Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

Irigasi dan Bangunan Air

OLEH :

MEXWANTO KANANLUA’

D111 16 007

Departemen Teknik Sipil

Jurusan Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin

Gowa

2018
BANGUNAN BAGI DAN BANGUNAN PEMBAWA

 Bangunan Bagi
a. Pengertian Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran primer dan sekunder
pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran
atau lebih.
b. Fungsi Bangunan Bagi
Bangunan bagi dibuat apabila air irigasi dibagi dari saluran primer ke saluran
sekunder. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan
mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.
Salah satu dari pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka
air, sedangkan pintu sadap lainnya mengatur debit. Biasanya pintu pengatur
dipasang pada saluran terbesar, sedangkan alat-alat pengukur dan pengatur
dipasang pada bangunan-bangunan sadap yang lebih kecil.
Dalam merencanakan bangunan pengatur, hendaknya diperhitungkan
kemungkinan terjadinya keadaan-keadaan darurat seperti debit penuh sementara
pintu-pintu tertutup. Bangunan sebaiknya dilindungi dari bahaya seperti ini
dengan pelimpah samping di saluran hulu, atau kapasitas yang memadai diatas
pintu, atau alat ukur tambahan dengan mercu setinggi debit rencana.
c. Letak Bangunan
Bangunan bagi terletak di saluran primer dan atau saluran sekunder pada suatu
titik cabang.
d. Persyaratan
Sesuai dengan fungsinya maka bangunan bagi harus memenuhi syarat yaitu :
 Pembagian air ke seluruh jaringan irigasi harus dicukupi dengan teliti
sesuai dengan kebutuhan.
 Perlu bangunan pengontrol berupa pintu sorong atau balok sekat untuk
mengontrol taraf muka air. Perubahan kedudukan pintu-pintu hanya boleh
dilakukan oleh petugas yang berwenang dan dilakukan apabila dipandang
perlu saja.
e. Pengontrol Taraf Muka Air
Pada bangunan bagi harus terdapat bangunan pengontrol taraf muka air dan
pengatur debit yang terdiri dari tiga macam yaitu :
 Pintu pengukur yang berfungsi mengatur debit yang dilaluinya.Pintu
pengatur yang berfungsi mengatur taraf muka air yang melaluinya.
 Kombinasi antara keduanya.
Sebagai alat pengontrol taraf muka air biasa digunakan
 Balok sekat sebagai balok penutup, untuk hal ini aliran melimpah
melewati mercu balok sekat.
 Pintu sorong sebagai pengontrol taraf muka air, dalam hal ini
pengaliran lewat bawah pintu.
f. Penyadap
Pada bangunan bagi biasanya terdapat penyadapan langsung ke dalam saluran
tersier. Jadi bangunan bagi berfungsi pula sebagai pemberi ke saluran tersier.

 Bangunan Pembawa
a. Pengertian Bangunan Bagi
Saluran Pembawa;Saluran pembawa berfungsi untuk mengalirkan air dimulai
dari bangunan pengambilan sampai dialirkan ke petak lahan pertanian. Saluran
pembawa ini terdiri dari saluran pembawa utama dan saluran tersier. Saluran
pembawa berdasarkan fungsinya dibedakan atas: saluran primer; saluran sekunder;
dan saluran tersier; serta saluran kuarter. Dalam saluran pembawa biasanya terdapat
kelengkapan lainnya, misalnya: bangunan bagi (box bagi); bangunan sadap; alat ukur
debit; sipon; jembatan; dan bangunan silang.
Saluran primer berfungsi mengalirkan air dari bangunan pengambilan untuk
dibagi pada saluran sekunder, yang selanjutnya dari saluran sekunder dialirkan lagi
untuk dibagi pada saluran tersier. Biasanya air dari saluran tersier tidak langsung
dialirkan ke petak sawah, tetapi melalui saluran kuarter. Semakin besar areal
pelayanan suatu jaringan irigasi maka sarana irigasi akan semakin lengkap. Untuk
jaringan yang layanan irigasinya kecil biasanya dari saluran pembawa utama langsung
dialirkan ke petak-petak sawah.
Jaringan pembawa terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan
saluran utama terdiri dari saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan
tersier terdiri dari atas saluran serta saluran kuarter di petak tersier. Dalam saluran
tersebut dilengkapi dengan saluran pembagi, bangunan sadap tersier, bangunan bagi
sadap dan bok–bok tersier. Dalam saluran primer atau sekunder dilengkapi dengan
bangunan pengatur muka dan pada saluran pembawa dengan aliran super kritis
dilengkapi bangunan terjun, got miring. Pada saluran pembawa sub kritis dilengkapi
dengan bangunan talang, sipon, jembatan sipon, bangunan pelimpah, bangunan
penguras, saluran pembuang samping dan jalan jembatan.
b. Dalam saluran terbuka, ada berbagai bangunan yang digunakan untuk membawa
air dari satu ruas hulu ke ruas hilir. Bangunan-bangunan ini bisa dibagi menjadi
dua kelompok sesuai jenis aliran hidrolisnya yaitu:
(i) bangunan-bangunan dengan aliran subkritis, dan
(ii) bangunan-bangunan dengan aliran superkritis.
Kelompok Subkritis
1. Perencanaan Hidrolis
a. Kecepatan di bangunan pembawa
Untuk membatasi biaya pelaksanaan bangunan pembawa subkritis, kecepatan
aliran di bangunan tersebut dibuat lebih besar daripada kecepatan di ruas saluran
hulu maupun hilir.
Untuk menghindari terjadinya gelombang-gelombang tegak di permukaan air dan
untuk mencegah agar aliran tidak menjadi kritis akibat berkurangnya kekasaran
saluran atau gradien hidrolis yang lebih curam, maka bilangan Froude dari aliran
yang dipercepat tidak boleh lebih dari 0,5. Dengan istilah lain,
dimana :
Fr = bilangan Froude
va = kecepatan rata – rata dalam bangunan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt3 ( 9,8)
A = luas aliran, m2
B = lebar permukaan air terbuka, m

Kecepatan aliran rata – rata di saluran pembawa terbuka dapat dihitung dengan persamaan
Strickler/ Manning.

Untuk pipa sipon beraliran penuh, lebar permukaan air sama dengan nol, jadi bilangan
Froude tidak bisa ditentukan. Kecepatan yang diizinkan di dalam pipa diakibatkan oleh
optimasi ekonomis bahan konstruksi, biaya, mutu konstruksi dan kehilangan tinggi energi
yang ada. Untuk sipon yang relatif pendek, biasanya kecepatan alirannya kurang dari 2 m/dt.

2. Kehilangan Akibat gesekan


Kehilangan energi akibat gesekan dapat dihitung dengan persamaan berikut

dimana :
Hf = kehilangan akibat gesekan, m
v = kecepatan dalam bangunan, m/dt
L = panjang bangunan, m
R = jari – jari hidrolis,m (A/P)
A = luas basah, m²
P = keliling basah, m
C = koefisien Chezy (=k R1/6)
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt (lihat tabel 5.1)
g = percepatan gravitasi, m/dt² ( 9,8)

Tabel Harga-Harga K

3. Kehilangan energi pada peralihan

Untuk peralihan dalam saluran terbuka di mana bilangan Froude aliran yang dipercepat tidak
melebihi 0,5, kehilangan energi pada peralihan masuk dan peralihan keluar Hmasuk atau
Hkeluar dinyatakan mamakai rumusan Borda :

dimana :

faktor kehilangan energi yang bergantung kepada bentuk hidrolis peralihan


dan apakah kehilangan itu pada peralihan masuk atau keluar

va : kecepatan rata – yang dipercepat dalam bangunan pembawa, m/dt


v1’ v2 : kecepatan rata – rata di saluran hulu (v1) atau hilir (v2), m/dt
Harga-harga faktor kehilangan energi untuk peralihan yang biasa dipakai dengan permukaan
air bebas diperlihatkan pada Gambar Faktor-faktor yang diberikan untuk perencanaan-
perencanaan ini tidak hanya berlaku untuk gorong-gorong, tetapi juga untuk peralihan talang
dan saluran flum pembawa.

Dalam hal ini ada tiga tipe peralihan yang dianjurkan. Anjuran ini didasarkan pada kekuatan
peralihan, jika bangunan dibuat dari pasangan batu. Jika peralihan itu dibuat dari beton
bertulang, maka akan lebih leluasa dalam memilih tipe yang dikehendaki, dan pertimbangan
– pertimbangan hidrolik mungkin memainkan peranan penting.

Bila permukaan air di sebelah hulu gorong-gorong sedemikian sehingga pipa gorong –
gorong itu mengalirkan air secara penuh, maka bangunan ini biasa disebut sipon. Aliran
penuh demikian sering diperoleh karena pipa sipon condong ke bawah di belakang peralihan
masuk dan condong ke atas lagi menjelang sampai di peralihan keluar.

Kehilangan peralihan masuk dan keluar untuk sipon seperti ini, atau saluran pipa pada
umumnya, lain dengan kehilangan untuk peralihan aliran bebas.
Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan dari bentuk trapesium ke segi
empat dengan permukaan air bebas (dan sebaliknya) (dari Bos dan Reinink, 1981 ; dan
Idel’cik, 1960)
Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan dari saluran trapesium ke
pipa dan sebaliknya (menurut Simons, 1964 dan Idel’cik, 1960)

Anda mungkin juga menyukai