Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI UNDERBALANCED DI LAPANGAN

Sampai pada bulan Februari 1999 pada lapangan Oseil sudah ada

sekitar 3 buah sumur bor. Pada saat penulis melakukan penelitian ini, telah

sekitar 2 sumur yang dilakukan dengan menggunakan teknologi UBD, yaitu

sumur B dan C. Sumur bor yang menjadi objek penulisan adalah sumur X

(sumur ke-4). Semua sumur UBD merupakan sumur pengembangan yang

dilakukan untuk penambahan titik serap sumur dengan penambahan trayek

horizontal dari sumur yang sudah ada dengan target lapisan prospek adalah

Formasi Manusela.

4.1. Alasan Penerapan Pemboran Underbalanced Pada Sumur X

Pemboran yang dilakukan di lapangan Oseil kebanyakan adalah

merupakan pemboran penambahan titik serap yang berada pada zona

produktif Formasi Manusela yang merupakan jenis Formasi rekah alami.

Formasi Manusela mempunyai gradien tekanan di bawah gradien tekanan

normal (depleted/subnormal pressure zone). Berdasarkan sumur referensi A,

B dan C perkiraan tekanan formasi pada kedalaman 6766,4 ft kedalaman

tegak adalah sebesar 2450,113 psi (6,963 ppg). Hal ini berarti dengan

pemakaian lumpur air (8,3 ppg) saja pada kedalaman tersebut akan

menyebabkan tekanan hidrostatis lumpur akan lebih besar dari tekanan

formasi, yang selanjutnya akan menyebabkan kehilangan sirkulasi. Dari

pengalaman lapangan pada waktu membor sumur A, pada kedalaman


tersebut (zona produktif) jika dibor dengan menggunakan metode pemboran

konvensional telah mengalami masalah hilang lumpur yang amat serius,

yaitu sekitar 30000-50000 bbl dan juga terjepitnya pipa sebanyak 31 kali

dengan kumulatif waktu pemboran hingga mencapai total depth adalah

selama 8 bulan. Berdasarkan hasil Drill Stem Test yang dilakukan pada

sumur A diperoleh hasil test yang tidak normal (anomalous test results)

dimana jumlah air yang ikut terproduksi ke permukaan pada seksi reservoir

lebih besar daripada yang diindikasikan oleh hasil electric logs dan cores.

Dari studi yang dilakukan diindikasikan bahwa telah terjadi formation

damage pada zona tersebut akibat dari operasi pemboran yang dilakukan

pada sumur A tersebut Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya

masalah hilang sirkulasi dan kerusakan formasi (formation damage) ketika

menembus Formasi Manusela pada sumur X, maka dilakukan pemboran

underbalanced yang akan memberikan tekanan hidrostatis tidak lebih dari

tekanan formasi.

4.2. Pengamatan di Lapangan.

Pemboran side track underbalanced dilakukan setelah memasuki Top

Manusela (6369,56 ft TVD). Pemasangan casing 7” dilakukan sampai pada

kedalamaan 6946 ft MD/6389 ft TVD. Setelah itu dengan menggunakan bit

6” dilakukan pemboran underbalanced (openhole) sampai pada kedalaman

6766,4 ft TVD / 8723 ft MD. Berdasarkan korelasi log dengan sumur A dan

sumur B, formasi Manusela (zona interest/produktif) berada pada


kedalaman 6781 - 8809 ft TVD. Pada zona tersebut diperkirakan terdapat

minyak.

4.2.1. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan di lapangan pada dasarnya hampir sama

pada pemboran overbalanced kecuali pada unit injeksi gas, penambahan

RSBOP (Rotary Spherical Blow Out Preventer) yang merupakan bagian dari

PCWD (Pressure Control While Drilling) dari Shaffers dan jenis injeksi gas

yang dilakukan awalnya adalah Concentric Casing String, setelah terjadi

problem sloughing shale pada trayek 6” (openhole), kemudian dilakukan

sidetrack drilling pada kedalaman 2658 ft MD / 2617,67 ft TVD dan metode

penginjeksian gas diganti dengan standpipe injection.

Untuk pemutar drillstring tidak digunakan rotary table, melainkan top

drive. Dengan menggunakan top drive dapat dilakukan operasi keluar-masuk

rangkaian sepanjang 3 joint (1 stand). Dengan demikian top drive berfungsi

sebagai alat pengganti traveller hook, alat angkat, alat putar dan sebagai tempat

awal sirkulasi menuju drillstring karena swivel terletak pada top drive ini.

Jika pada wellhead di pemboran overbalanced hanya dipasang BOP

untuk mengantisipasi terjadinya blowout, maka pada pemboran

underbalanced ini dipasang RSBOP yang diletakkan di atas BOP. RSBOP

ini sanggup menahan tekanan balik sampai sebesar 2000 psi ketika

beroperasi.
Unit injeksi gas terdiri dari dua unit kompressor yang akan memasok

udara bertekanan 200 psi ke NPU (Nitorgen Processing Unit). Selanjutnya

di NPU ini dihasilkan gas Nitrogen dengan proses pemurnian (purifier)

hingga didapat Nitrogen berkadar 97 % sesuai yang diinginkan agar

terhindar dari resiko korosif pada peralatan yang dipergunakan.

Selanjutnya Nitrogen yang dihasilkan oleh NPU dialirkan ke booster

(low booster) yang akan menaikkan tekanan sampai sebesar yang diinginkan

(maksimum 1500 psi).

Sebelum menuju ke swivel, gas bercampur dengan lumpur dasar (air

tawar) setelah itu akan masuk bersama-sama ke drillstring. Lumpur akan

bersirkulasi terus sampai ke permukaan kembali menuju ke manifold dan

langsung ke separator. Untuk mencegah aliran balik fluida ke drillstring,

maka digunakan float valve.

Separator yang digunakan adalah separator empat fasa untuk

memisahkan gas, air, minyak dan serbuk bor. Sebelum sampai ke separator

terdapat dua outline yaitu outline untuk mengambil contoh fluida yang

akan masuk ke separator dan outline untuk mengambil contoh serbuk bor.

Separator terdiri dari empat kompartemen yang dapat bekerja sampai pada

tekanan sampai 200 psi. Pada dinding kompartemen pertama, serbuk bor

yang berukuran besar akan tertahan, gas akan langsung keluar ke outline gas

untuk di flare (dibuang/dibakar). Jika pada ruang kompartemen pertama

penuh, maka fluida bersama serbuk bor berukuran kecil akan masuk ke

ruang kompartemen kedua. Di ruang kompartemen kedua ini serbuk bor


yang berukuran kecil akan tertahan dan langsung dibuang. Gas yang masih

terikut akan menuju outline gas untuk di flare. Pada saat pengamatan di

lapangan belum ditemukan adanya aliran minyak dari formasi, melainkan

hanya aliran air formasi. Hal ini dapat terjadi mungkin karena pemboran

menembus zona air, diindikasikan dengan pH lumpur yang turun hingga 8

(air formasi) dan pertambahan volume air di tanki lumpur. Lumpur yang

masuk selanjutnya dimasukkan kembali ke pit tank untuk direkondisikan

untuk disirkulasikan kembali. Sedangkan air formasi yang terikut di alirkan

ke pit reserve yang rencananya akan sebagai tempat oil storage. Air asin ini

dialirkan ke block station.

4.2.2. Fluida Dasar Yang Digunakan

Fluida dasar yang digunakan adalah air tawar dengan berat 8,3 ppg

dan viskositas funnel sebesar 28 MF detik. Ke dalam air ini ditambahkan

beberapa zat kimia seperti caustic soda untuk menjaga pH lumpur 11 dan

penambahan corrosion inhibator untuk mencegah agar korosi yang terjadi

pada peralatan di dalam lubang bor tidak terlalu parah.

4.2.3. Hasil Pelaksanaan

Pada saat pelaksanaan pemboran underbalanced sidetrack ini, laju

pemboran rata-rata (ROP) sebesar 15,17 fph atau 12,977 min/m. Pada saat

membor dari kedalaman 7171-7364 ft MD terdapat gas produksi hingga

16,5 mmscfd dan minyak sebesar 1704 bopd selama 20 jam. Kemudian
hingga operasi pemboran mencapai total depth pada kedalaman 8723 ft

MD / 6766,4 ft TVD, rata-rata production while drilling adalah 4000-5000

bpd liquid (water cut = 1%) dan produksi gas adalah 15 – 25 mmscfd.

4.3. Penerapan Teori Terhadap Data di Lapangan

4.3.1. Pemboran Side Track Sumur “X” Lapangan Oseil

Data – data :

Kedalaman : 8723 ft MD ; 6766,4 ft TVD

Tekanan permukaan : 14,7 psia

Gradien Tekanan Formasi : 0,3621 psi/ft

Temperatur permukaan : 80 F

Gradient temperatur : 0,033 F/ft

Lumpur dasar yang dipakai : air tawar (8,3 ppg ; 28 MF-detik ; 1 cp)

Laju alir lumpur dasar : 200 gpm = 26,74 cfm

Gas yang dipakai : Nitrogen (0,017 cp)

N 2 gravity : 0,97

ROP : 12,977 min/m = 15,17 fph

RPM : 140 rpm

Flow Through Motor : min. = 100 gpm

maks. = 300 gpm


A. Densitas fluida aerasi ( A) yang diinginkan :

 Tekanan formasi pada kedalaman 6766,4 ft TVD :

= 6766,4 x 0,3621

= 2450,113 psi

 Tekanan underbalanced pada kedalaman 6766,4 ft TVD, (pers. 1.1):

= 2450,113 psi – 500 psi

= 1950,113 psi  5,542 ppg

 ( A) = 5,542 ppg

B. Volume N 2 yang diinjeksikan dari permukaan (Metode Gas Law) :

 T 1 = 540 R

 T 2 = {(6766,4/2) x 0,033} + 540 R

= 651,645 R

 P 1 = 14,7 psia

 P 2 = {(6766,4 x 0,3621 ) + 14,7 } / 2

= 1232,4 psi

 Volume 1 scf N 2 pada kondisi kedalaman 6766,4 ft TVD (pers. 3.5) :

 651,645 x 14,7 
V gp  1 x 
 540 x 1232,4 

 

= 0,0144 cuft

 Jika gravity N2 (S) = 0,97, maka densitas N2 (gs) pada kondisi permukaan

adalah sebesar (pers. 3.6):

 gs = (2,703 x 0,97 x 14,7) / 540

= 0,0714 lbm/ft 3  0,00954 ppg


 Maka density N 2 pada kondisi kedalaman 6766,4 ft TVD (pers. 3.7):

 651,645 x 14,7 
 gp  0,0714 x  
 540 x 1232,4 

= 0,00103 lbm/ft3  0,000137 ppg

 Laju volumetrik N 2 pada kedalaman 6766,4 ft TVD (pers. 3.9) :

Q gp 
 8,3 x 200   5,542 x 200
 5,542  0,000137

= 99,5 gpm  13,3 cfm

 Total laju alir (N 2 + fluida dasar)

Q tot = 13,3 + 26,74

= 40,04 cfm

 Dengan demikian laju volumetrik N 2 yang diinjeksikan di permukaan

adalah sebesar (pers. 3.11) :

 540 x 1232,4 
Q gs  13,3 x 
 651,645 x 14,7 

 

= 924,2 scfm

 Tabulasi input data, proses dan output data untuk perhitungan teoritis pada

kedalaman 6766,4 ft TVD / 8723 ft MD dapat dilihat pada Lampiran C.1.

 Tabulasi perhitungan selengkapnya untuk laju volumetric N2 yang

diinjeksikan dapat dilihat pada Lampiran C.2.

 Grafik hubungan Kedalaman Terhadap Laju Volumetrik Nitrogen dapat

dilihat pada Lampiran C.3.

 Tabulasi perhitungan selengkapnya untuk densitas fluida aerasi dapat

dilihat pada Lampiran C.2.


 Grafik hubungan Kedalaman terhadap Densitas Fluida Aerasi dapat dilihat

pada Lampiran C.4.

C. Fraksi cairan (fluida dasar) dalam fluida aerasi

 Fraksi fluida dasar di permukaan (F lo ) :

= {26,74 / ( 26,74 + 924,2 )} x 100 %

= 2,8 %

 Fraksi gas di permukaan (F go ) :

= {924,2 / ( 924,2 + 26,74 )} x 100 %

= 97,2 %

 Fraksi fluida dasar pada kedalaman 6766,4 ft TVD / 8723 ft MD

(F lp ), (pers. 3.13) :

0,028
Flp 
  2450,113  x 100 %
0,028  (1  0,028) /  
  14,7 

= 82,82 %

 Fraksi gas pada kondisi kedalaman 6766,4 ft TVD / 8723 ft MD

(F gp ), (pers. 3.15) :

0,972
Fgp 
  2450,113 
0,972  (1  0,972) x   x 100 %
  14,7 
 17,18%

 Tabulasi perhitungan selengkapnya untuk Fraksi Nitrogen dan Fraksi

Fluida Dasar dapat dilihat pada Lampiran C.2.

 Grafik hubungan Kedalaman terhadap Fraksi Nitrogen dan Fraksi Fluida

Dasar dapat dilihat pada Lampiran C.5.


D. Viskositas fluida aerasi pada kedalaman 6766.4 ft :

 Viskositas fluida aerasi pada kedalaman 6766,4 ft sebesar, persamaan

3.17 :

= ( 0,1718 x 0,0002447) + ( 1 – 0,1718 ) x 1

= 0,83 cp

 Tabulasi perhitungan selengkapnya untuk Viskositas Fluida Aerasi dapat

dilihat pada Lampiran C.2.

 Grafik Hubungan Kedalaman Terhadap Viskositas Fluida Aerasi dapat

dilihat pada Lampiran C.6.

E. Kecepatan dan pola aliran fluida aerasi ( 8723 ft MD) :

 Data lubang bor, tubular dan serbuk bor :

Tabel 4-1 : Data Lubang Bor, Tubular dan Serbuk Bor

DATA LUBANG BOR


CASING ID, inch Panjang, ft
SURFACE 9,625 3227
INTERMEDIATE 7 3706
OPEN HOLE 6 1790
TUBULAR ID, inch OD, inch Panjang, ft
DP 5” 3 5 3227
DP 3,5” 2,687 3,5 5496

DATA SERBUK BOR Diameter, inch Density, ppg


Manusela (Limestone) 0,02 22

 Kecepatan fluida aerasi di annulus OH 6” – DP 3,5” (8723 ft MD),

(pers. 3.19) :

40,04

0,785   6  3,5 2   0,00694
2

= 309,45 fpm
 Bilangan Reynold (N Re) untuk kecepatan fluida aerasi sebesar 309,46

fpm (pers. 3.21) :

15,47   6  3,5  5,542  309,45



0,83

= 80000

N Re > 4000 maka pola aliran fluida aerasi di OH 6” – DP 3,5” pada

kedalaman 6766,4 ft TVD adalah turbulen.

 Tabulasi nilai Bilangan Reynold (N Re) untuk kecepatan fluida aerasi

tiap-tiap kedalaman selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

 Grafik Hubungan Kedalaman Terhadap Kecepatan Fluida Aerasi di

Annulus dan Kecepatan Minimal Fluida Aerasi Yang Dibutuhkan

Untuk Pengangkatan Serbuk Bor Yang Baik dapat dilihat pada

Lampiran C.7.

F. Pengangkatan serbuk bor :

 Kecepatan terminal serbuk bor (v t ), (pers. 3.26) :

 22  5,542 
v t  92,6 0,02 
 5,542 
 3,2 fpm

 Bilangan Reynold serbuk bor (N Rec ), (pers. 3.27) :

15,47  5,542  22,57  0,02



0,83

= 6,61

1 < (N Rec ) < 2000, maka pola alirannya adalah transisi.

 Konsentrasi serbuk bor di annulus (Cc), (pers. 3.32) :

= ( 0,01778 x 15,17 ) + 0,505


= 0,775 %

 Kecepatan pengangkatan serbuk bor (pers.3.31):

15,17
 2
 3,5 
36  1    0,775
 6 

= 49,45 fpm

 Koreksi kecepatan terminal serbuk bor terhadap inklinasi (   45),

(pers. 3.31) :

1
 600  140   3  5,542
4500
= 1,873 fpm

 Kecepatan minimal fluida aerasi (v min ) yang dibutuhkan untuk

mengangkat serbuk bor ke permukaan :

= 49,45 + ( 3,2 x 1,873 )

= 55,45 fpm

 v ann > v min

309,45 fpm > 55,45 fpm

 Kecepatan fluida aerasi di annulus pada kedalaman 6766,4 ft TVD

lebih dari kecepatan minimal yang dibutuhkan untuk pengangkatan

serbuk bor, maka pengangkatan serbuk di OH 6” – DP 3,5” bor

sudah baik.

 Kapasitas pengangkatan cutting (Cutting Lifting Capacity / LC) pada

kedalaman 8723 ft MD (pers. 3.35) :

309,45  55,45
  100%
309,45
= 82,08 %

 Selisih antara injeksi gas Nitrogen yang diperlukan di permukaan

antara perhitungan secara teoritis dan kenyataan aplikasi di lapangan

pada kedalaman 6766,4 ft TVD / 8723 ft MD (  UB = 500 psi dan laju

injeksi air = 200 gpm) :

% selisih 
 laju injeksi Nitrogen aktual - laju injeksi Nitrogen teoritis  100%
laju injeksi Nitrogen aktual

% selisih 
1000  924,2 scfm  100%
1000scfm
 7,58%

 Untuk Kapasitas Pengangkatan cutting (LC) pada kedalaman 8723 ft

MD sudah baik untuk tiap-tiap selubung 9-5/8” dan DP 5”; selubung

7” dan DP 3,5”; dan openhole 6” dan DP 3,5”, karena nilai LC > 0.

Artinya tidak ada cutting yang tertinggal di dalam annulus ataupun

dasar lubang bor (cutting terangkat seluruhnya). Tabulasi

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

 Grafik hubungan Cutting Lifting Capacity Terhadap Kedalaman

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8.

 Kondisi tekanan di annulus antara Tekanan Hidrostatis dan Tekanan

Formasi tiap kedalaman secara grafis pada saat underbalanced

drilling dijelaskan pada Lampiran C.9. Dapat dikatakan bahwa

kondisi underbalanced yang diharapkan sudah tercapai, karena dari

grafik terlihat bahwa besarnya tekanan hidrostatis yang dihasilkan

selalu berada di bawah tekanan formasinya.


 Grafik Hubungan Minimum Mud Velocity Terhadap Kedalaman dapat

dilihat pada Lampiran C.10.

 Grafik Hubungan Kedalaman Terhadap BHCP dapat dilihat pada

Lampiran C.11.

 Grafik Hubungan Kedalaman Terhadap Temperatur dapat dilihat pada

Lampiran C.12.

 Perhitungan secara teoritis untuk bagian annulus lainnya pada setiap

kedalaman selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

4.4. Desain Fluida Pemboran Aerasi

Aspek terpenting dari desain program sirkulasi pemboran aerasi

adalah untuk menentukan pengoperasionalan di lapangan. Yaitu dengan

melakukan pemilihan kombinasi laju alir fluida dasar (Q m ) dan laju injeksi

gas (Q gs ) untuk mencegah kegagalan operasional pemboran aerasi. Jika

kombinasi yang dipilih memberikan tekanan dasar sumur yang tinggi,

tingkat keberhasilan underbalanced akan berkurang. Adapun hasil desain

dari program sirkulasi yang akan diterapkan di lapangan adalah yang

memenuhi kriteria berikut ini secara terintegrasi :

1. Memberikan kondisi underbalanced yang stabil, yaitu laju alir fluida

dasar dan laju volumetrik N 2 yang dapat memberikan tekanan lubang bor

di bawah tekanan formasi dan di atas tekanan lubang bor runtuh

(wellbore collapse pressure).


2. Memberikan kecepatan fluida aerasi di annulus yang cukup untuk

membersihkan lubang bor, dimana kecepatan fluida aerasi di annulus

yang dibutuhkan harus lebih dari kecepatan minimal yang dibutuhkan

serbuk bor untuk terangkat.

3. Memberikan volume yang cukup untuk menjalankan ( performance) mud

motor, dimana mud motor mempunyai batas minimal dan maksimal

untuk di lalui fluida pemboran. Bila berada di bawah batas minimalnya

maka mud motor tidak akan jalan, sedangkan bila berada di atas batas

maksimalnya maka motor akan stall.

Hasil dari desain ini diharapkan operasional pemboran aerasi akan

berjalan tanpa menimbulkan masalah.

 Berdasarkan data formasi dan data fluida dasar dan gas injeksi yang

dipakai dilakukan perhitungan kombinasi laju alir fluida dasar dan laju

injeksi Nitrogen di permukaan untuk berbagai harga (Lampiran C.13).

 Dengan data lubang sumur dan data drillstring yang digunakan dihitung

kecepatan fluida aerasi di annulus (v ann ).

 Dengan data serbuk bor dan laju penembusan (ROP) dihitung

konsentrasi serbuk bor (Cc) dan kecepatan minimal fluida untuk

pengangkatan serbuk bor (v min ).

 Dari mud motor yang digunakan di lapangan dilakukan perhitungan

tekanan dasar sumur untuk berbagai harga Q m dan Q gs (Lampiran C.13).

 Hasil perhitungan kombinasi laju alir fluida dasar dan hasil perhitungan

kecepatan minimal fluida untuk pengangkatan serbuk bor serta hasil


perhitungan untuk mud motor yang dipakai diplot dalam grafik yang

sama (Lampiran C.14).

Secara teoritis untuk mencapai kondisi underbalanced ( UB = 500 psi

di bawah tekanan formasi) pada kedalaman 6766,4 ft TVD / 8723 ft MD

dengan laju injeksi air 200 gpm, maka gas yang diinjeksikan di permukaan

sebesar 924,2 scfm. Dari data aktual di lapangan diketahui bahwa gas yang

diinjeksikan awalnya adalah 1000 scfm dengan injeksi air sebesar 200 gpm.

Hal ini berarti memberikan kondisi underbalanced yang lebih luas sehingga

tidak terjadi lost circulation. Secara teoritis, penginjeksian gas sebesar 1000

scfm ini sudah melebihi batas maksimal drawdown 500 psi, sehingga bisa

berakibat terjadinya wellbore collapse. Untuk pengangkatan cutting sampai

ke permukaan tidak ditemui masalah yang berarti, hal ini dapat dilihat dari

hasil perhitungan pada Lampiran C.2. dan di lapangan pengangkatan

cutting pun optimal sehingga tidak terjadi masalah pipa terjepit. Sedangkan

fluida yang melalui mud motor masih berada dalam batas minimal dan

maksimal mud motor dapat bekerja dengan performance yang cukup baik

(100 gpm – 300 gpm).

4.5. Desain Ulang Fluida Pemboran Aerasi

Dengan menggunakan data-data yang sama dan cara perhitungan

yang sama, dilakukan desain ulang program sirkulasi untuk kedalaman

6766,4 ft TVD / 8723 ft MD. Untuk mendesain ulang fluida operasi

pemboran dari data pemboran yang telah dilakukan, harus memenuhi


kondisi underbalanced di dasar sumur, tidak mengalami permasalahan

dalam pengangkatan cutting dan memberikan performance yang baik pada

mud motor. Untuk memenuhi ketiga kriteria di atas dilakukan perhitungan

(seperti pada perhitungan di atas) berbagai harga laju injeksi air dan gas di

permukaan untuk mencapai kondisi underbalanced di dasar sumur,

performance pengangkatan cutting dan mud motor yang baik. Input data

yang dibutuhkan, hasil perhitungan berupa tabulasi dan grafik dapat dilihat

dalam Lampiran D – Lampiran F. Sedangkan Grafik Final untuk

penentuan Pressure Drawdown Underbalanced Drilling Operating Window

Pada Sumur “X” Lapangan Oseil dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Table 4-2 : Harga  UB dengan Laju Injeksi Gas dan Air di Permukaan

 UB Laju Injeksi Gas Laju Injeksi Air Q total @ Mud Motor


(Q gs ) (Q m )
Psi scfm gpm gpm
200 553,31 200 259,6
300 665,4 200 271,65
400 788,5 200 284,9
500 924,2 200 299,5

Anda mungkin juga menyukai