Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli


dari Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan
klorofil dari pigmen-pigmen lain pada ekstrak tanaman. Kromatografi
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang
berarti warna dan graphos yang berarti menulis. Meskipun kromatografi
diturunkan dari kata warna dan tulis, warna senyawa-senyawa tersebut jelas
hanya kebetulan saja terjadi dalam proses pemisahan ini.
Kromatografi merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk
bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel
diantara suatu fasa gerak yang bisa berupa gas maupun cairan dan fasa diam
yang juga bisa berupa cairan maupun padatan. Sedangkan menurut
Farmakope Indonesia IV, kromatografi adalah suatu tekhnik atau prosedur
pemisahan zat terlarut oleh suatu sistem yang terdiri dari 2 fase atau lebih
yang salah satu diantarnya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan didalamnya, zat – zat itu menunjukkan perbedaan yang
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam adsobsi, partisi, kelarutan, tekanan
uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Kromatografi menurut
IUPAC adalah suatu metode yang digunakan untuk pemisahan komponen
dalam sample dimana komponen tersebut terdistribusi dalam 2 fase yang
salah satunya diam dan yang lainnya bergerak.
Meskipun dasar kromatografi adalah proses pemisahan, namun banyak
diantara cara ini yang dapat digunakan untuk analisi kuatitatif. Jenis-jenis
kromatografi yang bermanfaat dalam analisi kualitatif dan analisis
kuantitatif adalah kromatografi kertas, kromatigrafi lapis tipis (KLT),
kromatografi kolom, kromatografi gas, dan kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT). Kromatografi kertas dan KLT pada umunya lebih bermanfaat
untuk tujuan indentifikasi, karena lebih mudah dan sederhana.
Kromatografi kolom memberikan pemilihan fase diam yang lebih luas
dan berguna untuk pemisahan campuran secara kuantitatif. Dalam indutri
metode inibanyak dipakaiuntuk menghilangkan zat-zat yang tidak
diinginkandalam hasil misalnya pada pemurnian minyak tanah atau minyak
goring dan pemurnian hidroksida yang dihasilkan dari proses elektrolisis.
Teknik pemisahan kromatografi dilakukan untuk mendapatkan
pemisahan campuran diantara dua fase. Fase tersebut adalah fase diam dan
fase gerak. Fase diam dapat berupa zat cair dan zat padat, sedangkan fase
gerak dapat berupa zat cair atau gas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, di bawah


ini dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah :
1. Apa pengertian kromatografi ?

2. Bagaimana klasifikasi jenis kromatografi ?

3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan kromatografi ?

4. Bagaimana manfaat kromatografi pada bidang farmasi ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah :

1. Untuk mengetahui arti kromatografi

2. Untuk mengetahui jenis – jenis kromatografi

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kromatografi

4. Untuk mengetahui manfaat kromatografi di bidang farmasi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kromatografi

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas


perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua
fase,yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam
dapat berupa zat yaitu zat cair atau zat padat, sedangkan fase bergerak dapat
berupa zat cair atau zat gas. (Kimia Fisika untuk Paramedis, Estien
Yazid,2005).
Selain pengertian kromatografi di atas, di lain sumber kromatografi di
definisikan sebagai suatu metode analitik untuk pemisahan dan pemurnian
senyawa organik dan anorganik. Metode ini berguna untuk fraksionasi
campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa-senyawa yang sejenis.
(Konsep Dasar Kimia Analitik,S.M.Khopkor, 2008).
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari
berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis, dalam
system yang terdiri dari fase dian dan fase bergerak. Semua pemisahan pada
kromatografi tergantung pada gerkan relative dari masing-masing komponen
di antara dua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan
(terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat daripada
komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan (mobilitas) antara
komponen yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam
adsorbsi, partisi, kelarutan atau penguapan dia antara kedua fase. Jika
perbedaan-perbadaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahn secara
sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase
bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga
semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda agar
dapat terjadi pemisahan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses
migrasi diferensial dinamis dalam system dimana komponen-komponen
dalam cuplikan ditahan secara selektif oleh fase diam.
Kromtografi dapat di golongkan dapat digolongkan berdasrkan fase
yang terlibat antar lain;

1. Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya
berupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.
2. Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya
berupa padatan yang dapat menyerap/mengadsorpsi.
3. Kromatografi cai-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana
fase diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.
4. Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan fase
diamnya berupa padat an yang amorf yang dapat menyerap.

Fase Gerak Fase Prinsip Teknik Kerja


Diam
Gas Padat Adsorpsi Kromotografi gas-padat
Kromatografi kolom,
Cair Padat Adsorpsi, KLT, kromatografi kertas
Partisi
Kromatografi kolom,
Cair Cair Partisi
KLT,
kromatografi kertas
Gas Cair Partisi Kromatografi gas-cair

Kromatografi juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya


kromatografi partisi (partition chromatography) dan kromatografi
serapan(adsorption chromatography). (Kimia Fisika Untuk Paramedis, Estien
Yazid, 2005)
2.2 Jenis – Jenis Kromatografi

Berdasarkan teknik kerja yang digunakan, kromatografi ada bermacam-


macam diantaranya adalah kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas,
kromatografi kolom dan kromatografi cair-vakum.
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Suatu teknik yang sederhana yang banyak digunakan, metode ini


menggunakan empeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap
atau lapisan tipis dan kering. Untuk menotolkan karutan cuplikan pada
kempeng kaca, pada dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipa
kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan
pengelusi di dalam wadah yang tertutup (Soebagio,2002).

Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran


senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan kromatografi juga merupakan analisis cepat yang
memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan
cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk
mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti
silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi
yang lebih reaktif seperti asam sulfat.( Fessenden, 2003).
KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam
berupa padatan dan fase geraknya dapat berupa cairan dan gas. Zat
terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel padat. Prinsip KLT
adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada
pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu
zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang
digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan
tergantung pada (Soebagil,2002).
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel
silika. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi
dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun
selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam Fasa gerak yang
digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen
didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran
beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan
perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error.
Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang
diperoleh (Gandjar, 2007).
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan
sebagai faktor resensi. Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan,
fase diam dikelompokkan (Gritter,1991).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen
tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya
perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih
besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya.
Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih
polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf
yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu
tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan
sebaliknya (Gandjar, 2007).
2. Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom


sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam
campuran. Alat tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran
dibagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran
kolom tergantung dari banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara
umum perbandingan panjang dan diameter kolom sekitar 8:1 sedangkan
daya penyerapnya adlah 25-30 kali berat bahan yang akan dipisahkan.
Teknik banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa organic
dan konstituen-konstituen yang sukar menguap sedangkan untuk
pemisahan jenis logam-logam atau senyawa anorganik jarang dipakai
(Yazid, 2005, hal: 98).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan
molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan, melekat pada
permukaan padatan halus, bereaksi secara kimia dan terekslusi pada pori-
pori fasa diam. Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak
dan harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam
dengan cara melarut di dalamnya, teradsorpsi atau bereaksi secara kimia.
Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun
suatu sampel. Hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan analisis
kualitatif, analisis kuantitatif dan pemurnian suatu senyawa. Dalam
beberapa hal metode pemisahan kromatografi mempunyai kemiripan
dengan metode pemisahan ekstraksi. Kedua metode ini sama-sama
menggunakan dua fasa, dimana fasa satu bergerak terhadap fasa lainnya,
kesetimbangan solut selalu terjadi di antara kedua fasa ( Alimin dkk,
2007, hal: 74-75).
Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi
komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom terabsorpsi termasuk pada
cara pemisahan cair padat, substrat padat bertindak sebagai fasa diam
yang sifafnya tidak larut dalam fasa cair, fasa bergeraknya adalah cairan
atau pelarut yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang
kolom. Pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada
bidang antar muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak
serta kelarutan relatif komponen pada fasa bergeraknya. Antara molekul-
molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada
permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya
secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan
masuk kembali pada fasa bergerak (Yazid, 2005, hal: 100).

Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran


fasa bergerak yang ditambahkan secara kontinu, akibatnya hanya
komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan
secara selektif tertahan. Komponen afinitas paling kecil akan bergerak
lebih cepat mengikuti aliran pelarut. Pada kromatografi adsorpsi,
besarnya koefisien distribusi sama dengan konsentrasi zat terlarut pada
fasa teradsorpsi dibagi konsentrasinya pada fasa larutan. Ketergantungan
jumlah zat terlarut yang teradsorpsi terhadap konsentrasi zat terlarut
dalam larutan dinyatakan dengan isoterm adsorpsi Langmuir (Yazid,
2005, hal: 100).
Metode pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia
yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak bergantung pada
ukuran kolom gelas. Untuk melakukan pemisahan campuran dengan
metode kromatografi kolom diperlukan waktu yangcukup lama, bias
berjam-jam hanya untuk memisahkan satu campuran. Selain itu, hasil
pemisahan kurang jelas artinya kadang-kadang sukar mendapatkan
pemisahan secara sempurna karena pita komponen yang satu bertumpang
tindih dengan komponen lainnya. Masalah waktu yang lama disebabkan
laju alir fasa gerak hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, ukuran
diameter partikel yang cukup besar membuat luas permukaan fasa diam
relative kecil sehingga tempat untuk berinteraksi antara komponen-
komponen dengan fasa diam menjadi terbatas. Apabila ukuran diameter
partikel diperkecil supaya luas permukaan fasa diam bertambah
menyebabkan semakin lambatnya aliran fasa gerak atau fasa gerak tidak
mengalir sama sekali. Selain itu fasa diam yang sudah terpakai tidak
dapat digunakan lagi untuk pemisahan campuran yang lain karena sukar
meregenerasi fasa diam (Hendayana, 2006, hal: 2-3).

Untuk memisahkan campuran, kolom yang telah dipilih sesuai


campuran diisi dengan bahan penyerap seperti alumina dalam keadaan
kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan
dengan bantuan batang pengaduk untuk memanfaatkan adsorben dan
gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara hat-hati
dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-
gelembung udara, untuk membantu homogenitas biasanya kolom setelah
diisi divibrasi diketok-ketok. Sejumlah cuplikan yang dilarutkan dalam
sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan
mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam campuran
diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita
sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut secara
terus-menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui
kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru
antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan
dikatakan tetap apabila suatu komponen yang satu dengan yang lainnya
bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-
beda sehingga terjadi pemisahan (Yazid, 2005, hal: 200-2001).
3. Kromatografi Cair-Vakum

Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode


fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-
fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom
yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa
vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau
alumunium oksida (Ghisalberti, 2008).
Kromatografi kolom cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau
pada tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan
tekanan luar misalnya gas nitrogen. Untuk keberhasilan praktikan di
dalam bekerja dengan menggunakan kromatografi kolom vakum cair,
oleh karena itu syarat utama adalah mengetahui gambaran pemisahan
cuplikan pada kromatografi lapis tipis (Harris, 1982).
Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan
senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel
sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil
asetat : metanol (elusi gradien) dan menggunakan pompa vakum untuk
memudahkan penarikan eluen (Helfman, 1983).
Cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi
dikemas kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-40 μm) dalam
keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum
dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan
penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai kering dan
sekarang siap dipakai (Hostettman, 1986).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan
dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi
dua macam :
a. Cara Basah

Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan


melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.
Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata.
Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam
yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.
b. Cara kering

Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara


memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi.
Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan
digunakan. (Sarker et al., 2006).
Preparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki
berbagai metode seperti preparasi fasa diam. Metode tersebut yaitu cara
basah dan cara kering (Canell, 1998).
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel
dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV.
Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa
diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam yang
sama. Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel
dengan sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk
serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang telah terisi
dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam yang sama
(Sarker et al., 2006).

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kelebihan KLT :

. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.

a. Hanya membutuhkan sedikit pelarut.

b. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi


warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
c. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun
(descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi.
d. Preparasi sample yang mudah
e. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang
akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

f. Biaya yang dibutuhkan terjangkau.

g. Jumlah perlengkapan sedikit.

h. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)


yang dengan metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).

Kekurangan KLT :

a. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk


mendapatkan bercak/noda yang diharapkan.

b. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang
cocok.

c. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun

2. Kromatografi Kolom

Kelebihan Kromatografi Kolom :

a. Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative. Digunakan


untuk menentukan jumlah komponen campuran. Digunakan untuk
memisahkan dan purifikasi substansi.

Kekurangan Kromatografi Kolom :

a. Pemisahan lambat

b. Penjerapan linarut yang tidak bolak-balik

c. Tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil.


3. Kromatografi Cair-Vakum

Kelebihan KCV :

a. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil dibanding
dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan
alir fase gerak lebih lambat (10-100μl/menit)

b. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
c. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel
terbatas missal sampel klinis.
Kerugian KCV :

a. Membutuhkan waktu yang cukup lama.

b. Sampel yang dapat digunakan terbatas.

2.4.Manfaat Kromatografi di Bidang Farmasi


1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis sangat memberikan banyak manfaat di


berbagai penelitian. Terlebih lagi dunia kerja di bidang farmasi sangat
luas, tidak hanya obat-obatan, makanan, minuman, serta kosmetik pun
menjadi tanggung jawab seorang farmasis. Sebagai contoh dalam
pengujian kandungan Rhodamin- B dalam sediaan kosmetika lipstick, uji
kandungan bahan kimia obat dalam sediaan jamu, uji pemanis dalam
makanan, dan lain sebagainya.
Pengujian tersebut dilakukan karena penambahan bahan kimia dalam
sediaan tradisional seperti itulah yang bertentangan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.246/Menkes/V/1990 yang menyatakan bahwa
industri obat tradisional dilarang memproduksi segala jenis obat
tradisional yang mengandung bahan kimia obat dan melanggar Undang-
Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 serta Undang-Undang No. 8
Tahun 1999, tentang perlindungan konsumen. Sebab penambahan dengan
dosis maupun cara yang tidak benar dapat memberikan dampak yang
merugikan bagi konsumen, maka dari itu Balai Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) hingga saat ini masih terus menguji makanan, obat,
serta kosmetik yang beredar dipasaran.

2. Kromatografi Kolom

Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang


sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun
kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering
menjadi obyek molekul yang harus dipurified (dimurnikan) terutama
untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan
dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat,
karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.

Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan


kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat
ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk
menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol
kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas


perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua
fase,yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam
dapat berupa zat yaitu zat cair atau zat padat, sedangkan fase bergerak
dapat berupa zat cair atau zat gas.

2. Berdasarkan teknik kerja yang digunakan, jenis kromatografi diantaranya


adalah kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas, kromatografi kolom
dan kromatografi cair-vakum.

3.2 Saran

Penulis menyadari dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih


banyak kekurangan, maka dari pada itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar nisa menjadi lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Azizahwati,dkk. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang untuk Makanan yang Beredar di
Pasaran. Jurnal Ilmu kefarmasian. Vol. IV, NO.1. Jakarta.
Fessenden R.J dan J.S Fessenden. 2003. Dasar - Dasar Kimia Organik. Jakarta, Erlangga.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Gritter, R, J., 1991, Pengantar Kromatografi Edisi II, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung.

Harris, et.al. 1982. An Introduction To Chemical Analysis, Savders College Publishing


Philadelpia : Holt-Savders Japan.

Heftmann, E. 1983. Steroids Dalam Kromatografi, Fundamentals and Aplication, Amsterdam.

Hostettmenn, K, dkk. 1986. Cara Kromatografi Preparatif. ITB: Bandung. Khopkar, S.


M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sarker,SD., Latif,Z and Gray .Al.2006. Natural Product Isolation. Humana Press inc .
Totowa New jersey.
Soebagio., 2002, Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA, Makassar.
Svehla.1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai