1
tetapi sebagian lainnya memang berkembang belakangan setelah proses
konstruksi selesai karena tidak atau kurang terpantau.
2
kekar dan retakan). Disamping itu, tanah sering disebut bersifat non-
konservatif yaitu perilakunya dipengaruhi oleh perlakuan terhadapnya
dimasa lalu.
3
BAB II
Batuan dan Tanah
2.1. Umum
A. Lereng tanah
Alluvial Deposits
Tailings
Weathered rock = Residual Soil
B. Lereng Batuan
Granite
Volcanic Rock
C. Lereng Campuran
Bouldary Colluvium
Completely Weathered rock profiles
4
2.2. Pengertian Batuan dan Tanah
Di alam garis batas antara tanah dan batuan sulit ditentukan dan
dalam banyak kasus banyak material alami yang dijumpai dalam praktek,
tidak mudah diklasifikasi. Mungkin material tersebut termasuk “batuan
sangat lunak” atau “tanah sangat keras”. Dalam geologi misalnya, batuan
berarti semua material yang ditemukan dalam kerak bumi tidak tergantung
berapa banyak partikel mineral tergabung bersama. Sedangkan tanah bagi
geologis adalah batuan yang telah mengalami disintegrasi dan dekomposisi
yang biasanya ditemukan sebagai lapisan amat tipis di atas bagian kerak
bumi yang tanaman dapat tumbuh.
5
2.3.1. Batuan Beku
6
Tabel 2.1 memperlihatkan bagian utama dari batuan beku,
yang diklasifikasikan menurut terjadinya (intrusi atau ekstrusi) dan
kesamaannya yang ditentukan dari kandungan silikanya. Batuan
Asam mengandung kandungan silika dalam presentase tinggi ,
sedangkan Batuan Basa kaya dalam mineral-mineral magnesium
dan Besi (MAFIC).
7
terbentuk dari kalsit dan dolomit yang mengalami kristalisasi.
Butiran mineralnya lebih besar dari batuan asalnya.
Pada kondisi panas dan tekanan tinggi batuan metamorf
dapat mencair membentuk magma dan siklus batuan terulang
kembali.
2.4. Asal Usul Tanah
Butiran-butiran mineral yang membentuk fase padat dari agregat
tanah adalah produk dari pelapukan batuan dengan ukuran yang beragam.
Sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu ukuran, bentuk
dan komposisi kimia butiran.
Pelapukan batuan merupakan salah satu proses geologi yang sangat
penting yang menghasilkan bahan untuk membentuk batuan sedimen dan
tanah.
Secara umum, proses pelapukan dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu: Pelapukan secara mekanis atau fisik dan secara kimia.
2.4.1. Pelapukan mekanis (fisik)
8
beban massa diatasnya. Adanya pelapukan dan erosi di
permukaan akan mengakibatkan berkurangnya beban atas
tersebut. Hal ini mengakibatkan terpisahnya bagian luar batuan
dari batuan utamanya.
C. Erosi
Terutama disebakan oleh air permukaan dan angin. Faktor
yang berpengaruh adalah bentuk tofografi permukaan dan lama
waktu prosesnya. Faktor lainnya adalah kekentalan cairaan,
kecepatan aliran dan jenis aliran (turbulen atau laminer). Aliran
air permukaan baik air sungai maupun air hujan yang membawa
partikel kecil didalamnya akan mampu mengikis batuan dari yang
lunak sampai yang paling keras dalam skala waktu geologi. Hal
ini akan terjadi terutama pada daerah dengan tofografi berbukit,
kecepatan aliran air cukup tinggi, dan kondisi aliran turbulen.
Aliran air mempunyai kekentalan tinggi akan mempunyai
kemampuan yang lebih besar dalam mengangkut material
dibandingkan dengan aliran air yang kekentalannya rendah atau
encer. Demikian juga jika aliran air mempunyai kecepatan yang
tinggi akan lebih mampu mengangkut material dibandingkan
dengan aliran air yang kecepatannya rendah. Pada umumnya,
aliran diwaktu hujan, terlebih lagi pada saat banjir, air akan
bercampur dengan lumpur dan mempunyai kekentalan yang
lebih tinggi. Sehingga akan lebih mempercepat erosi terhadap
permukaan bumi.
D. Abrasi
Abrasi adalah keausan yang disebabkan oleh dua bahan
yang keras dan menggalami gerakan relatif saat brsentuhan.
Suatu bahan atau material seperti pasir yang terangkut oleh
media air atau angin saat bersentuhan dengan material padat
lainnya, misalnya batuan akan mampu saling mengikis sehingga
kedua bahan tersebut menjadi aus dan pecah. Hal ini dapat
dilihat misalnya di pantai yang terjadi abrasi oleh air laut maupun
angin pantai.
9
E. Kegiatan Organik
Aktivitas manusia dalam kehidupannya mempunyai
peranan yang cukup besar dalam membuat dan mempercepat
proses pelapukan batuan. Penggalian-penggalian yang dilakukan
baik untuk pembangunan sarana fisik maupun dalam rangka
penambangan akan membuka lapisan terluar dari kulit bumi
sehingga akan mempercepat proses pelapukan batuan.
Selain itu tumbuh-tumbuhan juga mempunyai peranan
dalam proses pelapukan melalui akar-akarnya yang masuk
kedalam celah atau bagian yang lemah pada batuan dan
akhirnya mampu memecahkan batuan tersebut menjadi
fragmen-fragmen yang lebih kecil.
2.4.2. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan secara kimia merupakan pelapukan yang
diakibatkan oleh reaksi kimia terhadap batuan dan mineral-mineral
yang ada didalamnya sehingga terjadi perubahan komposisi mineral
dan dapat mengakibatkan batuan menjadi lebih mudah lapuk. Air
dan karbon dioksida dari udara membentuk asam-asam karbon
yang kemudian bereaksi dengan mineral-mineral batuan dan
membentuk mineral-mineral baru ditambah garam-garam terlarut.
Prose yang terjadi pada pelapukan kimiawi antara lain adalah
oksidasi, pelarutan, pelepasan dan hidrolisis.
A. Oksidasi
Batuan yang terkena air hujan sangat mungkin mengalami
reaksi kimia yang dapat mengakibatkan pecah dan lapuknya
batuan tersebut. Reaksi yang terjadi dapat menghasilkan oksida
besi, karbonat, dan sulfat. Apabila reaksi ini mempunyai sifat
yang menghasilkan pertambahan volume maka terjadi
pengembangan pada batuan sehingga akan terjadi pemisahan
atau pemecahan terhadap batuan. Keadaan tersebut jika terjadi
pada waktu yang lama dan berlangsung terus-menerus akan
mengakibatkan lapuknya batuan.
10
B. Pelarutan
Batuan tertentu terutama batu gamping, sebagian besar
atau hampir seluruhnya dapat larut dalam air, misalnya air hujan.
Pada daerah dengan dominasi batu gamping dan mempunyai
curah hujan cukup tinggi sering dijumpai adanya gua-gua,
danau-danau kecil, atau sungai-sungai bawah tanah. Keadaan ini
lama-kelamaan akan dapat menyebabkan runtuhnya batu
gampig di atasnya, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk
tofografi permukaan bumi.
C. Pelepasan
Pada batuan sedimen terdpat semen yang berfungsi untuk
merekatkan butiran-butiran penyusun batuan sedimen tersebut.
Semen pada batuan sedimen dapat berupa oksida besi, silikat,
atau kalsit. Air yang bereaksi dengan semen ini dapat
mengakibatkan partikel-partikel batuan sedimen tersebut
terlepas.
D. Hidrolisis
11
2.5. Cacat Pada Batuan
12
2.5.2. Orientasi
Adalah kedudukan dari bidang cacat tersebut dalam
ruang. Kadangkala cacat tersebut berpasangan (set) dan
mempunyai orientasi tertentu. Orientasi cacat batuan akan
berguna dalam merancang suatu struktur yang akan dibuat
pada massa batuan.
Orientasi massa batuan dapat dinyatakan dengan:
Jurus, Dip dan Kuadran Dip yang sering digunakan dalam
geologi dan dapat diukur dengan kompas geologi.
Dip dan Arah Dip
Arah Kosinus dari garis normal terhadap bidang yang
berguna dalam perhitungan matematika dan tidak diukur di
lapangan.
Trend dan Plunge.
2.5.3. Panjang Cacat
Parameter Panjang Cacat sangat penting dalam
rancangan struktur tambang. Kadangkala analisis struktur
didasarkan pada panjang cacat terutama panjang diskontinuitas
yang cukup besar untuk menyebabkan terjadinya runtuhan
atau longsoran. Pengukuran panjang cacat kadang terganggu
oleh kondisi permukaan, misalnya oleh tanah maupun
tumbuhan.
2.5.4. Spasi
Spasi dari cacat yang saling berdekatan akan
mempengaruhi ukuran blok individu dari batuan utuh. Spasi
yang rapat cenderung memberikan kondisi kohesi massa
batuan yang kecil sedangkan yang jarang akan memberikan
kohesi yang lebih tinggi. Spasi rapat dapat merubah model
runtuhan massa batuan, misalnya di lereng dari longsoran
bidang dapat berubah menjadi longsoran busur. Spasi cacat
batuan individu dan spasi set lainnya sangat mempengaruhi
permeabilitas dan karakteristik rembesan.
13
Tabel 2. 2 Terminologi spasi pada massa batuan (ISRM,1981)
Deskripsi Spasi
Sangat Rapat Sekali < 20 mm
Sangat Rapat 20 – 60 mm
Rapat 60 – 200 mm
Moderat 200 – 600 mm
Lebar 600 – 2000 mm
Sangat Lebar 2000 – 6000 mm
Sangat Lebar Sekali > 6000 mm
2.5.5. Kekerasan
Kekerasan (roughness) cacat batuan adalah komponen
penting dari kekuatan gesernya, terutama dalam kekar yang
tidak bergeser. Secara umum kekasaran cacat batuan dapat
dikarakterisasikan oleh “waveness” dari cacat tersebut yang
untuk kepentingan praktis mempengaruhi arah awal
perpindahan geser relatif terhadap bidang cacat.
2.5.6. Material Pengisi
Secara umum material pengisi cacat batuan dikenal
sebagai alterasi yang dapat terdiri dari material lunak sampai
keras. Contoh material pengisi adalah lempung, kaolin, mika,
pasir, dan kwarsa.
14
BAB III
Penyelidikan Geoteknik
15
8. Konstanta rheologi, untuk analisis stabilitas berdasarkan perilaku
rheologi yang memperhitungkan efek waktu seperti elasto-viskoplatis
dan sebagainya.
9. Indeks Energetik (WET), untuk mengkaji fenomena dinamik.
16
5. Acuan pelaksanaan tugas yang ditaati oleh semua personel
6. Sasaran pekerjaan
17
Vp : Kecepatan Gelombang Tekan
Ed : Modulus Dinamik
18
19
3.4. Penyelidikan Lapangan
3.4.1. Pemetaan Geologi Teknik
a. Tujuan
b. Perlengkapan
(1) Peta Tofografi Skala 1 : 1000, 1 : 2000, atau 1 : 5000
(2) Peta geologi regional Skala 1 : 25.000
(3) Kompas dan Palu Geologi, pita ukur, alat tulis lapangan
c. Obyek Pemetaan
Mengacu pada rekomendasi international Sociaty for Rock
Mechanics (ISRM,1975) objek pemetaan geologi teknik dapat
dibedakan menjadi dua kategori yaitu untuk kajian regional
(regional studies) dan kajian rinci (detailed studies), seperti
tercantum pada matrik Tabel 3.1. Tingkat kepentingan dari
masing-masing objek tergantung pada tahap pekerjaannnya
(tahap kelayakan, rancangan detil, konstruksi, pasca
konstruksi).
Pekerjaan pemetaan geologi teknik ini idealnya
dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan pemetaan geologi
detil pada tahap eksplorasi, demi efisiensi sumberdaya, waktu,
dan dana. Selain itu hasilnya diharapkan akan lebih teliti karena
tidak terjadi pegulangan pekerjaan yang kadang membosankan
para pekerja di lapangan.
20
3.4.1.1. Penyelidikan Geologi Regional
21
a. Menyediakan penjelasan mengenai perkembangan dari
tofografi lokasi. Dalam terminology geologi local dan
sejarah geologi.
b. Menggambarkan lebih teliti lagi semua cacat (defect)
geologi utama atau daerah cacat yang telah diindikasikan
pada saat penyelidikan geologi regional, yang melewati
atau cukup dekat dengan daerah proyek.
c. Menyediakan suatu model yang memperlihatkan sifat dasar
dan distribusi batuan dan tanah serta cacat di bawah
permukaan tanah di lokasi proyek.
22
pengukuran dapat memberikan gambaran geologi daerah
penyelidikan.
d. Perencanaan dari eksplorasi langsung, meliputi pemboran
inti dan penggalian paritan, sumuran atau lubang bukaan.
Analisis dari inti penampangan (logging) lubang bor dan
dinding galian eksplorasi, serta klasifikasi batuan dan cacat
menurut sifat fisiknya dengan menggunakan terminologi
geologi teknik.
e. Jika memungkinkan melakukan pemeriksaan visual atau
pemotretan lubang bor dengan menggunakan “borehole
periscopes” atau kamera. Pemasangan piezometer di
lubang bor untuk mengetahui tinggi muka air tanah.
f. Sesudah diperoleh semua data geologi dan geofisika
segera plotting di peta, penampang dan model tiga dimensi.
23
b. Panjang inti yang terambil (dinyatakan dalam core
recovery, %)
c. RQD %
d. Air pemilas keluar
e. Muka Air tanah
f. Jenis batuan dan deskripsi (nama batuan, tekstur, sifat fisik,
diskontinuitas)
g. Hasil uji konduktivitas hidrolis
Catatan:
24
Percontoh yang sudah diseleksi, diberi identitas, kemudian
dibungkus dengan pembungkus kedap air (misalnya alumunium
foil, atau plastik jenis tertentu)
Agar tidak rusak diperjalanan, percontoh dimasukkan ke dalam
pipa pralon dengan diameter yang sesuai. Sela-sela antara
percontoh dan dinding pralon diberi serbuk gergaji, kemudian
ujung-ujung pralon ditiup dengan lilin (WAX). Panjang pralon
sebaiknya maksimum 100 cm.
PADA SUATU PROYEK EKSPLORASI, PEMBORAN INTI ADALAH PEKERJAAN YANG
TERMAHAL DARI SEGI BIAYA, OLEH KARENA ITU HARUS DIUSAHAKAN AGAR TINGKAT
KEGAGALANNYA MININUM
3.4.3. Penyelidikan Geofisika
3.4.3.1. Metode Seismik Refraksi
a. Tujuan
b. Perlengkapan
Seismograf, geofon dan kabel yang diperlukan
Pembuatan sumber getaran (martil dan bahan peledak
khusus)
Rol meter, alat tulis lapangan
c. Perolehan Data
25
Harus diusahakan untuk memperoleh cepat rambat
gelombang pressure (P wave) dan cepat rambat gelombang
shear (S wave).
Data yang terekam adalah waktu kedatangan
gelombang pada setiap geofon. Jika jarak ke sumber geofon
diketahui, maka cepat rambat gelombang saat menerobos
batuan dan kedalaman lapisan batuan dapat dihitung.
Setelah memperoleh harga cepat rambat P wave (Vp)
dan S wave (Vs), maka dapat dihitung nisbah poisson dan
modulus elastisitas dinamik massa batuan.
3.4.3.2. Metode Geolistrik
a. Tujuan
b. Perlengkapan Utama
Instrumen Geolistrik
Elektroda, Kabel, Palu, pita ukur
c. Data yang diperoleh
Nilai tahanan jenis setiap lapisan batuan dan
kedalamannya yang ditentukan berdasarkan pencocokan
kurva dengan cara Barnes dan cara kumulatif Moore.
Catatan:
26
Metode seismik lebih baik dari pada metode geolistrik , sebab
dengan metode seismik dapat diketahui data sifat mekanik yaitu
nisbah poisson dan modulus elastisitas dinamik.
27
Mengetahui karakteristik E Pembebanan statik Analisis kemantapan lereng
Uji Kuat Tekan Triaxial
deformasi dan kekuatan yang menaik dengan metode numerik
In-situ (Insitu triaxial
batuan pada kondisi E pembebanan statik (FEM,DEM)
compression test)
pembebanan triaxial yang menurun
28
Setiap percontoh yang siap diuji perlu diukur diameter
dan tingginya dan dihitung luas permukaan dan volumennya.
Disamping itu, permukaan kedua ujung silinder harus betul-
betul rata (diamplas). Tahap berikutnya ialah melakukan
penimbangan berat percontoh pada berbagai keadaan (asli,
kering, dan jenuh).
b. Pengujian Sifat Fisik
1) Bobot Isi (asli, jenuh dan kering)
2) Berat Jenis (Semu, dan sesungguhnya)
3) Kadar air asli
4) Derajat kejenuhan
5) Porositas, void ratio
6) Batas-batas atterberg (untuk tanah)
c. Pengujian Sifat Mekanik
Jenis pengujian sifat mekanik batuan dan parameter yang
diperoleh diringkas pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. Jenis pengujian sifat mekanik dan parameter yang diperoleh
Gambar 3.11 Alat Uji Kuat geser kotak langsung (Direct Box Shear
Test)
29
BAB IV
Selama dalam proses studi kelayakan suatu tambang terbuka, diperlukan suatu
estimasi sudut lereng yang aman untuk perhitungan stripping ratio dan untuk
tata letak pit pendahuluan. Pada tahap ini umumnya hanya informasi struktur
geologi yang tersedia dari kegiatan eksplorasi sebelumnya. Besarnya sudut
lereng akhir yang ditentukan bergantung pada kategori dan kondisi lereng yang
diterapkan . Rancangan lereng dalam tambang terbuka mencakup analisis tiga
komponen utama dari suatu lereng tambang, yaitu: konfigurasi jenjang, sudut
antar jenjang (interamp angle), sudut lereng total.
30
Gambar 4.2 Redistribusi tegangan horizontal akibat penggalian tambang
Semakin dalam tambang digali, zona tanpa tegangan semakin besar
dan konsekuensinya runtuhan dapat lebih buruk. Akhirnya dengan
bertambahnya kedalaman tambang maka ukuran relatif blok-blok struktur
yang menyusun lereng menjadi semakin kecil dibandingkan dengan massa
batuan seluruhnya, sehingga mekanisme runtuh dapat berubah dari satu
struktur ke struktur yang dikendalikan oleh karakter dari massa yang besar.
31
Gambar 4.3 Planning a slope stability design program (Hoek dan Bray,
1977)
32
33