Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

LOW GRADE ASTROCYTOMA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti

Ujian Akhir Stase Radiologi di RSUD Tidar Magelang

Diajukan Kepada :

dr. H. Handri Andika, Sp. Rad.

Disusun Oleh :

Rika Mega Selfia

20184010020

KSM BAGIAN ILMU RADIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR MAGELANG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. T
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karanglor, Rejowinangun, Magelang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status : Sudah menikah

KASUS

Seorang pasien perempuan 57 tahun dibawa ke IGD karena tiba – tiba


pingsan. Setelah pasien sadar, pasien gaduh gelisah, bingung dan sulit diajak
komunikasi. Keluhan lain yaitu berupa pusing berputar, tidak ada mual dan
muntah. Kemudian pasien dibawa ke instalasi radiologi untuk dilakukan
pemeriksaan CT – Scan.

ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Pingsan sejak beberapa menit sebelum masuk RS

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang pasien perempuan 57 tahun dibawa ke IGD karena tiba –

tiba pingsan. Setelah pasien sadar, pasien gaduh gelisah, bingung dan sulit

diajak komunikasi. Keluhan lain yaitu berupa pusing berputar, pandangan

kabur, mual (-), muntah (-), kelemahan anggota gerak (-).


C. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan serupa : (-)

Riwayat hipertensi : (+) sejak 5 tahun yang lalu

Riwayat DM : (+) sejak 5 tahun yang lalu

Riwayat kejang : (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

E. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : sedang


Kesadaran : compos mentis
Vital sign
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 80x /menit
 Napas : 20x /menit
 Suhu : 36o C
GDS : 289
Kepala & leher : dbn
Thorax : SDV +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
 Inspeksi : tampak datar, tak tampak jejas
 Auskultasi : bising usus normal, 20x / menit
 Perkusi : timpani
 Palpasi : NT (-)
Ekstremitas : dbn
F. Gambaran Radiologi

CT – Scan kepala dengan kontras:

Hasil:
- Tampak lesi hypodens bentuk amorph di parietal sinistra, batas tak
tegas
- Tampak lesi hyperdens post kontras di temporal sinistra, bentuk
amorph, batas tegas
- Cortical sulci masih tampak normal
- Sulci dan cisterna tampak masih normal
- Sistema ventrikel lateralis, III, IV baik
- Tak tampak midline shifting
- Deferensiasi white – gray matter baik, tak tampak defect
- Struktur para sella tampak masih dalam batas normal
- Brain stem, cerebellopontine angle dan cerebellum tak tampak
kelainan
- Tak tampak diskontinuitas cortex tulang kalvaria.
Kesan: - Mengarah low grade astrocytoma parietal sinistra
- AVM dd meningioma temporal sinistra

G. Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin 16.3 g/dL 11.5-16.5

Leukosit H 13.4 10^3/ul 4.00-11.00

Eritrosit 5.3 10^6/ul 3.80- 5.8.0

Hematokrit 46.8% 37.0-47.0

Angka Trombosit 237 10^3/ul 150-450

Eosinofil 1% 1-6

Basofil 0% 0-1

Netrofil Segmen H 77% 40-75

Limfosit L 19% 20-45

Monosit 4% 2-10

Ureum H 73.9 mg/dL 16.6-48.5

Kreatinin H 1.08 md/dL 0.51-0.95

GDS H 316 mg/dL 70-140


TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI

a. Cerebrum tampak lateral

b. Cerebrum tampak medial


c. Cerebrum tampak superior dan inferior

II. DEFINISI ASTROCYTOMA

Astrositoma berasal dari kata “astrosit”, yaitu merupakan sel glia yang
paling besar dan “oma” yang berarti keganasan. Sehingga Astrositoma berarti
keganasan dari sel astrosit. Astrositoma merupakan tumor otak yang paling
sering dan mencakup 60% dari neoplasma glial.
Astrositoma adalah neoplasma yang berasal dari salah satu sel-sel
penyokong di otak yaitu sel-sel astrosit. Astrositoma merupakan tumor
susunan saraf pusat yang paling sering dijumpai. Pada orang dewasa tumbuh
di hcmisfer serebri. Pada anak-anak dan dewasa muda di serebelum, dan pada
umumnya kistik. Astrositoma terjadi pada semua usia, tersering antara 40-60
tahun.
Perbandingan kejadian astrositoma antara pria dan wanita adalah 2 : 1.
Tumor otak ini merupakan tipe tumor otak yang paling banyak ditemukan
pada anak-anak maupun pada orang-orang yang berumur antara 20 sampai 40
tahun. Walaupun berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor jinak
karena kualitas dan lokasinya yang bersifat invasif didalam ruang tulang
calvarium. Astrositoma anaplastik dapat ditemukan pada pasien berumur
antara 30 sampai 50 tahun dengan jumlah yang meningkat dan glioblastoma
multiforme, bentuk astrositoma yang paling ganas, diderita oleh pasien yang
kebanyakan berumur 50 tahun keatas namun dapat menyerang segala umur.

III. ETIOLOGI
Penyebab Astrositoma hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

1. Herediter:

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan


kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-


bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Substansi - substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.


Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan
yang dilakukan pada hewan.

IV. PATOFISIOLOGI

Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel


abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel
ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadinya gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor
dan peningkatan tekanan intrakranial). Efek regional astrositoma berupa
kompresi, invasi dan destruksi parenkim otak. Kondisi hipoksia arteri dan
vena, pelepasan produk metabolisme akhir (misalnya radikal bebas,
perubahan elektrolit, neurotransmitter) serta pelepasan maupun perekrutan
sel-sel mediator (sitokin) dapat mengganggu fungsi parenkim normal.

Infiltrasi low-grade astrositoma tumbuh lebih lambat dibandingkan


dengan malignant yang lain. Kejang pada umumnya adalah gejala awal pada
sekitar setengah dari pasien dengan low-grade astrositoma. Tanda dan gejala
neurologis yang disebabkan oleh astrositoma terjadi akibat gangguan fungsi
SSP. Defisit neurologis fokal seperti kelemahan, kelumpuhan, defisit
sensorik, kelumpuhan saraf kranial dan kejang dapat menentukan lokalisasi
lesi.

V. MANIFESTASI KLINIS

Gejala tumor intrakranial dapat dibagi dalam :

1. Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang meninggi


Tekanan intrakranial yang meningkat secara progresif
menimbulkan gangguan kesadaran dan manifestasi disfungsi batang otak
yang dinamakan sindrom unkus atau sindrom kompresi diensefalon ke
lateral, sindrom kompresi sentral rostrokaudal terhadap batang otak dan
herniasi serebelum di foramen magnum. Sebelum tahap stupor atau
koma tercapai, tekanan intrakranial yang meninggi sudah menimbulkan
gejala umum.
2. Gejala - gejala umum tekanan intrakranial yang meninggi
Gejala ini terdiri dari :
- Sakit kepala: merupakan gejala umum yang bisa dirasakan pada
setiap tahap tumor intrakranial. Sifat sakit kepala itu nyeri berdenyut-
denyut atau rasa penuh di kepala seolah-olah kepalamau meledak.
Nyerinya paling hebat terjadi di pagi hari. Nyeri kepala merupakan
gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20% dari penderita.
Lokalisasi nyeri yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya
sendiri. Tumor di fossa kranii posteriorhampir semuanya menimbulkan
sakit kepala pada tahap dini, yang berlokasi di kuduk sampai daerah
suboksipital. Sebaliknya tumor supratentorial jarang menimbulkan sakit
kepala di oksiput, kecuali biamana tumor supratentorial sudah
berherniasi di tentorium.
- Muntah: gejala muntah sering timbul pada pagi hari dengan
sifat muntah pada penderita dengan tekanan intrakranial yang
meninggi adalah khas, yaitu proyektil atau muncrat dan tidak didahului
oleh mual.
- Kejang fokal: dapat merupakan manifestasi pertamatumor intrakranial
pada 15% penderita. Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi
tekanan intrakranial yang melonjak secara cepat, terutama sebagai
manifestasi glioblastoma multiforme. Kejang tonik yang sesuai dengan
serangan rigiditas deserebrasi biasanya timbul pada tumor di fossa
kranii posterior dan secara tidak tepat dinamakan oleh para ahli
neurologi dahulu “cerebellar fits”.
- Gangguan mental, tumor serebri dapat mengakibatkan demensia,
apatia, gangguan watak dan inteligensi, bahkan psikosis, tidak peduli
pada lokasinya
- Perasaan abnormal di kepala, banyak penderita dengan tumor
intrakranial merasakan berbagai macam perasaan yang samar, seperti
“enteng di kepala”/ pusing”.
3. Tanda-tanda lokalisatorik
Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak
sesuai dengan fungsi tempat yang didudukinya. Tanda-tanda itu ialah :
Kelumpuhan saraf otak, karena desakan tumor saraf otak dapat tertarik
atau tertekan. Suatu tumor dapat mendesak batang otak sehingga
mengalami gangguan. Saraf otak yang sering terkena secara tidak
langsung pada tumor intrakranial ialah saraf otak ke 3,4, dan ke 6. Refleks
patologik yag positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada penderita
dengan tumor di dalam salahsatu hemisferium saja. Fenomena ini
dapat dijelaskan oleh adanya penggeseran mesensefalon ke sisi
kontralateral, sehingga pedunkulus serebri pada sisi kontralateral itu
mengalami kompresi dan refleks patologik pada sisi tumor menjadi positif.
Gangguan mental, dapat timbul pada setiap penderita dengan tumor
intrakranial yang berlokasi dimanapun. Gangguan endokrin, dapat timbul
karenan proses desak ruang di daerah hipofisis. Ensefalomalasia, terjadi
akibat kompresi arteri serebral oleh suatu tumor dapat terjadi di daerah
yang agak jauh dari tempat tumor sendiri, sehingga gejala defisit yang
timbul, misalnya hemianopsia atau afasia, tidak dapat dianggap sebagai
gejala lokalisatorik.
Tanda-tanda lokalisatorik yang benar atau simptom fokal berupa:
Simptom fokal dari tumor di lobus frontalis, sakit kepala merupakan
manifestasi dini, sedangkan papil edema dan muntah timbul pada tahap
lanjut, bahkan mungkin tidak akan muncul sama sekali. Gangguan
mental dapat timbul sehubung dengan tumor intrakranial di daerah
manapun, sedangkan gejala kompensatorik terhadap kemunculan
inteligensi biasanya berupa “Witselsucht”. Kejang tonik fokal yang
dinamakan kejang adversif merupakan simptom fokal lobus frontalis.
Simptom fokal tumor di daerah presentral, tumor yang menduduki girus
presentralis seringkali bertindak sebagai perangsang terhadap daerah
motorik, sehingga menimbulkan kejang lokal pada sisi kontralateral
sebelum munculnya manifestasi tekanan intrakranial yang meninggi.
Bilamana tumor di daerah presentral sudah menimbulkan destruksi
struktural, maka manifestasinya berupa hemiparesis kontralateral. Jika
tumor tumbuh di falks serebri setinggi daerah presentralis, maka
paraparesis akan dijumpai. Juga gangguan miksi lebih sering dan erat
berlokasi dengan tumor di fissura sagitalis daripada di bagian lain dari
otak. Simptom fokal dari tumor di lobus temporalis, biasanya kurang
menonjol terutama lobus temporalis kanan yang diduduki. Kecuali
bagian terdepan lobus temporalis yaitu unkus yang terkena, muncullah
serangan yang dinamakan “uncinate fit”. Hemianopsia kuadran atas
kontralateral harus dinilai sebagai tanda lokalisatorik yang khas bagi
lesi di lobus temporalis apabila ditemukan juga gejala-gejala peserta
yang menunjuk kepada tumor di daerah lobus temporalis, yaitu yang
berupa tinitus, halusinasi auditorik dan afasia sensorik, berupa apraksia.
Simptom fokal dari tumor di lobus parietalis, tumor yang
menduduki daerah korteks lobus parietalis dapat merangsang korteks
sensorik, sebelum manifestasi lain dijumpai. Simptom fokal dari tumor di
lobus oksipitalis, tumor yang menempati sangat jarang. Bila ada maka
gejala yang muncul adala sakit kepala di oksiput. Bisa juga
menyebabkan gangguan medan penglihatan dan agnosia visual.
Simptom fokal dari tumor dikorpus kalosum, gejala yang khas terdiri dari
gangguan mental terutama cepat lupa. Demensia yang timbul sering
disertai kejang umum atau fokal tergantung pada luas dan lokasi tumor.

VI. PENEGAKAN DIAGNOSIS

a. Tanda dan gejala seperti pada peningkatan tekanan intrakranial dan


tanda-tanda lokalisatorik, ditambah dengan tanda – tanda fisik diagnostik
pada tumor intrakranial:
- Papiledema, timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi atau akibat
penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung.
- Pada anak-anak, tekanan intrakranial yang meningkat dapat memperbesar
ukuran kepala dengan terenggangnya sutura. Pada perkusi terdengar bunyi
kendi yang rengat. Dan pada tumor jaringan vaskular atau malformasi
vaskular, auskultasi kepala dapat menghasilkan terdengarnya bising.
- Hipertensi intrakranialmengakibatkan iskemia dan gangguan-gangguan
kepada pusat vasomotorik serebral, sehinggamenimbulkan bradikardia
dan tekanan darah yang meningkat secara progresif.
- Irama dan frekuensi pernapasan berubah akibat melonjaknya tekanan
intrakranial. Kompresi batang otak dari luar mempercepat pernapasan
yang diselingi oleh pernapasan jenis Cheyne-strokes.
b. Gambaran radiologi:
- CT – Scan:

- MRI:
c. Laboratorium:
Tumor otak primer biasanya tidak menghasilkan kelainan serologi seperti
tingkatsedimentasi tinggi atau antigen tumor spesifik yang terkait dengan
kanker sistemik. Sebaliknya, metastase ke sistem saraf, tergantung pada jenis
dan luasnya tumor primer, dapat berhubungan dengan tanda-tanda sistemik
dari keganasan. Pungsi lumbal dapat menimbulkan herniasi otak pada pasien
dengan lesi massa dan harus dilakukan hanya pada pasien dengan dugaan
infeksi CNS1 atau metastasis meningeal.
Temuan dalam cairan serebrospinal (CSF) dari pasien dengan tumor
sistem saraf primer dan metastasis mungkin termasuk peningkatan tekanan
pembukaan, tingkat protein tinggi, dan pleositosis limfositik ringan. CSF
jarang mengandung sel-sel ganas, dengan pengecualian penting dari
metastasis leptomeningeal, limfoma SSP primer, dan tumor neuroectodermal
primitif, termasuk medulloblastoma.

VII. KLASIFIKASI:

Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut World
Health Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade:
1. Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini
biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan
secara tuntas dan memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang
pada tempat yang sukar dijangkau, masih dapat mengancam hidup.
2. Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat
berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.
3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)

Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan


menyebar ke jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding
dengan sel-sel yang normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini
berumur 41 tahun.
4. Gliobastoma multiforme (Grade IV)

Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang
normal. Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun.
Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang
sangat buruk. Grade I dan II juga dikenal sebagai Astrositoma berdifrensiasi
baik (Well differentiated astrocytomas).

VIII. DIAGNOSIS BANDING

IX. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa:
Tidak ada obat spesifik yang direkomendasikan untuk
pengobatan kelas rendah glioma. Namun, kondisi tertentu (dalam
pengaturan kelas rendah astrocytoma) biasanya memerlukan
pengobatan. Untuk kejang, pasien biasanya dimulai pada fenitoin
atau carbamazepine. Edema vasogenik sekitar tumor biasanya
diobati dengan steroid. Ketika pemberian steroid, biasanya beberapa
bentuk agen antiulcer digunakan.
Glukokortikoid menurunkan volume edema sekitar tumor otak
dan meningkatkan fungsi neurologis; deksametason (12 sampai
20mg/hari) dalam dosis terbagi secara oral atau intravena) digunakan
karena memiliki aktivitas mineralokortikoid relatif sedikit. Tumor
yang melibatkan korteks serebral atau hippocampus dapat
menghasilkan epilepsi. Oleh karena itu antikonvulsan digunakan
terapidan profilaksis; fenitoin, karbamazepin dan asam valproik
sama-sama efektif. Jika tumor subkortikal di lokasi, antikonvulsan
profilaksis tidak diperlukan. Profilaksis dengan dosis rendah heparin
subkutan harus dipertimbangkan untuk pasien dengan tumor otak
yang memiliki imobilitas tungkai bawah, yang menempatkan mereka
pada risiko trombosis vena dalam.

b. Operasi: Reseksi agresif dengan pengangkatan seluruh massa yang


mengganggu ialah tujuan utama dari operasi. Pada kebanyakan
pasien, eksisi total secara umum meningkatkan fungsi neurologis,
mengurangi oedema didaerah sekitar dan memperpanjang ketahanan
hidup. Walau ketika tumor melibatkan area yang penting di otak,
evaluasi pre-operasi dengan fungsional MRI (fMRI) dan pemetaan
intra-operatif terkadang dapat memudahkan ahli bedah saraf yang
terampil untuk mengeksisi lesi-lesi ini secara keseluruhan. Eksisi
total juga memudahkan ahli Patologi Anatomi untuk menegakkan
diagnosis yang akurat. Batas reseksi harus diukur dengan post-
operatif MRI, dilakukan 72 jam post-operatif, karena pengangkatan
tumor intra-operatif terkadang tidak akurat. Tumor yang bersifat
multifokal, bilateral, atau yang melibatkan struktur yang peka seperti
thalamus, tidak boleh diangkat pada operasi. Pada pasien-pasien
tersebut dilakukan biopsy stereotaktis pada jaringan tumor.
c. Radioterapi: Merupakan penatalaksanaan non operatif yang paling
penting untuk glioma grade tinggi.
d. Kemoterapi: Dari penelitian yang dilakukan para ahli, 20% dari
pasien yang memakai kemoterapi nitrosourea terlihat memiliki angka
ketahanan hidup yang lebih panjang. Namun banyak dokter sekarang
ini memakai temozolomide. Temozolomide ialah obat yang bersifat
alkylating agent, diberikan per oral. Secara empiris sangat baik
pengaruhnya untuk perawatan pasien yang menderita glioma ganas
yang kambuh kembali dan telah menjadi standard pengobatan untuk
kasus-kasus seperti itu.

X. PROGNOSIS

Pasien dengan Astrositoma grade rendah dapat bertahan hidup sampai


lima tahun. Rentang kemampuan untuk bertahan hidup bervariasi, dimana
beberapa pasien hanya dapat bertahan selama satu tahun, tetapi ada yang
sanggup untuk bertahan hidup hingga sepuluh tahun ke depan. Sebagian besar
pasien meninggal karena tumor yang telah berkembang ke grade yang lebih
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rahmat Ramadhan, S. (2015). Referat Astrocytoma. Bagian Ilmu


Radiologi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
Palu.

http://reference.medscape.com/article/283453?src=medscapeappandroid&ref=ema
il

https://www.abta.org/wp-content/uploads/2018/03/low-grade-astrocytoma

Anda mungkin juga menyukai