Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orangtua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu
agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan
potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak
(asah, asih, dan asuh) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq,
perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman/perlindungan,
partisipasi, stimulasi dan pendidikan (asah, asih dan asuh).

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa bayi. Karena pada masa ini
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa ini, bayi memperoleh kemampuan berinteraksi dengan dunia dengan cara lain,
kemampuan komunikasi dimulai, dan hal ini merupakan landasan bagi perkembangan
selanjutnya. Selain itu, pertumbuhan fisik, kemampuan berbahasa, dan berkomunikasi juga
dimulai pada periode ini.

Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara
anak dan orang tua / orang dewasa lainnya. Interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan
anak pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan.

Maka dari itu, agar terwujudnya anak yang bisa bertumbuh kembang dengan baik kita sebagai
petugas kesehatan harus memberi pengetahuan kepada masyarakat pentingnya untuk ber-kb.
Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang pelayanan praktik kespro dan kb .

1.2 Rumusan Masalah


1. Contoh-contoh praktik pelayanan yankes reproduksi dan KB
2. Informed choice dan informed consent dalam asuhan Kespro dan KB
3. Kewenangan bidan dalam asuhan kesehatan reproduksi dan KB sesuai Permenkes
1464/2010
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Contoh-contoh praktik pelayanan yankes reproduksi dan KB
2. Untuk mengetahui Informed choice dan informed consent dalam asuhan Kespro dan
KB
3. Untuk mengetahui Kewenangan bidan dalam asuhan kesehatan reproduksi dan KB
sesuai Permenkes 1464/2010

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Contoh-Contoh Praktik Pelayanan Yankes Reproduksi dan KB

PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Batasan

Dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan yang tepat dan benar diperlukan keseragaman
pengertian sebagai berikut :

1. Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan
menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan
KB.
2. Peserta KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi.
3. Peserta KB baru adalah PUS yang pertama kali mengguakan kontrasepsi atau PUS yang
kembali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan
keguguran atau persalinan.
4. Peserta KB lama adalah peserta KB yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi
kehamilan.
5. Peserta KB ganti cara adalah peseta KB yang berganti pemakaian dari satu metode
kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.
6. Pelayanan fasilitas pelayanan KB adalah semua kegiatan pelayanan kontrasepsi oleh
fasilitas pelayanan KB baik berupa pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun
tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang diberikan pada
PUS baik calon maupun peserta KB.
7. Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di dalam fasilitas pelayanan adalah
pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan
kontrasepsi kepada calon dan peserta KB yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan KB.
8. Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di luar fasilitas pelayanan adalah
pemberian peayanan kontrasepsi kepada calon dan peserta KB maupun tindakan-tindakan
lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan di luar fasilitas
pelayanan KB (TKBK,Safari,Posyandu).
9. Definisi fasilitas pelayanan KB:

Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal
seorang paramedis atau dan yang sudah mendapat latihan KB dan memberikan pelayanan: cara
sederhana (kondom,obat vaginal), pil KB,suntik KB, IUD bagi fasilitas pelayanan yang
mempunyai bidang yang telah mendapat pelatihan serta upaya penanggulangan efek samping,
komplikasi ringan dan upaya rujukannya.

Fasilitas pelayanan KB lengkap adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal
dokter umum yang telah mendapat pelatihan dan memberikan pelayanan: cara sederhana, suntik

2
KB, IUD bagi dokter atau bidan yang telah mendapat pelatihan, implant bagi dokter yang telah
mendapat pelatihan, kontap pria bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk pelayanan
kontap pria.

Fasilitas pelayanan KB sempurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal
dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah/dokter umum yang telah mengikuti pelatihan
dan memberikan pelayanan: cara seerhana, pil KB, suntik KB, IUD, pemasangan dan pencabutan
implant, kontap pria, kontap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk pelayanan
kontap wanita.

Fasilitas pelayanan KB paripurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal
dokter spesialis kebidanan yang telah mngikuti pelatihan penanggulangan infertilisasi dan
rekanalisasi/dokter spesialis bedah yang telah mengikuti pelatihan pengaggulangan infertilitas
dan rekanalisasi serta memberikan pelayanan semua jenis kontrasepsi ditambah dengan
pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.

1. Status fasilitas pelayanan KB adalah status kepemilikan pengelolaan fasilitas pelayanan


KB yang dikelompokkan dalam 4 (empat) status kepemilikan yaitu: Depkes, ABRI,
Swasta serta instansi pemerintah lain diluar Depkes dan ABRI.
2. Konseling adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedik
dalam bentuk percakapan individual dalam usaha untuk membantu PUS guna
meningkatkan kemampuan dalam memilih pengunaan metode kontrasepsi serta
memantapkan penggunaan kontrasepsi yang telah dipilih.
3. Konseling baru adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau
paramedic kepada calon peserta KB yang akhirnya menjadi peserta KB baru pada saat
itu.
4. Konseling lama adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau
paramedik kepada peserta KB untuk memantapkan penggunaan kontrasepsi.
5. Akibat sampingan atau komplikasi adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan akibat
penggunaan kontrasepsi.
6. Akibat sampingan atau komplikasi ringan adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan
penggunaan kontrasepsi yang penanganannya tidak memerlukan rawat inap.
7. Akibat sampingan atau komplikasi berat adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan
akibat penggunaan kontrasepsi yang penanganannya memerlukan rawat inap.
8. Kegagalan adalah terjadinya kehamilan pada peserta KB.

1. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

Dalam upaya mewujudkan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi Gerakan Keluarga
Berencana Nasional, hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap petugas dan pelaksana KB adalah
mengetahui dan memahami batasan-batasan pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan
serta mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi instrument-instrumen pencatatan dan
pelaporan yang dipergunakan, cara-cara pengisiannya serta mekanisme dan arus pencatatan dan
pelaporan tersebut.

1. Jenis-jenis Serta Kegunaan, Register, dan Formulir.


2. Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/85)

3
Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru dan pendaftaran ulang
semua klinik KB.

Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun anggaran (bulan maret setiap tahun). Kartu ini
berisi infomasi tentang identitas klinik KB, jumlah tenaga, dan sarana klinik KB serta jumlah
desa di wilayah kerja klinik KB yang bersangkutan.

1. Kartu Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/B/89)

Dipergunakan sebagai tanda pengenal dan tanda bukti bagi setiap peserta KB. Kartu ini diberikan
terutama kepada peserta KB baru baik dari pelayanan KB jalur pemerintah maupun swasta
(dokter/bidan praktek swasta/apotek dan RS/Klinik KB swasta). Pada jalur pelayanan
pemerintah, kartu ini merupakan sarana untuk memudahkan mencari kartu status peserta KB
(K/IV/KB/85). Kartu ini merupakan sumber informasi bagi PPKBD/Sub PPKB tentang kesertaan
anggota binaannya di dalam berKB.

1. Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/85)

Dibuat bagi setiap pengunjung baru klinik KB yaitu peserta KB baru dan peserta KB lama
pindahan dari klinik KB lain atau tempat pelayanan KB lain.

Kartu ini berfungsi untuk mencatat ciri-ciri akseptor hasil pemeriksaan klinik KB dan kunjungan
ulangan peserta KB.

1. Kartu Klinik KB (R/I/KB/90)

Dipergunakan untuk mencatat semua hasil pelayanan kontrasepsi kepada semua peserta KB
setiap hari pelayanan.

Tujuan penggunaan register ini adalah untuk memudahkan petugas klinik KB dalam membuat
laporan pada akhir bulan.

1. Register Alat-alat Kontrasepsi di Klinik KB (R/II/KB/85)

Dipergunakan untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran (mutasi) alat-alat kontrasepsi di


klinik KB.

Tujuan adalah untuk memudahkan membuat laporan tentang alat kontrasepsi setiap akhir bulan.

1. Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/90)

Dipergunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan

– 1 lembar untuk Unit Pelaksana Ka

1. Cara Pengisian Kartu, Register dan Formulir


2. Kartu Pendaftaran Klinik Keluarga Berencana (K/O/KB/85)

4
Penjelasan umum

1. Kartu ini digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama dan pendaftaran ulang
semua klinik KB. Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun anggaran (bulan Maret
setiap tahun). Kartu ini berisi informasi tentang identitas klinik, tenaga dan saran klinik
KB yang bersangkutan.
2. Kartu ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan tambahan lembar ”khusus” pada lembar
pertama yang dipergunakan untuk laporan ke BKBN pusat.
3. Ditandatangani oleh penanggung jawab klinik KB yang bersangkutan.
4. Kartu pendaftaran ini setelah diisi dan masing – masing dikirim :

– 1 lembar K/O/KB/85 yang khusus (bagian sebelah kanan dari lembar pertama untuk BKBN
pusat di Jakarta.

– 1 lembar untuk BKBN propinsi

– 1 lembar untuk Unit Pelaksana Propinsi

– 1 lembar untuk BKBN Kabupaten/kotamadya

(2) Halaman depan terdiri dari dua bagian yaitu:

(a) Bagian sebelah kiri, untuk mencatat cir-ciri peserta KB. Bagian ini terutama dimaksudkan
untuk mencatat cir-ciri setiap peserta KB baik peserta KB baru maupun peserta KB pindahan
dari klinik KB/tempat pelayanan kontrasepsi lain.

Data dibagian ini sangat diperlukan apabila suatu saat untuk mengetahui ciri-ciri akseptor KB
secara Nasional maupun tingkat wilayah lainya.

(b) Bagian sebelah kanan, untuk mencatat hasi-hasil pemeriksaan klinik.

(c) Petugas klinik KB yang melakukan pengisisan K/IV/KV/85 membutuhkan tanda tangan dan
nama terang pada K/IV/KV/85 di tempat yang telah disediakan.

d. Register Alat-alat Kontrasepsi KB (R/II/KB/85)

a) Register ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah petugas klinik KB memuat/mengisi
laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/9), khususnya untuk bagian tabel V : “Persediaan
Kontrasepsi di Klinik KB”

b) Pada setiap hari pelayanan, semua penerimaan dan engeluaran kontrasepsi dicatat/dibukukan
dalam register alat-alat kontrasepsi ini.

c) Setiap baris menunjukan penerimaan/pengeluaran kontrasepsi pada satu tanggal tertentu. Pada
hari/tanggal berikutnya, pengeluaran/pemasukan dicatat pada hari/tanggal berikutnya, emikian
seterusnya untuk setiap hariplayanan, sampai habis periode satu bulan.

5
d) Setelah sampai pada hari/tanggal terakhir dari satu bulan yang bersangkutan dilakukan
penjumlahan untuk penerimaan dan pengeluaran alat kontrasepsi selama satu bulan.

e) Disamping, kedalam register ini dituliskan pula siss(stock) alat-alat kontrasepsi yang ada
diklinik KB pada akhir bulan.

f) Untuk tiap hari dalam bulan berikutnya pencatatan dilakukan pada lembar (halaman) baru.

e. Laporan Bulanan Klinik Keluarga Berencan (F/II/KB/90)

Penjelasan Umum

1. Laporan bulanan klinik KB dibuat oleh petugas klinik KB sebulan sekali, yaitu pada
setiap akhir bulan kegiatan pelayanan kontrasepsi di klinik KB.
2. Laporan bulanan klinik KB sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan pelayanan
kontrasepsi dan haasilnya, yaitu pelayanan ole klinik KB(di dalam dan diluar klinik KB)
serta PPKBD/Sub PPKBD diwilayah binaan klinik KB yang bersangkutan.
3. Laporan bulanan klinik KB ditandatangani oleh pimpinan klinik KB atau petugas yang
ditunjuk.
4. Laporan bulanan klinik KB dibuat rangkap 5(lima), yaitu:

– 1 (satu) lembar dikirim ke BKKBN Pusat

– 1(satu) lembar dikirim ke BKKBN Kabupaten Kota Madya

– 1 (satu) lembar dikirim ke Unit Pelaksanatingkat Kabupaten Kota Madya

– 1 (satu) lembar dikirim ke Camat

– 1 (satu) lembar sebagai arsip untuk klinik kB yang bersangkutan

1. Laporan bulanan klinik KB yang dikirim ke BKKBN Pusat (Minat Biro Pencatatan dan
Pelaporan) dengan menggunakan sampul atau amplop khusus tanpa dibubuhi perangko
dan sudah harus dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
2. Pengisian laporan bulanan klinik kB ini didasarkan pada data yang terdapat dalam :

– Register klinik KB (R/I/KB/89)

– Register alat kontrasepsi KB (R/I/KB/85)

– Laporan bulanan PLKB (F/I/PLKB/90)

– Laporan-laporan serta catatan-catatan lainya.

f. Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB (REK/F/II/89)

Penjelasan Umum.

6
a) Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB (REK/F/II/KB/89) ini dibuat sebuan sekali, yaiu
pada awal bulan berikutna dari bulan laporan. Tujuannya untuk meaporkan seluruh kegiatan
pelayanan KB dan hasilnya dari seluruh klinik KB yang berada di suatu wilayah
kabupaten/kotamadya pada satu bulan laporan.

b) Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB inidibuat oleh BKKBN Kabupaten/Kotamadya


dalam rangkap 3 (tiga) dan dikirim kepada:

– 1 (satu) lembar untuk BKKBN Propinsi.

– 1 (satu) lembar untuk Unit Pelayanan KB Departemen Kesehatan Tingkat


Kabupaten/Kotamadya.

– 1 (satu) lembar untuk arsip.

c) Rekapitulasi

Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB ini harus sudah dikirimkan ke BKKBN Propinsi yang
bersankutan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya dari bulan laporan.

Lembar rekapitulasi ini ditandatangani oleh Kepala BKKBN Kabupaten/Kotamadya yang


bersangkutan.

1. MEKANISME DAN ARUS PENCATATAN AN PELAPORAN PELAYANAN


KONTRASEPSI.

1. Pada waktu mendaftar untuk pembukuan/peresmian klinik KB baru dibuat Kartu


Pendaftaran Klinik KB(K/O/KB/85) dalam rangkap 5, masing-masing untuk BKKBN
Pusat, BKKBN Propinsi, Unit pelaksana KB tingkat propinsi, BKKBN
Kabupaten/Kotamadya, Unit Pelaksana KB tingkat kabupaten /kotamadya dan arsip.
2. Setiap bulan maret dilakukan pendaftaran ulang klinik KB dengan mengisi K/O/KB/85
untuk setiap klinik KB. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan ”updating” data dan
informasi mengenai klinik KB yang bersangkutan.
3. Bagi setiap pengunjung baru di Klinik KB, yaitu meliputi peserta KB baru dan peserta
KB pindahan dari klinik KB atau tempat pelayanan kontrasepsi lainya, dibuatkan Kartu
Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/KB/89) untuk peserta KB yang bersangkutan.
4. Bagi setiap pengunjung baru tersebut dibuat pula kartu status peserta KB (K/IV/KB/85)
yang antara lain memuat ciri-ciri peserta KB yang bersangkutan. Kartu ini disimpan di
klinik KB yang bersangkutan untuk digunakan kembali sewaktu peserta KB melakukan
kunjungan ulang di klinik tersebut. Untuk seorang peserta KB, menurut seri peserta KB
dalam K/IB/KB/85 harus sama dengan nomor seri peserta KB pada K/I/KB/89.
5. Semua hasil pelayanan kontrasepsi oleh klinik KB setiap hari, baik didalam maupun
diluar klinik KB tersebut, dicatat didalam register klinik KB (R/I/KB/90).
6. Semua penerimaan/pengeluaran alat kontrasepsi oleh klinik KB setiap hari dicatat di
dalam Register alat-alat kontrasepsi Klinik KB (R/II/85).
7. Setiap akhir bulan, data pada R/I/KB/90 dan R/II/KB/85 dijumlahkan untuk selanjutnya
dimasukan kedalam Laporan Bulanan Klinik KB.

7
8. Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/90) dibuat oleh petugas klinik KB setiap awal
bulan berikutnya dengan sumber-sumber data dari R/T/KB/90, R/II/KB/85 dan
F/I/PLKB/90.

Laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/90) dibuat dalam rangkap 5, masing-masing dikirim


kepada: BKKBN Pusat, BKKBN Kabupaten/Kotamadya, Unit Pelaksan tingkat
Kabupaten/Kotamadya, Camat, dan Arsip.

Selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya, laporan ini sudah harus dikirimkan dari klinik
KB.

1. Lembar pertama Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/90), dikirim ke BKKBN Pusat


minat Biro Pencataan dan Pelaporan, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
2. Lembar kedua Lembar Bulanan Klinik KB (F/II/KB/90) dikirim ke BKKBN
Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
3. Lembar ketiga Laporan Bulanan Klinik Kb (F/II/KB/90) dikirim ke Unit Pelaksana
Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
4. Lembar keempat Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/90)dikirim ke Camat yang
bersangkutan, minat Pengawas PLKB selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
5. BKKBN Kabupaten/Kotamadya setiap bulan merekapitulasi F/II/Kb/90 yang diterima
dari klinik KB diwilayah Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan kedalam
Rek/F/II/KB/90. Rekapitulasi ini dibuat dalam rangkap tiga masing-masing untuk
dikirimkan ke BKKBN Propinsi, Unit Pelaksana Depkes tingkat Kabupaten/Kotamadya,
dan Arsip.
1. Rekapitulasi laporan Bulanan Klinik KB (Rek/F/II/KB/90), dikirim ke BKKBN
Propinsi selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
2. Lembar kedua Rekapitulasi laporan Bulanan Klinik KB (Rek/F/II/KB/90), dikirim
ke Unit Pelaksana KB Depkes di Kabupaten/Kotamadya diwilayah kerjanya
selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.

10. BKKBN Pusat (Biro Pencatatan dan Pelaporan)

Menyampaikan umpan balik ke komponen-komponen di BKKBN Pusat, BKKB Propinsi dan


Instasi lain di tingkat pusat selambt-lambatnya 2 bulan sesudah bulan laporan.

11. BKKBN Propinsi di Bidang Bina Program.

Menyampaikan umpan balik kepada BKKBN Kabupaten/Kotamadya di wilayah kerjanya


dengan tembusan kepada bidang-bidang lain di BKKBN Propinsi dan instansi terkait di Propinsi
selambat-lambatnya 1 bulan sesudah bulan laporan.

1. CARA-CARA ANALISA

Tujuan dari analisa ini adalah untuk melihat trend (perkembangan dengan cara membandingkan
hasil kegiatan pelayanan, kontrasepsi dari bulan kebulan(tahun-ketahun).

8
Misalnya mengenai :

– Pencapaian peserta KB dari bulan ke bulan.

– Komposisi alat kontrasepasi yang dipakai.

– Perkiraan pencapaian diakhir tahun anggaran

– Dan lain-lain.

2.2 Informed Choice dan Informed Concent dalam Asuhan Kespro dan KB

2.2.1 Informed Choice dalam Asuhan Kespro dan KB

Informed choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif
asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus dibedakan dari persetujuan (concent).
Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang
memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan
(choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien)sebagai konsumen penerima jasa
asuhan kebidanan.

Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya
membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita
untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak
wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab
untuk hasil dari pilihannya.

Rekomendasi

1) Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek
agar dapat membuat keputusan klinis dan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang
aman dan dapat memuaskan kliennya

2) Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh wanita dengan menggunakan media laternatif dan penerjemah, kalau perlu
dalam bentuk tatap muka secara langsung

3) Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri
dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil
sendiri

9
4) Dengan berfokus pada asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin

5) Tidak perlu takut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk saling
memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita dari sistem
asuhan dan suatu tekanan positif.

Bentuk pilihan (choice) yang ada dalam asuhan kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien antara lain :

1) Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan laboratorium/screaning antenatal

2) Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas perawatan di RS

3) Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan

4) Pendampingan waktu bersalin

5) Clisma dan cukur daerah pubis

6) Metode monitor denyut jantung janin

7) Percepatan persalinan

8) Diet selama proses persalinan

9) Mobilisasi selama proses persalinan

10) Pemakaian obat pengurang rasa sakit

11) Pemecahan ketuban secara rutin

12) Posisi ketika bersalin

13) Episiotomi

14) Penolong persalinan

15) Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali pusat

16) Cara memberikan minuman bayi

17) Metode pengontrolan kesuburan

10
2.2.2 Informed Concent dalam Asuhan Kespro dan KB

Informed concent bukan hal yang baru dalam bidang pelayanan kesehatan. Informed concent
telah diakui sebagai langkah yang paling penting untuk mencegah terjadinya konflik dalam
masalah etik.

Informed concent berasal dari dua kata, yaitu informed (telah mendapat
penjelasan/keterangan/informasi) dan concent (memberikan persetujuan/mengizinkan. Informed
concent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapatkan informasi.

Menurut Veronika Komalawati pengertian informed concent adalah suatu


kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya
setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan
untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi

Dalam PERMENES no 585 tahun 1989 (pasal 1)

Informed concent diatfsirkan sebagai persetujuan tindakan medis adalah persetujuan yang
diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang
dilakukan terhadap pasien tersebut.

Langkah-langkah pencegahan masalah etik

Dalam pencegahan konflik etik dikenal ada 4, yang urutannya adalah sebagai berikut :

1) Informed concent

2) Negosiasi

3) Persuasi

4) Komite etik

Informed concent merupakan butir yang paling penting, kalau informed concent gagal, maka
butir selanjutnya perlu dipergunakan secara berurutan sesuasi dengan kebutuhan.

Informed concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien/walinya yang berhak terhadap
bidan untuk melakukan suatu tindakan kebidanan terhadap pasien sesudah memperoleh
informasi lengkap dan yang dipahaminya mengenai tindakan itu.

11
Dalam proses informed concent :

1) Dimensi yang menyangkut hukum

dalam hal ini informed concent merupakan perlindungan bagi pasien terhadap bidan yang
berprilaku memaksakan kehendak, dimana proses informed concent sudah memuat :

1. Keterbukaan informasi dari bidan kepada pasien


2. Informasi tersebut harus dimengerti pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan kesempatan yang baik

2) Dimensi yang meyangkut etik

Dari proses informed concent terkandung nilai etik sebagai berikut :

1. Menghargai kemandirian/otonomi pasien


2. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila dibutuhkan/diminta sesuai
dengan informasi yang telah dibutuhkan
3. Bidan menggali keinginan pasien baik yang dirasakan secara subjektif maupun sebagai
hasil pemikiran yang rasional

Contoh format informed concent :

PERSETUJUAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …....……………………… Umur : …………… th
Alamat : ………………….....……………………………...
Adalah bertindak sebagai diri saya/Orang tua/Suami/Keluarga dari penderita :
Nama : …………………………… Umur : …………… th
Alamat : ..............…………………………………………...
Setelah mendapat penjelasan dan pengertian tentang tindakan medis yang akan dilakukan
berkaitan dengan KELUARGA BERENCANA dan segala resiko yang bisa terjadi, maka kami
menyerahkan sepenuhnya dengan ikhlas untuk dilakukan persalinan dengan tindakan :
Suntik KB, Pemasangan /Pelepasan IUD, Pemasangan /Pelepasan
Implant/...................
Pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran atas resiko tindakan medis yang akan
diberikan. Bila dikemudian hari terjadi resiko yang berhubungan dengan tindakan tersebut maka
kami tidak akan menuntut sesuai hukum yang berlaku.
Demikian pernyataan ini kami buat, agar dapat dipergunakan seperlunya.

12
Bandar Lampung,…………………….2017
Pukul :………………….WIB

Yang memberi penjelasan,


Bidan, Penderita,

Bidan , S.SiT …………………….


NIP.19711119 199003 x xxx

Keluarga/Saksi

…………………….

2.3 Kewenangan Bidan dalam Asuhan Kesehatan Reproduksi dan KB Sesuai Permenkes
1464/2010

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010


tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal:

1. a. Pelayanan kesehatan ibu


2. b. Pelayanan kesehatan anak
3. c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah.

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter.

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini
meliputi:

 Pelayanan kesehatan ibu


o Ruang lingkup:

13
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil

2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

3) Pelayanan persalinan normal

4) Pelayanan ibu nifas normal

5) Pelayanan ibu menyusui

6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

o Kewenangan:

1) Episiotomi

2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif

7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

8) Penyuluhan dan konseling

9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

10) Pemberian surat keterangan kematian

11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

 Pelayanan kesehatan anak

o Ruang lingkup:

1) Pelayanan bayi baru lahir

2) Pelayanan bayi

3) Pelayanan anak balita

4) Pelayanan anak pra sekolah

14
o Kewenangan:

1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal
(0-28 hari), dan perawatan tali pusat

2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah

5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

6) Pemberian konseling dan penyuluhan

7) Pemberian surat keterangan kelahiran

8) Pemberian surat keterangan kematian

 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan


kewenangan:

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan


keluarga berencana

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan
program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan
yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
(dilakukan di bawah supervisi dokter)
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak
usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya

15
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
melalui informasi dan edukasi
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan
bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan
yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.

Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga
diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut
berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Informed choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang


alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus dibedakan dari persetujuan
(concent). Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek
hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan
pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien)sebagai konsumen penerima
jasa asuhan kebidanan.

Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya
membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita
untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak
wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung
jawab untuk hasil dari pilihannya.

Informed concent berasal dari dua kata, yaitu informed (telah mendapat
penjelasan/keterangan/informasi) dan concent (memberikan persetujuan/mengizinkan.
Informed concent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapatkan informasi.

Informed concent bukan hal yang baru dalam bidang pelayanan kesehatan. Informed
concent telah diakui sebagai langkah yang paling penting untuk mencegah terjadinya konflik
dalam masalah etik.

Kewenangan Bidan dalam Asuhan Kesehatan Reproduksi dan KB Sesuai Permenkes


1464/2010
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010

Pasal 11 ayat 2 (f) tentang pemberian konseling dan penyuluhan


Pasal 12 tentang bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c berwenang untuk.
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan KB
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

17
3.2 Saran

Sebagai mahasiswa di bidang kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan penting


bahwasaan nya kita memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan evidance based tentang
informe choice dan informe cotcent dalam kesehatan reproduksi dan KB. Tujuannya adalah agar
ketika kita telah bekerja sebagai seorang Bidan kita dapat dengan cermat dan bijaksana dalam
melakukan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal melakukan rujukan.

18

Anda mungkin juga menyukai