PENDAHULUAN
Keterangan :
2. Feedforward control.
Sistem pengendalian feedforward memanfaatkan
pengukuran langsung pada disturbance untuk mengatur harga
variabel yang akan dimanipulasi. Tujuan pengendalian adalah
untuk mempertahankan variabel output yang di pengendalian
pada nilai yang diharapkan.
Gambar 4. Struktur umum feedforward control
3. Inferential control.
Inferential control menggunakan secondary measurement
karena variabel yang dipengendalian tidak dapat diukur untuk
menentukan nilai variabel manipulasi. Tujuan pengendalian
adalah menjaga controlled variabel yang tidak dapat diukur pada
setpoint yang diinginkan.
2. Unit Pengendali
Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan
mengirimkan sinyal ke unit kendali akhir. Evaluasi yang
dilakukan berupa operasi matematika. Hasil evaluasi berupa
sinyal kendali yang dikirim keunit kendali akhir. Sinyal kendali
berupa sinyal standar yang serupa dengan sinyal pengukuran.
1. Control proportional
Penggunaan control proportional memiliki berbagai
keterbatasan karena sifat control yang tidak dinamil ini.
Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang
sederhana control proportional ini cukup mampu untuk
memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling
time. Pengontrolan proportional memiliki keluaran yang
sebanding dengan besarnya sinyak kesalahan (selisih) antara
besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya.
Ciri-ciri pengontrol proportional:
a. Jika nilai Kp (constanta proportional) kecil, pengontrol
proportional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan
yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang
lambat.
b. Jika nilai Kp dinaikkan, maka respon atau tanggapan akan
semakin cepat.
c. Jika nilai Kp diperbesar sehingga akan mencapai harga yang
berleihan dan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil
atau respon sistem akan berisolasi.
d. Nilai Kp tidak dapat di setting demikian sehingga
mengurangi steady state error tetapi tidak
menghilangkannya.
2. Control Integrative
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem
yang memiliki kesalahan nol. Adapun ciri-ciri pengontrol
integral:
a. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu
tertentu, sehingga pengontrol integral cenderung
memperlambat respon.
b. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol
akan bertahan pada sinyal kesalahan yang tidak berharga
nol, keluaran akan menurun.
c. Konstanta integral yang berharga besar akan mempercepat
hilangnya offset tetapi semakin besar konstanta integral
akan mengakibatkan peningkatan offset dari sinyal kekuatan
pengontrol.
3. Control Derivatif
Keluaran control diferensial memiliki sifat seperti halnya
suatu operasi perubahan yang mendadak pada masukan
pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar
dan cepat ketika masukannya tidak mengalami perubahan,
sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan
manaik (berbentuk fungsi step) keluaran menghasilkan sinyal
berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara
perlahan (fungsi ramp) keluarannya justru merupakan fungsi
step yang besar magnitudenya sangat dipengaruhi oleh
kecepatan naik dari fungus ramp dan faktor konstanta derrivatif.
Sinyal control U yang dihasilakn oleh control D dapat
dinyatakan sebagai:
G(s) = S . Kd
METODOLOGI
Tabel 1. Direct Action proportional band 10%, integral time 200 seconds dan
derrivatif time 1 second
Tabel 2. Direct Action proportional band 30%, integral time 200 seconds dan
derrivatif time 1 second
Tabel 3. Reverse Action proportional band 10%, integral time 200 seconds
dan derrivatif time 1 second
Tabel 4. Reverse Action proportional band 30%, integral time 200 seconds
dan derrivatif time 1 second
3.2 Pembahasan
Pada proses direct action apabila nilai variabel proses naik maka nilai
variabel manipulasi juga akan naik. Pada proportional band 10%, integral time
200 seconds dan derrivatif time 1 second, mula-mula pH dari larutan adalah
11,7 hingga sistem dihentikan saat pH mendekati setpoint yaitu pH 6,9 selama
11:45 proses berjalan, dengan overshoot sebesar 4,8 dan offset sebesar 0,1.
Pada proportional band 30%, integral time 200 seconds dan derrivatif time 1
second, mula-mula pH dari larutan adalah 11,6 hingga sistem dihentikan saat
pH mencapai 6,9 selama 13:45 dengan overshoot sebesar 4,7 dan offset sebesar
0,1.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
http://kontrolmekanikjurusanku.blogspot.com/2018/04/jenis-jenis-control-valve-d
an.html
Diakses pada tanggal 11 Maret 2019
http://documents.tips/download/document/?id=619k6x%2FZB%2BmhV3TiefgSw
hlLCRuIubn4qWrVccTZUGfh0x0ZP4S63BWADjpGeGEwpqBQeSnrRz
LGIktHBLNH3g%3D%3D. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019
A. Direct Action
14
12
10
8
pH
6
4
2
0
0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 14:24
Waktu
pH Set
Point
8
7
6
5
4
pH
3
2
1
0
-1 0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 14:24 16:48
Waktu
pH Set
Point
5
4
3
2
1
0
0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 14:24
Waktu
pH Set
Point
5
4
3
2
1
0
0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 14:24
Waktu
pH Set
Point