Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA VI
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU

Oleh :
Farid Gunawan
26040118130151
IK D/ Kelompok 7

Asisten :
Anissa A. Suparyadi
26040117130091

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

No. Materi Nilai


1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi dan Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar Pustaka
8 Lampiran
TOTAL

Semarang, 8 April 2019

Asisten Praktikum Praktikan

Anissa A, Suparyadi Farid Gunawan


NIM : 26040117130091 NIM : 26040118130151

Mengetahui,
Koordinator Asisten

Nursiana Suci Wulandari


26020115120008
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan unsur terbesar yang menutupi permukaan bumi.
Permukaan bumi sebesar 72% ditutupi oleh air. Namun 97% adalah air asin yang
tidak layak minum. Sisa 3% merupakan air tawar dan 70% dari air tawar tersebut
berbentuk es. Hanya kurang dari 1% air di dunia yang dapat dimanfaatkan secara
langsung. Air merupakan salah satu kandungan dalam sebuah bahan pangan.
Bahan pangan terdiri dari 96% bahan organik dan air. Campuran komponen dari
bahan anorganik atau mineral dalam suatu bahan disebut kadar abu.
Analisis kadar air dibutuhkan untuk mengetahui kandungan air dalam
bahan atau sampel. Kadar air yang berlebih atau kurang dalam bahan memiliki
perlakuan khusus agar mutu bahan tidak berkurang. Kadar air yang berlebih dapat
menyebabkan berkembangnya bakteri, khamir, dan kebusukan. Pada bahan
pangan segar terutama sayuran dan buah-buahan kadar air sangat erat
hubungannya dengan tingkat kesegaran bahan. Kadar air dapat dianalisis dengan
dua metode yaitu: metode langsung dan metode tidak langsung.
Sama halnya dengan penentuan kadar air, kadar abu juga penting. Abu
merupakan zat sisa dari pembakaran. Penentuan kadar abu berhubungan dengan
kadar mineral pada suatu bahan. Penentuan kadar mineral sulit dilakukan sehingga
untuk mengetahuinya melalui penentuan kadar abu. Penentuan kandungan abu
bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral pada suatu bahan misalnya bahan
makanan. Kadar mineral menentukan kandungan gizi pada bahan makanan
tersebut.
.
1.2. Tujuan
1. Menentukan kadar air Gracilaria sp.
2. Menentukan kadar abu Gracilaria sp.
3. Menentukan metode penentuan kadar air dan kadar abu Gracilaria sp.

1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui kadar air pada Gracilaria sp.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kadar abu pada Gracilaria sp.
3. Mahasiswa dapat mengetahui metode untuk menentukan kadar air dan
kadar abu Gracilaria sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput Laut


Rumput laut atau seaweed merupakan salah satu anggota laga yang
termasuk tumbuhan berklorofil. Rumput laut dapat dibedakan berdasarkan warna
pigmen dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu Chlorophyceae (ganggang
hijau), Rhodopyceae (ganggang merah), Phaeuphyceae (ganggang coklta), dan
Cyanophyceae (ganggang biru). Jenis-jenis rumput laut yang berinilai ekonomis
sebagai penghasil agar-agar dari kelompok Rhodopyceae (ganggang merah) yaitu
Acanthaopia, Glacilaria, Geledium, dan Pterrocclaida. Ganggang merah tidak
hanya memiliki pigmen merah tapi juga memiliki pigmen biru. Terdapat 18.000
jenis rumput laut di dunia dan 555 terdapat di Indonesia (Ma’ruf et al., 2013).
Rumput laut merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak dapat
dibedakan antara akar,batang,dan daunnya. Rumput laut mengandung
vitamin,mineral,asam lemak essensial,asam amino dan zat lainnya yang sangat
berguna bagi tubuh. Jika langsung dikonsumsi akan membahayakan. Rumput laut
yang sehat memiliki kandungan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh. Dalam
100gram rumput laut terkandung 54,3%-73,7% karbohidrat dan 0,3%-5,9%
protein (Ariyadi, 2004)
Menurut Handayani dan Siti (2014), rumput laut memiliki kandungan
yang sangat baik sehingga sangat berguna bagi tubuh manusia. Rumput laut tidak
menyebabkan obesitas jika dijadikan bahan makanan. Rumput laut dapat
meningkatkan kekebalan tubuh dan baik untuk kesehatan kulit jika dimanfaatkan
sebagai bahan obat-obatan. Rumput laut dengan jenis tertentu memiliki
kandungan gizi yang sangat tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan system kerja hormonal,limfatik,dan juga system saraf. Rumput laut
juga mengandung serat yang tinggi sehingga bagus dikonsusmsi untuk mencegah
kanker usus besar.
2.1.1. Gracilaria sp
Menurut Ma’ruf et al. (2013), Gracilaria sp. termasuk ke dalam salah
salah satu jenis ganggang atau rumput laut merah. Rumput laut Gracilaria sp.
dapat tumbuh pada kondisi perairan yang tenang. Gracilaria sp. juga dapat
bertoleransi terhadap perubahan kodisi lingkungan. Beberapa jenis Gracilaria sp.
akan terhambat pertumbuhannya pada perubahan lingkungan seperti penurunan
salinitas dan suhu air laut sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan rumput laut
untuk tumbuh. Perubahan salinitas dan suhu air laut tersebut umumnya terjadi
akibat dari curah hujan yang tinggi.
Gracilaria sp. merupakan salah satu spesies rumput laut yang hidup di
perairan Indonesia. Gracilaria sp. berasala dari kelas Rhodophyceae. Gracilaria
sp.memiliki thalus yang berwarna merah kekuning-kuningan. Thalusnya memiliki
percabangan yang tidak teratur.Gracilaria sp. memiliki ciri yaitu thalus berbentuk
silindris atau gepeng. Memiliki percabangan thalus mulai dari yang sederhana
sampai dengan yang rumit dan rimbun (Supriyantini et al, 2018).
Gracilaria sp. merupakan salah satu tumbuhan rumput laut yang dapat
hidup di kisaran salinitas yang sempit (stenohaline) dan tidak tahan terhadap
fluktasi salinitas yang tinggi kisaran suhu air yang optimal untuk pertumbuhan
dan perkembangan Gracilaria sp. adalah kisaran 20-30oC. Gracilaria sp.
memiliki bentuk thalus yang menyerupai tulang rawan. Thalusnya bercabang-
cabang sehingga kemungkinan mempunyai kemampuan menyerap logam berat Pb
lebih banyak. Gracilaria sp. dapat dipergunakan sebagai biofilter untuk mengatasi
pencemaran lingkungan oleh logam berat (Ihsan et al.,2015).
2.1.1. Manfaat Gracilaria sp.
Glacilaria sp. merupakan jenis rumput laut yang sering dimanfaatkan
manusia. Rumput laut jenis ini dapat dibudidayakan di tambak . Gracilaria sp.
dapat menjadi cadangan makanan yang banyak mengandung karbohidrat.
Gracilaria sp. merupakan tumbuhan yang memiliki adaptasi tinggi terhadap
perubahan lingkungan pada perairan. . Gracilaria sp. merupakan jenis rumput laut
yang banyak dimanfaatkan karena mempunyai karakteristik yang unik sebagai
rumput laut (Alamsjah et al.,2019).
Menurut Apriani dan Ilham (2017), Gracilaria sp. merupakan jenis alga
yang memiliki sebaran yang luas di pesisir Indonesia. Gracilaria sp. dimanfaatkan
oleh masyrakat pesisir di bidang makan dan sebagai pereduksi limbah. Gracilaria
sp. merupakan jenis alga yang memiliki kemampuan reproduksi yang cepat dan
dapat tumbuh hingga 20% dalam satu hari. Gracilaria sp. juga dapat tumbuh di
daerah yang tercemar sehingga Gracilaria sp. sering dimanfaatkan sebagai
pereduksi limbah. Gracilaria sp. juga biasanya dijadikan agar agar dalam bidang
makanan.
Menurut Fibriafi dan Rita (2018), rumput laut (Glacilaria sp.) merupakan
jenis rumput laut yang mudah didapatkan di perairan Indonesia. Rumput laut
Gracilaria sp. umumnya banyak digunakan sebagai bahan baku pangan, kosmetik
dan obat-obatan. Pada era modern ini Gracilaria sp. dapat digunakan sebagai
Energi Baru dan Terbaharukan (EBT). Kandungan pati di dalam Gracilaria sp.
yang menjadi alasan tumbuhan laut ini dijadikan sebagai bahan bakar alternatif.
Pati yang terdapat pada Glacilaria sp. dapat dihidrolisis dengan asam sehingga
pecah menjadi molekul glukosa. Glukosa dapat diubah menjadi produk etanol
melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme berupa Saccharomyces
cerevisiae.

2.2. Kadar Air


Menurut Kartika (2014), kadar air adalah banyaknya air yang terkandung
dalam suatu bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air merupakan
presentase kandungan air yang terdapat dalam suatu bahan atau suatu sampel yang
dapat dinyatakan dalam persen. Pengurangan kadar air dapat memperpanjang
daya simpan pangan. Kadar air yang tinggi dapat menjadi tempat berkembang
biaknya bakteri sehingg makanan menjadi tidak awet. Kadar air dapat
menjadisuatu karakteristik dari suatu bahan makanan baik dari segi
rasa,penampakkan, dan tekstur. Jumlah kadar air dari suatu bahan makanan akan
mempengaruhi daya tahan makanan tersebut.
Kadar air pada bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan atau daya awet suatu bahan pangan tersebut. Penetuan kadar air suatu
bahan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian
mendapatkan penanganan yang tepat.dalam proses pengawetan bahan pangan
terdapat dua prinsip pengawetan menurukan suhu hingga dibawah titik beku 0oC.
yang kedua adalah menurunkan kandungan air bahan pangan. Penurunan
kandungan air bertujuan untuk menghambat tumbuhnya mikroba di dalam
maupun di permukaan bahan pangan (Kumesan et al., 2017).
Menurut Oktadina et al. (2013), dalam suatu bahan terutama bahan
makanan, air terdapat dalam tiga bentuk yaitu air bebas, air terikat secara lemah
dan air terikat kuat. Air dalam bentuk bebas dapat mendorong terjadinya
kerusakan bahan makanan. Kerusakan tersebut dapat terjadi secara mikrobiologis,
kimiawi dan enzimatik. Sedangkan untuk jenis air terikat lemah dan terikat kuat
tidak berpengaruh terhadap proses kerusakan tersebut. Sehingga kadar air
merupakan parameter penting bagi produk makanan.
2.2.1. Metode Penentuan Kadar Air
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
dengan menggunakan oven. Oven yang digunakan diabagi menjadi dua jenis yaitu
oven vakum dan oven udara. Oven udara menggunakan suhu berkisaran 100oC .
sedangkan oven vacuum titik didihnya dapat diatur. Kadar air dihitung dalam
persen berat. Persen berat adalah selisih berat dari sampel yang belum diupkan
dengan sampel yang telah dikeringkan. Jadi kadar air dihitung dari kehilangan
berat sampel(Kumesan et al., 2017).
Analisis kadar air metode langsung dilakukan dengan cara mengeluarkan
air dalam bahan pangan dengan bantuan pengeringan oven. Salah satu metode
kadar air secara langsung adalah metode gravimetrik. Gravimetrik adalah proses
isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Berat unsur
dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang
menyusunnya. Prinsip penetapan kadar air dengan metode pemanasan biasa
(gravimetri) adalah menguapkan air yang terkandung dalam bahan dengan cara
pemanasan. Menguapkan kadar air memiliki tujuan. Tujuan tersebut untuk
menghambat tumbuhnya mikroba (Kumesan et al., 2017).
Menurut Kartika (2014), salah satu metode yang sering digunakan dalam
penentuan kadar air yaitu metode pengeringan. Pada metode ini prinsipnya
menguapkan air yang ada pada bahan makanan. Sampel yang dkeringkan akan
ditimbang hingga berat sampel tersebut konstan. Sampel yang beratnya konstan
berarti semua kadar air yang ada didalamnya sudah diuapkan. Cara ini sering
digunakan karena relative mudah dan murah. Cara ini juga termasuk cara yang
efektif dan mudah. Kadar air dihitung dari sampel tersebut kehilangan berat
sampel.
2.2.2 Standar Baku Kadar Air
Rumput laut merupakan salah satu bahan pangan hasil dari bidang
kelautan yang sering digunakan. Rumput laut biasanya di pergunakan dalam
bentuk kering. Mutu bahan rumput laut memiliki syarat rumput laut kering jenis
Eucheuma cottoni yaitu (SNI 2690-2-2009). Kadar air masih diatas 30% untuk
rumput laut yang ada di pasaran. Kandungan kadar air dalam tepung rumput laut
berpengaruh terhadap daya simpannya. Semakin tinggi kandungan air tepung
rumput laut maka akan semakin mudah terserang mikroba selama penyimpanan.
Menurut SNI 01-2801-1995 untuk produk agar-agar tepung, syarat mutu kadar air
maksimal 17%.. Produk yang memiliki kadar air berlebih cendurung akan turun
kualitasnya (Alamsyah et al., 2015).
Menurut Ma’ruf et al. (2013), beberapa spesies dari Graciliria sp. banyak
dimanfaatkan manusia. Graciliria sp. dapat ditemukan pada perairan dangkal
dengan intensitas cahaya yang tinggi. Rumput laut ini mempunyai thalli dengan
beragam warna seperti hijau coklat hingga merah coklat. Masih sedikit informsi
yang menyatakan isi kandungan dari Graciliria sp. Terdapat sumber yang
menyatakan kadar air rumput laut Graciliria sp. adalah 91.06%.
Menurut Widiyanti et al. (2013), Graciliria sp. mempunyai potensi
sebagai alternatif energi yang dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol. Dalam
pembuatan bioetanol dibutuhkan bahan yang mengandung karbohidrat tinggi.
Graciliria sp. merupakan salah satu rumput laut yang mengandung kadar pati atau
karbohidrat tinggi. Dalam keadaan kering rumput laut mengandung 11,28% kadar
air. Sebagian besar Graciliria sp. dimanfaatkan sebagai bahan pangan, obat dan
sebagainya.

2.3. Kadar Abu


Abu merupakan residu dari suatu bahan pangan yang berupa bagian
anorganik yang tersisa setelah bahan organik dalam makanan didestruksi. Dapat
diartikan bahwa abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan
organik. Kadar abu dipengaruhi oleh mineral–mineral yang terkandung didalam
bahan pangan tersebut. Bahan pangan mengandung dua jenis mineral yaitu garam
organik dan garam anorganik. Menentukan kadar mineral dalam bentuk aslinya
sangat sulit dilakukan sehingga ditentukan dengan kadar abu melalui proses
pengabuan (Lestari et al., 2014).
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. unsur juga
dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan
total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organic akan terbakar
dalam proses pembakaran tapi komponen anorganiknya tidak yang disebut
sebagai kadar abu ( Devita et al., 2015).
Kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan.
Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen
anorganiknya tidak. Air yang digunakan harus memenuhi syarat jika tidak
memenuhi persyaratan maka dapat meningkatkan kadar abu. Kadar abu ini
bertujuan untuk mengetahui baik atau tidaknya pengelolaan, mengetahui jenis
bahan yang digunakan, penentuan parameter nilai gizi suatu makanan dan
memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan . Penentuan kadar
abu juga dapat untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan dan sebagai penentu
parameter nilai gizi (Suryani et al., 2018).
2.3.1. Metode Penentuan Kadar Abu
Proses penentuan kadar abu menggunakan prinsip pengabuan secara
langsung dengan cara sampel dioksidasi pada suhu tinggi. Prinsip pengabuan
yaityu dengan mengoksidasi zat organic dan menyisahkan zat anorganik.
Pembakaran sempurna yang menggunakan kadar abu dengan suhu pembakaran
550-600oC. Penentuan kadar abu dengan proses pembakaran dengan menggunakn
suhu lebih dari 600oC bisa menghilangkan zat yang terkandung dalam bahan. Zat
yang hilang antara lain adalah kandungan alkali dan karbon yang terkandung
dalam abu pelepah kelapa(Sunartaty dan Yulia, 2017).
Terdapat dua jenis metode pengabuan, yang pertama metode pengabuan
secara kering dan metode pengabuan basah. Namun metode yang sering
digunakan adalah metode pengabuan kering. Kadar abu dianalisis dengan
membakar bahan pangan atau mengabukannya dalam suhu yang sangat tinggi.
Penentuan kadar abu berhubungan kandungan mineral yang ada dalam suatu
bahan. Dengan melakukan analisi kadar abu kita dapat mengetahui kandungan
mineral atau parameter nilai gizi yang ada pada bahan (Suryani et al., 2018).
Menurut Lestari et al. (2014), untuk menentukan kadar abu dapat
menggunakan metode konduktrimetri. Contohnya pada gula. Metode
konduktrimetri merupakan cara yang cukup sederhana, cepat dan teliti terhadap
analisis kadar abu dalam gula. Metode ini menggunakan prinsip kerja bahwa
mineral yang menjadi abu akan terionisasi dan sukrosa tidak terionisasi. Hal
tersebut karena umumnya gula rendah abu. Sehingga perlu sampel dalam jumlah
besar untuk analisisnya.
2.3.2. Standar Baku Kadar Abu
Abu dalam suatu bahan pangan merupakan sumber mineral. Namun,kadar
abu yang terlalu tinggu menandakan makan tersebut tercemar. Makanan tersebut
dapat tercemar dari berbagai cara salah satunya bahan dasar makanan tersebut.
Kelompok abu tertentu sering ditambahkan untuk menambah karakteristik dari
suatu makanan. Kadar abu yang diperbolehkan dalam suatu makanan tidak boleh
lebih dari 1% dari berat makanan tersebut. Penentuan kadar abu digunakan
sebagai penentu parameter nilai gizi (Suryani et al, 2018).
Menurut Anwar et al. (2013), standar baku mutu kadar air dan kadar abu
telah ditetapkan oleh SFF. Standar baku kadar abu dari rumput laut adalah 13%-
27%. Kadar abu yang berlebihan akan berbahaya bagi orang yang
mengonsumsinya. Kadar abu yang terlalu tinggi menyatakan kandungan mineral
yang dimilikinya terlalu tinggi dan kadang tidak dibutuhkan oelh tubuh. Begitu
pula sebaliknya, kadar abu yang rendah menyatakan kandungan mineral yang
terlalu sedikit.
Kadar abu yang terkandung dalam rumput laut dalam keadaan kering
adalah 36,05%. Kadar abu yang terkandung dalam Graciliria sp. dalam keadaan
basah dan kering kemungkinan berbeda. Keadaan kering atau basah berpengaruh
terhadap kadar abu yang terkandung di dalamnya. Perbedaan kadar abu juga dapat
terjadi karena faktor tertentu. Habitat dan musim merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kadar abu Graciliria sp. Rumput laut Gracilaria sp. mempunyai
kandungan kimia yaitu kadar air 91.06%, kadar abu 5.22%, kadar protein 0.80%,
kadar lemak 0.03% dan karbohidrat 2.89% pada suatu sumber yang menyatakan
seperti itu (Ma’ruf et al., 2013).
III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


3.1.1. Waktu dan Tempat Praktikum Kadar Air
Hari, tanggal : Kamis, 4 April 2019
Waktu : 16.30-18.00 WIB
Tempat : Laboratorium kimia gedung E lantai I Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1.2. Waktu dan Tempat Praktikum Kadar Abu
Hari, tanggal : Kamis, 4 April 2019
Waktu : 12.50-16.30 WIB
Tempat : Laboratorium kimia gedung E lantai I Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat Praktikum
Tabel 1. Alat Praktikum Acara IV
No. Nama Alat Gambar Fungsi
1. Cawan Tempat sampel saat
porselain dimasukkan furnace / oven

2. Neraca Mengukur sampel yang akan


digunakan

3. Oven Mengeringkan cawan porselein


dan membunuh mikroba pada
rumput laut
4. Furnace Mengabukan sampel rumpur
laut

5. Penjepit Membantu mengeluarkan


cawan yang panas dari oven

6. Desikator Mendinginkan cawan berisi


sampel yang keluar dari
furnace dan oven

7. Kamera Mendokumentasikan kegiatan


selama praktikum

8. Alat tulis Mencatat hasil praktikum

9. Stopwatch Menghitung waktu

10. Gunting Memotong alumunium foil


3.2.2. Bahan Praktikum
Tabel 2. Bahan Praktikum Acara IV
No. Nama Alat Gambar Fungsi
1. Gracilaria Sebagai sampel yang
sp. ditentukan kadar air dan kadar
abu

2. Alumunium Alas sampel saat


foil penimbangan sampel di
neraca

3. Tabel Memberi identitas di cawan


yang digunakan

3.3. Metode
3.3.1. Penentuan Kadar Air
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel rumput laut Gracilaria sp. ditimbang sebanyak 2 gram pada
neraca
3. Cawan kosong dipanaskan dalam oven pada suhu 105℃ selama ± 10
menit
4. Cawan dipindahkan dari oven ke dalam desikator selama ±5 menit
menggunkan penjepit
5. Cawan dikeluarkan dari desikator lalu ditimbang
6. Gracilaria sp. dimasukan kedalam cawan lalu dipanaskan didalam oven
pada suhu 105℃ selama ± 45 menit
7. Cawan berisi sampel dipindahkan ke desikator selama ± 10 menit
8. Cawan berisi sampel dikeluarkan dari desikator lalu ditimbang
9. Data yang didapat dihitung dalam rumus kadar air.
3.3.2. Penentuan Kadar Abu
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel rumput laut Gracilaria sp. ditimbang sebanyak 2 gram

3. Cawan kosong dipanaskan didalam oven pada suhu 105℃ selama ±10
menit
4. Cawan dipindahkan dari oven ke dalam desikator ±5 menit
5. Cawan dikeluarkan dari desikator lalu ditimbang

6. Gracilaria sp dimasukan ke dalam cawan dan dipanaskan dalam


Furnace pada suhu 600℃ selama ±3 jam

7. Cawan berisi sampel dipindahkan ke desikator selama ±30 menit


8. Cawan berisi sampel dikeluarkan dari desikator lalu ditimbang
9. Data yang di dapat dihitung dalam rumus kadar abu.

3.4. Diagram Alir


3.4.1. Penentuan Kadar Air
Mulai

Siapkan alat dan bahan

Timbang Gracilaria sp sebanyak 2 gram pada neraca

Panaskan cawan didalam oven pada suhu 105℃ selama


10 menit

Ambil cawan dan dingin kan dalam desikator selama 5


menit

Timbang cawan kosong

Masukan gracilaria sp dalam cawan lalu panaskan dalam


oven pada suhu 105℃ selama 45 menit

Pindahkan cawan yang berisi rumput laut ke dalam


desikator selama 10 menit

keluarkan cawan berisi sampel dari desikator lalu timbang

Masukan data yang didapat lalu hitung dalam rumus kadar


air.

Selesai
Gambar 1. Diagram Alir penentuan kadar air
3.4.2. Penentuan Kadar Abu

Mulai

Siapkan alat dan bahan

Timbang Gracilaria sp sebanyak 2 gram pada neraca

Panaskan cawan didalam oven pada suhu 105℃ selama 10


menit

Ambil cawan dan dingin kan dalam desikator selama 5


menit

Timbang cawan kosong

Masukan gracilaria sp dalam cawan lalu panaskan dalam


furnace pada suhu 600℃ selama 3 jam

Pindahkan cawan yang berisi rumput laut ke dalam


desikator selama 30 menit

keluarkan cawan berisi sampel dari desikator lalu timbang

Masukan data yang didapat lalu hitung dalam rumus kadar


abu.

Selesai

Gambar 2. Diagram Alir penentuan kadar abu

3.5. Rumus Perhitungan


3.5.1. Perhitungan Kadar Air
Kadar air (kering) = W- (W1-W2) x 100 %
(W1-W2)

Kadar air (basah) = W- (W1-W2) x 100 %


W
Keterangan :
W = berat sampel sebelum dikeringkan (gram)
W1 = berat cawan kosong dan sampel kering yang beratnya konstan
(gram)
W2 = berat cawan kosong
3.5.2. Perhitungan Kadar Abu
Kadar Abu = c–a x 100 %
Berat sampel
Keterangan :
a = berat cawan kosong (gram)
c = berat cawan kosong dan sampel kering (gram)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Kadar Air
Tabel 3. Hasil Kadar Air
No. Kelompok W (gr) W1 (gr) W2 (gr) Kadar Air (%)
1. 3 2 36,45 35,02 39,86
2. 7 2 12,13 10,80 50,37
4.1.1.1. Perhitungan Kadar Air
 Kelompok 7
Dik : W = 2 gram
W1 = 12,13 gram
W2 = 10,80 gram
Dit : Kadar air ?
Jawab : Kadar air = W- (W1-W2) x 100 %
(W1-W2)
= 2- (12,13-10,80) x 100 %
(12,13-10,80)
= 50,37 %
 Kelompok 3
Dik : W = 2 gram
W1 = 36,45 gram
W2 = 35,02 gram
Dit : Kadar air ?
Jawab : Kadar air = W- (W1-W2) x 100 %
(W1-W2)
= 2- (36,45-35,02) x 100 %
(36,45-35,02)
= 39,86 %
4.1.2. Hasil Kadar Abu
Tabel 4. Hasil Kadar Abu
No. Kelompok Berat c (gr) a (gr) Kadar Abu (%)
Sampel
(gr)
1. 3 2 34,81 33,45 68,50
2. 7 2 36,37 35,50 43,50
4.1.1.2. Perhitungan Kadar Abu
 Kelompok 7
Dik : c = 36,37 gram
a = 35,50 gram
berat sampel = 2 gram
Dit : Kadar Abu ?
Jawab : Kadar Abu = c–a x 100 %
Berat sampel
= 36,37 – 35,50 x 100 %
2
= 43,50 %
 Kelompok 3
Dik : c = 34,81gram
a = 33,45gram
berat sampel = 2 gram
Dit : Kadar Abu ?
Jawab : Kadar Abu = c–a x 100 %
Berat sampel
= 34,81 – 33,45 x 100 %
2
= 68,50 %

4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan penentuan kadar air dan kadar abu pada
rumput laut Gracilaria sp. Penentuan kadar abu dilakukan untuk memperkirakan
zat yang terkandung dalam bahan makanan.. Dengan penentuan kadar abu juga
dapat diketahui mineral yang terkandung dalam bahan pangan. Penentuan kadar
abu digunakan metode pengabuan secara langsung. Pengokidasian untuk sampel
dilakukan dengan suhu tinggi sebesar 600 oC. Metode pengabuan langsung di
gunakan karena sampel yang diujikan berbentuk kering dan tidak ada reagen
kimia yang ditambahkan.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penentuan kadar air adalah
dengan metode gravinimetri atau pengeringan dengan oven vakum dengan
pemanasan dari bawah selama 45 menit dengan suhu 105oC. Metode gravinimetri
dengan oven vakum digunakan karena air akan maksimal menguap pada suhu 105
o
C. Sehingga hal tersebut dapat meefektifkan proses yang dilakukan. Cawan
porcelain yang digunakan dalam dipraktikum di oven terlebih dahulu sebelum
penimbangan berat cawan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat
pada cawan. Selain itu juga untuk mensterilkan cawan itu sendiri dari bakteri.
Pemanasan cawan dan sampel dalam oven menggunakan suhu 105oC
derajat karena untuk memastikan semua kandungan air menguap. Air menguap
pada suhu 100oC sehingga diberi suhu 5 oC lebih besar untuk memastikan semua
kandungan air menguap. Pada proses pengabuan menggunakan furnace suhu yang
digunakan adalah 600 oC agar semua zat organik teroksidasi semua tanpa terjadi
nyala api sampai terbentuk abu. Desikator memiliki bagian berupa silica gel yang
berwarna jernih atau bening tapi saat sudah menyerap panas akan berubah
menjadi ungu. Untuk mengembalikan silica gel ke warna aslinya bisa dilakukan
dengan cara mengoven silica gel dalam suhu 105oC atau menggantinya dengan
yang baru. Setelah proses pengabuan dengan furnace cawan didiamkan terlebih
dahulu dengan suhu ruangan agar ketika cawan diletakkan di dalam desikator
tidak membuat alas desikator meleleh dan merusak desikator.
Hasil praktikum yang didapatkan kelompok 7 yaitu kadar air Gracilaria
sp. sebesar 50,37% dan kadar abu Gracilaria sp. sebesar 43,5%. Pada penentuan
kadar air didapatkan berat cawan setelah dioven sebesar 10,8 gram dan berat
cawan berisi Gracilaria sp. setelah dioven sebesar 12,13 gram sehingga diperoleh
kadar air Gracilaria sp. sebesar 50,37%. Pada penentuan kadar abu didapatkan
berat cawan setelah dioven sebesar 35,5 gram dan berat cawan berisi abu
Gracilaria sp. sebesar 36,37 gram sehingga diperoleh kadar abu Gracilaria sp.
sebesar 43,5%.
Nilai standar kadar air rumput laut kering berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI 2354-2-2015) adalah maksimal 30% dan minimal 50%. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Kumesan et al.,(2017). Dari hasil praktikum ini
menunjukkan bahwa nilai kadar air belum mencapai nilai minimal yaitu 50,37%.
Pada kadar abu praktikum kali ini kadar abunya mencapai nilai 43,5% . Hal
tersebut sesuai dengan standar kadar abu rumput laut yaitu kadar abu dengan
jumlah antara 8.4–43.6% Sehingga bisa dikatakan praktikum ini kurang bagus
karena belum memenuhi batas standar yang telah ditentukan oleh SNI walaupun
hanya sedikit kesalahan pada kadar air.
Faktor yang mempengaruhi jalannya ekstraksi adalah suhu dan
konsentrasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Oktadina et al. (2013), bahwa
faktor yang mempengaruhi yang mempengaruhi hasil kadar air salah satunya
adalah konsentrasi dari sampel tersebut. Semakin tinggi konsentrasi maka kadar
air juga semakin tinggi. Selain itu besarnya padatan juga mempengaruhi kadar air.
Semakin besar jumlah padatan maka kadar air semakin rendah. Terdapat beberapa
factor yang mempengaruhi kadar abu suatu bahan atau sampel yaitu macam
bahan, temperature pengabuan, wadah pengabuan, dan cara pengabuannya. Kadar
abu mempengarui kadar mineral, jika kadar abu tinggi maka kadar mineral rendah
maka kualitas bahan rendah. Kesalahan yang terjadi pada praktikum ini yaitu
kerusakan pada alat praktikum furnace. Pada saat digunakan furnace tidak bisa
diatur pada suhu 600oC. Pada oven udara juga mengalami sedikit masalah pada
pengaturan suhunya.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Penentuan kadar air menghasilkan data berat cawan sebesar 10,8 gram
berat sampel sebesar 2 gram, dan berat cawan beserta sampel yang sudah
di oven sebesar 12,13 gram sehingga menghasilkan kadar air sebesar
50,37%.
2. Penentuan kadar abu menghasilkan data berat cawan sebesar 35,50 gram
berat sampel sebesar 2 gram, dan berat cawan beserta sampel yang sudah
di oven sebesar 36,37 gram sehingga menghasilkan kadar air sebesar
43,50%.
3. Metode yang digunakan dalam penentuan kadar air Gracilaria sp adalah
metode gravinimetri dan metode yang digunakan dalam penentuan kadar
abu adalah metode pengabuan secara langsung.
5.2. Saran
1. Sebaiknya alat praktikum yang rusak perlu diperbaiki agar tidak
mempengruhi ketelitian hasil.
2. Sebaiknya waktu praktikum di efektifkan kembali.
3. Sebaiknya metode yang digunakan disesuaikan sejak awal.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Alamsjah,M.A.,N.O.Ayuningtiaz, dan S.Subekti.2019.Pengaruh Lama Penyinaran


Terhadap Pertumbuhan Dan Klorofil A Gracilaria verrucose Pada Sistem
Budidaya Indoor.Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.,2(1):21-30.

Alamsyah, R., N. Lestari, dan R.F. Hasrini.2013. Kajian Mutu Bahan Baku
Rumput Laut (Eucheuma Sp) Dan Teknologi Pangan Olahannya. Kajian
Mutu Bahan Baku.
Anwar,F.,A.Junaedi, dan G.W.Satosa.2013.Pengaruh Konsentrasi KOH yang
Berbeda Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Coklat Sargassum
duplicatum J.G. Agardh.Jurnal of Marine Research.,2(1):7-14
Apriani,R. dan I. Zulfahmi.2017.Sifat Pulp Berbahan Baku Alga Merah
Gracilaria sp. dan Euchema sp.Jurnal Selulosa.,7(1):27-32.

Ariyadi, S.2004. Pembuatan Dodol Rumput Laut. Yogyakarta;Penerbit kanisius.


Devita C., W. Pratjojo, dan S.M.R. Sedyawati.2015. Perbandingan Metode
Hidrolisis Enzim Dan Asam Dalam Pembuatan Sirup Glukosa Ubi Jalar
Ungu. Jurnal Kimia FMIPA., 4(1): 15-19.
Febriafi,R. dan R.Isawati.2018.Pengaruh Substitusi Tepung Kedelai,Tepung
Bekatul, dan Tepung Rumput Laut(Gracilaria sp.) Terhadap Daya
Terima,Zat Besi dan Vitamin B12 Brownies.Jurnal Gizi
Indonesia.,13(1):12-19.

Handayani,R. dan S.Aminah.2014.Variasi Substitusi Rumput Laut terhadap Kadar


Serat dan Mutu Organoleptik Cake Rumput Laut(Eucheuma
Cottoni).Jurnal Pangan dan Gizi.,2(1).

Ihsan Y.N., A. Aprodita, I. Rustikawati, dan T.D.K. Pribadi. 2015 . Kemampuan


Gracilari Sp Sebagai Agen Bioremidiai Dalam Menyerap Logam Berat
Pb. Jurnal Kelautan., 8(1):10-17.
Kartika,E.Y.2014.Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu pada Biskuit.Jurnal Kimia
Analitik.,2(1). 11-16.

Kumesan, E.Ch., E.V. Pandey, dan H.J. Lohon. 2017. Analisis Total Bakteri,
Kadar Air , Dan Ph Pada Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) Dengan
Dua Metode Pengeringan. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan., 5(1):
124-126.
Lestari, L. Arsanti, P. M. Sari dan F. A. Utami. 2014. Kandungan Zat Gizi
Makanan Khas Yogyakarta. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Ma’ruf, F. W. et al. 2013. Profil Rumput Laut Caulerpa racemosa dan Gracilaria
verrucosa Sebagai Edible Food. Jurnal Saintek Perikanan., 9(1) : 68-74.
Oktadina, D.F., Bambang D.A, dan M Bagus Hermanto.2013. Pemanfaatan Nanas
(Ananas Comosus L. Merr) untuk Penurunan Kadar Kafein dan Perbaikan
Citarasa Kopi (Coffea Sp) dalam Pembuatan Kopi Bubuk. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(3) : 265-273.

Sunartaty, R. Dan R. Yulia.2017. Pembuatan Abu Dan Karakteristik Kadar Air


Dn Kadar Abu Dari Abu Pelepah Kelapa. Seminar nasional II.UJM.1(1):
560-561.
Supriyantini, E., G. W. Santoso, dan L.N. Alamanda. 2018. Pertumbuhan Rumput
laut Gracilari sp. Pada Media Yang Mengandung Tembaga (Cu) Dengan
Kondisi Konsentrasi Yang Berbeda. Buletin Oseanografi Marina.,7(1): 15-
21.
Suryani, I., P. Ardiningsih dan M.A. Wibowo.2018. Formulasi Cookies
Tersubtitusi Bekatul Infara (Oryza Satival) Dan Ketan Putih (Oryzasativa
Glatinosa) Serta Analisis Kandungan Gizinya. Jurnal Kimia Khatulistiwa.,
7(4):75-82.
Widiyanti, N.P., W. S. Rita dan Y. Ciawi. 2013. Pengaruh Konsentrasi
Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4) Sebagai Sumber Nitrogen Terhadap
Produksi Bioetanol Berbahan Baku Gracilaria sp. Jurnal Kimia.,7(1) :
1-10.
DOKUMENTASI

Gambar 3. Pemanasan Gambar 4. Oven udara


cawan di oven

Gambar 5. Furnace Gambar 6. Oven vakum

Gambar 7. Penimbangan Gambar 8. Penimbangan


sampel sampel dan cawan
Gambar 9. Sampel Gambar 10. Sampel setelah
didinginkan di desikator dipanaskan

Gambar 11. Pemanasan


sampel di oven vakum

Anda mungkin juga menyukai