Faringitis Presentasi Kasus
Faringitis Presentasi Kasus
Kisenda Bagus W
G99121022
DAFTAR PUSTAKA
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus
(40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi bakteri grup A Streptokokus
β hemolitikus dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini
melepaskan toksin ekstraseluler yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katub
jantung, glomerulonefritis akut karena fungsi gromerulus terganggu akibat terbentuknya
kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia sekolah, dewasa dan
jarang pada anak usia kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah
(droplet infection).
FARINGITIS
1. Faringitis akut
a. Faringitis viral
Terapi
Istirahat dan minum yang cukup, kumur dengan air hangat. Analgetik jika perlu
dan tablet isap. Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes
simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB terbagi dalam 4-6 kali pemberian / hari
pada orang dewasa, sedangkan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB terbagi
dalam 4-6 kali pemberian/ hari.
b. Faringitis bakterial
Terapi
1. Antibiotik
Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus
β hemolitikus. Penicilin G Benzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau
amoksisilin 50 mg/kgBB yang terbagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada
dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4 x 500 mg/hari.
2. Kortikosteroid
Deksametason 8-16 mg, IM 1 kali. Pada anak 0,08- 0,3 mg/kgBB, IM 1 kali.
3. Analgetik
c. Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tandanya
yakni keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak
putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur
dilakukan dalam agar Sabouroud dekstrosa.
Analgetika
d. Faringitis gonorea
Terdapat 2 bentuk yakni faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.
Faktor predisposisi proses peradangan kronis di faring ini yakni rinitis kronik,
sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang
mukosa faring dan debu. Faktor lainnya yakni pasien dengan kebiasaan bernafas
melalui mulut karena hidungnya tersumbat.
Pada faringitis tipe ini terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak
kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasia. Pada
pemeriksaan tampak mukosa dinding faring posterior tidak rata, bergranular.
Gejala pasien yakni mengeluhkan mula-mula tenggorokan kering gatal dan
akhirnya batuk yang bereak.
Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan
nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simtomatik diberikan
obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif
atau ekspektoran. Underlying deases harus diobati misalnya penyakit di hidung dan
sinus paranasalis.
Faringitis tipe ini sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada rinitis atrofi,
udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring. Gejala dan tandanya yakni pasien mengeluh
tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak
mukosa faring ditutupi lendir yang kental dan bila diangkat lendirnya tampak
mukosa kering.
Terapi ditujukan pada rinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi
ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.
3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis luetika
Stadium Primer
Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan
dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus berlangsung
maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yakni tidak
nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan.
Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang
menjalar ke arah laring.
Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang
pada dinding posterior faring. Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke
vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang terdapat
di palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut (sikatrik) yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.
b. Faringitis Tuberkulosis
Faringitis tipe ini merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada
infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer.
Cara infeksi eksogen yakni kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau
inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yakni penyebaran melalui
darah pada tuberkulosis miliaris. Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil
dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior
faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum
durum. Kelenjar regional leher membengkak. Saat ini diketahui juga penyebaran
secara limfogen.
Gejala pada pasien yakni keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan
odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang hebat di tenggorokan, nyeri di telinga atau
otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESIS
Nama : An. A
Usia : 5 tahun
BB : 25 kg
Seorang anak 5 tahun datang berobat dengan keluhan batuk. Batuk sudah dirasakan
sejak 3 hari yang lalu. Selama batuk pasien telah membeli obat batuk sirup di apotek keluhan
reda sementara namun kambuh lagi. Pasien tidak tahu nama maupun kandungan obat batuk
tersebut. Batuk tidak disertai pilek. Dahak dirasakan sulit keluar, tenggorokan terasa sakit.
Beberapa hari pasien nampak tidak berselera makan dan demam. BAB dab BAK tidak ada
keluhan. Karena tidak kunjung sembuh pasien memeriksakan diri.
Riwayat kelahiran :
BB lahir 3 kg, cukup bulan, tidak ada penyakit bawaan, imunisasi lengkap.
Riwayat DM : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Vital Sign
TD : 100/60mmHg RR : 22x/’
Nadi : 94 x/menit t: 38,2ºC
Pemeriksaan Fisik
Edukasi :
Pasien diminta untuk banyak minum air putih, mengurangi chiki atau jajan sembarangan,
makan pedas ataupun makanan-makanan yang merangsang batuk.
Pasien diminta menghentikan obat yang telah dibeli sebelumnya dan membawa obat tersebut
ketika kontrol berobat kembali untuk mengetahui jenis obat dan mengetahui respon terapi
yang telah diberikan
Permintaan Resep kepada Apotek :
Adde
Vitamin C ¼ tab/5cc
m.d. ∫ 3 dd cth1
Keterangan : Obat- obat yang diberikan bersifat simtomatik dan mengobati kemungkinan
penyebab utamanya yakni bakterial. Pengobatan digunakan selama 3 hari dan pasien diminta
kontrol kembali untuk melihat respon terapi.
DAFTAR PUSTAKA
- Buku Ajar Ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher Edisi ke
enam. FK UI. Jakarta, 2007. Hal : 217-219.