Validasi pembersihan adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses
pembersihan yang dilaksanakan akan senantiasa menghasilkan tingkat kebersihan yang
ditetapkan tujuan dari pelaksanaan Validasi Pembersihan (Cleaning Validation) adalah untuk membuktikan bahwa prosedur yang ditetapkan untuk membersihkan suatu peralatan pengolahan, hingga pengemasan primer mampu membersihkan sisa bahan aktif obat dan deterjen yang digunakan untuk proses pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba pada tingkat yang dapat diterima. Tahapan dalam validasi pembersihan adalah sebagai berikut: 1) Penentuan worst case Penentuan worst case dari validasi pembersihan adalah tahap yang krusial dalam menentukan batas kontaminasi dan efektivitas dari prosedur pembersihan. Penentuan worst case harus berdasarkan pada : kelarutan zat aktif, toksisitas zat aktif, ukuran batch terkecil yang dapat di produksi dengan alat, dosis maksimal harian produk, jumlah dosis yang dibuat dari batch berikutnya (terkontaminasi), produk berupa tablet yang punya massa besar, atau pada kasus ampul atau vial, pengisian volume besar, dalam kedua kasus, dosis maksimal harian, total area yang kontak dengan produk, total perhitungan residu kontaminan. 2) Penentuan senyawa marker Dalam mementukan senyawa marker yang digunakan untuk pelaksanaan validasi pembersihan, harus dilakukan kajian terhadap active substance yang digunakan berdasarkan nilai risiko-nya (CPOB, 2012). Gambar 1. Penentuan senyawa marker menurut nilai risiko-nya (POPP Jilid I, 2013) 3) Penetapan batas cemaran TDD previous x MBSnext 𝑀𝐴𝐶𝑂 = 𝑆𝐹 𝑥 𝑇𝐷𝐷𝑛𝑒𝑥𝑡 Keterangan: MACO : Maximum Allowance Carryover: angka keberterimaan dihitung dari produk sebelumnya yang berada pada produk berikutnya (mg) TDDprevious : Standar Dosis terapetik harian pada produk sebelumnya (mg/hari) TDDnext : Standar Dosis terapetik harian pada produk setelaahnya (mg/hari) MBSnext : Ukuran minimal batch untuk produk selanjutnya (mg) SF : Safety factor (normalnya digunakan 1000 berdasarkan perhitungan TDD) 4) Penetapan target value Swab µg MACO [µg] Target value [ ] = dm2 luas area [dm2] Metode bilas mg MACO (mg) Target value ( ) = L Volume bilas (L) 5) Pengambilan sampel Metode Pengambilan sampelnya adalah: a) Cara Apus (Swab sampling) Merupakan metode pengambilan sampel dengan cara menggunakan bahan apus (swab material) yang dibasahi dengan pelarut yang langsung dapat menyerap residu dari permukaan alat. Prinsipnya adalah residu diperoleh dengan mengapus (swab) langsung pada permukaan alat atau ruangan yang kontak dengan produk. Hasil swab dianalisis untuk kandungan residu setelah melalui proses ekstraksi atau untuk kandungan mikroorganisme setelah melalui kultur mikroba dan inkubasi. Bahan yang digunakan untuk sampling harus kompatibel dengan solvent dan metode analisanya. Tidak ada sisa-sisa serat yang mengganggu analisa. Ukuran material harus disesuaikan dengan area sampling Sedangkan bahan pelarut (solvent), harus : Disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang diperiksa. Tidak mempengaruhi stabilitas bahan yang diuji. Sebelum dilakukan validasi, harus dilakukan pemeriksaan/uji perolehan kembali (recovery test) dengan larutan yang diketahui kadarnya. Tata cara: Gunakan ‘swab-stick’ - yang mengandung bahan pelarut - atau ‘rodac plate’. Apus (‘swab’) langsung pada permukaan alat/ruangan yang kontak dengan produk untuk memperoleh residu. Analisis ‘swab’ untuk kandungan residu setelah melalui proses ekstraksiatau setelah melalui pembiakan (‘culture’) dan inkubasi (untuk kandungan mikroba) Kelebihan: Residu yang sudah mengering atau sulit larut dapat dilepaskan dari permukaan alat secara fisik. Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan ‘swab-stick’, sehingga memungkinkan evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau jumlah residu per permukaan area Kekurangan: Variasi hasil analisis karena: Pemilihan lokasi, Tekanan (physical force) yang digunakan dan Totalitas permukaan yang di’swab’. Pelarut ‘swab’ dapat bereaksi dengan residu. Bahan ‘swab’ dan Proses analisis ekstraksi dapat mempengaruhi (mengurangi) perolehan kembali residu (recovery rate). Sampel yang terbatas dapat mempengaruhi sensitivitas hasil analisis b) Cara bilas (Rinse sampling) Umumnya dilakukan untuk alat/mesin yang sulit dijangkau dengan cara apus (banyak pipa, lekukan, dan lain-lain). Prinsip kerja cara bilas adalah residu diperoleh dengan mengumpulkan pelarut pembilas yang telah kontak dengan permukaan alat dimana produk diproses. Hasil bilas kemudian dianalisis untuk kandungan residu dan atau kandungan mikroba. Perhatian: Tetapkan volume pelarut pembilas Pelarut pembilas harus kontak dengan permukaan alat selama waktu yang cukup agar residu dapat larut sempurna Pelarut pembilas tidak boleh menyebabkan penguraian/degradasi residu Analisis banding dilakukan terhadap pelarut pembilas kontrol yang belum digunakan Kelebihan: Pengambilan contoh dimungkinkan terhadap permukaan yang luas Keseluruhan lokasi di permukaan dapat dicapai tanpa kesulitan, sehingga memungkinkan evaluasi dengan tingkat ‘recovery rate’ tinggi Variasi hasil analisis akan kecil dibandingkan dengan cara apus Kekurangan: Tidak cocok untuk peralatan kompleks bermuatan instrumentasi atau komponen listrik/elektronika seperti: mesin tablet, FBD, granulator, mesin pengisi serbuk, tablet, kapsul. Cocok untuk tangki, blender, filter housing, sistem sirkulasi air. c) Metode dengan menggunakan plasebo: Prinsip validasi menggunakan plasebo adalah residu diperoleh dari batch produk plasebo yang dibuat dengan cara simulasi dala kondisi yang sebenarnya. Contoh produk sepanjang proses produksi melalui suatu rangkaian alat kemudian dianalisis untuk kandungan residu atau kandungan mikroorganisme. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara pengolahan produk yang bersangkutan tanpa bahan aktif dengan peralatan yang sudah dibersihkan kemudian dianalisa. Kelebihan: Contoh yang diambil merupakan simulasi proses produksi yang sebenarnya. Memberi kemungkinan penilaian langsung terhadap efek kumulasi tahapan proses produksi karena pendekatan validasi dilakukan pada suatu rangkaian peralatan. Kekurangan: Tingkat sensitivitas dari recovery rate (perolehan kembali) residu terlalu rendah karena faktor pengenceran selama proses produksi.