Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
20184010020
2019
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karanglor, Rejowinangun, Magelang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
KASUS
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
tiba pingsan. Setelah pasien sadar, pasien gaduh gelisah, bingung dan sulit
Riwayat DM : disangkal
E. Pemeriksaan Fisik
Hasil:
- Tampak lesi hypodens bentuk amorph di parietal sinistra, batas tak
tegas
- Tampak lesi hyperdens post kontras di temporal sinistra, bentuk
amorph, batas tegas
- Cortical sulci masih tampak normal
- Sulci dan cisterna tampak masih normal
- Sistema ventrikel lateralis, III, IV baik
- Tak tampak midline shifting
- Deferensiasi white – gray matter baik, tak tampak defect
- Struktur para sella tampak masih dalam batas normal
- Brain stem, cerebellopontine angle dan cerebellum tak tampak
kelainan
- Tak tampak diskontinuitas cortex tulang kalvaria.
Kesan: - Mengarah low grade astrocytoma parietal sinistra
- AVM dd meningioma temporal sinistra
G. Pemeriksaan Laboratorium
Eosinofil 1% 1-6
Basofil 0% 0-1
Monosit 4% 2-10
I. ANATOMI
Astrositoma berasal dari kata “astrosit”, yaitu merupakan sel glia yang
paling besar dan “oma” yang berarti keganasan. Sehingga Astrositoma berarti
keganasan dari sel astrosit. Astrositoma merupakan tumor otak yang paling
sering dan mencakup 60% dari neoplasma glial.
Astrositoma adalah neoplasma yang berasal dari salah satu sel-sel
penyokong di otak yaitu sel-sel astrosit. Astrositoma merupakan tumor
susunan saraf pusat yang paling sering dijumpai. Pada orang dewasa tumbuh
di hcmisfer serebri. Pada anak-anak dan dewasa muda di serebelum, dan pada
umumnya kistik. Astrositoma terjadi pada semua usia, tersering antara 40-60
tahun.
Perbandingan kejadian astrositoma antara pria dan wanita adalah 2 : 1.
Tumor otak ini merupakan tipe tumor otak yang paling banyak ditemukan
pada anak-anak maupun pada orang-orang yang berumur antara 20 sampai 40
tahun. Walaupun berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor jinak
karena kualitas dan lokasinya yang bersifat invasif didalam ruang tulang
calvarium. Astrositoma anaplastik dapat ditemukan pada pasien berumur
antara 30 sampai 50 tahun dengan jumlah yang meningkat dan glioblastoma
multiforme, bentuk astrositoma yang paling ganas, diderita oleh pasien yang
kebanyakan berumur 50 tahun keatas namun dapat menyerang segala umur.
III. ETIOLOGI
Penyebab Astrositoma hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter:
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Substansi - substansi Karsinogenik
IV. PATOFISIOLOGI
V. MANIFESTASI KLINIS
- MRI:
c. Laboratorium:
Tumor otak primer biasanya tidak menghasilkan kelainan serologi seperti
tingkatsedimentasi tinggi atau antigen tumor spesifik yang terkait dengan
kanker sistemik. Sebaliknya, metastase ke sistem saraf, tergantung pada jenis
dan luasnya tumor primer, dapat berhubungan dengan tanda-tanda sistemik
dari keganasan. Pungsi lumbal dapat menimbulkan herniasi otak pada pasien
dengan lesi massa dan harus dilakukan hanya pada pasien dengan dugaan
infeksi CNS1 atau metastasis meningeal.
Temuan dalam cairan serebrospinal (CSF) dari pasien dengan tumor
sistem saraf primer dan metastasis mungkin termasuk peningkatan tekanan
pembukaan, tingkat protein tinggi, dan pleositosis limfositik ringan. CSF
jarang mengandung sel-sel ganas, dengan pengecualian penting dari
metastasis leptomeningeal, limfoma SSP primer, dan tumor neuroectodermal
primitif, termasuk medulloblastoma.
VII. KLASIFIKASI:
Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut World
Health Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade:
1. Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini
biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan
secara tuntas dan memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang
pada tempat yang sukar dijangkau, masih dapat mengancam hidup.
2. Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat
berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.
3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang
normal. Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun.
Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang
sangat buruk. Grade I dan II juga dikenal sebagai Astrositoma berdifrensiasi
baik (Well differentiated astrocytomas).
IX. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa:
Tidak ada obat spesifik yang direkomendasikan untuk
pengobatan kelas rendah glioma. Namun, kondisi tertentu (dalam
pengaturan kelas rendah astrocytoma) biasanya memerlukan
pengobatan. Untuk kejang, pasien biasanya dimulai pada fenitoin
atau carbamazepine. Edema vasogenik sekitar tumor biasanya
diobati dengan steroid. Ketika pemberian steroid, biasanya beberapa
bentuk agen antiulcer digunakan.
Glukokortikoid menurunkan volume edema sekitar tumor otak
dan meningkatkan fungsi neurologis; deksametason (12 sampai
20mg/hari) dalam dosis terbagi secara oral atau intravena) digunakan
karena memiliki aktivitas mineralokortikoid relatif sedikit. Tumor
yang melibatkan korteks serebral atau hippocampus dapat
menghasilkan epilepsi. Oleh karena itu antikonvulsan digunakan
terapidan profilaksis; fenitoin, karbamazepin dan asam valproik
sama-sama efektif. Jika tumor subkortikal di lokasi, antikonvulsan
profilaksis tidak diperlukan. Profilaksis dengan dosis rendah heparin
subkutan harus dipertimbangkan untuk pasien dengan tumor otak
yang memiliki imobilitas tungkai bawah, yang menempatkan mereka
pada risiko trombosis vena dalam.
X. PROGNOSIS
http://reference.medscape.com/article/283453?src=medscapeappandroid&ref=ema
il
https://www.abta.org/wp-content/uploads/2018/03/low-grade-astrocytoma