PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, setiap
perusahaan akan menghadapi lingkungan bisnis yang semakin dinamis dengan
tingkat intensitas persaingan yang lebih tinggi. Agar dapat bersaing, bertahan, dan
berkembang dalam lingkungan yang kompetitif tersebut, perusahaan sebagai
produsen barang dan atau jasa dituntut untuk mampu memahami kekuatan-
kekuatan persaingan dalam industrinya dan harus senantiasa mengembangkan
strategi bersaingnya.
Michael A. Porter menjelaskan lima kekuatan (five forces module) sebagai
alat untuk menganalisis lingkungan persaingan industri. Keadaan persaingan
perusahaan dalam suatu industry tergantung pada lima kekuatan persaingan dasar
yaitu : Rivalry of Competitors, Threat of New Entrants, Threat of substitutes,
Bargaining Power of Customers, dan Bargaining Power of Suppliers.
Agar dapat menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan
maka perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang ada di dalam lingkup
perusahaan, baik yang menjadi kekuatan maupun yang menjadi kelemahan, serta
faktor-faktor yang ada diluar perusahaan yang dapat menjadi peluang dan
ancaman bagi perkembangan perusahaan. Para pembuat strategi diharuskan untuk
membuat suatu formulasi strategi yang harus dikembangkan dan diaplikasikan
dalam lingkungan bisnis dan industrinya guna mencapai tujuannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi lima kekuatan menurut poster?
C. Tujuan Masalah
2. Agar dapat mengetahui lima kekuatan menurut poster?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jajat Kristanto, Manajemen Pemasaran Internasional; Sebuah Pendekatan Strategi,
(Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 112.
2
mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai strategi yang cukup
komprehensif untuk menciptakan keunggulan kompetitif.2
2
Alfansus Riky, Ronny H. Mustamu, “Porter Five Forces Model PT. RUCI
GAS”,Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, AGORA, vol. 2: 2, (Universitas
Kristen Petra, 2014).
3
Jajat Kristanto, Manajemen Pemasaran Internasional; Sebuah Pendekatan Strategi,
(Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 112.
3
mengalokasikan sebuah sumber daya secara serius. Para pemain baru mungkin
akan mendorong harga-harga ke bawah dan memperkecil tingkat keuntungan
sehingga dapat menurunkan keuntungan industri. Porter mengemukakan delapan
sumber utama hambatan untuk memasuki industrinya yaitu:4
1) Skala ekonomis yang mengacu pada penurunan biaya produk per unit
bila volume produksi per periode meningkat.
3) Kebutuhan permodalan.
4) Biaya-biaya peralihan satu waktu (one time swicshing cost) untuk beralih
ke pemasok-pemasok atau produk-produk lain seperti biaya pelatihan
ulang, peralatan-peralatan mendukung (ancillary equipments) serta biaya
untuk menilai sebuah sumber pasokan baru.
8) Perkiraan respon para pesaing yang sudah ada dapat juga merupakan
sebuah hambatan masuk bila para pesaing tersebut diperkirakan akan
memberikan respon yang keras bila ada pendatang yang baru.
4
Ibid., hlm, 112-114
4
Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing, dalam arti yang luas
dengan industri-industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti
membatasi laba potensial dari industri dengan menetpkan harga pagu (ceiling
price) yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam industri. Makin menarik
alternative harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan
laba industri. Mengenali produk-produk subtitusi (pengganti) adalah persoalan
mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk
dalam industri. Posisi dalam menghadapi produk pengganti mungkin merupakan
persoaln tindakan industri secara kolektif.
Produk pengganti menempatkan batas atas dari harga yang dapat
ditetapkan sebelum konsumen akan peindah ke produk pengganti. Kekuatan
persaingan dari produk pengganti paling baik diukur dengan pangsa pasar yang
direbut oleh produk tersebut, di samping rencana perusahaan itu yang
meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar (David, 2011).
5
Gunawan Adisaputro, Manajemen Pemasaran ; Analisis Untuk Perancangan Strategi
Pemasaran, (Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2010), hlm. 142.
5
nilai pasokan dari pemasok tertentu dengan keseluruhan nilai persediaan yang
dipasok oleh berbagai pemasok.
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap para
peserta industri dengan mengamcam akan menaikkan harga atau menurunkan
mutu produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat karenanya dapat menekan
kemampulabaan industri yang tidak mampu mengimbangu kenaikan hargnya
(Porter, 1987).
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap para
peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu
produk atau jasa yang dibeli. Kelompok pemasok kuat jika situasi berikut terjadi :
6
Michael E. Porter, alih bahasa Agus maulana, Strategi Bersaing, Tehnik Menganalisis
Industri dan Pesaing. (Jakarta: Erlangga 1980), hlm. 24-25.
6
konsumen sering kali dapat bernegosiasi tentang harga jual, cakupan garansi, dan
paket aksesori hingga ke tingkat yang lebih tinggi (David, 2006). Disamping itu,
Kekuatan menawar konsumen juga lebih besar kalau produk yang dibeli standar
atau tidak berbeda. Perusahaan pesaing mungkin menawarakan garansi lebih
panjang atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan kalau
kekuatan menawar dari konsumen luar biasa. Konsumen sering dapat melakukan
negosiasi harga jual, jaminan, dan asesoris kemasan sampai tingkat tertentu
(David, 2011).
Pembeli bersaing dalam industri dengan cara memaksa harga turun, tawar
menawar untuk mutu yang lebh tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta
berperan sebagai pesaing satu sama lain semuanya dengan pengorbanan
kemampulabaan industri.. Kondisi-kondisi yang membuat pembeli kuat serupa
dengan kondisi yang membuat pemasok kuat. Kelompok pembeli dikatakan kuat
jika terdapat hal-hal berikut :
2) Produk yang dibeli dari industri merupakan dari bagian dari biaya atau
pembelian cukup besar dari pembeli.
3) Produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak
terdiferensiasi.
Persaingan antar perusahaan saingan biasanya merupakan yang paling hebat dari
lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh perusahaan dapat berhasil
hanya sejauh ia menghasilkan keunggulan kompetitif atas strategi yang dijalankan
7
Ibid., hlm. 22-23.
7
perusahaan pesaing. Perubahan strategi oleh satu perusahaan bisa jadi ditanggapi
dengan langkah balasan, seperti penurunan harga, peningkatan kualitas,
penambahan fitur, penyediaan layanan, perpanjangan garansi, dan
pengintensifikan iklan.8
8
Fred R. David, Strategic Management, (Jakarta: Salemba empat, 2009), hlm. 148
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Porter mengatakan bahwa: Ada lima kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi persaingan dalam sebuah industri yaitu Ancaman dari pendatang
baru(threat of new enterans), Ancaman dari Produk-produk pengganti (threat of
substitute product or services), Kekuatan tawar menawar para
pemasok(bargaining power of supppliers), Kekuatan tawar menawar para
pembeli(bargaining power of buyers), Persaingan diantara Pesaing yang
Ada(rivalry among exiting competitors
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk pembaca ataupun
penulis sendiri, apabila ada kesalahan dalam makalah ini saya selaku pembuat
makalah meminta maaf sebesar-besarnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Alfansus Riky, Ronny H. Mustamu, “Porter Five Forces Model PT. RUCI GAS”,
Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, AGORA, vol. 2:
2, (Universitas Kristen Petra, 2014).
Kodrat. (2009). Konsep Lima Kekuatan Porter. Jakarta : PT. Binarupa Aksara.
David, F. R. (2011). Strategic Management Concept and Cases. England: Pearson
Education Limited.
David, F. R. (2006). Strategic Management. New Jersey. Prentice Hall.
Porter, M. E. (1987). Competitive Strategy Techniques for Analyzing Industries
and Competitors. New York : The Free Press
10