PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA VI
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU
Oleh :
Farid Gunawan
26040118130151
IK D/ Kelompok 7
Asisten :
Anissa A. Suparyadi
26040117130091
Mengetahui,
Koordinator Asisten
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui kadar air pada Gracilaria sp.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kadar abu pada Gracilaria sp.
3. Mahasiswa dapat mengetahui metode untuk menentukan kadar air dan
kadar abu Gracilaria sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.3. Metode
3.3.1. Penentuan Kadar Air
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel rumput laut Gracilaria sp. ditimbang sebanyak 2 gram pada
neraca
3. Cawan kosong dipanaskan dalam oven pada suhu 105℃ selama ± 10
menit
4. Cawan dipindahkan dari oven ke dalam desikator selama ±5 menit
menggunkan penjepit
5. Cawan dikeluarkan dari desikator lalu ditimbang
6. Gracilaria sp. dimasukan kedalam cawan lalu dipanaskan didalam oven
pada suhu 105℃ selama ± 45 menit
7. Cawan berisi sampel dipindahkan ke desikator selama ± 10 menit
8. Cawan berisi sampel dikeluarkan dari desikator lalu ditimbang
9. Data yang didapat dihitung dalam rumus kadar air.
3.3.2. Penentuan Kadar Abu
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel rumput laut Gracilaria sp. ditimbang sebanyak 2 gram
3. Cawan kosong dipanaskan didalam oven pada suhu 105℃ selama ±10
menit
4. Cawan dipindahkan dari oven ke dalam desikator ±5 menit
5. Cawan dikeluarkan dari desikator lalu ditimbang
Selesai
Gambar 1. Diagram Alir penentuan kadar air
3.4.2. Penentuan Kadar Abu
Mulai
Selesai
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Kadar Air
Tabel 3. Hasil Kadar Air
No. Kelompok W (gr) W1 (gr) W2 (gr) Kadar Air (%)
1. 3 2 36,45 35,02 39,86
2. 7 2 12,13 10,80 50,37
4.1.1.1. Perhitungan Kadar Air
Kelompok 7
Dik : W = 2 gram
W1 = 12,13 gram
W2 = 10,80 gram
Dit : Kadar air ?
Jawab : Kadar air = W- (W1-W2) x 100 %
(W1-W2)
= 2- (12,13-10,80) x 100 %
(12,13-10,80)
= 50,37 %
Kelompok 3
Dik : W = 2 gram
W1 = 36,45 gram
W2 = 35,02 gram
Dit : Kadar air ?
Jawab : Kadar air = W- (W1-W2) x 100 %
(W1-W2)
= 2- (36,45-35,02) x 100 %
(36,45-35,02)
= 39,86 %
4.1.2. Hasil Kadar Abu
Tabel 4. Hasil Kadar Abu
No. Kelompok Berat c (gr) a (gr) Kadar Abu (%)
Sampel
(gr)
1. 3 2 34,81 33,45 68,50
2. 7 2 36,37 35,50 43,50
4.1.1.2. Perhitungan Kadar Abu
Kelompok 7
Dik : c = 36,37 gram
a = 35,50 gram
berat sampel = 2 gram
Dit : Kadar Abu ?
Jawab : Kadar Abu = c–a x 100 %
Berat sampel
= 36,37 – 35,50 x 100 %
2
= 43,50 %
Kelompok 3
Dik : c = 34,81gram
a = 33,45gram
berat sampel = 2 gram
Dit : Kadar Abu ?
Jawab : Kadar Abu = c–a x 100 %
Berat sampel
= 34,81 – 33,45 x 100 %
2
= 68,50 %
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan penentuan kadar air dan kadar abu pada
rumput laut Gracilaria sp. Penentuan kadar abu dilakukan untuk memperkirakan
zat yang terkandung dalam bahan makanan.. Dengan penentuan kadar abu juga
dapat diketahui mineral yang terkandung dalam bahan pangan. Penentuan kadar
abu digunakan metode pengabuan secara langsung. Pengokidasian untuk sampel
dilakukan dengan suhu tinggi sebesar 600 oC. Metode pengabuan langsung di
gunakan karena sampel yang diujikan berbentuk kering dan tidak ada reagen
kimia yang ditambahkan.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penentuan kadar air adalah
dengan metode gravinimetri atau pengeringan dengan oven vakum dengan
pemanasan dari bawah selama 45 menit dengan suhu 105oC. Metode gravinimetri
dengan oven vakum digunakan karena air akan maksimal menguap pada suhu 105
o
C. Sehingga hal tersebut dapat meefektifkan proses yang dilakukan. Cawan
porcelain yang digunakan dalam dipraktikum di oven terlebih dahulu sebelum
penimbangan berat cawan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat
pada cawan. Selain itu juga untuk mensterilkan cawan itu sendiri dari bakteri.
Pemanasan cawan dan sampel dalam oven menggunakan suhu 105oC
derajat karena untuk memastikan semua kandungan air menguap. Air menguap
pada suhu 100oC sehingga diberi suhu 5 oC lebih besar untuk memastikan semua
kandungan air menguap. Pada proses pengabuan menggunakan furnace suhu yang
digunakan adalah 600 oC agar semua zat organik teroksidasi semua tanpa terjadi
nyala api sampai terbentuk abu. Desikator memiliki bagian berupa silica gel yang
berwarna jernih atau bening tapi saat sudah menyerap panas akan berubah
menjadi ungu. Untuk mengembalikan silica gel ke warna aslinya bisa dilakukan
dengan cara mengoven silica gel dalam suhu 105oC atau menggantinya dengan
yang baru. Setelah proses pengabuan dengan furnace cawan didiamkan terlebih
dahulu dengan suhu ruangan agar ketika cawan diletakkan di dalam desikator
tidak membuat alas desikator meleleh dan merusak desikator.
Hasil praktikum yang didapatkan kelompok 7 yaitu kadar air Gracilaria
sp. sebesar 50,37% dan kadar abu Gracilaria sp. sebesar 43,5%. Pada penentuan
kadar air didapatkan berat cawan setelah dioven sebesar 10,8 gram dan berat
cawan berisi Gracilaria sp. setelah dioven sebesar 12,13 gram sehingga diperoleh
kadar air Gracilaria sp. sebesar 50,37%. Pada penentuan kadar abu didapatkan
berat cawan setelah dioven sebesar 35,5 gram dan berat cawan berisi abu
Gracilaria sp. sebesar 36,37 gram sehingga diperoleh kadar abu Gracilaria sp.
sebesar 43,5%.
Nilai standar kadar air rumput laut kering berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI 2354-2-2015) adalah maksimal 30% dan minimal 50%. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Kumesan et al.,(2017). Dari hasil praktikum ini
menunjukkan bahwa nilai kadar air belum mencapai nilai minimal yaitu 50,37%.
Pada kadar abu praktikum kali ini kadar abunya mencapai nilai 43,5% . Hal
tersebut sesuai dengan standar kadar abu rumput laut yaitu kadar abu dengan
jumlah antara 8.4–43.6% Sehingga bisa dikatakan praktikum ini kurang bagus
karena belum memenuhi batas standar yang telah ditentukan oleh SNI walaupun
hanya sedikit kesalahan pada kadar air.
Faktor yang mempengaruhi jalannya ekstraksi adalah suhu dan
konsentrasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Oktadina et al. (2013), bahwa
faktor yang mempengaruhi yang mempengaruhi hasil kadar air salah satunya
adalah konsentrasi dari sampel tersebut. Semakin tinggi konsentrasi maka kadar
air juga semakin tinggi. Selain itu besarnya padatan juga mempengaruhi kadar air.
Semakin besar jumlah padatan maka kadar air semakin rendah. Terdapat beberapa
factor yang mempengaruhi kadar abu suatu bahan atau sampel yaitu macam
bahan, temperature pengabuan, wadah pengabuan, dan cara pengabuannya. Kadar
abu mempengarui kadar mineral, jika kadar abu tinggi maka kadar mineral rendah
maka kualitas bahan rendah. Kesalahan yang terjadi pada praktikum ini yaitu
kerusakan pada alat praktikum furnace. Pada saat digunakan furnace tidak bisa
diatur pada suhu 600oC. Pada oven udara juga mengalami sedikit masalah pada
pengaturan suhunya.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Penentuan kadar air menghasilkan data berat cawan sebesar 10,8 gram
berat sampel sebesar 2 gram, dan berat cawan beserta sampel yang sudah
di oven sebesar 12,13 gram sehingga menghasilkan kadar air sebesar
50,37%.
2. Penentuan kadar abu menghasilkan data berat cawan sebesar 35,50 gram
berat sampel sebesar 2 gram, dan berat cawan beserta sampel yang sudah
di oven sebesar 36,37 gram sehingga menghasilkan kadar air sebesar
43,50%.
3. Metode yang digunakan dalam penentuan kadar air Gracilaria sp adalah
metode gravinimetri dan metode yang digunakan dalam penentuan kadar
abu adalah metode pengabuan secara langsung.
5.2. Saran
1. Sebaiknya alat praktikum yang rusak perlu diperbaiki agar tidak
mempengruhi ketelitian hasil.
2. Sebaiknya waktu praktikum di efektifkan kembali.
3. Sebaiknya metode yang digunakan disesuaikan sejak awal.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R., N. Lestari, dan R.F. Hasrini.2013. Kajian Mutu Bahan Baku
Rumput Laut (Eucheuma Sp) Dan Teknologi Pangan Olahannya. Kajian
Mutu Bahan Baku.
Anwar,F.,A.Junaedi, dan G.W.Satosa.2013.Pengaruh Konsentrasi KOH yang
Berbeda Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Coklat Sargassum
duplicatum J.G. Agardh.Jurnal of Marine Research.,2(1):7-14
Apriani,R. dan I. Zulfahmi.2017.Sifat Pulp Berbahan Baku Alga Merah
Gracilaria sp. dan Euchema sp.Jurnal Selulosa.,7(1):27-32.
Kumesan, E.Ch., E.V. Pandey, dan H.J. Lohon. 2017. Analisis Total Bakteri,
Kadar Air , Dan Ph Pada Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) Dengan
Dua Metode Pengeringan. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan., 5(1):
124-126.
Lestari, L. Arsanti, P. M. Sari dan F. A. Utami. 2014. Kandungan Zat Gizi
Makanan Khas Yogyakarta. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ma’ruf, F. W. et al. 2013. Profil Rumput Laut Caulerpa racemosa dan Gracilaria
verrucosa Sebagai Edible Food. Jurnal Saintek Perikanan., 9(1) : 68-74.
Oktadina, D.F., Bambang D.A, dan M Bagus Hermanto.2013. Pemanfaatan Nanas
(Ananas Comosus L. Merr) untuk Penurunan Kadar Kafein dan Perbaikan
Citarasa Kopi (Coffea Sp) dalam Pembuatan Kopi Bubuk. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(3) : 265-273.