Anda di halaman 1dari 6

BAB II.

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Pada Budidaya Ternak Itik


1. Pemeliharaan bersifat tradisional
Karena dipelihara dengan cara tradisional, maka membutuhkan lahan
yang luas sebagai tempat umbaran dan membutuhkan tenaga sebagai
penggembalaannya. Kesehatan ternak juga sulit di kontrol.
 Solusi :
Pemeliharaan bisa ditingkatkan lagi dengan cara yang modern atau semi
modern.
2. Sulit mendapat bibit unggul
Terkadang sulit untuk berproduksi secara unggul dan untuk mendapatkan
bibik unggul biasanya didapat langsung dari peternak.
 Solusi :
Disilangkan antara itik yang kurang unggul dengan itik yang mampu
berproduksi unggul
3. Pengetahuan yang minim
Pengetahuan dasar para peternak yang minim dapat mempengaruhi
karena dapat kebingungan saat terjadi suatu masalah.
 Solusi :
Adanya pelatihan atau pendidikan untuk menambah wawasan dasar bagi
peternak.
4. Biaya pakan yang mahal
Mahalnya pakan biasanya menyebabkan para peternak enggan
mengeluarkan kocek yang besar, padahal hasilnya belum tentu balik
modal.
 Solusi :
Dapat mengakali untuk pakan agar tidak mengeluarkan uang yang besar.
5. Faktor lama penyimpanan telur merupakan masalah yang berkaitan erat
dengan aspek distribusi mulai dari tingkat peternak sampai telur
dikonsumsi konsumen. Telur di tingkat distributor umumnya tersimpan
selama 3-5 hari pada suhu ruang, sehingga tidak sedikit ditemukan telur
yang telah mengalami perubahan kondisi isi telur berupa menurunnya
kekentalan kuning dan putih telur, meningkatkan pH dan membesarnya
rongga udara pada telur. (Sudaryani, 2003).
 Solusi :
Ada perawatan tentang pemeliharaan telur lebih lanjut, sehingga telur
dapat disimpan sedikit lebih lama namun tidak menurunkan kualitasnya.
6. Kelumpuhan itik
Dapat disebabkan karena faktor mekanis, kekurangan mineral,
kekurangan vitamin, keracunan, mycosis dan mata biru.
 Solusi :
Ada pengecekan secara berkala dan rutin pada itik, juga bila sudah
terkena sebaiknya diobati dengan segera.
7. Tata cara pemeliharaan yang masih menganut sistim tradisional
(ekstensif) dan semi intensif, yang belum ada kesepakatan standar yang
baku. Sebab tiap masing masing daerah peternakan itik ini mempunyai
cara masing-masing untuk memelihara ternaknya. Contoh kasus : dari
setiap sentra peternakan itik tidak dapat ditemui kesamaan tentang pola
pemeliharaan, sistim perkandangan, pakan ,dll.
Kiat untuk melaksanakan pemeliharaan dengan baik dan benar yang perlu
diperhatikan adalah :
• Pemilihan tempat dan kondisi lingkungan berdasarkan pada jenis bibit
yang akan di ternakkan, sistim perkandangan , kualitas dan kuantitas pakan
serta ketersedian air yang cukup.
• Perencanaan usaha ternak itik meliputi ukuran unit usaha, segmen usaha
itik yang dipilih (petelur, pembibitan, pedaging, dll)
• Perencanaan pembuatan kandang berdasarkan pada tata letak kandang,
ukuran kandang, kepadatan kandang, dan bahan pembuatan kandang.
• Perencanaan metode beternak itik berdasarkan pada pertimbangan biologis
dan ekonomis, cara pengelolaan, dan rencana tahunan.
8. Pakan.
Jika pemberiannya tidak dilakukan secara tepat dan benar justru akan
menimbulkan masalah baru, sebab masing-masing di setiap daerah
peternakan jenis dan pola pakannya berbeda-beda.
 Solusi :
Kiat untuk mengatasinya adalah minimal peternak harus dapat mengetahui
kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk ternak itiknya, dan juga
mengetahui kandungan nutrisi bahan yang akan digunakan untuk pakan itik
pada masa awal pertumbuhan (starter), pertumbuhan (grower), petelur
(layer) atau untuk itik pedaging.
9. Penyakit mata putih dan tortikolis
Penyebab wabah AI saat itu adalah virus AI H5N1 clade 2.1.3. pada itik,
gejala klinis yang muncul mirip dengan penyakit ND seperti tortikolis,
lumpuh, dan kejang/gemetar. Gejala lainnya terkadang ditemukan kornea
mata putih atau keabu-abuan dan diare hijau keputihan. Beberapa gejala
seperti itu dituturkan beberapa peternak muncul di malam hari, kemudian
esok harinya tiba-tiba itik mati mendadak dalam jumlah banyak.
 Solusi :
Vaksinasi yang tepat, berikan pakan berkualitas dan suplementasi dan
biosekuriti yang baik dan benar.
III. KESIMPULAN

1. Permasalahan yang terjadi pada budidaya ternak itik antara lain : Pemeliharaan
bersifat tradisional, Sulit mendapat bibit unggul, Pengetahuan yang minim,
Biaya pakan yang mahal, Faktor lama penyimpanan telur, Kelumpuhan itik,
Pakan, dan Penyakit.
2. Cara mengatasi permasalahan tersebut/solusinya antara lain : Pemeliharaan bisa
ditingkatkan lagi dengan cara yang modern atau semi modern, Disilangkan
antara itik yang kurang unggul dengan itik yang mampu berproduksi unggul,
Adanya pelatihan atau pendidikan untuk menambah wawasan dasar bagi
peternak, Dapat mengakali untuk pakan agar tidak mengeluarkan uang yang
besar.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta,


Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Statistik peternakan dan kese-hatan hewan.
Direktorat Jendral Bina Produksi Peter-nakan, CV. Karya Cemerlang,
Departemen Pertanian RI. Jakar-ta.
Dewanti, R., Yuhan, dan Sudiyono. 2009. Pengaruh bobot dan frekuensi
pemutaran telur ter-hadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas itik lokal.
Buletin Pe-ternakan. 38 (1): 16-20.
Hardini, S. Y. P. K. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur
Konsumsi dan Telur Biologis terhadap Kualitas Internal Telur Ayam
Kampung. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Priyadi, W. 2002. Pengaruh Jenis Telur dan Lama Penyimpanan terhadap
Kualitas Internal Telur yang diawetkan dengan Parafin Cair.
Skripsi.Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rogers, E. M., 2003. Diffusion of Innovations. Fifth Edition. Free Press. New
York.
Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soeripto dan Poeloengan, M. 1991. Iso-lasi bakteri dari embrio ayam broiler yang
tidak menetas dan sensitivitasnya terhadap bebera-pa antibiotik. Balai
Penelitian Veteriner. Bogor.
Soedja’I, H.R.A. 1974. Beternak Itik. Seri Indonesia Membangun. Cetakan 3 pp.
28 – 36.
Umstot, D. D. 1988. Understanding Organizational Bahavior. West Publishing
Company. New York.
Valera, J. B, V.A. Martines and R. F. Plopino, 1987. An Introduction to Extension
Delivery Systems. Island Publishing House, Inc. Manila.
Wibawa, H., Prijono, W. B., Dharmayanti, N. L. P. I., Irianingsih, S. H., Miswati,
Y., Rohmah, A., & Safitria, K.(2012). Investigasi wabah penyakit pada itik
di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur: Identifikasi sebuah clade baru
virus avian influenza subtipe H5N1 di Indonesia. Buletin Laboratorium
Veteriner. Balai Besar Veteriner Wates Jogjakarta, 12, 2-8.
Yunianta. A.K. 1990. Peminaan usaha bersama ternak itik sistim kering di desa
Tosadu. Wedi Klaten. Proceeding temu tugas pengembangan ternak itik di
Jawa Tengah. Sub BPT Klepu-BIP Ungaran No. 5 : 48-52.
Zamzamy, S. P., Sudjarwo, E., Hami-yanti, A. A. 2015. Pengaruh penggunaan
ekstrak daun be-luntas (Pluchea indica less.) pada pencelupan telur tetas itik
Mojosari terhadap daya tetas dan mortalitas embrio. Fakultas Peternakan.
Universitas Brawijaya, Malang.

https://info.medion.co.id/index.php/artikel-lainnya/artikel-lainnya-itik/artikel-
penyakit/1760-pengendalian-penyakit-ai-pada-itik
http://itikmojosari.blogspot.com/2010/10/permasalahan-para-peternak-itik.html
https://www.pertanianku.com/ketahui-kendala-yang-bisa-terjadi-dalam-beternak-
bebek/
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/48716-potensi-pasar-
itik-lokal

https://kudahitamperkasa.co.id/post/80-peternak-itik-petelur-pemula-gagal-
usaha.html

Anda mungkin juga menyukai