Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


 Memahami cara kerja PCT 42 pH kontrol.
 Memahami karakteristik pengendalian pH pada RATB dengan metode
direct action dan reverse action.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Definisi Pengendalian
Pengendalian proses adalah bagian dari pengendalian automatic
yang diterapkan di bidang teknologi proses untuk menjaga kondisi
proses agar sesuai yang diinginkan. Seluruh komponen yang terlibat
dalam pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau sistem
control. Tujuan pengendalian adalah mempertahankan nilai variabel
proses agar sesuai dengan kebutuhan operasi sesuai dengan yang
diinginkan.
Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas
pengendalian yang didasarkan atas bentuk tanggapan variabel proses.
Setelah terjadi perubahan set point atau beban diharapkan:

1. Penyimpangan maksimm dan nilai acuan sekecil mungkin.


2. Waktu yang diperlukan oleh variabel proses mencapai kondisi
mantap sekecil mungkin.
3. Perbedaan nilai acuan dan variabel proses setelah tunak sekecil
mungkin atau dapat atau dapat dinyatakan dengan istilah umum,
yaitu:
- Minimum overshoot .
- Minimum offset.
- Minimum settling time.
Dengan kata lain kualitas pengendalian yang diharapkan adalah:

- settling time sekecil mungkin (tanggapan cepat).


- Offset sekecil mungkin (tepat).
- Maximum error sekecil mungkin (stabil).

Gambar 1. Grafik Pengendalian Proses

Keterangan :

- Set point : nilai variabel proses yang diinginkan.

- Offset : selisih terkecil antara set point dan process


variabel.
- Overshoot : selisih terbesar antara set point dan process
variabel.
- Settling time : waktu yang diperlukan oleh variabelproses
mencapai kondisi mantap sekecil mungkin.

1.2.2 Jenis Variabel


Jenis variabel yang mendapatkan perhatian penting dalam bidang
pengendalian proses adalah varibel proses (PV), variabel manipulasi
(MV) dan nilai acuan (setpoin). Selain ketiga jenis variabel tersebut
masih terdapat variabel lain yaitu gangguan (disturbance).
Gambar 2. Jenis variabel dalam sistem proses

1.2.3 Tipe-tipe Konfigurasi Pengendalian.


1. Feedbacak control configuration.
Mengukur secara langsung variabel yang dikendalikan
untuk mengatur harga variabel yang dimanipulasikan. Tujuan
pengendalian ini adalah mempertahankan variabel yang
dikendalikan pada setpoint yang diinginkan.

Gambar 3. Struktur umum feedback control

2. Feedforward control.
Sistem pengendalian feedforward memanfaatkan
pengukuran langsung pada disturbance untuk mengatur harga
variabel yang akan dimanipulasi. Tujuan pengendalian adalah
untuk mempertahankan variabel output yang di pengendalian
pada nilai yang diharapkan.
Gambar 4. Struktur umum feedforward control

3. Inferential control.
Inferential control menggunakan secondary measurement
karena variabel yang dipengendalian tidak dapat diukur untuk
menentukan nilai variabel manipulasi. Tujuan pengendalian
adalah menjaga controlled variabel yang tidak dapat diukur pada
setpoint yang diinginkan.

Gambar 5. Struktur inferential control

1.2.4 Langkah Pengendalian.


1. Mengukur, tahap pertama dari langkah pengendalian adalah
mengukur atau mengamati nilai variabel proses
2. Membandingkan, hasil pengukuran atau pengamatan variabel
proses (nilai terukur) dibandingkan dengan nilai acuan (setpoint)
3. Mengevaluasi, perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan di
evaluasi untuk menentukan langkah atau cara melakukan koreksi
atas perbedaan itu.
4. Mengoreksi, tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel
proses agar perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan tidak
ada atau sekecil mungkin.

1.2.5 Instrumentasi Proses.


1. Unit Pengukuran
Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang
berupa besaran fisik atau kimia seperti laju alir, tekanan, suhu,
pH, konsentrasi, dan sebagainya menjadi sinyal standar. Bentuk
sinyal standar yang populer dibidang pengendalian proses adalah
berupa sinyal penuematik (tekanan udara) dan sinyal listrik. Unit
pengukuran terdiri dari atas dua bagian yaitu sensor dan
transmiter.
- Sensor yaitu elemen perasa yang lansung bersentuhan
dengan variabel proses.
- Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal
dari sensor (gerakan mekanik, perubahan hambatan,
perubahan tegangan atau arus) menjadi sinyal standar.

2. Unit Pengendali
Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan
mengirimkan sinyal ke unit kendali akhir. Evaluasi yang
dilakukan berupa operasi matematika. Hasil evaluasi berupa
sinyal kendali yang dikirim keunit kendali akhir. Sinyal kendali
berupa sinyal standar yang serupa dengan sinyal pengukuran.

Controller (pengendali) yaitu menerima nilai error dari hasil


pembanding, kemudian menginterprestasikan nilai yang tepat
lalu memerintahkan elemen kontrol pengendali akhir agar bisa
sesuai dengan nilai yang diinginkan. Respon dari konriller
memiliki tiga kriteria koreksi, yaitu:
- Proportional yaitu sinyal keluaran sebanding dengan
penyimpangan (deviasi). Pengendali ini cepat stabil dan
memiliki offset kecil.

- Integral yaitu keluaran selalu berubah selama terjadi deviasi


dan kecepatan perubahan keluaran tersebut sebanding
dengan penyimpangan. Pengendali ini lambat stabil karena
sering terjadi gangguan, tetapi memiliki offset kecil.

- Derivatif yaitu mempercepat respon pengendali tetapi


sangat peka terhadap noise (gangguan akibat bising,
turbulensi). Pengendali ini cepat stabil dan memiliki offset
kecil

- Kombinasi yaitu pengontrol tipe integral dan derivatif


jarang digunakan secara tersendiri, tetapi digabungkan
dengan sistem proportional untuk menghilangkan
keragu-raguan jika jenir proportional memerlukan
karakteristik yang stabil. Dengan penggabungan ini akan
diperoleh suatu sistem kontrol yang lebih stabil sehingga
sensitivitas responnya akan menjadi lebih besar.

3. Unit Kendali Akhir


Bagian ini bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi
aksi atau koreksi melalui pengaturan variabel termanipulasi. Unit
ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu aktuator dan elemen
kendali akhir. Aktuator adalah penggerak elemen kendali akhir.
Bagian ini dapat berupa motor listrik, selenoida, atau membran
peneumatik. Sedangkan elemen kendali akhir biasanya berupa
katup kendali akhir (control valve) atau elemen pemanas.
1.2.6 Pengertian dan istilah-istilah.
1. Proses
Proses sebagai operasi atau perkembangan alamiah yang
berlangsung secara kontinyu yang ditandai oleh satu deretan
perubahan kecil yang berurutan dengan cara yang relative tetap
dan menuju ke suatu hasil atau keadaan akhir tertentu.
2. Sistem
Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yag
bekerja bersama-sama dan melakukan suatu sasaran tertentu.
3. Proses variabel.
Besaran fisika atau besaran kimia yang dikendalikan.
4. Manipulated variabel.
Besaran fisika atau besaran kimia yang dapat dimanipulasi
atau diubah-ubah besarnya agar proses variabel besarnya dama
dengan setpoint.
5. Disturbance/gangguan.
Suatu sinyal yang cenderung mempunyai pengaruh yang
merugikan pada harga keluaran sistem.
6. Sensing element
Bagian yang paling ujung suatu sistem pengukuran.
7. Transduser dan transmitter.
Tranduser adalah unit pengalih sinyal, sedangkan transmitter
adalah alat yang berfungsi membaca sinyak sensing element dan
mengubahnya menjadi sinyak yang dapat dimengerti oleh
controlled.
8. Set point
Nilai dari proses variabel yang diinginkan. Sebuah
controlled akan selalu berusaha menyamakan proses variabel
dengan setpoint
9. Error
Selisih antara set point dikurangi dengan measured variabel.
Error bias berupa negative dan juga positif.
10. Feedback (umpan balik)
Umpan balik adalah sifat dari suatu siste untaian tertutup
yang memungkinkan keluarannya bias dibandingkan dengan
masukan sistem itu agar tindakan pengendalian yang tepat
sebagai fungsi dari keluaran dan masukannya bias terjadi.

1.2.7 Karakteristik Aliran


Karakteristik aliran adalah sebuah control valve adalah
hubungan bukaan valve dengan flowrate. Ada 3 karakteristik aliran
sebuah valve berikut:
1. Quick opening
Bukaan yang kecil memberikan kenaikan yang besar pada
flow rate digunakan pada proses yang menentukan flowrate
seketika dalam jumlah besar seperti safety sistem dan matering.
2. Linear
Bukaan valve berbanding lurus dengan flowrate digunakan
pada aplikasi dimana pressure drop pada valve cenderung
konstan seperti pada level control dan flow control loop.
3. Equal percentage
Kebalikan dari quick opening, bukaan valve yang besar
sehingga memberikan penambahan flowrate yang kecil.
Digunakan pada proses yang membutuhkan pressure drop yang
besar pada valve seperti temperature dan pressure control.
Dampak kesalahan pemilihan valve dengan karakteristik aliran
yang sesuai akan menyebabkan:
a. Gangguan akurasi pada aplikasi matering untuk jenis
flowrate tertentu, seperti vantex dan turbire
b. Control proses menjadi tidak stabil
Karakteristik mode pengendalian (proportional, integral, dan
derrivatif)

1. Control proportional
Penggunaan control proportional memiliki berbagai
keterbatasan karena sifat control yang tidak dinamil ini.
Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang
sederhana control proportional ini cukup mampu untuk
memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling
time. Pengontrolan proportional memiliki keluaran yang
sebanding dengan besarnya sinyak kesalahan (selisih) antara
besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya.
Ciri-ciri pengontrol proportional:
a. Jika nilai Kp (constanta proportional) kecil, pengontrol
proportional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan
yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang
lambat.
b. Jika nilai Kp dinaikkan, maka respon atau tanggapan akan
semakin cepat.
c. Jika nilai Kp diperbesar sehingga akan mencapai harga yang
berleihan dan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil
atau respon sistem akan berisolasi.
d. Nilai Kp tidak dapat di setting demikian sehingga
mengurangi steady state error tetapi tidak
menghilangkannya.
2. Control Integrative
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem
yang memiliki kesalahan nol. Adapun ciri-ciri pengontrol
integral:
a. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu
tertentu, sehingga pengontrol integral cenderung
memperlambat respon.
b. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol
akan bertahan pada sinyal kesalahan yang tidak berharga
nol, keluaran akan menurun.
c. Konstanta integral yang berharga besar akan mempercepat
hilangnya offset tetapi semakin besar konstanta integral
akan mengakibatkan peningkatan offset dari sinyal kekuatan
pengontrol.
3. Control Derivatif
Keluaran control diferensial memiliki sifat seperti halnya
suatu operasi perubahan yang mendadak pada masukan
pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar
dan cepat ketika masukannya tidak mengalami perubahan,
sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan
manaik (berbentuk fungsi step) keluaran menghasilkan sinyal
berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara
perlahan (fungsi ramp) keluarannya justru merupakan fungsi
step yang besar magnitudenya sangat dipengaruhi oleh
kecepatan naik dari fungus ramp dan faktor konstanta derrivatif.
Sinyal control U yang dihasilakn oleh control D dapat
dinyatakan sebagai:
G(s) = S . Kd

Dari persamaan diatas nampak bahwa sifat dari control D ini


dalam konteks “kecepatan” atau rate dari error. Dengan sifat ini
dapat digunakan untuk memperbaiki reson transien dengan
memprediksi error yang akan terjadi. Control derrivatuf hanya
berubah saat ada perubahan error sehingga saat error statis
control ini tidak akan bereaksi. Hal ini pula menyebabkan
control derrivatif tidak dapat dipakai sendiri.
Ciri-ciri pengontrol derrivatif :

a. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada


perubahan pada masukannya (berupa perubahan sinyak
kesalahan).
b. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu maka
keluaran yang dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai
Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
c. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk
mendahului sehingga pengontrol ini dapat menghasilakn
koreksi yang signifikan sebelum pembangkit kesalahan
menjadi sangat besar. Jadi pengontrol diferensial dapat
mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi
yang bersifat korektif dan cenderung meningkatkan
stabilitas sistem.
d. Dengan meningkatkan nilai Kd, maka dapat meningkatkan
stabilitas sistem dan mempunyai overshoot.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan


- PCT 42 pH Control

Bahan yang digunakan


- HCl 0,05 M
- NaOH 0,05 M

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Persiapan Alat
1. Menghubungkan komputer dan alat PCT 42 pH Control dengan
sumber listrik
2. Menghidupkan computer dan alat PCT 42 pH Control
3. Mengecek konektivitas antara modul PCT 42 dan komputer dengan
cara:
- Mengklik tombol Start
- Mengklik dua kali icon PCT 42 (untuk analisa sensor pH)
- Memilih section 1 feedback control
- Mengklik Load hingga muncul layar PCT 42 pH Probe
Accescory Section 1
- Pada gambar terdapat kotak stirrer dan angka 0 diubah
menjadi 1
- Jika stirrer pada alat berputar maka connectivitas telah berhasil
4. Melalukan praktikum secara direct action dan reverse action
2.2.2 Langka Kerja Direct Action
1. Memasukkan selang pump A pada larutan HCl 0,05 M dan selang
pump B pada larutan NaOH 0,05 M dan memastikan ujung selang
tenggelam dalam masing-masing larutan
2. Mengklik setelah pH naik
3. Melakukan pengujian larutan dengan cara :
- Menaikan angka pada Pump B dan mengubahnya dari 0
menjadi 50 %
- Jika pada monitor pH naik maka larutan telah terpasang
dengan benar
4. Mengklik sample pada toolbart
5. Mengklik configuration, maka akan muncul menu sample
configuration
6. Pada menu sample configuration diisikan :
- Sampling operation : automatic
- Automatic sampling parameter
 Sample interval : 15 secs
 Duration of sampling : continuous
7. Mengklik Ok
8. Pada chart yang terdapat pada monitor memilih FID, sehingga akan
muncul menu FID Controller.
9. Mengisi kolom pH control sebagai berikut
- Proses variable : acidity
- Manipulation variable : pump A
- Control action : Direct action
10. Mengisi kolom seting sebagai berikut
- Seting point : 7 pH
- Proportional band : 10% ,30%
- Integral time : 200 secs
- Derivative time : 1 secs
- Mode of operation : automatic operation
11. Mengklik apply, kemudian automatic
12. Mengklik Go
13. Mengklik apply, dan kemudian mengklik Ok
14. Mengklik view table untuk melihat data dalam bentuk table atau
view graph, untuk melihat data dalam bentuk grafik
15. Menunggu hingga analisa stabil kemudian mengklik stop
16. Menyimpan data dengan mengklik save as:
- File name : kelas 4A S1 2019
- Save as type : excel 5,0 file (*xls)

2.2.3 Langka kerja Reverse Action


1. Memasukkan selang pump A pada larutan NaOH 0,05 M dan
selang pump B pada larutan HCl 0,05 M dan memastikan ujung
selang tenggelam dalam masing-masing larutan
2. Mengklik setelah pH naik
3. Melakukan pengujian larutan dengan cara :
- Menaikan angka pada Pump B dan mengubahnya dari 0
menjadi 50 %
- Jika pada monitor pH naik maka larutan telah terpasang
dengan benar
4. Mengklik sample pada toolbart
5. Mengklik configuration, maka akan muncul menu sample
configuration
6. Pada menu sample configuration diisikan :
- Sampling operation : automatic
- Automatic sampling parameter
 Sample interval : 15 secs
 Duration of sampling : continous
7. Mengklik Ok
8. Pada chart yang terdapat pada monitor memilih FID, sehingga akan
muncul menu FID Controller.
9. Mengisi kolom pH control sebagai berikut
- Proses variable : acidity
- Manipulation variable : pump A
- Control action : Direct action
10. Mengisi kolom seting sebagai berikut
- Seting point : 7 pH
- Proportional band : 10% ,30%
- Integral time : 200 secs
- Derivative time : 1 secs
- Mode of operation : automatic operation
11. Mengklik apply, kemudian automatic
12. Mengklik Go
13. Mengklik apply, dan kemudian mengklik Ok
14. Mengklik view table untuk melihat data dalam bentuk table atau
view graph, untuk melihat data dalam bentuk grafik
15. Menunggu hingga analisa stabil kemudian mengklik stop
16. Menyimpan data dengan mengklik save as:
- File name : kelas 4A S1 2019
- Save as type : excel 5,0 file (*xls)
BAB III

DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Tabel 1. Direct Action proportional band 10%, integral time 200 seconds dan
derrivatif time 1 second

Sample Elapse Diff. Diff. Pump A Pump B Acidity/


Number d Pressure Pressur Speed Speed Alkalinity
Time P1 e
[mm] P2 [%] [%] [pH]
[mm]

1 00:00 355 -356 100 50 11,7

2 00:15 355 -356 100 50 11,6

3 00:30 355 -356 100 50 11,5

4 00:45 355 -356 100 50 11,5

5 01:00 355 -356 100 50 11,4

6 01:15 355 -356 100 50 11,4

7 01:30 355 -356 100 50 11,3

8 01:45 355 -356 100 50 11,2

9 02:00 355 -356 100 50 11,1

10 02:15 355 -356 100 50 11,0

11 02:30 355 -356 100 50 10,8

12 02:45 355 -356 100 50 10,4

13 03:00 355 -356 100 50 8,8

14 03:15 355 -356 0 50 4,2

15 03:30 355 -356 11 50 4,9

16 03:45 355 -356 28 50 5,5


17 04:00 355 -356 29 50 5,6

18 04:15 355 -356 28 50 5,7

19 04:30 355 -356 30 50 5,8

20 04:45 355 -356 30 50 5,9

21 05:00 355 -356 29 50 6,0

22 05:15 355 -356 30 50 6,1

23 05:30 355 -356 29 50 6,1

24 05:45 355 -356 30 50 6,2

25 06:00 355 -356 29 50 6,2

26 06:15 355 -356 28 50 6,3

27 06:30 355 -356 29 50 6,4

28 06:45 355 -356 28 50 6,4

29 07:00 355 -356 30 50 6,5

30 07:15 355 -356 30 50 6,5

31 07:30 355 -356 30 50 6,6

32 07:45 355 -356 29 50 6,6

33 08:00 355 -356 28 50 6,7

34 08:15 355 -356 29 50 6,6

35 08:30 355 -356 30 50 6,7

36 08:45 355 -356 28 50 6,6

37 09:00 355 -356 31 50 6,7

38 09:15 355 -356 28 50 6,7

39 09:30 355 -356 31 50 6,7

40 09:45 355 -356 30 50 6,8

41 10:00 355 -356 30 50 6,8

42 10:15 355 -356 29 50 6,8

43 10:30 355 -356 30 50 6,8


44 10:45 355 -356 29 50 6,8

45 11:00 355 -356 29 50 6,8

46 11:15 355 -356 30 50 6,9

47 11:30 355 -356 30 50 6,8

48 11:45 355 -356 29 50 6,9

Tabel 2. Direct Action proportional band 30%, integral time 200 seconds dan
derrivatif time 1 second

Sample Elapse Diff. Diff. Pump A Pump B Acidity/


Number d Pressure Pressur Speed Speed Alkalinity
Time P1 e
[mm] P2 [%] [%] [pH]
[mm]

1 00:00 355 -356 61 50 11,6

2 00:15 355 -356 65 50 11,6

3 00:30 355 -356 69 50 11,6

4 00:45 355 -356 73 50 11,5

5 01:00 355 -356 76 50 11,5

6 01:15 355 -356 80 50 11,5

7 01:30 355 -356 83 50 11,4

8 01:45 355 -356 87 50 11,4

9 02:00 355 -356 90 50 11,3

10 02:15 355 -356 93 50 11,3

11 02:30 355 -356 96 50 11,2

12 02:45 355 -356 98 50 11,1

13 03:00 355 -356 100 50 10,9

14 03:15 355 -356 100 50 10,7

15 03:30 355 -356 98 50 10,2


16 03:45 355 -356 64 50 6,2

17 04:00 355 -356 26 50 4,2

18 04:15 355 -356 25 50 4,3

19 04:30 355 -356 24 50 4,4

20 04:45 355 -356 25 50 4,7

21 05:00 355 -356 27 50 5,1

22 05:15 355 -356 28 50 5,3

23 05:30 355 -356 28 50 5,4

24 05:45 355 -356 28 50 5,6

25 06:00 355 -356 29 50 5,7

26 06:15 355 -356 29 50 5,8

27 06:30 355 -356 28 50 5,8

28 06:45 355 -356 29 50 6,9

29 07:00 355 -356 29 50 6.0

30 07:15 355 -356 28 50 6.0

31 07:30 355 -356 29 50 6.2

32 07:45 355 -356 29 50 6.2

33 08:00 355 -356 29 50 6.3

34 08:15 355 -356 29 50 6.3

35 08:30 355 -356 29 50 6.4

36 08:45 355 -356 29 50 6.4

37 09:00 355 -356 29 50 6.5

38 09:15 355 -356 29 50 6.5

39 09:30 355 -356 29 50 6.6

40 09:45 355 -356 29 50 6.6

41 10:00 355 -356 29 50 6.6

42 10:15 355 -356 29 50 6.7


43 10:30 355 -356 29 50 6.7

44 10:45 355 -356 29 50 6.7

45 11:00 355 -356 29 50 6.7

46 11:15 355 -356 29 50 6.7

47 11:30 355 -356 29 50 6.8

48 11:45 355 -356 30 50 6.8

49 12:00 355 -356 29 50 6.8

50 12:15 355 -356 30 50 6.8

51 12:30 355 -356 30 50 6.8

52 12:45 355 -356 29 50 6.8

53 13:00 355 -356 29 50 6.8

54 13:15 355 -356 30 50 6.9

55 13:30 355 -356 29 50 6.8

56 13:45 355 -356 29 50 6.9

Tabel 3. Reverse Action proportional band 10%, integral time 200 seconds
dan derrivatif time 1 second

Sample Elapse Diff. Diff. Pump A Pump B Acidity/


Number d Pressure Pressur Speed Speed Alkalinity
Time P1 e
[mm] P2 [%] [%] [pH]
[mm]

1 00:01 355 -356 100 50 2.8

2 00:16 355 -356 100 50 2.8

3 00:31 355 -356 100 50 2.8

4 00:46 355 -356 100 50 2.8

5 01:01 355 -356 100 50 2.8

6 01:16 355 -356 100 50 2.9


7 01:31 355 -356 100 50 2.9

8 01:46 355 -356 100 50 2.9

9 02:01 355 -356 100 50 2.9

10 02:16 355 -356 100 50 3.0

11 02:31 355 -356 100 50 3.0

12 02:46 355 -356 100 50 3.0

13 03:01 355 -356 100 50 3.1

14 03:16 355 -356 100 50 3.1

15 03:31 84 -356 100 50 3.2

16 03:46 355 -356 100 50 3.2

17 04:01 355 -356 100 50 3.3

18 04:16 355 -356 100 50 3.3

19 04:31 355 -356 100 50 3.4

20 04:46 355 -356 100 50 3.5

21 05:01 355 -356 100 50 3.6

22 05:16 355 -356 100 50 3.7

23 05:31 355 -356 100 50 4.0

24 05:46 355 -356 100 50 5.9

25 06:01 355 -356 29 50 8.9

26 06:16 355 -356 35 50 8.6

27 06:31 355 -356 43 50 8.3

28 06:46 355 -356 42 50 8.2

29 07:01 355 -356 44 50 8.1

30 07:16 355 -356 43 50 8.0

31 07:31 355 -356 40 50 8.0

32 07:46 355 -356 44 50 7.9

33 08:01 355 -356 44 50 7.8


34 08:16 355 -356 45 50 7.7

35 08:31 355 -356 44 50 7.7

36 08:46 355 -356 44 50 7.6

37 09:01 355 -356 42 50 7.6

38 09:16 355 -356 41 50 7.6

39 09:31 355 -356 42 50 7.5

40 09:46 355 -356 45 50 7.5

41 10:01 355 -356 45 50 7.4

42 10:16 355 -356 46 50 7.3

43 10:31 355 -356 46 50 7.3

44 10:46 355 -356 45 50 7.3

45 11:01 355 -356 46 50 7.2

46 11:16 355 -356 46 50 7.3

47 11:31 355 -356 45 50 7.3

48 11:46 355 -356 46 50 7.2

49 12:01 355 -356 46 50 7.2

50 12:16 355 -356 45 50 7.2

51 12:31 355 -356 45 50 7.2

52 12:46 355 -356 45 50 7.2

53 13:01 355 -356 45 50 7.2

Tabel 4. Reverse Action proportional band 30%, integral time 200 seconds
dan derrivatif time 1 second

Sample Elapsed Diff. Diff. Pump A Pump B Acidity/


Number Time Pressure Pressur Speed Speed Alkalinity
P1 e
[mm] P2 [%] [%] [pH]
[mm]
1 00:01 355 -356 64 50 2.7

2 00:16 355 -356 68 50 2.7

3 00:31 355 -356 72 50 2.8

4 00:46 355 -356 75 50 2.8

5 01:01 355 -356 78 50 2.8

6 01:16 355 -356 82 50 2.8

7 01:31 355 -356 85 50 2.9

8 01:46 355 -356 88 50 2.9

9 02:01 355 -356 91 50 3.0

10 02:16 355 -356 94 50 3.0

11 02:31 355 -356 97 50 3.1

12 02:46 355 -356 100 50 3.2

13 03:01 355 -356 100 50 3.3

14 03:16 355 -356 100 50 3.4

15 03:31 355 -356 100 50 3.7

16 03:46 355 -356 77 50 6.6

17 04:01 355 -356 35 50 9.5

18 04:16 355 -356 31 50 9.6

19 04:31 355 -356 28 50 9.6

20 04:46 355 -356 27 50 9.6

21 05:01 355 -356 27 50 9.4

22 05:16 355 -356 27 50 9.2

23 05:31 355 -356 27 50 9.0

24 05:46 355 -356 28 50 8.8

25 06:01 355 -356 29 50 8.6

26 06:16 355 -356 29 50 8.5

27 06:31 355 -356 30 50 8.3


28 06:46 355 -356 30 50 8.2

29 07:01 355 -356 30 50 8.1

30 07:16 355 -356 30 50 8.0

31 07:31 355 -356 30 50 8.0

32 07:46 355 -356 30 50 7.9

33 08:01 355 -356 30 50 7.8

34 08:16 355 -356 30 50 7.7

35 08:31 355 -356 30 50 7.7

36 08:46 355 -356 30 50 7.7

37 09:01 355 -356 30 50 7.6

38 09:16 355 -356 30 50 7.5

39 09:31 355 -356 30 50 7.5

40 09:46 355 -356 30 50 7.5

41 10:01 355 -356 30 50 7.4

42 10:16 355 -356 31 50 7.4

43 10:31 355 -356 30 50 7.4

44 10:46 355 -356 30 50 7.3

45 11:01 355 -356 31 50 7.3

46 11:16 355 -356 30 50 7.3

47 11:31 355 -356 31 50 7.3

48 11:46 355 -356 31 50 7.2

49 12:01 355 -356 30 50 7.3

50 12:16 355 -356 30 50 7.2

51 12:31 355 -356 31 50 7.2

52 12:46 355 -356 31 50 7.2

53 13:01 355 -356 31 50 7.2

54 13:16 355 -356 30 50 7.2


55 13:31 355 -356 31 50 7.1

56 13:46 355 -356 31 50 7.1

3.2 Pembahasan

Pada praktikum kontrol dengan menggunakan alat PCT 42 pH kontrol ini


bertujuan untuk memahami cara kerja PCT 42 pH kontrol dan memahami
karakteristik pengendalian pH pada reactor alir tangka berpengaduk (RATB)
dengan metode direct action dan reverse action.

Pada praktikum pH kontrol dilakukan metode direct action dan reverse


action, dimana dalam pengendalian dengan masing-masing metode terdapat
variabel-variabel pengendalian proses yaitu variabel proses (PV), variabel
manipulasi (MV) dan setpoint. Variabel prosesnya adalah tingkat keasaman
(pH) dari larutan. Pada reactor yang menajdi variabel manipulasinya adalah laju
alir dari pompa A yaitu laju alir larutan asam klorida (HCl) pada metode direct
action dan laju alir larutan natrium hidroksida (NaOH) pada metode reverse
action sehingga mencapai setpoint yang diinginkan yaitu pH sebesar 7.

Pada proses direct action apabila nilai variabel proses naik maka nilai
variabel manipulasi juga akan naik. Pada proportional band 10%, integral time
200 seconds dan derrivatif time 1 second, mula-mula pH dari larutan adalah
11,7 hingga sistem dihentikan saat pH mendekati setpoint yaitu pH 6,9 selama
11:45 proses berjalan, dengan overshoot sebesar 4,8 dan offset sebesar 0,1.
Pada proportional band 30%, integral time 200 seconds dan derrivatif time 1
second, mula-mula pH dari larutan adalah 11,6 hingga sistem dihentikan saat
pH mencapai 6,9 selama 13:45 dengan overshoot sebesar 4,7 dan offset sebesar
0,1.

Setelah dilakukan proses direct action, selanjutnya dilakukan adalah proses


reverse action, yaitu pengendalian proses yang apabila nilai variabel proses
naik maka nilai variabel manipulasinya turun. Pada proportional band 10%,
integral time 200 seconds dan derrivatif time 1 second, mula-mula pH dari
larutan adalah 2,8 hingga sistem dihentikan saat pH mendekati setpoint yaitu
pH 7,2 selama 13:01 proses berjalan, dengan overshoot sebesar 4,4 dan offset
0,2. Pada proportional band 30%, integral time 200 seconds dan derrivatif time
1 second, mula-mula pH dari larutan adalah 2,7 hingga sistem dihentikan saat
pH mendekati setpoint yaitu pH 7 selama 13:46 proses berjalan dengan
overshoot sebesar 4,4 dan offset sebesar 0,1.

Setelah dilakukan praktikum control pH maka dibuat grafik hubungan


antara pH vs waktu untuk tiap-tiap control action. Pada direct action semakin
lama waktu proses maka nilai pH akan menurun mendekati setpoint. Sedangkan
pada reverse action semakin lama waktu proses maka nilai pH akan terus naik
hingga mencapai setpoint.

Dilihat dari perbandingan proportional band yang divariasikan terhadap


waktu yang diperlukan untuk mendekati setpoint untuk tiap-tiap control action
pada direct action maupun reverse action. Semakin besar proportional band
maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk mencapai setpoint. Jadi
seharusnya menurut teori sistem pengendalian direct action lebih ideal
dibandingkan dengan sistem pengendalian reverse action, namun pada
percobaan ini sistem pengendalian reverse action lebih baik dibandingkan
sistem pengendalian direct action karena waktu respon (settling time) pada
reverse action lama, overshoot yang cukup kecil dan tidak terjadi offfset karena
mencapai setpoint.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah di lakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Semakin besar pH larutan semakin besar maka semakin besar pula


manipulated variable
2. Mode yang paling tepat untuk digunakan pada pH control adalah Direct
action.
3. Pada proses direct action maupun reverse action semakin besar
proportional band maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk
mencapai setpoint.
DAFTAR PUSTAKA

Hartas.2010. Laporan Praktikum Kimia Skala pH dan Penggunaan


Indikator.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18255/3/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019

http://kontrolmekanikjurusanku.blogspot.com/2018/04/jenis-jenis-control-valve-d
an.html
Diakses pada tanggal 11 Maret 2019

Harsono,Eko Mengenal Instrumentai Control Valve Jenis Jenis Valve Aktuator


:https://ekoharsono.wordpress.com/2012/08/23/mengenal-instrumentasi-03
-control-valve-jenis-control-valve-actuator. Diakses pada tanggal 11 Maret
2019

http://documents.tips/download/document/?id=619k6x%2FZB%2BmhV3TiefgSw
hlLCRuIubn4qWrVccTZUGfh0x0ZP4S63BWADjpGeGEwpqBQeSnrRz
LGIktHBLNH3g%3D%3D. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019

Tim Laboratorium.2019. “Petunjuk Praktikum Instrumentasi dan Kontrol”.


Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda.
LAMPIRAN
GRAFIK DIRECT ACTING DAN REVERSE ACTING

A. Direct Action

14
12
10
8
pH

6
4
2
0
0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 14:24

Waktu

pH Set
Point

Grafik 1 Proportional Band 10 % Integral Time 200 Direct Acting

8
7
6
5
4
pH

3
2
1
0
-1 0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 14:24 16:48
Waktu

pH Set
Point

Grafik 2 Proportional Band 30 % Integral Time 200 Direct Acting


B. Reverse Acting
10
9
8
7
6
pH

5
4
3
2
1
0
0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 14:24
Waktu

pH Set
Point

Grafik 3 Proportional Band 10 % Integral Time 200 Reverse Actiing


10
9
8
7
6
pH

5
4
3
2
1
0
0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 14:24
Waktu

pH Set
Point

Grafik 4 Proportional Band 30 % Integral Time 200 Reverse Acting

Anda mungkin juga menyukai