Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

“Cross Sectional”

Disusun Oleh :

1. Ariq Fahmi (16142014250016)


2. Desti Nurhayati (16142014254020)
3. Devia Putri R.S (16142014256022)
4. Novita Esa P (16142014301067)
5. Retno Monicha S (16142014315081)
6. Texa Fredyan S (16142014334100)
7. Widia Murti H (16142014339105)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
TAHUN 2019/2020

METODOLOGI PENELITIAN i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa
makalah yang berjudul “Studi Cross Sectional”.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang kami temui
namun kami berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Akhir kata jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaklumi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Purwokerto, 28 Maret 2019

Penyusun

METODOLOGI PENELITIAN ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii


Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian studi cross sectional ............................................................ 6
B. Tujuan studi cross sectional .................................................................. 7
C. Jenis studi cross sectional ..................................................................... 7
D. Ciri-Ciri studi cross sectional............................................................... 8
E. Langkah-langkah studi cross sectional ................................................ 8
F. Contoh studi cross sectional.................................................................. 10
G. Kelebihan dan kekurangan studi cross sectional .................................. 12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ................................................................................................ 14
Daftar Pustaka ................................................................................................... 15

METODOLOGI PENELITIAN iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang begitu pesat seperti saat ini diikuti pula dengan
pesatnya perkembangan intelektual manusia. Banyak sekali pengetahuan yang perlu
untuk dikembangkan lagi menjadi sebuah ilmu pengetahuan baru. Berbagai cara
digunakan untuk mengembangkan pengetahuan ataupun mencari ilmu pengetahuan
baru. Salah satu cara untuk mengembangkan pengetahuan tersebut adalah penelitian.
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain
penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak
akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak
mempunyai pedoman arah yang jelas. Manfaat desain penelitian akan dirasakan oleh
semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena dapat digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian.
Selain itu, agar sebuah penelitian memiliki batasan-batasan dan dapat disusun
secara terstruktur dan terkonsep dengan baik, maka diperlukan sebuah metode
penelitian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan studi cross sectional ?
2. Apakah tujuan dari dilakukannya studi cross sectional ?
3. Sebutkan jenis dari studi cross sectional !
4. Apa saja ciri-ciri dari studi cross sectional ?
5. Bagaimana keuntungan dan kelemahan dari studi cross sectional ?
6. Jelaskan contoh dari studi cross sectional !

C. Tujuan Masalah
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari studi cross sectional.
2. Agar mahasiswa memahami tujuan dari dilakukannya studi cross sectional.
3. Agar mahasiswa dapat menyebutkan jenis dari studi cross sectional.
METODOLOGI PENELITIAN 4
4. Agar mahasiswa mampu menjabarkan cirri-ciri ari studi cross sectional.
5. Agar mahasiswa dapat mengerti keuntungan dan kelemahan dari studi cross
sectional.
6. Agar mahasiswa mampu menjelaskan dan memberi contoh dari studi cross sectional.

METODOLOGI PENELITIAN 5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cross Section


Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua
subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan
jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya.
Penelitian crosssectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu
titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif,
penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel
lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan
hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling pada satu titik waktu
tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya
dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya
Hasil pengamatan cross sectional untuk mengidentifikasi factor risiko ini
kemudian disusun dalam tabel 2 x 2. Untuk desain seperti ini biasanya yang dihitung
adalah rasio prevalens, yakni perbandingan antara prevalens suatu penyakit atau efek
pada subjek dari kelompok yang mempunyai factor risiko yang diteliti, dengan
prevalens penyakit atau efek pada subjek yang tidak mempunyai factor risiko. Rasio
prevalens menunjukkan peran factor risiko dalam terjadinya efek pada studi cross-
sectional.

METODOLOGI PENELITIAN 6
B. Tujuan Penelitian Cross Sectional
a) Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat
di masyarakat.
b) Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu
dengan perubahan yang jelas.
c) Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.

C. Jenis Penelitian Cross Sectional


Cross-Sectional Study atau juga disebut Studi Potong Lintang mempunyai 2
jenis studi, yaitu:
a) Studi potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau
keduanya, pada suatu populasi tertentu.
Contoh : penelitian persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif disuatu
komunitas, penelitian prevalens asma pada anak sekolah di Jakarta.
b) Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit
untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok
terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara
paparan dan penyakit.
Contoh : beda proporsi pemberian ASI eksklusif berdasar pada pelbagai tingkat
pendidikan ibu, Beda kadar kolestrol siswa SMP daerah kota dan desa, beda
prevalens penyakit jantung reumatik siswa lelaki dan perempuan.

METODOLOGI PENELITIAN 7
Deskriptif cross sectional hanya sekedar mendesripsikan distribusi penyakit
dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan analitik crossectional:
diketahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya
hubungan sebab akibatnya.

D. Ciri-Ciri Penelitian Cross Sectional


Ciri-ciri penelitian cross sesctional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai berikut:
1) Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan
pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
2) Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang
terpajan atau tidak.
3) Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya
hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas perokok dan bukan
perokok.
4) Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5) Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai
hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.

E. Langkah-Langkah Studi Cross Sectional


Skema pada struktur dasar desain cross sectional melukiskan denan sederhana
rancangan studi cross-sectional. Sejalan dengan skema diatas dapat disusun langkah-
langkah yang terpenting didalam rancangan studi cross sectional, yaitu:

1) Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis


Pertanyaan penelitian yang akan dijawab harus dikemukakan dengan jelas.
Dalam studi cross sectional analitik hendaklah dikemukakan hubungan antar
variabel yang diteliti. Misalnya, pertanyaan penelitian yang akan dijawab adalah
apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orangtua anak dengan
kejadian enuresis pada anaknya.
2) Mengidentifikasi variabel penelitian
Semua variabel yang dihadapi dalam studi prevalens harus diidentifikasi
dengan cermat. Untuk ini perlu ditetapkan definisi operasional yang jelas mana
yang termasuk dalam faktor resiko yang ingin diteliti, faktor resiko yang tidak akan
diteliti, serta efek. Faktor yang merupakan resiko namun tidak diteliti perlu

METODOLOGI PENELITIAN 8
diidentifikasi, agar dapat disingkirkan atau paling tidak dikurangi pada waktu
pemilihan subyek penelitian.
3) Menetapkan subyek penelitian
Dalam menetapkan subyek penelitian, harus diupayakan agar variabilitas
faktor reaiko cukup besar sehingga generalisasi hasilnya lebih mudah, namun
variabilitas variabel luar (variabel yang tidak diteliti) dibuat minimum.

4) Melaksanakan pengukuran
Pengukuran variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek,
atau penyakit) harus dilakuukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran.
Pengukuran faktor resiko, penetapan faktor resiko dapat dilaksanakan dengan
berbagai cara, bergantung pada sifat faktor resiko; dapat digunakan kuesioner,
catatan medik, uji laboratorium, pemeriksaan fisis, atau prosedur pemeriksaan
khusus. Bila faktor resiko diperoleh dengan wawancara, maka mungkin diperoleh
informasi yang tidak akurat atau tidak lengkap, yang merupakan keterbatasan studi
ini. Oleh karena itu maka jenis studi ini lebih tepat untuk mengukur faktor resiko
yang tidak berubah, misalnya golongan darah, jenis kelamin, atau HLA.

5) Menganalisis data
Analisis hubungan atau perbedaan prevalens antar kelompok yang diteliti
dilakukan setelah dilakukan validasi dan pengelompokan data. Analisis ini dapat
berupa suatu uji hipotesis ataupun analisis untuk memperoleh risiko relatif. Hal
yang terakhir inilah yang lebih sering dihitung dalam studi cross sectional untuk
mengidentifikasi faktor resiko.

Pada studi cross sectional, estimasi risiko relatif dinyatakan dengan


Rasio Prevalens (RP). Yang dimaksud dengan prevalens adalah perbandingan
antara jumlah subyek dengan penyakit (lama dan baru) pada satu saat dengan
seluruh subyek yang ada. Rasio prevalens dihitung dengan cara sederhana, yakni
dengan menggunakan tabel 2 x 2. Rasio prevalens dapat dihitung dengan formula
berikut :

RP = a/(a+b) : c/(c+d)
a/(a+b) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek
c/(c+d) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek.

METODOLOGI PENELITIAN 9
F. Contoh Studi Cross-sectional
1. Studi Cross-sectional dengan satu factor resiko
Misalnya peneliti ongin mencari hubungan antara kebiasaan menggunakan obat
nyamuk smprot dengan batuk kronik berulang (BKB) pada anak balita dengan desain
cross sectional.
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :
a. Penetapan pertanyaan penelitian dan hipotesis

Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan memakai obat nyamuk semprot


dengan kejadian BKB pada anak balita ? hipotesis yang sesuai adalah :
Pemakaian obat nyamuk semprot berhungan dengan kejadian BKB pada balita.

b. Identifikasi variabel

1) Factor resiko yang diteliti : penggunaan obat nyamuk semprot


2) Efek : BKB pada balita
3) Factor resiko yang tidak diteliti : riwayat asma dalam keluarga, tingkat
social ekonomi, jumlah anak, dll.
Semua istilah tersebut harus dibuat definisi operasionalnya dengan jelas,
sehingga tidak bermakna ganda.

c. Penetapan subjek penelitian

1) Populasi terjangkau : Balita pengunjung poliklinik yang tidak memiliki


riwayat asma dalam keluarga, tingkat social ekonomi tertentu, jumlah anak
dalam keluarga tertentu.
2) Sampel : dipilih jumlah anak balita sesuai dengan perkiraan besar sampel (
misalnya telah dihitung sejumlah 250 anak). cara pemilihan : random
sampling dengan mempergunakan tabel random.

d. Pengukuran

1) Faktor resiko : ditanyakan apakah dirumah subjek biasa dipergunakan obat


nyamuk semprot.
2) Efek : dengan criteria tertentu ditetapkan apakah subjek menderita BKB.

e. Analisis

METODOLOGI PENELITIAN 10
Hasil pengamatan tersebut dimasukkan ke dalam tabel 2 x 2.

BKB
Y Tid Juml
a ak ah
Obat Ya 3 70 100
Nyam 0
uk Tida 1 135 150
k 5
juml 4 205 250
ah 5
Gambar. Hasil pengamatan cross sectional untuk mengetagui hubungan antara
pemakaian obat nyamuk semprot dengan kejadian BKB pada balita.

Pada gambar terdapat 100 anak yang terpajan obat nyamuk semprot, 30 anak
diantaranya menderita BKB (prevalens BKB pada kelompok yang terpajan obat
nyamuk semprot = 30/100 = 0,3). Terdapat 150 anak tidak terpajan obat nyamuk
semprot, 15 dianataranya menderita BKB )prevalens BKB bila tidak terpajan obat
nyamuk semprot = 15/150 = 0,1). Maka rasio prevalens = 0,3 / 0,1 = 3.
Selanjutnya perlu dihitung interval kepercayaan rasio prevalens (RP) tersebut.
Bila nilai interval kepercayaan 95% RP tersebut selalu diatas nilai 1 (misalnya antara
1,6 sampai 5,6 dan dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat nyamuk semprot
memang merupakan factor resiko untuk terjadinya BKB pada anak. Namun,
meskipun rasio prevalensinya 3, bila interval kepercayaan mencakup angka 1
(mislanya 0,6 sampai 6,7), maka penggunaan obat nyamuk semprot belum dapat
dikatakan bermakna sebagai factor resiko untuk terjadinya BKB pada anak balita,
atau (2) junlah subjek yang diteliti kurang banyak.
Dari contoh tersebut tampaklah ahwa pada rancangan penelitian cross sectional
factor prevalens adalah penting. Prevalens ialah proporsi subjek yang sakit pada
suatu wajtu tertentu (kasus lama dan baru), yang harus dibedakan dengan insidens
pada rancangan penelitian kohort yang berarti proporsi subjek yang semula sehat
kemudian menjadi sakit (kasus baru) dalam periode tertentu.

METODOLOGI PENELITIAN 11
Walaupun istilah prevalens seringkali dihubungkan dengan penyakit, tetapi
dapat juga diartikan sebagai bukan penyakit, misalnya prevalens dari factor resiko,
atau factor lain yang akan diteliti. Prevalens sering digunakan oleh perencana
kesehatan untuk mengetahui berapa banyak penduduk yang terkena penyakit tertentu
dan juga penting diklinik untuk mengetahui penyakit yang banyak terdapat dalam
suatu piusat kesehatan.

G. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Cross Sectional.


1. Kelebihan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat
umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga
generalisasinya cukup memadai
b. Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh
c. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
d. Jarang terancam loss to follow-up (drop out)
e. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau
eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya
f. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih
konklusif
g. Membangun hipotesis dari hasil analisis

2. Kekurangan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009) adalah
sebagai berikut:
a. Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas)
b. Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit
yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena
inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan
yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi
c. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak
d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun prognosis

METODOLOGI PENELITIAN 12
e. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang
f. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit

METODOLOGI PENELITIAN 13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Cross Sectional (Potong Lintang), Desain penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan sebuah sample dari populasi dalam suatu waktu. Setelah itu, memeriksa status
paparan dan status penyakit pada titik waktu yang sama dari masing-masing individu dalam
sample tersebut. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
Beberapa tujuannya adalah mencari prevalensi serta indisensi satu atsu beberapa
penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat, memperkirakan adanya hubungan sebab
akibat pada penyakit penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas, menghitung besarnya
resiko tiap kelompok, resiko relatif dan resiko atribut.

METODOLOGI PENELITIAN 14
Daftar Pustaka

Sayogo, Savitri. 2009. Studi Cross-sectional Atau Potong Lintang.


Wijayanto, A. 2009. Chi Kuadrat. http://eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 28 Maret 2019.

Nurdini, Allis. 2006. “Cross-Sectional vs Longitudinal: Pilihan Rancangan Waktu dalam


Penelitian Perumahan Pemukiman”. DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vo. 34, No. 1, Juli
2006:52-58.Puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/download/…/16449.Diakses
tanggal 28 Maret 2019.

Budiarto E, Anggraeni D. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

METODOLOGI PENELITIAN 15

Anda mungkin juga menyukai