Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA III
EKSTRAKSI LIPID

Oleh :
FARID GUNAWAN
26040118130151
IK D / Shift 2

Asisten :
ERICK SAMUEL FEDERICO HASIBUAN
26020116140175

ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

No. Materi Nilai


1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi dan Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar Pustaka
8 Lampiran
TOTAL

Semarang, 31 Maret 2019

Asisten Praktikum Praktikan

Erick Samuel Federico Hasibuan. Farid Gunawan


NIM. 26020116140175 NIM. 26040118130151

Mengetahui,
Koordinator Asisten

Nursiana Suci Wulandari


NIM. 26020115120008
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah
lipid. Lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan lemak dan senyawa
organik yang mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan dalam satu
kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat kimia yang dimaksud ialah: tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya,
eter, aseton, kloroform, benzena yang sering juga disebut “pelarut lemak”, ada
hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya, mempunyai kemungkinan
digunakan oleh makhluk hidup.
Ekstraksi dapat diartikan sebagai proses penarikan kandungan kimia
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut oleh pelarut cair. Kelarutan
dari lemak perlu diketahui untuk menentukan dasar pemilihan pelarut dalam
pengambilan lemak dengan ekstraksi lemak dari bahan yang diduga mengandung
lemak. Lipid dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan dengan cara ekstrasi
menggunakan alkohol panas, eter dan pelarut lemak yang lainnya. Macam
senyawa itu kuantitasnya yang diperoleh dari ekstraksi itu sangat tergantung pada
bahan alam sumber lipid yang dapat digunakan.
Ekstraksi sangat berguna bagi para peneliti, karena dengan adanya proses
ekstraksi dapat diketahui zat-zat yang terkandung dalam sebuah bahan baik itu
yang mengandung lipid dari asam lemak jenuh maupun asam lemak tidak jenuh.
Penemuan-penemuan tentang manfaat dari suatu bahan dapat diawali dengan
proses ekstraksi terlebih dahulu. Oleh karena itu, praktikum ini harus dilakukan.

1.2. Tujuan
Menentukan kadar lipid pada kemiri
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara dalam proses ekstraksi suatu zat
2. Mahasiswa terampil dalam melakukan penghitungan kadar lipid dalam
suatu bahan makanan
3. Mahasiswa dapat mengetahui batas kondisi aman suatu zat dalam
makan
4. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat dari lipid
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ekstraksi
Menurut Leba (2017), Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan
kimia untuk memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen atau senyawa
dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi
bertujuan untuk mengambil sari ataupun bahan ekstrak yang berfungsi untuk
mengecek kandungan dari suatu campuran. Selain itu, pada prinsipnya ekstraksi
digunakan sebagai pengambilan suatu zat pada suatu kumpulan dengan
menggunakan bantuan zat pelarut yang sesuai. Pemilihan pelarut ekstraksi
tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan di ekstrak sehingga dapat
dihasilkan hasil yang maksimal dari proses ekstraksi tersebut.
Menurut Mukhriani (2014), Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan
suatu zat dari campuran dengan menggunakan sebuah zat terlarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang
lain. Ekstraksi terdiri dari tiga langkah besar, yaitu, pencampuran, pembentukan
fasa setimbang dan proses pemisahan fasa setimbang. Solven dalam ekstraksi
merupakan faktor terpenting dalam proses ekstraksi, sehingga pemilihan solven
merupakan faktor penting. Solven ini harus saling melarutkan terhadap salah satu
komponen murninya, sehingga diperoleh dua fasa rafinat. Proses ekstraksi dapat
berjalan dengan baik apabila pelarut yang digunakan ideal
Proses ekstraksi senyawa kimia yang terkandung dalam suatu bahan dapat
dipengaruhi berbagai aspek, baik dari teknis penyarian maupun faktor bahan itu
sendiri. Sistem penyarian dan polaritas pelarut sangat menentukan perpindahan
senyawa kimia bahan dari dalam sel ke dalam cairan pelarut. Perbedaan tingkat
kepolaran dari pelarut yang digunakan diduga akan menghasilkan ekstrak dengan
senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antioksidan alami yang berbeda juga.
Sonikasi bertujuan agar senyawa bioaktif dapat tertarik secara maksimal oleh
pelarut. (Rais,2014).
Menurut Mukhriani (2014), pada proses ekstraksi dibedakan menjadi
menjadi dua tipe perlakuan, yaitu :
A. Metode Panas
Pada Metoda ini proses ekstraksi melibatkan dan menggunakan panas
sebagai bahan utama dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara
otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara
dingin. Contoh metode ekstraksi panas yang biasa digunakan adalah
refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa.
B. Metode Dingin
Pada metoda ini dilakukan dengan tidak ada teknik proses pemanasan
selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari
rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis
ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi.

2.2.Soxhletasi
Menurut Riyani dan R. Adawiah (2014), Soxhletasi adalah suatu metode
atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga
semua komponen yang diinginkan akan terisolasi dan terpisah. Metode ini
ditemukan pada tahun 1879 oleh Franz von Soxhlet. Metode ini awalnya hanya
dirancang untuk ekstraksi lipid dari bahan padat. Namun, sekarang ekstraktor
Soxhlet tidak terbatas pada ekstraksi lipid. Biasanya, ekstraksi Soxhlet hanya
diperlukan apabila senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan terbatas dalam
pelarut, dan pengotor tidak larut dalam pelarut. Jika senyawa yang diinginkan
memiliki kelarutan yang signifikan dalam pelarut maka filtrasi sederhana dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa dari substansi pelarut.
Metode soxhletasi dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam
sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan
di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam
labu dan suhu pemanas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini
adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan
banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih,
sehingga setiap sampel yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan pelarut
yang digunakan. Metode soxhletasi dilakukan karena mempunyai banyak
keuntungan dibanding metode ekstraksi lainnya (Nurhasnawati et al., 2017)
Metode soxhletasi dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam
sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan
di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam
labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini
adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan
banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih.
(Mukhriani, 2014).
Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang
sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna. Pelarut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana untuk sampel kering
dan metanol untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang dugunakan tergantung dari
sampel alam yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai pengganti
sokletasi adalah pengekstrakan berulang – ulang dari sampel pelarut. Pada
prinsipnya metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam tersebut.
Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel
terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan
banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa
yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-
menerus berada pada titik didih. (Arlene,2013).

2.3. Destilasi
Menurut Walangare, et al.(2013), Destilasi adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi ini untuk
memperoleh senyawa murni. Dengan kata lain Distilasi atau penyulingan adalah
suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Zat yang memliki titik didih lebih rendah
akan menguap terlebih dahulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia
jenis perpindahan panas. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada
suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Menurut Inggrid, et al.(2014), Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas
disini, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi
vakum. Selain itu ada pula distilasi ekstraktif dan distilasi azeotropic
homogenous, distilasi dengan menggunakan garam berion, distilasi pressure-
swing, serta distilasi reaktif. Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi
adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagianbagian untuk penggunaan
khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dan lain-lain.
Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan
medis dan helium pengisi balon Distilasi telah digunakan sejak lama untuk
pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi
untuk menhasilkan minuman suling B.
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Destilasi uap memiliki
proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial
(campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi
dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung
dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini
adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi (Mukhriani, 2014).
Menurut Walangare, et al.(2013), pada proses destilasi dibutuhkan
peralatan penunjang yaitu, Sumber panas (heater), Labu destilasi untuk sampel,
Tabung penghubung, Termometer (pengukur suhu), Kondensor, Air pendingin
masuk, Air pendingin keluar, Labu alas bulat hasil pemisahan, Gas inlet , Tabung
penghubung, Kontrol panas, Kontrol kecepatan pengaduk (magnet stirer),
Pengaduk / panas plate. Bath pemanas (Minyak/ pasir), Magnet stirrer,dan Bath
pendingin.

2.4. Lipid
2.4.1. Pengertian Lipid dan Fungsi
Lipid merupakan golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang
menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid mempunyai sifat umum tidak
larut dalam air, larut dalam pelarut organic seperti benzene, eter, aseton,
kloroform, dan karbontetraklorida, mengandung unsur karbon, hidrogen dan
oksigen. Terkadang lipid juga larut pada senyawa yang mengandung nitrogen dan
fosfor. Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak dan berperan pada
metabolisme tumbuhan dan hewan. Lipid berbeda dengan karbohidrat dan protein.
Minyak adalah salah satu golongan dari lipid (Utomo, 2016).
Lipid bukan merupakan suatu polimer tidak memiliki satuan yang
berulang. Lipid digolongkan menjadi lipid sederhana, lipid majemuk, dan lipid
sterol yang didasarkan pada hasil hidrolisisnya. Lipid merupakan golongan
senyawa organic kedua yang menjadi sumber makanan, kira-kira 40% dari
makanan yang dimakan sehari-hari. Lipid merupakan senyawa organik yang
penting bagi tumbuhan (baik mikro maupun makro), hewan dan mikroba. Fungsi
lipid adalah sebagai sumber energi metabolik dan asam lemak esensial yang
berperan dalam struktur seluler, pemeliharaan dan integritas biomembran. Lipid
terstruktur merupakan suatu triasilgliserol (TAG) yang mengandung campuran
dari asam lemak dengan karakteristik tertentu dan teresterifikasi dalam kerangka
gliserol untuk tujuan memberikan fungsionalitas tertentu, baik fungsionalitas
kesehatan maupun fungsionalitas fisik lainnya (Mulyawan et al ., 2018)
Menurut Adnan dan Renold (2016), lipid aadalah substansi yang pentng
bagi manusia. Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen
yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan
senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40%
dari makanan yang dimakan setiap hari. Berbeda dengan karbohidrat dan protein,
lipida bukan suatu polimer, tidak mempunyai satuan yang berulang. Pembagian
yang didasarkan atas hasil hidrolisisnya, lipida digolongkan menjadi lipida
sederhana, lipida majemuk, dan sterol.
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan
alat ekstraktor Soxhlet. Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida
sederhana. Lipida majemuk jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol , asam
lemak dan zat lain. Contoh senyawa yang termasuk dalam golongan ini adalah
lesitin dan sephalin. Sterol sering ditemukan bersama-sama dengan lemak. Sterol
dapat dipisahkan dari lemak setelah penyabunan. Lebih dari 30 jenis sterol telah
dijumpai di alam, terdapat pada jaringan binatang dan tumbuhan, ragi, jamur,
tetapi jarang ditemukan dalam bakteri. Hidrolisis terhadap minyak atau lipid
menghasilkan asam karboksilat dan gliserol (Utomo,2016).
2.4.2. Karakteristik Lipid
Menurut Karinda (2013), lipid merupakan sekelompok senyawa heterogen
yang lebih berkaitan karena sifat fisiknya daripada sifat kimianya. Kelompok ini
mempunyai sifat umum relatif tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut
nonpolar. Lipid merupakan asam lemak dan turunannya, lemak netral
(trigliserida), fosfolipid dan senyawa terkait serta sterol. Lipid adalah molekul
yang tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam pelarut yang agak polar atau
non polar. Lipid juga berfungsi memisahkan bagian seluler sel dari lingkungan
luar sehingga sel dapat menjalankan fungsinya sebagai unit kehidupan dan
berfungsi sebagai molekul penyimpan energi yang efisien.
Menurut Adnan dan Renold (2016), lipid adalah senyawa yang
menghasilkan asam lemak. Lipid yang terjadi secara alami merupakan molekul
hidrofobik. Lipid adalah kelompok senyawa heterogen yang berkaitan dengan
asam lemak. Lipid termasuk lemak, minyak, lilin, fosfolipid, dll. Mereka
membuat sekitar 70% dari berat kering dari sistem saraf. Lipid sangat penting
untuk kesehatan fungsi sel-sel saraf. Lipid adalah zat organik berlemak atau
berminyak, lipid yang sedikit larut dalam air dan larut dalam pelarut organik
seperti kloroform, eter dan benzena.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang
sama polaritasnya dengan zat terlarut. Lipid adalah biomolekul yang tidak larut
dalam air karena lipid termasuk ke dalam gugus non polar. Tetapi polaritas bahan
dapat berubah karena adanya proses kimiawi. Analisa kadar lemak dapat
menggunakan metode soxhlet (Widowati et al.,2018)
Menurut Adnan dan Renold (2016), lipid adalah senyawa yang bersifat
tidak larut dalam air. Lipid juga memiliki beberapa ciri yang menjadikannya
berbeda dan dapat dikenali dengan mudah, diantaranya adalah :
 larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton,
kloroform, dan karbontetraklorida
 mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-
kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor
 bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak
 berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
 Sebagai sumber energy pada manusia dan hewan
 Sebagai pelindung organ dalam
 Mayoritas bersifat non polar.

2.5. Kadar Lemak dan Rendeman


2.5.1. Kadar Lemak
Kadar lemak suatu bahan makanan dinyatakan dalam gram persen, lemak
yang ditentukan dengan metode soxhlet adalah lemak total atau lemak kasar
(crude fat). Biasanya nilai kadar air berbanding terbalik dengan kadar lemak,
semakin tinggi kadar lemak maka kadar air pada bakso akan semakin turun. kadar
lemak suatu sample sangat dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsistensi,
dan interaksi dengan komponen penyusun makanan seperti protein, lemak,
vitamin, asam-asam lemak bebas dan komponen lainnya. Kadar lemak bebas yang
tinggi dalam proses soxhletasi menunjukan kualitas lemak yang kurang baik
(Zulharmita et al ., 2013).
Kadar lemak adalah suatu kandungan lemak pada suatu zat atau senyawa
tertentu. Pada hewan dan manusia lemak sendiri berfungsi sebagai cadangan
makanan. Kadar lemak dalam suatu bahan pangan dapat diketahui dengan cara
mengekstraksi lemak. Metode ekstraksi lemak terdiri dari ekstaksi lemak kering
dan ekstraksi lemak basah. Ekstraksi lemak kering dapat dilakukan dengan
menggunakan metode soxhlet. Penentuan kadar lemak dengan metode ekstraksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya persiapan sampel, waktu ekstraksi,
kuantitas pelarut, suhu pelarut,dan tipe pelarut. Metode tersebut dapat dilakukan
dengan pelarut heksana (Zulharmita et al ., 2013).
Analisis lemak dalam suatu bahan pangan faktor penting dilakukan
khususnya untuk mahasiswa gizi. Hal tersebut karena dalam penentuan nilai gizi
suatu bahan pangan harus diketahui pula kandungan lemak dalam bahan pangan
tersebut. Penentuan kadar lemak adalah mengoksidasikan senyawa organik pada
suhu 105°C dan melakukan penimbangan zat yang tersisa setelah proses
pembakaran tersebut. Menurunnya kadar lemak adalah seiring dengan lamanya
pemrosesan dan penyimpanan (Haetami,2018).
Menurut Widowati et al.(2018), analisa suatu kadar lemak dapat
menggunakan metode soxhlet. Kadar lemak dalam suatu bahan pangan dapat
diketahui dengan cara mengekstraksi lemak. Metode ekstraksi lemak terdiri dari
ekstaksi lemak kering dan ekstraksi lemak basah. Ekstraksi lemak kering dapat
dilakukan dengan menggunakan metode sokhlet. Pada prinsipnya metode sokhlet
ini menggunakan sampel lemak kering yang diekstraksi secaraterus-menerus
dalam pelarut dengan jumlahyang konstan.
2.5.2. Kadar Lemak pada Kemiri
Menurut Widowati et al.(2018), analisa suatu kadar lemak dapat
menggunakan metode soxhlet. Kadar lemak dalam suatu bahan pangan dapat
diketahui dengan cara mengekstraksi lemak. Metode ekstraksi lemak terdiri dari
ekstaksi lemak kering dan ekstraksi lemak basah. Ekstraksi lemak kering dapat
dilakukan dengan menggunakan metode sokhlet. Pada prinsipnya metode sokhlet
ini menggunakan sampel lemak kering yang diekstraksi secaraterus-menerus
dalam pelarut dengan jumlahyang konstan.
Menurut Haetami (2018), minyak kemiri merupakan lemak tak jenuh.
Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat . Minyak yang lekas
mengeringini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat,
melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti
karet, dan lain-lain. Minyak kemiriini berkualitas lebih rendah daripada tung oil,
minyak serupa yang dihasilkan oleh Verniciafordii (sin. Aleurites fordii) dari
Cina.
Untuk mengetahui kadar lemak yang terdapat pada bahan pangan dapat
dilakukan dengan cara mengkstraksi lemak. kemiri memiliki kandungan minyak
yang tinggi, yaitu 50-60% dari berat biji. Fungsi minyak kemiri adalah sebagai
penyubur rambut, bahan pelapis cat, dan bahan pernis. Minyak kemiri memiliki
bilangan iodin 136 – 167 berarti memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang
tinggi dan memang dapat berfungsi sebagai minyak pengering. Minyak pengering
memiliki derajat ketidakjenuhan yang tinggi karena sebagian besar tersusun oleh
asam lemak tak jenuh dan memiliki sifat mudah teroksidasi dan membentuk
polimer (Arlene,2013).
Menurut Haetami (2018), minyak kemiri merupakan lemak nabati. Inti biji
kemiri mengandung 60 – 66% minyak . Penanaman kemiri modern kebanyakan
hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalamsetiap penanaman, masing-masing
pohon akan menghasilkan sekitar 30 – 80 kg kemiri,dan sekitar 15 sampai 20%
dari berat tersebut merupakan minyak yang didapat. Kebanyakan minyak yang
dihasilkan digunakan secara lokal, tidak diperdagangkan secara internasional.

2.5.3. Rendemen
Rendemen merupakan pada jumlah produk reaksi yang dihasilkan pada
reaksi kimia.. Pada ekstraksi atau pengepresan rendemennya tergantung pada
tekanan yang digunakan. Makin tinggi tekanan yang digunakan makin besar
rendemen yang dihasilkan. Namun pengepresan tidak dapat mengeluarkan seluruh
minyak karena tetap ada yang tertinggal dalam ampas. Untuk menghasilkan
minyak kemiri dengan rendemen dan kadar FFA yang baik diperlukan beberapa
metode ekstraksi. Oleh karena itu perlu diketahui metode ekstraksi minyak kemiri
yang tepat dalam pemanfaatan bahan baku kemiri dengan metode pemanasan dan
tanpa pemanasan untuk menghasilkan minyak kemiri yang banyak (Arlene,2013).
Menurut Sani (2014), rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan
berat akhir (Berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel
yang digunakan) dikalikan 100%. Rendemen adalah perbandingan jumlah
(kuantitas) minyak yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman aromatik. Rendemen
menggunakan satuan persen (%). Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan
menandakan nilai minyak asiri yang dihasilkan semakin benyak. Peningkatan
rendemen atau Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan maka semakin
rendah mutu yang di dapatkan.
Menurut Ali et al.(2013) semakin lama waktu ekstraksi maka semakin besar
persen rendemen. Rendemen yang cukup tinggi diperoleh karena pada metode
sonikasi, terjadi kavitasi saat diberi perlakuan gelombang ultrasonik untuk
memecah dinding sel bahan. Kavitasi adalah proses pembentukan gelembung-
gelembung mikro (micro bubbles) karena meningkatnya tekanan pada saat
ekstraksi sebagai akibat dari adanya gelombang ultrasonik. Gelembung-
gelembung ini tidak stabil sehingga mudah pecah ketika gelembung tersebut
mencapai volume yang tidak cukup lagi menyerap energi. Pecahnya gelembung-
gelembung ini melibatkan energi yang besar dan menghasilkan efek panas yang
membantu kontak antara pelarut
Menurut Ulfa (2014), Faktor lain yang diduga mempengaruhi rendemen
adalah praktek penggilingari yang bersifat batchl discontinue, yang mana
perpindahan dari satu tahap proses ke tahap proses yang lainnya dilakukan dengan
seeara manual menggunakan tenaga manusia. Rendemen adalah persentase berat
giling terhadap berat sampel yang digiling. Nilai rendemen kimia yang ideal
(rendemen teoritis) adalah 100%, sebuah nilai yang sangat tidak mungkin dicapai
pada preakteknya. menghitung persen rendemen yaitu dengan menggunakan
persamaan berikut persen rendemen = berat hasil/berat rendemen dibagi berat
sampel dikali 100%.

2.6. N-Heksana
Dalam tatanama IUPAC, heksana merupakan isomer tidak bercabang (n-
heksana); empat struktur lain dinamakan sebagai turunan termetilasi dari pentana
dan butana. IUPAC juga menggunakan istilah seperti akar dari banyak senyawa
dengan enam-kerangka karbon linier. Isomer heksana bersifat reaktif dan
digunakan sebagai secara luas sebagai pelarut inert dalam reaksi organik karena
heksana bersifat sangat tidak polar.N-heksana adalah salah satu contoh senyawa
karbon yang bisa digunakan sebagai solven (Utomo,2016).
Menurut Utomo (2016), heksana adalah suatu hidrokarbon alkana dengan
rumus kimia C6H14. N-heksana bersifat non polar dan mudah mengikat dari
ekstraksinya sendiri, biasanya N-heksana digukan untuk ekstraksi lipid. Pelarut ini
memiliki titik didih antara 65–70 C. Heksana sendiri bersifat selektif dalam
melarutkan suatu zat, menghasilkan jumlah kecil dari litin, albumin¸dan zat
warna, namun dapat mengekstrak zat pewangi dalam jumlah yang bisa dikatakan
besar. N-heksana juga merupakan pelarut uang memiliki sifat paling ringan
diantara pelarut lainnya. Heksana diproduksi oleh kilang-kilang minyak mentah.
Menurut Yulvianti (2014), N-heksana dibuat dari hasil penyulingan
minyak mentah dimana untuk produk industrinya ialah fraksi yang mendidih pada
suhu 65-70°C. Heksana digunakan di laboratorium untuk mengekstrak minyak
dan lemak. Titik didih heksana berbeda-beda agak mirip dan, seperti untuk alkana
lain, secara umum lebih rendah untuk bentuk-bentuk yang bercabang. Titik lebur
cukup berbeda dan cenderung tidak Nampak. N-Heksana memiliki Titik lebur:
−95 °C, 178 K, -139 °F dan memiliki Titik didih: 69 °C, 342 K, 156 °F.
Menurut Susanti, et al. (2014), N-heksana memiliki kelebihan serta
manfaat dalam kehidupana sehari – hari, diantaranya adalah :
 Pada praktikum Merupakan pelarut yang paling ringan dalam
mengangkat minyak yang terkandung dalam biji–bijian dan mudah
menguap sehingga memudahkan untuk refluk
 ekstraksi menggunakan pelarut n-Heksana memberikan hasil
rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan pelarut lainnya
 Sebagai cleansing agent pada tekstile, furniture, pembuatan sepatu,
dan printing industri.
 N-heksana juga merupakan lem khusus yang digunakan pada atap
dan sepatu

2.7. Polaritas
Polaritas atau kepolaran adalah pemisahan muatan listrik yang mengarah ke
molekul atau gugus yang memiliki momen dipol.Polaritas molekul tergantung
pada perbedaan elektronegativitas antara atom-atom dalam suatu senyawa dan
struktur senyawa yang tidak simetris. Polaritas berpengaruh terhadap beberapa
sifat fisik suatu bahan kimia yaitu tegangan permukaan, kelarutan, titik leleh dan
titik didih. Molekul polar berinteraksi melalui gaya antarmolekul dipol-dipol
dan ikatan hidrogen. Selain itu , menurunnya nilai mortalitas cenderung dari fraksi
terlarut nonpolar ke polar (Lukmandaru dan Anisa, 2016).
Istilah ikatan polar sering digunakan untuk menggambarkan
penggunaan/pembagian elektron diantara atom-atom. Dalam ikatan kovalen
nonpolar, elektron digunakan secara bersama-sama diantara dua atom. Ikatan
kovalen polar adalah dimana satu atom memiliki kekuatan yang lebih besar
terhadap elektron dibandingkan atom lainnya. Jika interaksi relatif ini lebih kuat,
maka ikatan ini adalah ikatan ionik. Pada metode ekstraksi , prosesnya didasari
oleh polaritas larutannya (Lubis,2019).
Kelarutan suatu mulekul dapat dijelaskan dengan dasar polaritas dari molekul.
Misalnya air ( polar ) dan benzene ( nonpolar), pelarut-pelarut ini tidak
bercampur. Secara umum, bahan dengan polaritas yang ssama akan larut kedalam
bagian lainnya. Pelarut polar seperti air, mempunyai muatan parsial yang akan
berinteraksi dengan dengan muatan parsial dari suatu senyawa polar, misalnya
natrium klorida. Begitupula dengan senyawa nonpolar yang tidak memiliki
muatan, pelarut polar tidakdapat berinteraksi dengan senyawa tersebut. Alkana
adalan senyawa nonpolar, dan tidak larut kedalam pelarut polar misalnya
petroleum eter. Berbeda dengan senyawa semipolar yang dapat menjadi pelarut
antara mencampur pelarut polar dan nonpolar (Utomo,2016).
Ikatan dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu nonpolar dan polar. Sebuah
ikatan nonpolar terjadi ketika elektronegativitas atom yang berikatan adalah sama
sehingga perbedaan muatannya adalah nol. Ikatan polar lebih tepat disebut ikatan
ion dan terjadi ketika terdapat perbedaan elektronegativitas yang cukup besar
antara dua atom yang berikatan. Polar dan nonpolar lebih merujuk pada ikatan
kovalen. Penentuan polaritas ikatan kovalen dapat menggunakan cara numerik,
yaitu menghitung perbedaan elektronegativitas atom yang saling berikatan. Pada
skala Pauling, jika hasilnya adalah antara 0,4 dan 1,7 secara umum akan disebut
sebagai ikatan kovalen polar. Kemampuan untuk mengekstraksi senyawa aktif
tiap senyawa berbeda. Perbedaan ini disebabkan perbedaan polaritas dari kedua
pelarut tersebut (Lubis,2019).
III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Hari, Tanggal : Rabu, 27 Maret 2019
Waktu : 11.40 – 13.20 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia, Gedung E, Lantai 1,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Praktikum
3.2.2. Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
Nama Alat Gambar Fungsi

Alat untuk
Seperangkat alat
melakukan proses
Soxhlet lengkap
soxhletasi.

Alat untuk
Seperangkat alat
melakukan proses
Destilasi lengkap
destilasi.
Sebagai penyangga
Statif peralatan Soxhlet dan
Destilasi.

Sebagai tempat
pelarut (n-heksana)
Boiling Flask
dan batu didih.

Untuk mengukur
suhu air yang
Termometer
digunakan untuk
proses penguapan.

Untuk memindahkan
Pipet Tetes larutan n-heksana ke
boiling flask.

Untuk memanaskan
air, agar n-heksana
Kompor
di dalam boiling
flask mendidih.
Untuk menimbang
Neraca
kemiri.

Tempat untuk
Panci alumunium
memanaskan air.

Membantu
memasukkan larutan
n-heksana dari beker
Corong
glass ke dalam
boiling flask agar
tidak tumpah.

Untuk mengukur
Gelas ukur
larutan n-heksana.

Untuk meratakan
Batu Didih
panas

3.3.2. Bahan Praktikum


Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
Nama Bahan Gambar Fungsi

Bahan yang dijadikan


Kemiri sampel untuk diekstraksi
lemaknya

n-heksana Sebagai bahan pelarut

Sebagai pendingin pada


Air saat proses ekstrasi
berlangsung

Untuk membersihkan
Tisu peralatan dan
tumpahan/kotoran selama
praktikum.

Sebagai wadah sampel


agar tidak tercampur
Kertas Saring dengan pelarut secara
langsung.
3.3. Cara Kerja
3.3.1 Cara Kerja Soxhletasi
1. Alat dan Bahan disiapkan.
2. Tumbukan kemiri sebanyak 20 gram dibungkus dengan kertas saring yang
dibentuk sesuai timble.
3. Tumbukan kemiri yang telah dibungkus dimaskan ke timble.
4. n – heksana 300 ml diambil, lalu dimasukan ke dalam boiling flask.
5. Air dialirkan melalui inlet.
6. n – heksana dan batu didih dimasukan ke dalam boiling flask lalu
dipanaskan di atas kompor.
7. Uap n – heksana akan naik ke kondensor melalui vapor, pada kondensor n –
heksana dikondensasi dengan air dialirkan lewat inlet kondensor.
8. Uap n – heksana dialirkan ke timble yang berisi bubuk yang akan
diekstraksi, hasil ekstraksi lipid yang bercampur dengan n – heksana akan
masuk ke boiling flask kembali.
9. Hasil ekstraksi lipid dan n – heksana dipisahkan melalui jalan destilasi.

MULAI

Menyiapkan alat dan bahan

Tumbuk kemiri sebanyak 20 gram dibungkus dengan kertas


saring yang dibentuk sesuai timble.

Tumbuk kemiri yang telah dibungkus dan masukkan


ke timble

Masukkan 300 ml n – heksana ke dalam boiling flask


Alirkan air melalui inlet

Masukkan n – heksana dan batu didih ke boiling flask dan


panaskan di atas kompor

Kondensasi kondensor n – heksana dengan air dan alirkan


lewat inlet kondensor

Alirkan uap n – heksana ke timble yang berisi bubuk kemiri


yang akan diekstraksi

Pisahkan hasil ekstraksi lipid dan n – heksana melalui


destilasi

SELESAI

Gambar 1. Diagram Alir cara kerja soxhtelasi


3.3.2 Cara Kerja Destilasi
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Air dialirkan ke kondensor destilator melalui inlet.
3. Hasil ekstraksi lipid dan n – heksana ditempatkan pada boiling flask.
4. Bejana diisi dengan air lalu kompor dinyalakan untuk memanaskan air
dalam bejana agar n – heksana dapat diuapkan.
5. n – heksana yang telah diuapkan akan masuk ke kondensor destilator
untuk dikondensasi menjadi n – heksana berupa butir-butir atau tetes.
6. Tetes n – heksana akan ditampung pada erlenmeyer melalu corong
destilasi.
7. Hasil lipid yang telah dipisahkan akan tertinggal pada boiling flask.

MULAI

Menyiapkan alat dan bahan

Alirkan ke kondensor destilator melalui inlet.

Tempatkan hasil ekstraksi lipid dan n – heksana di pada boiling


flask.

Isi bejana dengan air lalu kompor dinyalakan untuk memanaskan air
dalam bejana agar n – heksana dapat diuapkan

kondensasikan n – heksana yang telah diuapkan akan masuk ke


kondensor destilator untuk menjadi n – heksana berupa butir-butir
atau tetes
Tampung Tetes n – heksana akan pada erlenmeyer melalui
corong destilasi.

Hasil lipid yang telah dipisahkan akan tertinggal pada boiling flask

SELESAI

Gambar 2. Diagram alir Cara kerja destilasi


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum


4.1.1. Tabel
Tabel 3. Hasil kadar lipid
Berat kosong Berat akhir Berat sampel
159,92 gram 162,045 gram 20 gram

4.1.2. Perhitungan
Perhitungan kadar lipid pada kemiri menggunakan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Kadar lipid % = 𝑥 100%
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
162,045 − 159,92
Kadar lipid % = x 100%
20 𝑔

Kadar lipid % = 10,625 %


4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini menggunakan metode ekstraksi soxhletasi dan destilasi.
Ekstraksi kali ini dilakukan untuk memperoleh kadar lipid dalam kemiri yang
sudah dihaluskan. Proses ekstraksi sendiri menggunakan bantuan pelarut n-
heksana. ekstraksi sendiri bertujuan untuk memisahkan komponen dari suatu
campurannya untuk memperoleh lipid. Dalam praktikum kali ini, mahasiswa
dituntut agar dapat memahami dan mengetahui alat alat yang digunakan dalam
proses ekstraksi dan terampil menggunakannya.

Soxhletasi adalah metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang


selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah
pelarut yang konstan dengan adanya pendinginan yang balik. Ekstraksi metode
soxhlet merupakan ekstraksi dengan menggunakan alat khusus dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Dalam metode soxhlet kali ini bertujuan untuk
memperoleh lipid dari sampel kemiri yang sudah ditumbuk. Metode soxhlet
dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisien). Selain itu larutan sari
yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang
digunakan untuk mengekstrak sampel akan meningkatkan laju reaksi.
Pada praktikum kali ini, kami menggunakan metode soxhletasi. Prinsip
kerja soxhletasi adalah pelarut dan sampel dipisahkan ditempat yang berbeda.
Metode sokletasi yang dilakukan memiliki kelebihan dan kekurang. Kelebihan
dari metode soxhletasi yaitu, Sampel terekstraksi dengan sempurna, Proses
ekstraksi lebih cepat, Pelarut yang digunakan sedikit. Sedangkan kelemahan dari
metode soxhletasi adalah sampel sampel yang digunakan harus sampel yang
digunakan harus sampel yang tahan panas atau tidak dapat digunak an pada
sampel yang tidak tahan panas. Karena sampel yang tidak tahan panas akan
teroksidasi atau tereduksi ketika proses sokletasi berlangsung (Arlene,2013).

Menurut Susanti, et al. (2014), Heksana adalah senyawa organik yang


terbuat dari karbon dan hidrogen yang paling sering diisolasi sebagai produk
sampingan dari minyak bumi dan penyempurnaan minyak mentah. Pada suhu
kamar Heksana adalah, cairan tidak berwarna tidak berbau, dan memiliki banyak
kegunaan dalam industri. Pada praktikum kali ini, N heksana digunakan karena
merupakan pelarut yang paling ringan dalam mengangkat minyak yang
terkandung dalam biji–bijian dan mudah menguap sehingga memudahkan untuk
refluk.

Pada prinsipnya, destilasi adalah teknik untuk memisahkan larutan ke


dalam masing-masing komponennya. Prinsip destilasi adalah didasarkan atas
perbedaan titik didih komponen zatnya. Destilasi dapat digunakan untuk
memurnikan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih berbeda sehingga
dapat dihasilkan senyawa yang memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini juga
terjadi pada praktikum ekstraksi lipid kali ini. Dimana fungsi dari destilasi adalah
memisahkan larutan N heksana dan Lipid secara terpisah.

Berdasarkan hasil praktikum kali ini kadar lipid yang kami dapat sebesar
10,625 %. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yang menjadi faktor utama
karena jauhnya kadar yang kami dapat dengan standar baku adalah, belum
dilakukannya proses destilasi dikarenakan peralatan yang ada di laboratorium
yang sedang rusak. Oleh karena itu diperlukan pemisahan lipid dan N Heksana
melalui destilasi sehingga kadar yang didapat berupa lipid asli.
LAMPIRAN
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum tentang ekstraksi lipid pada
kemiri yang sudah dilakukan, maka dihasilkan kadar lipid pada kemiri
sebesar 10,61 %.
5.2. Saran
1. Praktikan diharap lebih fokus terhadap segala instruksi yang diberikan
oleh asisten
2. Praktikan menggunakan seluruh peralatan lengkap sebelum praktikum
dimulai
3. Praktikan dapat paham materi praktikum sebelum praktikum dimulai
4. Praktikan dapat menjaga dan merawat alat – alat praktikum yang ada di
laboratorium
5. Praktikan waspada dan berhati – hati selama berada di laboratorium untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A dan Renold Yurensa. 2016. Hubungan paparan bising dan profil lipid
dengan gangguan pendengaran pada pekerja pabrik minyak goreng. Jurnal
ORLI. 46(1) ; 1-7

Ali, Farida , Ferawati, dan Risma.A . 2013 . Ekstraksi zat warna dari kelopak
bunga Rosella (study pengaruh konsentrasi asamAsetat dan asam sitrat).
Jurnal Teknik Kimia. 19(1) ; 26-34.

Arlene, Ariestya. 2013. Ekstraksi Kemiri Dengan Metode Soxhlet Dan


Karakterisasi Minyak Kemiri.Jurnal Teknik Kimia USU., 2(2); 6-10.
Haetami, Kiki.2018. Efektifitas Lemak Dalam Formulasi Terhadap Kualitas Pelet
Dan Pertumbuhan Ikan Nila. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.,2(1);
6-11.

Inggrid, Maria, H.,Harjoto Djojosubroto. 2014. Destilasi Uap Minyak Atsiri Dari
Kulit Dan Daun Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii). Jurnal Kimia.,
2(1); 1-5.
Karinda, Ririn Ari. 2013. Pengaruh Senam Sehat Diabetes Mellitus Terhadap
Profil Lipid Klien Diabetes Millitus Tipe2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Patrang Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Gizi., 1(1); 84-91.
Leba, Maria A.U.2017. Buku Ajar Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta.
Deepublish

Lubis, Rosliana.2019. Skrining Fitokimia Dan Aktivitas Antimikroba Dari


Tumbuhan Bangun-Bangun (Coleus Amboinicus Lour). Jurnal TALENTA.,
2(1); 92-96.

Lukmandaru,Ganis dan Anisa.A.G.2016. Bioaktivitas Dan Aktivitas Antioksidan


Ekstrak Batang Mahkota Dewa (The Bioactivity And Antioxidant Activity Of
Stem Extracts Of Mahkota Dewa). Jurnal Ilmu Teknologi Kayu
Tropis.,4(2);114-126.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa


Aktif. Makasar. Jurnal Kesehatan., 7(2); 361-367.
Mulyawan, Arief., Dase Hunaefi dan Purwiyatno Hariyadi. Karakteristik Lipid
Terstruktur Hasil Transesterifikasi Enzimatik Antara Minyak Ikan Dan
Minyak Kelapa Murni.JPHPI.,21(2); 317-327.

Nurhasnawati. H , Sukarmi, dan Fitri Handayani. 2017. Perbandingan Metode


Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Daun Jambu Bol (Syzygium malaccense L.). Jurnal Ilmiah
Manutung.3(1) ; 91-95.
Rais, Ichwan Ridwan. 2014. Ekstraksi Andrografolid Dari Andrographis
Paniculata (Burm.F.) Nees Menggunakan Ekstraktor Soxhlet. Jurnal
Pharmaciana., 4(1); 85-92.
Riyani dan R. Adawiah. 2015. Ekstraksi Flavonoid metode Soxhletasi dari batang
pohon pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) dengan berbagai
jenis pelarut.8 dan 9 Juni 2015 ; ISBN: 978-602-19655-8-0.
Sani, Robby Nasrul. 2014. Analisis Rendemen Dan Skrining Fitokimia Ekstrak
Etanol Mikroalga Laut Tetraselmis Chuii. Jurnal Pangan dan
Agroindustri., 2(2); 121-126.
Susanti, Wulan, Nur Wal Jiniana, Dessy Rositasari, Nur Firti, dan Nuri Purnama.
2014. Kelarutan Lipid Serta Pengaruh Emulgator Terhadap Kelarutan
Lipid. Jurnal Biokimia Praktikum., 9(7); 10-15.
Ulfa, Rosiana. 2014. Rendemen Giling Dan Mutu Beras Pada Beberapa Unit
Penggiling Padi Kecil Keliling Di Kabupaten Banyuwangi.Jurnal Mutu
Pangan., 1(1); 3-8.
Utomo, Suratmin. 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut (N-Heksana) Terhadap
Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat Untuk Pembuatan Krim
Pelembab Kulit. Jurnal KONVERSI.,5(1); 39-47

Walangare, K. B. A., A. S. M. Lumenta, J. O. Wuwung, B. A. Sugiarso. 2013.


Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan
Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik. Jurnal Teknik
Elektro dan Komputer.,2(2); 1-11.
Widowati,Indar., Hartati dan Zaenal.A.2018. Kemasan Makanan Kuliner
Tradisional “Megono” Sebagai Upaya Memperpanjang Waktu Simpan Dan
Daya Saing Produk. Jurnal Litbang Kota Pekalongan.,15; 17-25.

Yulvianti, Meri, Rosianah Meida Sari, Efa Rujatul Amaliah.2014.Pengaruh


Perbandingan Campuran Pelarut N-Heksana- Etanol Terhadap Kandungan
Sitronelal Hasil Ekstraksi Serai Wangi (Cymbopogon Nardus). Jurnal
Integrasi Proses., 5(1): 8-14.
Zulharmita, Reni.A dan Rani.W. 2013. Ekstraksi Asam Lemak Dari Daging Buah
Alpukat. Jurnal Farmasi Higea., 5(1); 91-98.
DOKUMENTASI

Gambar 3. Boiling flask yang diletakkan Gambar 4. Pemanas soxhlet


di pemanas.

Gambar 5. Kemiri tumbuk ditimbang Gambar 6. Proses penumbukan kemiri

Gambar 7. Proses pengukuran n-heksana Gambar 8. Pemanasan n-heksana


Gambar 9. Kondensor

Anda mungkin juga menyukai