Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin
Resin adalah setiap golongan padat, semi padat atau cairan organik umumnya
produk asal alam atau sintetik dengan berat molekul tinggi dan tanpa titik leleh.
Fungsi utama dari resin adalah untuk mentransfer stres antara serat penguat,
bertindak sebagai lem untuk menahan serat bersama-sama, dan melindungi serat dari
kerusakan mekanik dan lingkungan. Selain itu, resin adalah senyawa alami atau
sintetis yang dimulai dalam keadaan sangat kental dan mengeras dengan pengobatan.
Biasanya, resin larut dalam alkohol, tetapi tidak dalam air (Ishak, 2012).
Resin adalah suatu bentuk material yang masih dapat diproses menjadi bentuk
akhir suatu produk. Resin diklasifikasikan menjadi dua yaitu resin alam dan resin
sintetis. Resin alam adalah senyawa karbon yang mengandung oksigen dan nitrogen,
secara umum resin alam adalah berupa cairan kental yang lengket atau memiliki sifat
cair. Resin ini akan mengeras perlahan-lahan bila terkena udara terbuka, berwarna
agak kuning dan tidak larut dalam air, tetapi larut habis dalam CS2 dan beberapa

pelarut seperti benzena, alkohol, dan eter.


Resin sintetis dikembangkan oleh Leo Hemdrik Bakeland pada tahun 1909.
Materialnya dibuat dari phenol dan formaldehid. Ternyata dari pengembangan ini
diketahui bahwa resin sintetis mempunyai kesamaan dengan resin alam.
Resin berguna sebagai perekat butiran-butiran sehingga menjadi bentuk
tertentu yang diinginkan. Resin akan bekerja sebagai perekat secara cepat bila kerja
resin dibantu oleh katalis. Kerja resin lebih sempurna lagi atau proses hardening
sempurna, bila ada accelerator atau panas (Santi, 2009).

2.2 Resin Urea Formaldehid

Resin Urea Formaldehid (UF) merupakan pengikat utama untuk komposit


kayu, seperti particle boards, fiber boards atau kayu lapis. Dalam penggunaan resin
UF, kelarutan dalam air, adhesi yang baik, tingkat curing tinggi dan biaya rendah
adalah sifat menarik. Kelemahan resin urea formaldehid adalah ketahanan terhadap
air rendah dan emisi formaldehid dari wood boards, hasil dari stabilitas rendah ikatan
amino-metilen. Parameter kunci dalam penurunan emisi formaldehid adalah
menurunkan rasio formaldehid/urea (F/U) dalam sintesis resin urea formaldehid
menjadi 1,05. Hal ini menyebabkan pengurangan ikatan kelompok silang dalam resin
urea formaldehid, menurunkan kekuatan dan ketahanan terhadap air dalam boards
(Christjanson, dkk., 2006).
Polimer termoset seperti urea formaldehid (UF) dan melamin formaldehid
merupakan resin yang paling banyak digunakan dari resin amino. Namun demikian,
penerimaan dari resin amino sebagai bahan pelarut seperti industri pelapisan
terhambat oleh beberapa di dalamnya terkandung kualitas yang kurang baik seperti
kerapuhan, tahan air yang buruk dan emisi formaldehid. Conner (1996) melaporkan
bahwa prosedur untuk sintesis resin UF menawarkan berbagai kondisi yang membuat
sintesis resin tidak diawetkan yang mungkin memiliki penting properti seperti gel,
taktik waktu dan spreadability. Emisi dan daya tahan formaldehid dari resin yang
dikeraskan dapat dikendalikan dan secara khusus disesuaikan untuk tujuan akhir
menggunakan dari resin (Osemeahon & Barminas, 2007).
Saat ini diyakini bahwa penyusutan volume (15-25 %) dari resin urea
formaldehid selama proses curing disebabkan karena meningkatnya densitas dari
urea polimer akibat penambahan jumlah ikatan kimia dari proses polikondensasi.
Perubahan volume menyebabkan perubahan pada polimer hasil curing dalam hal
tegangan. Oleh karena itu modifikasi kimia pada resin urea formaldehid perlu
dilakukan, tujuannya adalah untuk membentuk oligomer yang mempunyai berat
molekul lebih tinggi untuk mengoptimalkan jumlah reaksi polimerasi kondensasi.
Tujuan yang sekarang adalah untuk membentuk pengaruh dari penambahan zat
perekat lateks komposit pada proses curing dari resin urea formaldehid. Hasil
penelitian antara stabilitas panas resin hasil curing murni dengan resin hasil
penambahan zat perekat lateks komposit telah memastikan hipotesis bahwa terjadi
pengurangan jumlah ikatan yang terbentuk dari proses curing (Snycheva, 2006).
Nilai pH, kepadatan isi, dan katalis resin urea formaldehid memainkan peran
penting dalam menyediakan gabungan pH lingkungan di antara kayu dan resin urea
formaldehid. Untuk mendapatkan kekuatan yang optimum, waktu pemberian tekanan
dan suhu harus disesuaikan dengan pH lingkungan. Dengan demikian, investigasi
dari efek nilai pH, kepadatan isi, dan katalis resin urea formaldehid di waktu gel
sangat penting untuk parameter efektif untuk diaplikasikan pada komposit kayu dasar
(Xing, dkk., 2006).

2.3 Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid


Resin formaldehid dibuat dengan mereaksikan formaldehid dengan berbagai
zat-zat seperti urea dan fenol. Reagen-reagen tersebut dicampur untuk membentuk
polimer termoset sambung silang yang digunakan dalam kayu yang disusun kembali
(misalnya kayu lapis) dan perekat kayu (Biddle dan Packer, 1992).
Resin urea formaldehid (UF) merupakan produk polikondensasi urea dan
formaldehid baik dalam media basa atau netral atau asam atau alkali / asam.
Moulding ke partikel bubuk urea formaldehid (UF) atau ikatan dengan resin urea
formaldehid (UF) biasanya menghasilkan produk unggulan sebanding dengan
kondensasi formaldehid lain (petrokimia) plastik, tetapi hanya dapat digunakan
dalam interior non-struktural aplikasi. Resin urea formaldehid (UF) memiliki warna
jelas, proses curing yang cepat, dan membentuk ikatan yang kuat di bawah berbagai
kondisi yang lebih luas. Juga, karena biaya pembuatan urea - formaldehid resin
relatif paling murah, dan bahan baku yang mudah diperoleh, resin urea formaldehid
(UF) mungkin adalah perekat petrokimia sintetis yang paling murah. Polikondensasi
urea dengan formaldehid biasanya menghasilkan obligasi hydrolytically yang
sensitif, rantai ikatan hidrogen yang kuat, dan kepadatan sambung silang yang selalu
meningkatkan kepekaan sensitivitas dalam aplikasi stress – bearing. Sebagai
akibatnya, produk UF – kayu terikat ini biasanya terbatas pada interior, aplikasi non -
struktural karena kecenderungannnya untuk terhidrolisis bila dalam kelembaban
tinggi dan atau suhu yang tinggi pula (Obichukwu, 2005).
Proses resinifikasi untuk urea formaldehid itu terjadi dalam dua tahap utama,
yaitu metilolasi dan kondensasi. Pada langkah metilolasi, urea dan formaldehid yang
bereaksi di bawah kondisi yang terkontrol menggunakan katalis basa. Biasanya,
tahap metilolasi dilakukan pada pH sekitar 8,0. Tahap metilolasi biasanya
menghasilkan padatan terlarut dalam campuran metilol, monometilol urea, dan
dimetilol urea dan trimetilol urea.
pH=8
NH2CONH2 + CH2O NH2CONHCH2OH
Urea formaldehid monometilol urea
pH =8
NH2CONHCH2OH + CH2O HOCH2NHCONHCH2OH
dimetil urea
pH =8
HOCH2NHCONHCH2OH + CH2O (HOCH2)2NCONHCH2OH
Trimetitol urea
Gambar 2.1 Reaksi Metilolasi Urea Formaldehid
(Ibeh, 1999)
Reaksi metilolasi urea dikendalikan sehingga 1 mol urea
digabung dengan 2 mol formaldehid untuk menghasilkan dimetilol urea yang
dominan. Tahap kedua dari proses resinifikasi melibatkan kondensasi dari jenis
metilolasi dengan adanya katalis asam, yang bila dilakukan sampai selesai, hasil
dalam resin, sepenuhnya mengeras dapat dicairkan dengan jembatan metilen. Hasil
reaksi kondensasi yang telah ditentukan titik akhirnya, dan resin intermediate
didinginkan. Resin intermediate distabilkan dengan menyesuaikan pH sampai sekitar
7,0-8,0. Kondensasi dari metilolasi setara dengan 2 mol urea bereaksi dengan 1 mol
formaldehid untuk membentuk resin urea formaldehid (Ibeh, 1999).

NH2CONH2 + CH2O NH2CONH-CH2-NHCONNH2 + H2O


urea formaldehid urea formaldehid air

Gambar 2.2 Reaksi Pembentukan Resin Urea Formaldehid


(Ibeh, 1998)

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Resin Urea Formaldehid


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan resin urea formaldehid
adalah sebagai berikut:
1. Katalis
Peningkatan tingkat katalis mengurangi pH dan gel waktu resin urea
formaldehid. peningkatan jumlah dari katalis menyebabkan penurunan
ketebalan pembengkakan dan penyerapan air dan perbaikan dalam sifat
mekanik particleboards. Namun, penambahan katalis asam dapat
meningkatkan degradasi dari resin urea formaldehid (Xing, dkk., 2006).
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi, begitu
juga yang terjadi pada reaksi urea formaldehid ini, laju reaksi nya akan
meningkat jika digunakan katalis. Katalis yang digunakan pada percobaan ini
adalah NH4OH (ammonium hidroksida) karena reaksi ini berlangsung dalam
suasana basa (Putri dan Nurul, 2011).
2. Viskositas
Nilai viskositas produk urea formaldehid berbanding lurus dengan derajat
polimerisasi. Oleh karena itu, kualitas produk urea formaldehid dapat diamati
dari nilai viskositas, semakin lama waktu operasi maka nilai viskositasnya
semakin besar. Hal ini dikarenakan urea formaldehid yang terbentuk semakin
banyak (Adi, dkk., 2015).
3. Densitas
Nilai densitas produk urea formaldehid berbanding lurus dengan
derajat polimerisasi. Oleh karena itu, kualitas produk urea formaldehid dapat
diamati juga dari nilai densitas (Adi, dkk., 2015).
4. pH
Nilai pH untuk produk urea formaldehid dengan bertambahnya waktu relatif
tetap (Adi, dkk., 2015).
5. Temperatur
Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju reaksi. Namun
kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk yang terbentuk
bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm dan endoterm). Oleh karena itu
diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kenaikan
temperatur juga dapat menentukan berat molekul resin urea formaldehid. Hal
tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang baru sehingga
memperkecil ukuran molekul resin (Putrid an Nurul, 2011).
6. Waktu Reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi
oleh waktu reaksi, semakin lama waktu reaksi maka jumlah produk yang
dihasilkan juga semakin banyak akibatnya resin yang dihasilkan akan berkadar
tinggi dan memiliki berat molekul yag tinggi (Putri dan Nurul, 2011).
2.5 Kegunaan Resin Urea Formaldehid
Resin urea formaldehid merupakan resin termoset yang digunakan terutama
sebagai perekat kayu lapis, papan serat, partikel, dan industri perabot. Sebagai
perekat kayu, resin urea formaldehid menguntungkan karena murah, memiliki
pengolahan yang baik, pemulihan properti, dan tahan terhadap jamur dan rayap
(Tang, dkk., 1995).
Penggunaan utama dari resin adalah dalam perekat dan dengan demikian
digunakan dalam produksi pembentukan kembali hasil hutan seperti partikel dan
kayu lapis serta kayu dilaminasi. Resin juga digunakan untuk berbagai keperluan lain
termasuk pengobatan tekstil, cat dan enamel, kaca pengikat isolasi serat dan dalam
industri pulp dan kertas (Biddle dan Packer, 2005).
Resin urea formaldehid diformulasikan di laboratorium untuk industri plywood.
Ciri spesifik yang ditentukan pada resin urea formaldehid adalah padatan yang tidak
mudah menguap, waktu gel, viskositas, dan lain-lain. Resin urea formal dehid
dicampur dengan extender, filler dan NH4Cl (ammonium klorida). Campuran
mengandung kira-kira 38,7% resin padat, 56,1% total padatan dan 43,9% air,
digunakan untuk mengikat tiga jenis plywood softwood dibawah 120 oC, 1379 kPa
dan 4 menit kondisi tekanan panas. Panel plywood dicoba setelah penyabunan vakum
(48 oC) (Oh dan Jong, 2004).

Anda mungkin juga menyukai