan. Cara pemanasan adalah dengan
menggerakkan bagian-bagian tubuh secara bertahap terutama otot-otot
besar sehingga suhu badan akan naik kira-kira 1 derajad celcius. Cara
praktis untuk mengetahui cukupnya pemanasan adalah dengan
memperhatikan keluarnya keringat yang pertama. Keluarnya keringat
dimaksudkan oleh tubuh untuk mengurangi panas. Makin terlatih
seseorang, makin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pemanasan.
3. Takaran Latihan
Apabila takaran berlebihan maka akan timbul bahaya, sedangkan
apabila takaran kurang, maka akan kurang memberi manfaat. Ada tiga
macam takaran yaitu intensitas latihan, lamanya latihan dan frekuensi
latihan. Intensitas latihan dapat diketahui dari frekuensi denyut nadi
per menit. Denyut nadi maksimal seseorang dapat dihitung dari 220
dikurangi umur. Frekuensi denyut nadi pada saat latihan disarankan
berada pada60 - 70% denyut nadi maksimal. Latihan dibawah 60%
denyut nadi maksimal disamping kurang memberi manfaat, juga bisa
menambah gemuk, karena akan merangsang nafsu makan. Misalkan
seseorang berusia 60 tahun, maka denyut nadi maksimalnya 220 - 60
= 160 per menit. Denyut nadi latihan yang disarankan adalah 96 -112
per menit. Denyut nadi latihan ini dipertahankanselama 20 - 30 menit.
Latihan pada takaran ini dilakukan sebanyak 3 - 5 kali seminggu.
Latihan satu atau dua kali seminggu hanya sedikit lebih baik daripada
tidak latihan sama sekali, sedangkan latihan tiga kali seminggu
memberi lonjakan perbaikan yang cukup berarti.
4. Pendinginan (cool down)
Merupakan suatu keharusan untuk melakukan pendinginan setelah
latihan, sebab tanpa pendinginan dapat timbul rasa mual, muntah
bahkan bisa pingsan. Pendinginan juga bermanfaat untuk
mempercepat hilangnya rasa capai dan kaku setelah latihan, sebab zat
lelah akan segera kembali ke peredaran darah. Pendinginan dilakukan
dengan cara mengurangikerasnya gerakan secara bertahap dan diakhiri
dengan penguluran seluruh otot, terutama otot yang banyak digunakan
selama latihan. Pemanasan, latihan inti dan pendinginan merupakan
satu rangkaian yang tak boleh dipisahkan.
5. Hal-hal yang sering terjadi pada latihan
Apabila pada waktu latihan denyut jantung mendadak naik atau
mendadak turun, berarti latihan yang dilakukan melampaui takaran,
kurangilah intensitasnya. Demikian pula apabila timbul rasa nyeri di
dada. Apabila ada rasa pusing, kepala terasa ringan, dan keluar
keringat dingin, itu pertanda otak kurang mendapat cukup darah.
Tetaplah bergerak dengan intensitas yang dikurangi. Apabila sehari
setelah latihan masihada rasa capai yang sangat, berarti latihannya
terlalu keras, kurangi intensitas latihan berikutnya. Demikian pula
apabila malam setelah latihan menjadi sulit tidur. Apabila pada menit-
menit pertama menjalankan latihan terasa sesak nafas, maka
tambahlah pemanasan pada latihan berikutnya. Jangan lupa untuk
tetap minum baik sebelum, selama maupun sesudah latihan fisik.
6. Contoh rangkaian gerakan senam pagi usila
Latihan ini sebaiknya tetap terdiri atas pemanasan,latihan inti, dan
pendinginan. Waktu yang dibutuhkan lebih kurang 10 menit, dan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari sehabis bangun tidur. Untuk
menghindari kejenuhan, latihan ini dapat dimodifikasi dengan tetap
memegang prinsip dan tujuan latihan.
a. Pemanasan
Tepuk seluruh tubuh mulai dari kepala, wajah, leher, bahu, dada,
punggung, pinggang, perut, panggul dan kaki. Berikan tepukan
lebih lama pada tempat-tempat yang terasa lebih peka. Lakukan
tepukan jari pada wajah dan lengan.
b. Sambil berdiri tegak, lakukan pijatan di bahu atas kanan dan kiri
(titik lambung). Pijatan bahu yang lebih belakang dilakukan
dengan kedua tangan sesisi, sedangkan bahu yang di depan
dilakukan dengan kedua tangan menyilang.
c. Sambil membungkuk lakukan pijatan disamping kanan-kiri tulang
belakang. Pijatan dimulai dari ujung tulang belikat sampai
kedubur. Sambil berdiri tegak, pijatlah perut dengan kedua
tangan, mulai dari ujung tulang dada kearah kiri dan kanan,
kemudian lakukan pula pijatan mulai dari ujung tulang dada
kearah pusar.
d. Dengan kedua telapak tangan diatas perut, lakukan gosokan perut
secara melingkar, dari kiri ke kanan. Rasakan kehangatan sampai
kedalam perut. Gerakan ini seringkali disertai dengan membuang
angin (kentut), tanda peristaltik usus terangsang.

7. Latihan Inti
Pemanasan:
a. Lakukan jalan ditempat dengan mengangkat kaki cukuptinggi,
sehingga lutut menekuk hampir 90 derajad. Imbangi dengan
gerakan jari-jari tangan yang membuka dan menutup bergantian.
Kedua lengan dijatuhkan disamping badan.
b. Putar bahu berulang-ulang, dan sedikit demi sedikitlibatkan lengan
sampai dapat memutar bahu dengan lengan lurus. Lakukan
pemutaran ke belakang lebih banyak dari pada ke depan.
c. Angkat kaki dan tangan berlawanan secara bergantian. Lakukan
dengan pelan, namun gerakan benar.
d. Bungkukkan badan dan arahkan tangan ke kaki yang berlawanan.
e. Berdiri tegak, putar badan ke kiri dan ke kanan, dengan
mengangkat satu kaki bergantian, diimbangi oleh gerakan tangan
mendorong ke samping.
Pendinginan:
a. Benturkan pangkal jari kaki ke lantai, seirama dengan benturan
antara sela jari tangan kanan dan kiri. Lakukan dengan irama yang
makin lama makin perlahan.
b. Lakukan peregangan mulai dari leher, tangan, togok, sampai kaki.

E. Resiko Olahraga pada Manula


Meski pada umumnya olahraga baik untuk kesehatan, tetapi mungkin ada
beberapa bentuk olahraga yang tidak cocok dengan penyakit yang diderita
orang tersebut. Mengenai olahraga yang dipilih, sebenarnya cukup banyak,
seperti jalan kaki, naik sepeda, dan berenang. Kesemua olahraga ini baik untuk
kesehatan jantung dan paru-paru, bahkan otot-otot juga akan terlatih secara
teratur. Beberapa resiko olahraga pada manula, antara lain:

1. Latihan yang memerlukan berdiri pada satu kaki atau gerakan-gerakan


yang memerlukan keseimbangan tubuh dapat menyebabkan orang
berusia lanjut jatuh.
2. Gerakan yang juga kurang baik dilakukan orang berusia lanjut adalah
memutar kepala dan meregangkan leher secara berlebihan. Boleh
dilakukan asal pelan dan ditahan, bukan gerakan cepat dan
menghentak.
3. Bagi Anda yang ingin memilih senam, lakukan secara berkelompok
dengan pembimbing yang berpengalaman. Dengan demikian, dapat
dihindari gerakan-gerakan yang bisa mencederai tubuh.
4. Latihan yang bersifat anaerobik atau gerakan-gerakan yang ’tiba-tiba’
tidak dianjurkan

Namun ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam melatih lansia
melakukan latihan fisik misalnya : Pentingnya dilakukan pemeriksaan
awal, misalnya dengan mengukur tingkat kekeroposan tulangnya untuk
mengetahui dia menderita osteoporosis atau tidak. Olahraga untuk
osteoporosis sangat berbeda dengan olahraga untuk pencegahan penyakit
yang lain. Jika salah memilih olahraga, bisa-bisa justru membuat
tulangnya patah.Konsultasikan kepada dokter, latihan-latihan apakah
yang boleh dilakukan.Jangan berlatih melebihi takaran/dosis latihan
yang telah ditetapkan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pedoman Latihan Bagi Lansia
L: Luruskan tubuh dan syukur atas hidup sampai hari ini
A: Awali pemanasan dgn menepuk sambil jalan di tempat
N: Nikmati aliran panas yang menghidupi seluruh sel tubuh
S: Seluruh otot harus digerakkan dalam latihan inti
I: Iringi dengan musik yang memberi semangat
A: Aliran darah tepi dan kelentukan menjadi sasaran latihan

S: Sesuaikan kekerasan latihan dengan kemampuan tubuh


E: Elakkan cuaca yang sangat ekstrim, panas ataudingin
H: Hitung denyut nadi selama latihan (60-70%DN maks)
A: Atur pernafasan, harus dapat berbicara atau bernyanyi
T: Tiga sampai lima kali seminggu latihan dilakukan

B: Bersama teman akan menambah semangat aman


U: Usahakan untuk terus bergerak minimal 30 menit
G: Gembira, lepas, bebas harus mengiringi setiap gerakan
A: Akhiri dengan pendinginan dan penguluran seluruh tubuh
R: Rasakan bugarnya tubuh setelah keringat menguap.

B. SARAN
Aktivitas fisik yang dipakai untuk memulai hari akan menjadi kiat
ampuh bagi usila untuk tetap sehat dan bugar. Mulailah dengan apa
yang bisa dilakukan dan tambahlah sedikit demi sedikit takarannya.
Bersahabatlah dengan penyakit yang disandang, dan turuti apa
kemauannya. Paduan antara aktivitas fisik dan pengaturan makan akan
menjamin pemeliharaan berat badan. Jalan kaki, senam, bersepeda dan
renang merupakan olahraga pilihan.
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika

Pudjiastuti, S. S., dan Utomo, Budi. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

SOAL

1. Seorang laki-laki berusia 80 tahun tinggal bersama istrinya yang berusia 76


tahun. Klien berjalan dengan alat bantu, penglihatan kabur dan menggunakan
kaca mata. Klien tinggal dilantai dua rumahnya, penerangan agak gelap,
lantai kamar mandi licin.
Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?

a. Cemas

b. Nyeri akut

c. Resiko cedera

d. Gangguan mobilitas fisik

e. Perubahan persepsi sensori penglihatan

2. Seorang kakek berumur 65 tahun dibawa oleh keluarganya ke RS dengan


keluhan sejak 3 hari yang lalu lemas, sulit berjalan dan kaku pada tangan.
Keluarga mengatakan kakek hanya berada di tempat tidurnya spanjang hari.
Di dapatkan TD: 110/80, N: 98, RR:16, dan Suhu 37,7oC.
Apakah masalah keperawatan utamanya?
a. Resiko jatuh
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Hipertermi
d. Koping individu tidak efektif
e. Defisit perawatan diri
3. seorang perempuan berusia 85 tahun didatangi peraat puskesmas dengan
keluhan barusaja keluar dari rumah sakut karena sesak nafas. Klien
mendapat kan terapi obat-obatan dan oksigen tiga literpern menit. Peraat
memberikan edukasi pada keluarga mengenai fungsi oksigen dan posisi
pemberian yang tepat pada klien. Apakah seting tindakan yang tepat
keperawatan di atas ?
A. nursing home
B. home care
C. acute care
D. respit care
E. day service.

4. Hasil pengkajian komunitas di desa X, diperoleh data lansia sebanyak 286 jiwa, dari
jumlah penduduk sebanyak 85% mengatakan memeriksakan kesehatan jika sakit, tidak
ada posbindu, 90 % mengeluhkan adanya penyakit antara lain: hipertensi 34%, katarak 11
%, rematik 25%, penyakit jantung (7%). Penggunaan waktu senggang pada lansia 35%
berkebun/pekerjaan rumah, 38 % jalan-jalan, 17% olah raga, 10% lain-lain.Apakah
masalah keperawatan prioritas pada kasus tersebut?
A. Kurangnya Pengetahuan Lansia
B. Potensial Pemberdayaan Potensi Lansia
C. Potensial Peningkatan Kesehatan Lansia
D. Resiko Terjadinya Peningkatan Penyakit Vaskular
E. Resiko Terjadinya Penurunan Kualitas Hidup Lansia

5. Laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang isolasi Panti Tresna Wreda sejak satu
minggu yang lalu. Dari hasil pengkajian klien terlihat lemah, bau feses, kulit perianal
kemerahan, dan terdapat rembesan feses lunak, klien mengatakan tidak ada keinginan
BAB. Apa diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus diatas?

a. Disfungsi motilitas gastrointestinal

b. Inkontinesia defekasi

c. Persepsi konstipasi

d. Risiko konstipasi

e. retensi alvi

6. Seorang Perempuan berusia 70 tahun datang ke puskesmas diantar oleh keluarga


dengan keluhansering terbangun saat tidur dimalam hari, kesulitan saat akan mulai tidur
kembali, badan lemas dan sering merasa ngantuk dipagi hari. Apakah pengkajian
selanjutnya pada kasus diatas?

a. Kognitif

b. Daya ingat
c. Katz indeks

d. Status mental

e. proses pikir

7. Seorang laki-laki usia 60 tahun tinggal di Panti Tresna Wreda sejak 2 tahun yang lalu.
klienmemerlukan bantuan minimal dalam tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien
mampumelakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri, hanya sesekali
memerlukan bantuan petugas kesehatan. Apakah Kategori keperawatan klien menurut
Swanburg dari kasus diatas ?

a. Self-care

b. Minimal care

c. Intensive care

d. Intermediate care

e. primary care

8. Seorang perempuan usia 65 tahun dirawat di ruang perawatan geriatri sebuah RS


dengan acute miocard infarction. Pasien mampu melakukan ADL, mampu mandi, makan
dan minum sendiri, ambulasi dengan pengawasan, pemantauan tanda-tanda vital setiap
pergantian shift. Apakah tingkat ketergantungan perawatan pada pasien tersebut menurut
Douglass ?

a. Total care

b. Partial care

c. Minimal care

d. Mediate care

e. sekunder care

9. Seorang laki-laki usia 86 tahun mengalami proses penuaan, klien mampu menarik diri
dari kegiatan terdahulu dan memusatkan diri pada kegiatan pribadi serta mempersiapkan
diri menghadapi kematian. Pada kasus diatas merupakan pernyataan yang sesuai dengan
teori ?
a. Teori Interaksi Sosial

b. Teori Penarikan Diri

c. Teori Kepribadian

d. Teori Pembebasan

e. Teori gerontologi

10. Seorang laki-laki usia 60 tahun tinggal di Panti Wana Sraya, klien merupakan seorang
pensiunan TNI AD yang klien selalu berpakaian rapi dan sering memerintah sesama
penghuni panti. Klien sulit diatur dan mau menang sendiri. Kumpulan gejala psikologis
pada kasus diatas disebut ?

a. Depresi

b. Waham

c. (Eutanasia)s

d. Post Power Sindrom

e. sindroma lansia

11. Seorang laki-laki usia 65 tahun tinggal di panti tresna werda, klien mengeluh
mengalami penurunan pendengaran, pandangan kabur,dan mobilisasi dibantu
menggunakan kursi roda,.Pada pengkajian fisik didapatkan klien mengalami penurunan
kekuatan otot ekstremitas bawah. Diagnosa keperawatan prioritas pada kasus diatas?

a. Kelelahan

b. Risiko Jatuh

c. Risiko cedera

d. Intoleransi aktivitas

e. gangguan mobilitas fisik

12. Seorang laki-laki berusia 70 Tahun dirawat diruang Gandasturi sejak 2 hari lalu klien
mengeluhkan sesak pada saat dilakukan pengkajian RR 34 X/menit, HR
100X/Mnt,140/90 mmHg, batuk produktif, sputum di hidung, auskultasi suara nafas
ronchi.diagnosa keperawata yang diangkat bersihan jalan nafas tidak efektif. Apakah
intervensi dari kasus diatas?

a. Terapi o2

b. Catat pergerakan dinding dada

c. Dorong klien untuk bernafas pelan

d. Keluarkan secret dengan batuk efektif

e. berikan posisi supinasi

13. Seorang perempuan berusia 75 tahun tinggal di Panti Werdha sejak 2 tahun yang lalu,
mengeluh tidak dapat mendengar dengan jelas pada kedua telinga, pasien mengatakan
malu betemu dengan sesama penghuni panti karena takut menyinggung perasaan, pasien
sering bicara dengan suara yang keras dan hasil test Rinne Negatif. Manakah Pendekatan
bawah ini yang paling baik utuk memfasilitasi komunikasi pada kasus diatas?

a. Berhadapan ,berbicara lebih keras

b. Berbicara langsung pada telinga pasien

c. Berhadapan, berbicara pelan dengan volume biasa

d. Berbicara langsung pada telinga pasien lebih keras

e. gunakan Bahasa isyarat

14. Seorang perempuan berusia 78 tahun Dirawat wisma G sejak 8 bulan yang lalu
dengan diagnosa medis multiple sklerosis pada saat pengkajian keluhan utamanya pasien
cemas dengan kondisinya karena semakin hari semakin memburuk. setiap hari pasien
murung dan takut dengan kondisinya Klien Berharap bisa segera kembali berkumpul
dengan anaknya dan bisa pulang ke rumahnya. Apakah diagnosa keperawatan yang
muncul dari kasus diatas?

a. Ansietas berhubungan dengan perubahan fisiologis

b. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisiologis

c. Gangguan Gambaran diri berhubungan dengan perceptual kognitif

d. Koping Individu Tidak Afektif berhubungan dengan perubahan dalam hidup


e. kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan koping

15. Seorang laki-laki yang berusia 78 tahun di panti werda sudah 2 tahun yang
ditempatkan diruang isolasi.klien mengeluhkan nyeri pada luka di punggung bagian
bawah pada saat pengkajian di pungggung ada luka dengan diameter 10 cm. kondisi
tubuh lemah, bau badan, kulit kusam, rambut kotor, bau mulut, kuku panjang. pakaian
tidak rapi, dan tidak ganti 2 hari. Makan dibantu oleh teman dekatnya yang masih bisa
beraktivitas, untuk BAB Dan BAK dilakukan ditempat tidur. hasil indeks Katz skornya 3
ketergantungan Total, Hasil pengkajian Mini Mental State Exam 20 kerusakan mental
berat, Risiko jatuh 9 yaitu risiko jatuh Sedang.

Apakah diagnosa keperawatan yang muncul dari kasus diatas?

a. Intoleransi aktifitas

b. Deficit perawtan diri makan

c. Deficit perawatan diri mandi

d. Deficit perawatan diri eliminasi

e. resiko infeksi berhubungan dengan kebersihan diri

16. Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke poli geriatri diantar oleh
keluarganya.Klien mengeluh sulit mengingat sesuatu,merasa bingung dan konsentrasinya
menurun.Keluarga klien mengatakan klien sulit diajak berinteraksi dan tidak mampu
menggambarkan sesuatu secara akurat. Apakah masalah keperawatan yang tepat untuk
kasus diatas ?

a. Risiko terhadap cidera

b. Perubahan proses pikir

c. Sindrome stress relokasi

d. Kerusakan interaksi social

e. sindroma lansia
17. seorang kakek berusia 74 tahun mengeluh sakit pada siku dan lutut saat pertama kali tiba di
IGD, skala nyeri 5, TD 140mmHG, nadi 88x permenit, si kakek terus-menerus tampak menyuruh
anaknya mengurut bagian siku tangannya.
Dari temuan data diatas Masalah Persendian yang umum terjadi pada lansia adalah…

a. Mudah jatuh

b. Mudah lelah

c. Nyeri Pinggang

d. Osteoathritis

e. Osteoporosis

18. seorang kakek berusia 74 tahun mengeluh sakit bagian siku tangan dan lutut kirinya pada saat
pertama kali tiba di IGD, skala nyeri 5, TD 140mmHG, nadi 88x permenit, si kakek terus-
menerus tampak menyuruh anaknya mengurut bagian siku tangannya.
Dari temuan data diatas masalah keperawatan utama yang harus diatasi perawat adalah ?
a. menurunkan skala nyeri
b. pemberian ivfd
c. beri salep pada lutut dan siku
d. anjurkan klian duduk dengan posisi naman
e. atasi rasa sakit dengan pemberian obat oral

Anda mungkin juga menyukai