Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemakaian herbal sebagai obat-obatan tradisional telah diterima luas di negara-
negara maju maupun berkembang sejak dahulu kala, bahkan dalam 20 tahun
terakhir perhatian dunia terhadap obat-obatan tradisional meningkat, baik di negara
yang sedang berkembang maupun negara-negara maju. World Health Organization
(WHO) atau Badan Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa hingga 65% dari
penduduk negara maju menggunakan pengobatan tradisional dan obat-obat dari
bahan alami (Kemenkes RI, 2007).
Indonesia merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragamannya,
salah satunya adalah keanekaragaman hayati (megabiodiversity) khususnya
tumbuhan. Selain itu Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis yang memiliki
berbagai macam pengetahuan tentang obat tradisional yang menggunakan bahan-
bahan dari tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan itu telah ribuan tahun digunakan
oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan dokter sebagai bahan obat atau jamu
tradisional untuk berbagai macam penyakit dan memberikan hasil yang baik bagi
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan (Mills, 1996).
Di bumi ini diperkirakan terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah
tersebut sekitar 30.000 spesies hidup di kepulauan Indonesia dan sekurang-
kurangnya 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 300 spesies yang
telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional dan industri obat tradisional
(Kemenkes RI, 2007). Keragaman zat kimia penyusun tumbuh-tumbuhan atau zat
yang dihasilkan tumbuhan merupakan kelebihan tanaman, sehingga sebagai
tanaman obat dapat menghasilkan aktivitas yang luas dan memiliki sisi positif pada
tubuh karena tidak memiliki efek samping seperti halnya obatobat kimiawi (Mills,
1996).

B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas ujian mata kuliah Praktek Laboratorium Terapi Herbal
2. Mengetahui penertian obat herbal
3. Mengetahui penyebab dari asma
4. Mengetahui bahan herbal/jenis jenis bahan herbal untuk mengobati asma
5. Mengetahui cara kerja jenis jenis bahan herbal untuk mengobati asma

C. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian dari Asma ?
2. Jelaskan penyebab dari Asma ?
3. Jelaskan Bahan herbal/ jenis jenis bahan asma?
4. Bagaimana cara kerja jenis jenis bahan herbal untuk mengobati asma?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peran penting dalam menjaga
kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu obat
tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini
(Soedibyo, 1998).
Menurut Undang-Undang RI No. 23 (1992) obat tradisional didefinisikan
sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM RI, 2005) mengelompokkan obat
tradisional menjadi 3 jenis, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan dalam bentuk serbuk, seduhan, pil atau
cairan. Jamu harus memenuhi standar keamanan dan standar mutu, tetapi tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, cukup dengan bukti empiris.
Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil
ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman obat, hewan, maupun mineral.
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat
moderen. Proses pembuatan fitofarmaka telah terstandarisasi yang didukung oleh
bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia. Pembuatannya diperlukan peralatan
berteknologi moderen, tenaga ahli dan biaya yang tidak sedikit (Sinaga, 2008).
Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai
episode berulang mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk. Berbagai sel
inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag,
neutrofil dan sel epitel (National Asthma Council, 2006). Resiko kematian akibat
asma jarang terjadi, tetapi resiko kematian meningkat seiring dengan
peningkatan usia, terutama pada pasien lanjut usia dengan 4,4 kematian per
100.000 pasien (American Lung Association, 2010). Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, di Indonesia pasien asma mencapai 4,5 persen per
mil dengan angka kejadian terbesar pada pasien dengan usia 15-44 tahun
(Depkes, 2013).
Asma itu adalah penyakit jangka panjang yang bisa mengakibatkan
pengidapnya susah untuk bernafas, batuk-batuk, dan mengalami mengi saat
kambuh. Setiap orang itu mempunyai tingkat keparahan yang berbeda-beda akan
penyakit ini, dan biasanya itu bisa dikendalikan dengan baik. Penyakit asma ini bisa
terjadi saat saluran nafas / bronkus mengalami radang. Bronkus yang bentuknya
seperti tabung kecil tersebut fungsinya untuk mengangkut udara masuk & keluar
dari paru-paru. Dan umumnya bronkus pada pengidap penyakit asma itu lebih
sensitif dari orang-orang lain & lebih mudah mengalami radang.

Faktor Penyebab Munculnya Serangan Asma


Berikut ini merupakan beberapa penyebab penyakit asma, akan tetapi penyebab
itupun berbeda-beda bagi setiap pengidapnya.

2
 Akibat infeksi paru-paru dan saluran napas yang biasanya di akibatkan oleh
virus flu dan demam.
 Alergen, seperti tungau debu, bulu binatang, dan juga serbuk sari.
 Akibat iritasi udara seperti uap kimia, asap rokok serta polusi udara.
 Faktor cuaca seperti cuaca panas, cuaca berangin, cuaca dingin yang
didukung dengan kualitas udara yang buruk, cuaca lembab & adanya
perubahan suhu yang drastis.
 Akibat dari konsumsi makanan / minuman yang mengandung sulfit (zat
alami yang terkadang dipakai untuk mengawetkan makanan) seperti udang,
selai, makanan olahan, makanan setengah matang, minuman sari buah
kemasan.
 Olahraga, terkadang gejala asma bisa menjadi lebih buruk ketika
pengidapnya berolahraga.
 Keadaan dalam ruangan seperti ruangan yang lembab / berjamur, bahan
kimia karpet, bahan lantai dan tungau debu.
 Faktor emosi seperti stress.

Gejala Apa Saja Yang Muncul dari Penyakit Asma


 Batuk-batuk yang kerap terjadi di awal pagi hari dan malam hari.
 Mengalami susah untuk bernapas.
 Mengalami sesak di dada.
 Mengi.
 Susah tidur akibat napas pendek dan batuk.

B. Jenis – Jenis Bahan Herbal dan Cara Kerja Untuk Menangani Asma
1. Karuk
Karuk atau yang disebut juga dengan daun sirih tanah adalah tanaman
liar yang banyak tumbuh pada beberapa daerah di Indonesia. Karuk ini juga
merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai banyak sebutan seperti
amelun une, kado-kado, cabean, dan lain sebagainya. Tanaman ini dapat
dikembangkan dengan melakukan stek batang. Dan didalam dunia pengobatan,
tanaman karuk ini terkenal cukup manjur dalam mengatasi beragam macam
penyakit seperti asma, susah buang air kecil, panu, nyeri tulang, dan sakit perut.
Hal ini dikarenakan zat yang terkandung didalam akar, batang, daun
serta buahnya. Karuk ini merupakan jenis tanaman yang diperkaya akan
kandungan polifenol dan saponin, dan didalam daun dan buahnya mengandung
tinggi akan kandungan flavonoid dan minyak atsiri. Dan kandungan kimia yang
berada pada tanaman karuk ini memberikan efek farmakologis yang sangat baik
untuk tubuh, seperti mempunyai rasa pedas & peluruh lendir (pada daun), rasa
pedas peluruh seni & batu empedu (pada akar).
Namun bagian yang biasanya kerap digunakan dari tanaman ini ialah
pada bagian daunnya, daun karuk ini bisa di manfaatkan sebagai bahan ramuan
obat tradisional penyakit asma yang fungsinya untuk mengencerkan lendir /
dahak dibagian saluran pernafasan yang kemudian di keluarkan dari dalam
tubuh.

3
Dengan lendir yang berkurang dari saluran pernapasan ternyata bisa
membuat aliran udara yang masuk kedalam tubuh menjadi lancar, sehingga
bernafas pun menjadi lebih lega. Selain dari pada itu, rasa pedas yang dimiliki
tanaman karuk ini juga bersifat menghangatkan sehingga bisa memberi rasa
nyaman pada rongga & saluran pernapasan.
Cara Mengolah Daun Karuk Untuk Obat Asma
a. Ambil daun karuk segar sebanyak 3 s-d 5 lembar.
b. Cuci bersih daun karuk.
c. Haluskan daun karuk dengan cara menumbuknya.
d. Kemudian daun karuk yang sudah di haluskan di seduh dengan setengah
gelas air panas.
e. Saring & dinginkan.
f. Lalu tambahkan sedikit gula atau madu, supaya air seduhannya terasa lebih
nikmat.
g. Air rebusan daun karuk sudah siap diminum.

Dosis : minum air rebusan ini sebanyak 3x sehari.

2. Jahe
Jenis rimpang yang satu ini memang terkenal dengan khasiatnya sebagai
penghangat tubuh, tetapi selain itu, rimpang yang satu ini rupanya juga
mempunyai khasiat lain yang ampuh untuk membantu mengobati asma dan
juga bermanfaat untuk mengatasi peradangan. Untuk mengambil khasiat dari
rimpang jahe ini, Anda dapat memadukan jahe ini dengan madu. Sebab, madu
sangat cocok dan tepat untuk di padukan dengan rimpang jahe. Dikarenakan,
selain mempunyai rasa yang sangat nikmat, perpaduan ini juga dapat membantu
pengidap penyakit asma untuk segera sembuh secara alami dan cepat.
Saat dimana jahe ini berperan untuk menghentikan lendir di saluran
dengan mengatasi peradangannya, maka madu akan mengencerkan lendir yang
ada sehingga dapat dikeluarkan. Untuk memperoleh khasiat dari jahe ini cukup
gampang, cukup dengan Anda menghaluskan jahe dengan ditumbuk / dengan
cara di iris-iris saja, kemudian, barulah Anda masukkan hasil tumbukkan atau
irisan jahe kedalam campuran madu. Namun, bila Anda berkeinginan
mengambil khasiat jahe dengan cara di iris-iris, maka Anda harus menggunakan
jahe lebih banyak daripada dengan cara menumbuk jahe.

3. Bengkuang
Bengkuang ialah salah satu jenis buah tropis yang berdaging putih
tepung & bertekstur renyah, selain itu bengkuang ini juga memiliki cita rasa
yang manis dan menyegarkan terlebih dikonsumsi ketika hari sedang panas-
panasnya. Sebetulnya yang dapat di makan dari tanaman ini ialah akarnya yang
membesar dengan membentuk umbi. Dan dimana pada buah jenis akar-akaran
ini terdapat banyak sekali kandungan manfaat.
Bengkuang juga memiliki nama latin Pachyrhizus erosus yang dapat di
jadikan sebagai cemilan sehat ketika lapar. Bengkuang amat sehat dikarenakan

4
ia mengandung rendah kalori yakni, cuma mengandung 35 kalori per 100g.
Walaupun demikian, bengkuang ini juga mengandung tinggi phytonutrien
seperti serat & anti-oksidan.
Sedangkan kandungan mineral yang terdapat pada bengkuang seperti
magnesium, mangan, vitamin C dan B kompleks pada bengkuang ini
menjadikan bengkuang sebagai buah yang amat bagus untuk di konsumsi.
Selain dari pada itu, bengkuang yang diperkaya akan quercetin, betakaroten,
magnesium serta antihistamin alami juga mampu mencegah produksi histamin
yang menyebabkan alergi.
Sebagaimana yang telah di tegaskan oleh Budi Sutomo dan dr Gatot
Ibrahim, penulis buku yang berjudul “Rahasia Jus Buah Sehat dan Sayuran” ,
bahwa terapi jus bengkuang yang di padukan dengan sayuran mampu
membantu menaikkan sistem imunitas tubuh untuk mereka yang mengidap
penyakit asma.
Cara Membuat Ramuan Tradisional Untuk Obat Asma
Bahan-bahan yang perlu di persiapkan, antara lain :
1. 250gram bengkuang, kupas & potong-potong.
2. 100gram lobak parut, kupas & potong-potong.
3. ¼ buah cabai merah, belah dan buang bijinya.
4. 50g batang seledri.
5. 60ml air es.
6. 2 sdm air jeruk nipis atau lemon.
7. 3 potong es batu.
Cara Membuat :
 Masukkan potongan bengkuang, lobak, seledri, cabe merah, air es, air
jeruk nipis dan sepotong es batu kedalam mesin blender.
 Giling hingga halus.
 Setelah halus, tuangkan jus kedalam gelas.
 Jus siap di minum.

4. Daun Sirsak
Daun sirsak ialah daun herbal yang mempunyai kandungan manfaat
yang melimpah untuk tubuh kita, khasiat yang di miliki oleh daun sirsak ini
begitu besar terutama untuk kesehatan, hal ini dikarenakan daun sirsak ini
mempunyai kemampuan untuk mengobati beragam jenis penyakit yang sering
di alami, salah satunya seperti penyakit asma ini. Daun sirsak ini di percayai
mampu mengobati penyakit asma dikarenakan didalam daun sirsak ini terdapat
kandungan vitamin, mineral, serta zat-zat lainnya yang amat penting untuk
menangani gejala penyakit asma yang timbul seperti sesak napas, sesak di dada
dan lain sebagainya. Sehingga proses penyembuhan penyakit asma bisa lebih
optimal.
sesak napas dan sakit di dada dsb itu adalah gejala yang kerap timbul
dipicu oleh penyakit asma, sementara penyakit asma bisa terjadi di akibatkan
oleh debu kotoran yang terhirup dan masuk kedalam sistem pernapasan,
sehingga membuat otot saluran pernapasan menjadi berkontraksi sekuat-

5
kuatnya untuk mengeluarkan debu tersebut, sehingga hal itu membuat volume
dada menjadi lebih kecil dan muncullah gejala sesak napas. Itulah sebabnya
Anda di rekomendasikan konsumsi air rebusan daun sirsak dengan rutin,
dikarenakan senyawa yang terkandung di dalam daun sirsak itu dapat
menenteramkan otot yang mengalami kontraksi tersebut.
Cara Membuat Obat Tradisional Asma dari Daun Sirsak
 Ambil sepuluh helai daun sirsak yang sudah cukup tua (yang warnanya hijau
tua).
 Cuci bersih daun sirsak.
 Rebus daun sirsak dengan air sebanyak tiga gelas.
 Tunggu airnya mendidih dan tersisa satu gelas.
 Kemudian saring dan dinginkan.
 Air rebusan sudah siap di konsumsi.

Dosis : air rebusan diminum 2x sehari, pada pagi dan sore hari.
Efek yang akan terasa setelah Anda mengkonsumsi air rebusan daun sirsak
yakni, perut terasa hangat dan tubuh akan keluar banyak keringat.
5. Putri Malu (Mimosa pudica, Linn.)
Putri malu yang memiliki nama latin Mimosa pudica, L., ini merupakan
tumbuhan dari anggota suku polong-polongan. Putri malu tumbuh di pinggir
jalan, tanah lapang, cepat berkembang biak, tumbuh tidur di tanah atau kadang-
kadang tegak.
Tumbuhan ini, memiliki ciri khas mempunyai kemampuan dalam
melakukan gerak seismonasti (tigmonasti), yaitu jika daunnya disentuh maka
daun akan mengatupkan anak-anak daunnya. Tak mengherankan orang Inggris
menyebutnya humble plant, sensitive plant, shameplant, touch-me-not. Gerakan
itu berfungsi untuk melindungi diri dari serangan hewan herbivora (pemakan
tumbuhan) di sekitarnya.
Identifikasi fitokimia ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica
Linn.) menunjukkan terdapat kandungan gula, kumarin, alkaloid, sterol dan
glikosida. Isolasi fraksi putri malu yang dilanjutkan dengan analisis spektra IR
dan HNMR menunjukkan adanya senyawa mimosine (5 α amino 3 hidroksi
4 okso 1 H (H) piridin asam propianic), spinasterol-α, derivat fenil
etilamina) (Muthumani et al., 2010).
Azmi et al (2011) menyatakan putri malu mengandung senyawa 5,
7, 3',4'- tetrahydroxyl - 6-C- beta- D- glucopyranosyl flavones; 7,8,3’,4’-
tetrahydroxyl- 6-C-beta-D-glucopyrano-sylflavone; mimosine, tyrosine,
mmimosinamine, mimosinicacid. Pengujian in vivo pada tikus yang dibuat
asma, diberikan 2 minggu berturut-turut ekstrak air daun putri malu
diketahui bahwa ekstrak dapat memperbaiki otot polos yang mengalami
hipertropi akibat inflamasi, sehingga terjadi penurunan ukuran otot polos (Aji
et al, 2010).
Ekstrak air daun putri malu yang diberikan pada tikus model asma
diketahui mampu menurunkan kadar malondialdehid (MDA) dan
memperbaiki gambaran sel epitel brongkus. Selain itu, berdasarkan gambaran

6
histopatologi paru, pada membran basalis tidak ditemukan pelepasan sel epitel
(Ahmada et al., 2012).
Ekstrak air akar putri malu yang diuji secara in vitro dan in vivo
pada hewan uji menunjukkan aktivitas antiasma. Ekstrak mampu
menghambat efek kontraksi dari histamin. Ekstrak juga mampu memberikan
perlidungan 74% dari degranulasi sel mast dibandingkan kontrol (Prabha et
al., 2011).
Flavonoid dalam daun putri malu yang diberikan pada keadaan asma
dapat menghambat aktivasi IL-5 sehingga jumlah eosinofil dan pada tubuh
akan enzim proteolitik berkurang sehingga hipertropi otot polos bronkiolus
akan berkurang dan menyebabkan perbaikan gambaran histopatologi paru.
Flavonoid juga dapat menghambat proliferasi sel T sehingga tidak
menginduksi sel B untuk menghasilkan IgE, maka tidak terjadi degranulasi
sel mast dan produksi enzim protease.
Selain itu, flavonoid dapat memblokir transkripsi NF-Kb yang diinduksi
oleh bakteri Phorphyromonas gingivali, menghambat IL-12, dan ekspresi
TNF-alfa melalui sel epitel dan sel dendritik sehingga meminimalisir sel-sel
sitokin dan kemokin yang mencapai permukaan lumen melalui epitel
saluran penafasan sehingga mencegah kerusakan sel epitel dan terjadinya
respon inflamasi (Aji et al, 2010).

6. Kelor (Moringa oleifera)


Tanaman Kelor memiliki ketinggian 7-11 meter, berbatang berkayu
(lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar;
percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus
dan memanjang. Daun kelor memliki ciri berupa: majemuk, bertangkai panjang,
tersusun berseling, beranak daun gasal, helai daun saat muda berwarna hijau
muda. Buah berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 - 60 cm; buah muda
berwarna hijau - setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat - berwarna coklat
kehitaman, berbuah setelah berumur 12 - 18 bulan. Akar tunggang, berwarna
putih, membesar seperti lobak.
Skrining Fitokimia dari ekstrak biji Moringa oleifera mengandung
senyawa tanin, triterpenoid, ntrkauinon, steroid, saponin, alkaloid, flavonoid
dan glikosida (Thakur & Verma, 2013; Nair and Roopalatha, 2013). Ekstrak
etanol daun Moringa oleifera mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, steroid, tannin, sedangkan ekstrak air mengandung senyawa
minyak atsiri tetapi tidak mengandung tanin (Patel et al, 2014).
Ekstrak etanol biji kelor diujikan pada serum kuda dan tiga antigen
tikus wistar yang diinduksi antigen. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak
biji tanaman tersebut secara signifikan menurunkan sekresi histamin dan
degranulasi sel mast pada tikus (Thakur & Verma, 2013). Ekstrak alkohol biji
kelor bersifat spasmolotik terhadap asetilkolin, histamin, BaCl2 dan induksi
bronkospasme 5HT. Ekstrak alkohol biji kelor dapat melindungi albumin
telur dan 48/80 komponen yang memicu sel mast mengalami degranulasi
sehingga terjadi penururnan karagenin yang memicu edema. Aktivitas anti
inflamasi juga diketahui berasal dari aurantiamid asetat dan 1,3-dibenzil urea

7
yang diisolasi dari akar kelor (Tejas, et.al., 2012). Ekstrak biji kelor efektif
dalam melawan reaksi hipersensitivitas dan efektif menstabilkan sel mast.
Ekstrak etanol kelor mengandung senyawa steroid, saponin, alkaloid,
flavonoid, dan glikosida. Glikosida saponin dilaporkan dapar menstabilkan
sel mast. Flavonoid memiliki aktivitas merelaksasi otot polos dan sebagai
bronkodilator. Senyawa apigenin dan luteolin diketahui dapat menghambat
pelepasan histamin basofil dan pelepasan neutrofil β glukoronidase dan
memiliki aktivitas sebagai antialergi (Thakur & Verma, 2013).
Penelusuran mekanisme aksi dalam penelitian secara in vitro dengan
kelompok kelinci uji yang diberikan ekstrak etanol biji kelor (100 mg / kg
dan 200 mg / kg) setengah jam sebelum penelitian, kemudian diberikan
histamin 0,25% dari aerosol untuk keadaan prekonvulsi. Kelor memiliki
aktivitas spasmolitik spesifik pada otot polos.
Selain kegiatan bronkodilatasi, antagonisme mediator tertentu
dilepaskan dari sel mast. Sebuah perlindungan yang signifikan dari sel
mast peritoneum tikus dari gangguan oleh antigen dan ekstrak dari kelor
mampu mengganggu pelepasan dan/atau sintesis mediator peradangan,
menunjukkan aktivitas menstabilkan sel mast nya (Mehta & Agrawal, 2008).

7. Jintan Hitam (Nigella sativa L.)


Jintan hitam atau Habbatussauda (Nigella sativa Linn.) adalah rempah-
rempah yang dapat digunakan sebagai tanaman obat. Rempah ini berbentuk
butiran biji berwarna hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan
digunakan secara luas oleh masyarakat India, Pakistan, dan Timur Tengah untuk
mengobati berbagai macam penyakit. diantaranya black seed, black caraway,
natura seed, jintan hitam, black cumin, nigella sativa, kaluduru, dll.
Hasil isolasi ekstrak air biji jintan hitam dengan MAE menunjukkan
sebanyak 32 senyawa teridentifikasi dengan GC-FID dan GC-MS.
Kandungan utama yang terkandung yaitu Thymoquinone (38,23%), p-
cymene (28,61%), 4-isopropyl-9-methoxy-1-methyl-1-cyclohexene (5.74%),
longifolene (5.33%), a-thujene (3.88) dan carvacol (2,31%) (Liu et al., 2012).
Jintan hitam dapat mengurangi pemasukan ion kalsium ke dalam sel,
sehingga mengurangi proses degranulasi sel mast dan memiliki aktivitas
immunomodulator yang berperan penting dalam stabilisasi Th 1 dan Th 2
yang erat kaitannya dengan reaksi inflamasi. Jintan hitam memiliki
kandungan utama yang dinilai memiliki berbagai aktifitas farmakologis yaitu
thymoquinon (TQ) dan nigellon (Ramadhani et al, 2014).
Nigellon dapat menurunkan histamin darah yang diproduksi sel-sel
mast melalui penurunan kadar kalsium (Ca2+) intrasel. Thymoquinone
berperan menurunkan sitokin-sitokin hasil produksi Th2 yaitu IL-4, IL-5
dan IL-13 serta penurunan Ig E serum (Subijanto dan Diding; 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Ramadheni et al (2014) terdapat penurunan
jumlah sel neutrofil batang rata-rata untuk setiap kelompok usia pasien laki
laki dan wanita dewasa penderita asma persisten pada awal dan akhir
penelitian 2-6%.

8
Neutrofil akan cepat bereaksi terhadap radang sehingga aktivitas
penurunan jumlah neutrofil oleh minyak biji jinten hitam berperan dalam
pertahanan selama fase peradangan dan infeksi akut pada penyakit asma.
Menurut Subijanto & Diding (2008) pengujian menggunakan model mencit
asma pada pemajanan ovalbumin menyebabkan terjadinya proses peningkatan
derajat inflamasi, yaitu derajat 3 (8,8%) dan 4 (91,7%). Minyak biji jinten
hitam mampu menurunkan derajat infiltrasi bronkus secara bermakna dan
kemampuannya tidak jauh berbeda dengan kelompok antihistamin generasi-
3 (Subijanto dan Diding, 2008).
Asam linoleat yang terkandung dalam jinten hitam mempunyai efek
antialergi, dengan kemampuannya antara lain menurunkan TNF17 yang
merupakan sitokin pro-inflamasi, penurunan produksi histamin sehingga
mencegah proses inflamasi lebih lanjut dan penurunan pembentukan IgE,
sehingga menghambat terjadinya degranulasi sel mast. Selain itu,
Thymoquinone sebagai antiinflamasi dengan menurunkan sitokin Th2 yaitu IL-
4, IL-5 dan IL-13; lung eosinophilia; lipoksigenase serta siklooksigenase;
serum IgE; menghambat influks Ca2+ sehingga dapat mencegah degranulasi
sel mast serta menurunkan TNF. Sehingga pemberian minyak biji jinten
hitam mampu menurunkan tingkat infiltrasi sel-sel radang pada saluran
pernapasan (Subijanto dan Diding, 2008; Ramadhani et al., 2014).

8. Rumput Fatimah (Labisia pumila)


Tanaman Labisia pumila memiliki nama lain rumput Fatimah. Daun
dari Labisia pumila mengandung senyawa fenol, flavonoid, karotenoid, asam
askorbat, saponin dan turuanan benzoquinon (Abdullah et al, 2013).
Penelitian lain menyatakan tanaman ini mengandung senyawa golongan
flavonoid, saponin, steroid dan tanin (Okechukwu & Ekeuku, 2012).
Hasil pengujian menunjukkan ekstrak diklorometan daun Labisia
pumila memiliki kemampuan dalam menurunkan aktivitas mediator inflamasi
yang dimediasi histamine, serotonin, dan bradikinin. Ekstrak menghambat
kontraksi pembuluh darah di jalur pernafasan sehingga menyebabkan
terjadinya bronkodilatasi dan menghambat mediator inflamasi yang
menyebabkan terjadinya asma (Okechukwu dan Ekeuku, 2012).
Flavonoid memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antiinflamasi.
Saponin diketahui memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dan menjaga
stabilitas sel. Saponin memiliki aktivitas yaitu menghambat pembentuk
metabolit siklooksigenasi yaitu prostaglandin dan tromboksan serta
menghambat metabolisme dari asam arakidonat.
Selain itu saponin juga memiliki mekanisme sebagai antiinflmasi
dengan cara menghambat histamin, bradikinin dan serotonin. Tanin memiliki
aktivitas menghambat enzime siklooksigenase, menurunkan permeabilitas
vascular, dan sebagai antioksidan. Sedangkan steroids memiliki aktivitas
antiinflamasi dengan menghambat pelepasan sitokom IL-1,2 dan 6,
pergerakan leukosit dan penginduksian lipocortin (Okechukwu dan Ekeuku,
2012).

9
9. Ciplukan (Physalis minima L)
Ciplukan (Physalis minima L) adalah tumbuhan herba anual (tahunan)
dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu,
bersegi tajam, berusuk, berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau
boleh dikatakan gundul. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar,
di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset
dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-
meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga
tegak dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm,
kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing,
berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng
lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau kuning
coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang
berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya
berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah
2 daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya
sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki
kelopak buah.
Kandungan kimia yang terdapat pada ciplukan diantaranya saponin,
flavonoid, polifenol, asam klorogenat, zat gula, elaic acid dan fisalin (Murti,
2010). Analisis komponen bioaktif dengan GCMS, HPLC, UV VIS and
FTIR menunjukkan bahwa daun yang matang pada GCMS menunjukkan
adanya asam heneicosanoic, Asam oktadekanoat, asam stearat dan asam
octadeca-9, 12-dienoic. Profil HPLC menunjukkan terdapat empat senyawa
fenolik, yaitu asam elagik, katekol, asam galat dan katekin. Hasil analisis
FTIR memberikan klarifikasi adanya fenol, alkana, aldehida, alkohol
sekunder, asam amino, dan amina aromatik senyawa halogen
(Karpagasundari & Kulothungan, 2014).
Ciplukan mengandung alkaloid pada daunnya yang menunjukkan
harga Rf yang hampir sama dengan standar Belladona yang mengandung
antara lain alkaloid atropin dan skopolamin (Tarannita et al, 2006).
Kandungan atropin berperan sebagai anti kolinergik yang dapat
merelaksasikan otot polos saluran nafas yang merupakan salah satu terapi
pada asma. Ekstrak daun ciplukan menimbulkan efek relaksasi otot polos
trakea yang bermakna pada dosis 0,5 % dan dosis 0,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa pada dua dosis tersebut mulai menimbulkan respon
relaksasi trakea.
Diduga daun ciplukan bekerja sebagai antikholinergik setelah
stimulasi oleh histamin, juga dapat melalui efek antihistamin atau sebagai
agonis pada beta adrenergik (Priyantoro et al, 2014).

10. Senggugu (Clerodendrum serratumat)


Merupakan tumbuhan yang termasuk dalam salah satu jenis keluarga
Verbenacea. Senggugu termasuk tumbuhan perdu yang tingginya dapat
mencapai 3,5 m. Batang tumbuhan senggugu berbentuk bulat, berkayu, dengan

10
percabangan simpodial, dan berwarna putih kecokelatan. Senggugu memiliki
daun tunggal dengan letak berhadapan. Daun senggugu yang tumbuh berseling,
berbentuk bulat telur dengan ujung daun dan pangkal meruncing. Tepi daun
tanaman senggugu bergerigi dengan tulang daun yang menyirip berwarna hijau
tua.
Bunga senggugu ini majemuk yang muncul pada ujung batang,
berbentuk seperti lonceng. Bunga senggugu memiliki warna hijau keunguan.
Mahkota bunga senggugu terdiri atas 5 daun berwarna ungu keputihan. Kepala
sari sarinya kuning tua, putik lebih panjang daripada benang sari, bagian
bawahnya berwarna putih dan semakin ke atas warnanya akan semakin berubah
menjadi ungu. Buah tumbuhan senggugu ini termasuk buah buni berbentuk
bulat telur, saat masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam.
Akarnya merupakan akar tunggang, dan berwarna cokelat.
Tumbuhan senggugu ini hidup di daerah yang mempunyai sinar
matahari dan curah hujan yang cukup. Tanaman ini mengandung golongan
senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Golongan Flavonoids yang
ditemukan yaitu turunan dari katekin, leucoanthocyanidin, flavanon,
flavanonol, flavon, anthocyanidin, flavanol, chalcon, auron dan isoflavon.
Sedangakan golongan steroid adalah siklopentana dengan cincin
phenantrene, γ-sitosterol, β-sitosterol, cholestanol, clerosterol, campesterol
dan 24-etil cholesterol yang terdapat dalam tanaman tersebut.
Golongan terpenoid terdapat senyawa bentuk β-D-glucosidic (Singh
et al., 2012). Ekstrak etanol akar senggugu diujikan pada mencit yang
diinduksi ovalbumin. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak mampu
menghambat pelepasan mediator inflamasi. Hasil pengamatan histologi
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak mampu menurunkan kejadian
peradangan dan penyempitan bronkus dibandingkan yang tidak diberikan
ekstrak (Thalla et al., 2012).

11. Jeringau (Acorus gramineus)


Jeringau adalah tanaman semak rumput yang sering kita temukan ada
disekitar kita. Tanaman jeringau ini biasanya hidup di tepi sungai, kolam, rawa,
parit dan tempat lainnya. Nama latin jeringau ialah Acorus calamus L.
Acoraceae. Sedangkan dalam bahasa Inggris tanaman jeringau mempunyai
nama Sweet Flag dan Calamus. Menurut sejarah asal usul tanaman jeringau
berasal dari Asia. Persebaran tanaman jeringau dari daerah dari Kaukasus
melalui Asia Barat dan Siberia ke China, India dan Asia Tenggara.
Sebagian besar juga tumbuh Amerika Utara dan banyak dinaturalisasi di
tempat lainnya. Ciri Ciri tanaman jeringau mempunyai daun yang seperti pita
memanjang dengan bunga yang berbentuk bulat memanjang. Menurut
masyarakat Banjar tanaman jeringau ini dipercaya sebagai tanaman pengusir
roh-roh jahat dan digunakan untuk beberapa kegian ritual. Fungsi dan kegunaan
tanaman jeringau bagi sebagian masyarakat digunakan sebagai pakan ternak
dan tanaman hias. Namun yang tak kita ketahui ternyata tanaman jeringau ini
banyak manfaat dan khasiat dalam pengobatan untuk menyembuhkan macam-
macam penyakit yang ada ditubuh.

11
Komponen utama dari jeringau ini adalah sejumlah unsur fitochemical
yang berperan sebagai anti oksidan. Beberapa merupakan unsur oil seperti atsiri
dan beberapa komponen oil dalam kadar kecil seperti asarone, eugenol, acorone
dan masih banyak lagi. Komponen tannin, saponin, caempherol, sequesterpenin
juga menjadi beberapa unsur anti oksidan dalam dlingo. Dikatakan asarone
adalah salah satu komponen dalam dlingo yang menjadi perhatian. Dlingo
memiliki efek pestisida alami yang dihasilkan oleh beta asarone. Unsur ini juga
menjadi salah satu penghasil aroma wangi dari tanaman ini. Beberapa pakar
melihat bahwa dalam kadar berlebihan beta asarone dapat bersifat karsinogen.
Dalam tanaman obat ini juga terkandung komposisi serat polisakarida.
Ini adalah jenis serat larut air yang membantu menjaga kelancaran fungsi
pencernaan. Ini mengindikasikan adanya manfaat jeringau ini untuk kesehatan
pencernaan. Terapi herbal dengan jeringau akan membantu memberi efek
relaksasi pada otot tenggorokan. Memberi pertolongan pertama mengatasi
penyempitan pada saluran pernafasan. Di sisi lain, jeringau juga bekerja pada
sel darah putih, membantu mengurangi intensitas sinyal berlebihan yang
memicu reaksi autoimun. Ini akan memberi manfaat pada keluhan alergi seperti
asma.
Tanaman jeringau mengandung bahan kimia aktif pada bagian
rimpang yang dikenal sebagai minyak atsiri. Komposisi minyak atsiri
rimpang jeringau terdiri dari 82% asaron, 5% kalamenol, 4% kalamin,
1% kalameon, 1% metileugenol, dan 0,3% eugenol. Asaron sebagai
komponen utama penyusun minyak atsiri terdiri dari 67 hidrokarbon, 35
senyawa karbonil, 56 alkohol, 8 fenol, dan 2 furan (Hasnah et al., 2011).
Penelitian lain menyatakan rimpang jeringau mengandung metabolit
minyak atsiri antara lain methyl trans-isoeugenol, cyclohexene, cedranone,
euasarone, beta-asarone, spathulenol, beta copaen-4-alpha-ol, isocalamendiol,
cycloprop[e]azulen-4-ol, hecadecanoid acid, dan heptadecene-8-carbonic
acid. Kandungan senyawa terbesar adalah beta-asaron dengan similiarity
indeks sebesar 95%. Beta-asaron senyawa golongan terpen, umumnya
memiliki khasiat anti-inflamasi (Effendi dan Widjanarko, 2014). Ekstrak
etanol rimpang jeringau diujikan pada babi yang diinduksi mengalami asma.
Hasil pengujian menunjukkan ekstrak memiliki aktivitas antiasma
yang besar karena secara signifikan menghambat histamin dengan memblok
reseptor histamin-1 (Saxena & Priyanka, 2014).

12. Sirih (Piper betle Linn.)


Sirih adalah tanaman yang merambat dan memiliki daun yang berwarna
hijau. Sirih ini umumnya dikenal sebagai tanaman obat karena memiliki
beragam manfaat. Sirih ini tanaman yang memiliki batang berwarna coklat
kehijauan, bulat, memiliki ruas dan sebagai tempat keluarnya akar. Selain itu
sirih memiliki bentuk seperti hati dengan ujung yang lancip dan memiliki akar
tunggang. Ketika diremas dengan tangan daun sirih ini akan mengeluakan
aroma yang sedap dan segar. Sirih juga memiliki buah yang disebut dengan
buah buni yang memiliki bentuk bulat dan berwarna hijau keabu-abuan.
Biasanya sirih digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

12
Namun ada juga bisa digunakan sebagai bahan tambahan pembuat klepon
namun hanya airnya saja yang digunakan.
Sirih memiliki beragam jenis yaitu, sirih merah, sirih gading, sirih hijau,
sirih belanda, sirih kuning, dan sirih hitam. Sirih memiliki khasiat yang cukup
baik untuk tubuh karena sirih mengangung minyak astiri yang didalamnya juga
mengandung seskuirterpen, pati, diatese, gula, kavikol, anti oksidasi dan
fungisida, bethiepenol, dan anti jamur. Maka dari itu, sirih dipercaya dapat
mengobati penyakit seperti keputihan, mengatasi mimisan, membantu
penyembuhan pada gusi yang berdarah, mengobati diare, membantu sebagai
obat untuk alergi dan biduran, penyakit jantung, mengobati penyakit sifilis,
bronkhitis, dan menghilangkan bau yang tak sedap.
Aroma yang wangi dikeluarkan oleh sirih ini biasanya sangat tajam
tercium ketika Anda merebus daun sirih. Ketika Anda meminumnya maka rasa
yang Anda dapatkan adalah hambar, sedikit pahit dan agak terasa wangi.
Umumnya sirih digunakan untuk pengobatan alternatif atau herbal.
Kandungan senyawa daun sirih adalah alkaloid, flavonoid, katekin.
tanin, sterol dan fenol (Chakroborty & Shah, 2011). Daun sirih memiliki
kemampuan dalam mengatasi asma. Ekstrak etanol daun sirih diujikan pada
hewan babi yang dibuat asma menggunakan histamin 0,2%. Penggunaan
ekstrak dibandingkan dengan klorfeniramin. Hasil pengujian menunjukkan
ekstrak etanol daun sirih memiliki efek yang signifikan dalam mengatasi
asma (Chakroborty & Shah, 2011).
Daun sirih diketahui mengandung senyawa fenol yang sangat tinggi
sehingga mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat dan beberapa aktivitas
lainnya. Aktivitas antiinflamasi dari daun sirih sebagai antiinflamasi dapat
menurunkan asma bronkial yang disebabkan oleh inflamasi pada saluran
nafas.
Selain itu radikal bebas dan superoksida yang dapat menyebabkan
asma bronkial dapat dicegah dengan aktivitas antioksidan dari kulit batang
sirih. Aktivitas antiinflamasi dari kulit batang sirih dapat mencegah
terjadinya bronkokonstriksi yang disebabkan oleh pelepasan histamin oleh
tubuh sehingga dapat menurunkan beberapa kasus penyakit asma bronkial
(Misra et al, 2014).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma itu adalah penyakit jangka panjang yang bisa mengakibatkan
pengidapnya susah untuk bernafas, batuk-batuk, dan mengalami mengi saat
kambuh. Penyebab Asma yakni Akibat infeksi paru-paru dan saluran napas yang
biasanya di akibatkan oleh virus flu dan demam, Alergen (tungau debu, bulu
binatang, dan juga serbuk sari), iritasi udara (uap kimia, asap rokok serta polusi
udara.), Faktor cuaca, Olahraga, Faktor emosi seperti stress.
Setiap orang itu mempunyai tingkat keparahan yang berbeda-beda. Asma dapat
diatasi dengan menggunakan bahan alam diantaranya adalah daun karuk (sirih
tanah), jahe, Bengkuang, daun Sirsak.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/grosiramazonplus/5791842d947e618204ffcec8/cara-
ampuh-sembuhkan-asma-dengan-tanaman-tradisional?page=all
https://www.researchgate.net/publication/283730498_Tanaman_dengan_Aktivitas_Anti-
Asma
Ahmada, R., Aulanni’am., Wardhana, A., 2012, Terapi Ekstrak Daun Putri malu
(Mimosa pudica) pada Tikus (Rattus norvegicus) Model Asma Terhadap Kadar
Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Histopatologi Epitel Bronkiolus,
http://pkh.ub.ac.id/wpcontent/uploads/2012/10/05130101111075-Rizy-Ahmada.pdf
Depkes, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=193
https://www.deherba.com/khasiat-tanaman-obat-dlingo-jeringau.html

15

Anda mungkin juga menyukai