DISUSUN OLEH:
RISKA ANGGRAINI P07120116018
DESI WULAN SETYORINI P07120116029
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Personal hygine atau kesehatan pribadi adalah upaya individu dalam memelihara
kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, telinga, gigi dan mulut, kuku, dan
kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal. (Wahit Iqbal
Mubarak, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, 2015, Hal. 145)
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
B. Etiologi
Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
D. Komplikasi
a. Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah:
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Gangguan psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto & Wartonah 2010).
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan yaitu dengan melakukan perawatan pada kulit yang
mengalami atau berisiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada daerah
yang mengalami tekanan, dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka
decubitus akibat tekanan yang lama. Tindakan keperawatan yang dilakukan, yaitu :
1) Mencuci dan menyisir rambut kepala dengan tujuan membersihkan kuman yang ada
pada kulit kepala, memberi rasa aman, membasmi ketombe dan kutu bila ada yang
melekat pada kulit, dan memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.
2) Membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara teratur, dengan tujuan mencegah
infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu
menambah nafsu makan, dan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
3) Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak dapat merawat kebersihan kuku secara
mandiri, tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku, dan mencegah timbulnya luka
atau infeks akibat garukan dari kuku.
4) Membantu membersihkan badan pasien dengan air hangat dan washlap.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
pekerjaan, tanggal MRS, dll.
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat penyakit terdahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Perubahan pola fungsional
1) Pola oksigenasi : pola nafas, bersihan jalan nafas, keluhan sesak nafas.
2) Pola nutrisi : asupan nutrisi, pola makan, kecukupan gizi.
3) Pola eliminasi : pola buang air besar dan buang air kecil, konsentrasi feses,
warna urine, volume output.
4) Pola aktivitas : meliputi gerakan (mobilisasi) pasien
5) Pola personal hygine : meliputi kebiasaan menjaga kebersihan tubuh dan
penampilan yang baik serta melindungi kulit. Kebiasaan mandi, gosok gigi,
membersihkan genetalia, dll untuk menjaga kesehatan.
d. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang perlu diukur antara lain :
a) Tekanan darah (normal = 120/80 mmHg)
b) Denyut Nadi (normal = 60-100x/menit )
c) Pernapasan (normal = 16-20x/menit)
d) Suhu (normal = 36,5-37,5˚C)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut : amati kondisi rambut (warna, tekstur, kualitas), apakah terlihat
kusam ? apakah ditemukan kerontokan ?
2) Kepala : amati kebersihan kulit kepala. Perhatikan adanya ketombe,
kebotakan, atau ada tanda-tanda kemerahan
3) Mata : amati adanya tanda-tanda icterus, konjungtiva pucat, secret pada
kelopak mata, kemerahan dan gatal-gatal pada kelopak mata.
4) Hidung : amati kondisi kebersihan hidung, amati adanya sinusitis,
perdarahan hidung, tanda-tanda alergi, tanda-tanda pilek yang tak kunjung
sembuh, atau perubahan pada daya penciuman.
5) Mulut : amati kondisi mulut apakah ada lesi, tanda-tanda radang gusi atau
sariawan, kekeringan atau pecah-pecah pada bibir.
6) Gigi : perhatikan adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-
pecah, tidak lengkap atau gigi palsu
7) Telinga : perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi,
infeksi, atau perubahan pada daya pendengaran.
8) Kulit : amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan). Perhatikan adanya
perubahan warna kulit, stria, kulit keriput, lesi, atau pruritus.
9) Kuku tangan dan kaki : amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan
adanya kelainan atau luka.
10) Genetalia : perhatikan pola rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi
skrotum dan testis.
11) Personal hygine secara umum : amati kebersihan kulit secara umum dan
kondisinya. Perhatikan adanya kelainan kulit atau bentuk tubuh.
Risiko infeksi S Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan setiap sebelum 1. Cuci tangan dapat
Faktor-faktor risiko : keperawatan selama...x 24jam dan sesudah tindakan meminimalisir sumber kuman
o Prosedur Infasif pasien tidak mengalami infeksi keperawatan
o Kerusakan jaringan dengan kriteria hasil: 2. Pertahankan teknik aspetif 2. membatasi sumber infeksi,
dan peningkatan 1. Klien bebas dari tanda dan dimana dapat menimbulkan
paparan gejala infeksi sepsis dan pasien tenang
lingkungan 2. Menunjukkan kemampuan 3. Ajarkan pasien dan keluarga 3. agar klien dan keluarga dapat
o Malnutrisi untuk mencegah timbulnya tanda dan gejala infeksi secara mandiri meenghindari
o Peningkatan infeksi infeksi tanpa bantuan perawat.
paparan 3. Jumlah leukosit dalam batas 4. Monitor tanda dan gejala 4. mengidentifikasi dini infeksi
lingkungan normal infeksi sistemik dan lokal dan mencegah infeksi berlanjut.
patogen 4. Menunjukkan perilaku Monitor nilai leukosit nilai leukosit merupakan indikator
o Imonusupresi hidup sehat adanya infeksi
o Tidak adekuat 5. Status imun,
pertahanan gastrointestinal,
sekunder genitourinaria dalam batas
(penurunan Hb, normal
Leukopenia,
penekanan respon
inflamasi)
o Penyakit kronik
o Imunosupresi
o Malnutrisi
Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan,
gangguan peristaltik)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Identitas diri klien
Nama : Bpk S
Umur : 49 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Nama : Ny TP
Umur : 21 tahun
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Riwayat Penyakit
Keluhan utama saat masuk RS :
Nyeri pada paha kanan bagian atas dengan nilai nyeri 3, kaki kiri terasa sakit saat digerakkan,
tidak pinsan, tidak mual, tidak muntah.
Pasien terjatuh dari sepeda motor. Kemudian pasien dibawa ke UGD RSUD Panembahan
Senopati. Setelah masuk rumah sakit pasien mendapatkan tindakan x-ray di bagian kaki kanannya,
pembidaian dan pembalutan luka di kaki kanannya serta dilakukan rekam jantung, EKG. Untuk hasil
EKG didapat hasil normal. Ketika di UGD pasien mendapatkan terapi Ranitidin 50 mg/8jam,
ketorolax 30 mg/12 jam, dan cairan infus Ringer Laktat 500 cc dengan 20 tetesan permenit. Pasien
didiagnosa medis fraktur femur sinistra, tanggal 21 November 2017 akan dilakukan operasi.
- Pasien mengatakan pernah mengalami fraktur tibia sinistra satu tahun lalu
- Pasien mengatakan tidak memiliki alergi dengan makanan apapun
- Pasien menderita penyakit hipokalemia
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada hari selasa, 14 November 2017 post operasi hari ke-1.
Program diit di rumah : pasien mengatakan pola makan di rumah seperti biasa, makan 3 kali
sehari dengan nasi dan sayur, pasien lebih suka makan sayur dengan lauk tahu dan tempe
dibanding dengan daging atau ikan.
2. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Pasien mengatakan selama di rumah sakit belum buang air besar.
1: alat Bantu
4: tergantung total
4. Oksigenasi : Tidak menggunakan alat bantu oksigen dengan frekuensi nafas 20x/menit
6. Pola perseptual
- Penglihatan : pasien bisa melihat dengan baik, namun pasien mengatakan kadang terlihat
kabur.
- Pendengaran : pasien mengatakan tidak bisa mendengar suara yang telalu pelan.
- Pengecap : pasien masih bisa membedakan rasa asin, asam, manis, dan pahit
- Sensasi : sensasi pasien masih terlihat normal, pasien dapat membedakan rangsang panas
dan dingin serta cubitan.
8. Pola peran-hubungan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien berkomunikasi baik dengan keluarga dan orang
lain
Pemeriksaan Fisik
(Cephalocaudal)
BB/TB :
1. Kepala
a. Kepala : terdapat benjolan di luka benturan kecelakaan
b. Kulit kepala : kulit kepala sedikit kotor, tidak ada lesi
c. Rambut : Warna hitam, tidak rontok, kusam, distribusi rambut merata
d. Muka : bulat
e. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera berwarna putih, tidak ada lesi
f. Hidung : Simetris, tidak terdapat cuping hidung
g. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, gigi sedikit menguning,
bau napas tidak sedap
h. Telinga : Tidak ada luka, kondisi telinga kotor
5. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak ada luka, memar, tidak ada edema
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran hepar dan lien
c. Perkusi : Terdengar suara timpani
d. Auskultasi: Bising usus 18x/menit
6. Ekstremitas
1) Ekstremitas bagian atas
Inspeksi : Kuku kedua tangan pasien terlihat kotor, terpasang cairan infus Ringer
Laktat 20 tpm pada tangan kiri. Infus terpasang dengan baik dan terlihat bersih, tidak ada
lesi, tidak ada memar. Pasien dapat menggerakkan tangan dengan baik dengan kekuatan
otot skala 5 pada lengan kanan dan kiri. Setelah operasi terpasang syinge pump di tangan
kirinya
2) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Pada tanggal 20 November 2017 tidak ada memar, ada luka yang dibidai lalu
dibalut perban di kaki sebelah kanan, kekuatan otot pada kaki sebelah kiri skala 5
sedangkan pada kaki sebelah kanan kekuatan otot skala 1. Setelah dilakukan operasi,
dilakukan pemasangan drainage di bagian femur sinistra dengan frekuensi pada post op
hari pertama sebanyak 50 cc, pasien tidak terpasang traksi.
Palpasi : pasien tidak mengeluh nyeri saat dilakukan palpasi pada kaki sebelah kiri, tidak
terdapat edema
Pemeriksaan diagnostik
7. Segmen 52 % 51-67 %
8. Limfosit 6% 20-35 %
9. Monosit 2% 4-8 %
3,44 mmol/l
18. Kalium 3,5-5,1 mmol/l
105 mmol/l 98-107 mmol/l
19. Klorida
21-11-2017 Kalium 3,53 3,5-5,1 mmol/l
Pukul 10.21
21-11-2017 Hemoglobin 14 14-18 g/dl
Pukul 18.03
Terapi obat
DO: Terpasang kateter, drainage di bagian femur Risiko infeksi Prosedur infasif
sinistra dengan frekuensi 50 cc, terpasang infus
Ringer Laktat 500 cc dengan 20 tpm di lengan kiri,
dan syringe pump
B. DIAGNOSA
1. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal dan nyeri ditandai dengan kulit kepala kotor, rambut kusam, gigi
sedikit menguning, bau napas tidak sedap, kondisi telinga kotor, dan tubuh yang lengket dan gatal
2. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi pembedahan ditandai dengan Pasien meringis, gelisah, sedikit acuh ketika ditanya, peningkatan
frekuensi napas dengan jumlah 22 x/menit, dan pasien mengeluh nyeri dengan skala 4
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
C. INTERVENSI
NO Tgl/jam No. Dx Tujuan Intervensi Rasional
13.35 Monitoring luka tusukan infus S : Pasien mengatakan nyaman, tidak ada rasa nyeri di sekitar
area tusukan infus
O : darah tidak keluar di sekitar area tusukan infus
A : tidak ada tanda infeksi
P : Lanjutkan intervensi dengan kelola terapi oxtercid 750 mg
tiap 12 jam pada pukul 22.00 melalui intravena serta monitoring
area tusukan infus dan melakukan dressing infus pada 21
November 2017
22.30 Mengkaji ulang intensitas nyeri S: Bpk S mengatakan nyeri dengan kriteria
setelah post operasi P= Pasien tidak dapat todur, nyeri di paha sebelah kanan
Q= Rasanya seperti tertindah benda berat
R= di bagian post operasi
S= skala 3
T= tidak menentu tetapi akan lebih sakit jika kaki kanan
digerakan
O: Pasien terpasang syringe pump, pasien gelisah
A: Rentang, frekuensi, intensitas, skala, dan lokasi nyeri diketahui
P: Lanjutkan intervensi dengan mengelola terapi obat Paracetamol
500 mg per 8 jam intravena dan mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam dan pendekatan spiritual
22.40 Mengajarkan teknik relaksasi S: Pasien tidak dapat tidur, mengeluh nyeri skala 3
dengan napas dalam O: Pasien terpasang syringe pump, pasien gelisah, pasien
memahami cara bernapas dalam, pasien mampu mempraktikan
ulang cara bernapas dalam dengan benar
A: Tujuan tercapai sebagian dengan pasien dapat memahami dan
mempraktikan cara bernapas dalam dengan benar
P: Intervensi dilanjutkan dengan memantau intensitas nyeri pasien
06.20 Mengecek tanda-tanda vital S: Pasien tidak mengeluh pusing, nyeri berkurang
pasien O:
TD: 130/70 mmHg N: 88 x/menit
S: 36,4 ºC RR: 20 x/menit
A: Masalah nyeri teratasi sebagian ditandai dengan kondisi tekanan
darah, suhu tubuh, nadi, dan frekuensi prnapasan dalam batas normal
P: Lanjutkan intervensi dengan kelola pemberian terapi obat
Paracetamol 500 mg tiap 8 jam
2 2 09.00 Kaji ulang intensitas nyeri S: Bpk S mengatakan kadang nyeri dengan krietria
P= Nyeri di kaki kanan
Q= Rasanya sedikit senut-senut
R= di bagian paha kanan
S= skala 1
T= hilang timbul frekuensinya sudah jarang
O: Pasien tidak gelisah
A: Rentang, frekuensi, intensitas, skala, dan lokasi nyeri diketahui
P: Lanjutkan intervensi dengan latihan napas dalam
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika