Anda di halaman 1dari 52

Management Kurikulum dan Sistem Evaluasi Pembelajaran Kimia

PENGEMBANGAN ASSESMEN AFEKTIF


(KARAKTER)

Disusun Oleh :

EIKA ABIGAIL MUNTHE 8176142007

ERLINA 8176142009

PREDI SETIADI PERANGIN ANGIN 8176142012

Dosen pengampu matakuliah : Dr. Ajat Sudrajat, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan tiga kata yang saling terkait dalam
melihat proses dan keberhasilan suatu program, termasuk di dalamnya adalah program
pembelajaran. Program ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas
dalam menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu
yang disebut assesmen (Arends: 2008). Sehingga, Kita sering dikaburkan oleh makna
mengukur, menilai dan mengevaluasi. Yang identik kita lihat adalah untuk menilai dengan
pemberian tes atau menilai dengan angka terhadap aspek kognitif saja. Namun secara
hakekatnya, mengukur, menilai dan evaluasi harus dilakukan untuk ketiga ranah
pembelajaran, yaitu kogniif, afekif dan psikomotor. Pada beberapa pendidik ada yang
memahami bahwa yang bisa di ukur itu adalah aspek kogniif dari siswa atau peserta didik,
karena mudah dilakukan melalui pemberian tes dan mudah diberikan nilai atau skor. Jika
pendidik melakukan penilaian hanya pada ranah kognitif saja, maka proses dan hasil belajar
bisa dikatakan belum terukur secara menyeluruh atau komprehensif, yang secara idealnya
harus terukur ketiga aspek baik kognitif, afektif dan psikomotor dari peserta didik, yang pada
akhirnya betul-betul akan bisa di tarik sebuah kesimpulan bahwa peserta didik berhasil atau
kurang berhasil dalam pembelajaran berdasarkan ketiga aspek tersebut.
Dengan demikian dalam realita yang kita jumpai bahwa beberapa pendidik bisa
dikatakan sudah sangat mahir dalam melakukan penilaian terhadap aspek kognitif, tapi
kurang kemampuan untuk aspek afektif dan psikomotor. Sehingga penilaian yang seperti ini
kurang memberikan masukan dan manfaat yang berarti terhadap guru dan peserta didik
tentang aspek sikap yang seharusnya dimiliki anak setelah pembelajaran berlangsung. Secara
autentik, urutan penilaian dimulai dari penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan yang
terakhir penilaian keterampilan. Sekarang yang jadi pemikiran bagi kita adalah bagaimana
kita bisa menilai sikap? Bagaimana instrumennya? Ini adalah problema yang seringkali
menghinggapi benak kita. Secara logis kita tidak akan bisa mengukur perubahan sikap siswa
dengan memberi soal-soal sebagaimana kita mengukur pengetahuan. Sikap siswa itu
ditunjukkan dengan perbuatan, bukan ditunjukkan dengan pemahaman dan ingatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka makalah ini akan menyajikan tentang penilaian non kognitif
khususnya penilaian afeksi peserta didik, sehingga memberikan pemahaman kepada kita
tentang penilaian ranah afektif ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian afektif dan assesmen afektif?
2. Bagaimana pentingnya assesmen afektif?
3. Apa jenis dan tingkatan ranah afektif?
4. Bagaimana Penyusunan instrumen assesmen afektif, skala yang digunakan dan
teknik penskorannya?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menjelaskan pengertian afektif dan assesmen afektif.
2. Menjelaskan pentingnya aseesmen afektif
3. Menjelaskan jenis dan tingkatan ranah afektif
4. Menjelaskan cara penyusunan instrument assesmen afektif, skala yang digunakan
dan teknik penskorannya.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


1) Manfaat Teoritis
Dapat mengetahui dan memahami penilaian atau assesmen afeksi dan penyusunan
instrument serta skala yang digunakan.

2) Manfaat Praktis
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah agar pembaca
terutama insan pendidikan dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebagai
acuan pendidikan dan pedoman dalam melakukan kegiatan evaluasi pendidikan dan
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Afektif dan Assesmen Afektif


Afektif atau sikap merupakan suatu kecendrungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu
dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Afektif adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta,
mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, serta mempunyai gaya atau makna yang
menunjukkan perasaan. Muhajir (1992) menjelaskan bahwa sikap merupakan kecendrungan
afeksi, suka atau tidak suka pada suatu objek social. Harvey dan Smith (1991) berpendapat
bahwa sikap adalah kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negative
terhadap objek atau situasi. Eagly & Chaiken (1993) sikap adalah “ a psychological tendency
that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor”.
Keempat pendapat tersebut memiliki kesamaan, yaitu bahwa sikap merupakan reaksi
seseorang dalam menghadapi suatu objek. Menurut Sumarna (2004) bahwa objek sikap yang
perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah :
1) Sikap terhadap materi pelajaran, peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
materi pelajaran. Dengan Sikap positif peserta didik akan tumbuh minat belajar, akan
lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang di
ajarkan.
2) Sikap terhadap guru atau pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cendrung
mengabaikan hal- hal yang diajarkan. Dengan dimikian, peserta didik yang memiliki
sikap negative terhadap guru/ pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan belajar
peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran.
Dengan demikian penilaian atau assesmen efektif adalah penilaian terhadap reaksi
seseorang atau peserta didik tentang suatu objek yang telah diuraikan di atas. Sikap bermula
dari perasaan (suka atau tidak suka ) yang terkait dengan kecendrungan seseorang dalam
merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai atau pandangan hidup yang
dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang
diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu: afektif, kognitif dan konatif. Komponen
afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaian terhadap suatu objek,
kompenen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun
komponen konatif kecendrungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap. ( Rusgiyanto, 2005). Menurut Sudaryono (2012)
sikap merupakan variable tersembunyi yang tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
disimpulkan melalui tingkah laku.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan
keadaan internal seseorang, berupa kecendrungan atau kesiapan memberikan respon meliputi
kognitif, afeksi dan konatif terhadap suatu stimulus dari lingkungan sekitarnya. Yang harus
digaris bawahi adalah penilaian sikap tidak berdiri sendiri. Penilaian sikap terintegrasi dengan
penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan.

2.2 Pentingnya Assesmen Afektif


Penilaian dalam arti assesmen merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi
tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa. Sebenarnya guru dalam melaksanakan
proses penilaian tidak hanya mencakup penilaiain kognitif saja, namun idealnya guru juga
dapat melakukan peniliaian pada aspek afektif (sikap). Hasil belajar menurut Bloom (1976)
mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Aderson (1981) berpendapat
bahwa karakteristk manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan.
Tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Assesmen afektif dilakukan oleh pendidik
melalui pengamatan terhadap perkembangan afeksi peserta didik. Komponen assesmen
afektif seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan (Permendiknas Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan); meliputi:
1) memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama
masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari,
2) menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan
pekerjaannya,
3) menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam
bidang pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan,
4) menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional, dan tindakan
anti korupsi,
5) mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, sikap cermat dan menghargai hak atas kekayaan
intelektual,
6) menunjukkan sikap toleran dan empati terhadap keberagaman budaya yang ada di
masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional,
7) menunjukkan sikap peduli terhadap bahasa dan dialek, dan
8) menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang
terbaik dalam bidang iptek (Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan);

Pengukuran ranah afektif dilakukan melalui metode observasi dan metode laporan diri.
Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat
dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan atau reaksi psikologi.Mungkin pada
KTSP, penilaian afektif belum terlalu diperhatikan, namun seiring dengan dikembangkannya
pendidikan karakter bangsa, penilaian afektif menjadi lebih penting dan harus dilakukan guru
agar dapat diketahui keberhasilan pembelajaran yang dapat diwujudkan melalui internalisasi
sikap yang ditunjukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

2.3 Tingkatan dan Jenis Ranah Afektif


2. 3.1 Tingkatan Ranah Afektif
Menurut Krathwohl (1973) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai
komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap
ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi
Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan
characterization.
1) Tingkat Receiving
Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran
dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian
sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau
mengidentifikasikan diri dengan nilai itu.
Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan
suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kegiatan belajar, kegiatan musik, kegiatan
olahraga, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada
fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta
didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan
menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif
.
2) Tingkat Responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari
perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi
ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons,
berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi
pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan
kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang
membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.

3) Tingkat Valuing
Valuing adalah sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat sesuatu.
Hal ini menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan atau sikap
dan menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari
menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada
tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai
yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan
stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini
diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
Valuing merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik di sini tidak hanya
mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep
atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan
mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah
menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik.

4) Tingkat Organization
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan
nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.
Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan
perioritas nilai yang telah dimilikinya. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa
konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.

5) Tingkat Characterization
Characterization (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat
tertinggi dalam suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya
dan telah mempengaruhi emosinya. Ini merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin
peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan.
Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah
lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah
lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Hasil pembelajaran pada tingkat ini
berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

2.4 Karakteristik Ranah Afektif


Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai
ranah afektif (Andersen, 1981: 4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi
seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk
ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan
dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari
senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding
yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang
menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai
positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau
bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target
mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan
merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta
didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, kimia, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur
ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang
namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila
menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya
adalah tes.
Objek ranah afektif menurut Krathwohl (1973: 24) unsur-unsurnya terdiri dari minat
(interest), sikap (attitude), nilai (value), apresiasi (apresiation), dan penyesuaian (adjustmen).
Fishbein dan Ajzen (1975) membagi dalam kepercayaan (belief), sikap (attitude),
keinginan/maksud (intention), dan perilaku (behaviour). Berbeda dengan Fishbein dan Ajzen,
Hammond (Worthen dan Sanders, 1973) menyatakan bahwa objek afektif meliputi unsur
perhatian, minat (interest), sikap (attitude), perasaan (feeling), dan emosi (emotion). Menurut
Hopkins dan Antes (1990), unsur-unsur ranah afektif meliputi emotion, interest, attitude,
value, character development, dan motivation. Mardapi (2011: 183) menambahkan bahwa
karakter juga merupakan bagian dari ranah afektif. Berdasarkan uraian di atas, dapat
diidentifikasikan bahwa unsur-unsur ranah afektif paling tidak meliputi: perhatian/minat,
sikap, nilai, apresiasi, karakter, kepercayaan, perasaan, emosi perilaku, keinginan, dan
penyesuaian.

a) Karakter
Karakter adalah tabiat, watak, akhlak, atau kepribadian seseorang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai dan norma (Pusat Pengembangan
Kurikulum, 2010: 3). Aristotle, filsof Yunani, menyatakan bahwa karakter yang baik
merupakan pengamalan tingkah laku yang benar (Lickona, 1991:50). Tingkah laku yang
benar dilihat dari sisi orang lain dan lingkungan. Lebih lanjut Aristotle mengatakan bahwa
kehidupan pada zaman modern cenderung melupakan budi pekerti termasuk orientasi diri,
seperti kontrol diri, sikap dermawan, dan rasa sosial. Karakter adalah seperangkat trait yang
menentukan sosok seseorang sebagai individu (Kurtus, 2010). Karakter menentukan apakah
sesorang dalam mencapai keinginannya menggunakan cara yang benar menurut
lingkungannya dan mematuhi hukum dan aturan kelompok. Jadi, karakter merupakan sifat
atau watak seseorang yang bisa baik dan bisa tidak baik berdasarkan penilaian
lingkungannya.
Karakter berkaitan dengan personalitas walaupun ada perbedaannya. Personalitas
merupakan trait bawaan sejak lahir, sedang karakter merupakan perilaku hasil pembelajaran.
Sesorang lahir dengan trait personaliti tertentu, Seseorang ada yang pemalu dan ada yang
terbuka dan mudah bicara. Klasifikasi lain adalah apakah sesorang beroritentasi pada tugas
atau senang kegiatan sosial. Hal ini yang menjadikan sesorang memiliki sifat ingin
menguasai, ingin mempengaruhi, personaliti stabil atau patuh. Karakter pada dasarnya
diperoleh melalui interaksi dengan orang tua, guru, teman, dan lingkungan. Karakter
diperoleh dari hasil pembelajaran secara langsung atau pengamatan terhadap orang lain.
Pembelajaran langsung dapat berupa ceramah dan diskusi tentang karakter, sedang
pengamatan diperoleh melalaui pengalaman sehari-hari apa yang dilihat di lingkungan
termasuk media televisi. Karakter berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap merupakan
predisposisi terhadap suatu objek atau gejala, yaitu positif atau negatif. Nilai berkaitan
dengan baik dan buruk yang berkaitan dengan keyakinan individu. Jadi, karakter seseorang
dibentuk melalui pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan apa yang didengar terutama
dari seseorang yang menjadi acuan atau idola seseorang.
Karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan bertindak sesuai dengan
nilai-nilai etika. Peserta didik berkembang untuk memahamai nilai inti dengan
mempelajarinya, mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan memecahkan masalah
yang mencakup nilai-nilai. Jadi, peserta didik harus paham nilai inti dan komitmen
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter sering didefinisikan sebagai melakukan yang benar tanpa ada yang melihat.
Etika yang baik adalah selalu mengikuti aturan yang telah disepakati, menghargai hak dan
kebutuhan orang lain, tidak takut hukuman atau ingin mendapat pujian saja. Peserta didik
diharapkan menjadi orang selalu berbuat baik kepada orang lain. Untuk itu, sekolah harus
bekerja sama dengan peserta didik dalam memahami aturan, dan kesadaran akan pengaruh
tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Tanamkan keyakinan bahwa untuk memperoleh
perlakukan yang baik harus memberi kebaikan kepada orang lain. Karakter yang selalu
dikaitkan dengan pendidikan karakter sering digunakan untuk menyatakan seberapa baik
seseorang. Atau dengan kata lain, seseorang yang menampilkan kualitas personal yang cocok
dengan yang diinginkan masyarakat dapat dinyatakan memiliki karakter yang baik dan
mengembangkan kualitas karakter sering dilihat sebagai tujuan pendidikan. Komponan ini
merupakan bagian dari aspek afektif pada standar nasional pendidikan.
Pendidikan karakter adalah bagian dari ranah afektif (Mardapi, 2011: 183). Namun demikian,
perhatian terhadap domain ini masih hanya sekedar pada usaha untuk memupuk sikap dan
karakter siswa selama proses pembelajaran. Padahal untuk menentukan sejauh mana hasil dan
kualitas pembelajaran terlebih untuk menentukan langkah lanjutan maupun langkah
perbaikan, mutlak bersandar pada proses dan hasil evaluasi yang memadai dan relevan.

Bedasarkan permendikbud indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam pengembanagan


dan pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya


sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
Kebangsaan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
Prestasi sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
Komuniktif dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
Lingkungan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

b) Sikap
Anastasi (1982) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk bertindak secara
suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai,
keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan
untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,
pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang.
Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata
pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999: 204). Sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah
peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti
pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran
termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran menjadi lebih positif.

c) Minat
Getzel (1966: 98), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman
yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
1. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran
2. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya
3. Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik
4. Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas
5. Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama
6. Acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih
metode yang tepat dalam penyampaian materi
7. Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik
8. Bahan pertimbangan menentukan program sekolah
9. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
d) Persepsi
Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan
menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja
indra) disekitar kita. Yusuf (2007) menyatakan bahwa persepsi adalah persepsi sebagai
proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-
indra yang dimilikinya. Lebih lanjut Sunaryo (2004) mendefinisikan persepsi sebagai proses
akhir dari pengamatan yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus
oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian dan diteruskan ke otak, selanjutnya
individu menyadari tentang adanya sesuatu. ,elalui persepsi individu menyadari dan dapat
mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal-hal yang
ada dalam diri individu yang bersangkutan. Persepsi mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut
Marliani (2010), ciri-ciri persepsi adalah:
1. Proses pengorganisasian berbagai pengalaman
2. Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan yang baru
3. Proses pemilihan informasi
4. Proses teorisasi dan rasionalisasi
5. Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal
6. Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal
7. Melakukan penyimpulan atau keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan yang
membentuk wujud persepsi individu

Persepsi merupakan bagaian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan


setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua
kegiatan kehidupan (Sobur, 2009). Dalam proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu:
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas
dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman
masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi
juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian
informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi
sederhana.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai
reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi
tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata
sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi (pembentukan kesan).

e) Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa
dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri
ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain
itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk mem berikan motivasi belajar peserta
didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan
dari penilaian diri adalah sebagai berikut.:
1. Pendidikmampu mengenal kelebihan dan kekuranganpeserta didik.
2. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah di capai.
3. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
4. Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
5. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
6. Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input
peserta didik.
7. Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
8. Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
9. Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
10. Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
11. Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
12. Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
13. Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk
instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
14. Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
15. Peserta didik mampu menilai dirinya.
16. Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
17. Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya
f) Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa
sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakina sekitar objek spesifik atau situasi,
sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target
nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan
dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung
pada situasi dan nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7),
yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar
menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat,
sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik
menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk
memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

g) Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak.
Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan
moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon
verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya
seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.
Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik
maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain yang penting adalah:
1. Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi
dengan orang lain.
2. Integritas: peserta didik harus mengikatkan diripada kode nilai, misalnya moral dan
artistik.
3. Adil:peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan
yang sama dalam memperoleh pendidikan.
4. Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi
kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimalkepada semua orang.

2.5 Penyusunan Instrument Afektif


Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih
kurang. Hal ini disebabkan karena merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak
semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor (Mardapi, 2011: 184). Satuan
pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran
afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan
keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi-kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan perangkat penilaian ranah afektif serta acuan penafsiran hasil
pengukuraannya.
Menurut Andersen (1981), ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur
ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi
berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan
yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang
mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut
kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin (dalam
Andersen, 1981), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan
psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi
tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan.
Berikut ini adalah berbagai teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk
mengukur ranah afektif, yaitu:
1) Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi
langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan
observasi tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta
didik, dan karyawan sekolah.
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi yang
berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar cek
digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku. Sedangkan skala
penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap.
Pedoman observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan
hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau
perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan
kompetensi dasar. Rentang skala hasil pengamatan antara lain berupa :

1) Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah


2) Sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik
(lihat lembar contoh instrumen).
Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran. Rubrik
memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan petunjuk
penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi nilai akhir. Agar
observasi lebih efektif dan terarah hendaknya :

1. Dilakukan dengan tujuan jelas dan direncanakan sebelumnya. Perencanaan mencakup


indikator atau aspek yang akan diamati dari suatu proses.
2. Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala penilaian.
3. Pencatatan dilakukan selekas mungkin.
4. Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilaksanakan.

2) Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.

Skala penilaian dapat disusun dalam bentuk skala Likert atau skala semantic
differential. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau
fenomena. Sedangkan skala semantic differential yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum
di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat
negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran
dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan
untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Kriteria
penyusunan lembar penilaian diri:
1. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap
sesuatu hal.
2. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden.
3. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus
4. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
5. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
6. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden

3) Penilaian Antarpeserta didik


Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan
untuk penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek dan skala penilaian (rating scale) dengan
teknik sosiometri berbasis kelas. Guru dapat menggunakan salah satu dari keduanya atau
menggunakan dua-duanya.

4) Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap
dan perilaku. Kelebihan yang ada pada jurnal adalah peristiwa/kejadian dicatat dengan
segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan untuk
memahami peserta didik dengan lebih tepat. Sementara itu, kelemahan yang ada pada jurnal
adalah reliabilitas yang dimiliki rendah, menuntut waktu yang banyak, perlu kesabaran dalam
menanti munculnya peristiwa sehingga dapat mengganggu perhatian dan tugas guru, apabila
pencatatan tidak dilakukan dengan segera, maka objektivitasnya berkurang.
Terkait dengan pencatatan jurnal, maka guru perlu mengenal dan memperhatikan
perilaku peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aspek-aspek pengamatan
ditentukan terlebih dahulu oleh guru sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajar.
Aspek-aspek pengamatan yang sudah ditentukan tersebut kemudian dikomunikasikan terlebih
dahulu dengan peserta didik di awal semester.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah:
1. Catatan atas pengamatan guru harus objektif
2. Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah kejadian /
peristiwa yang berkaitan dengan Kompetensi Inti.
3. Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda)
Pedoman umum penskoran jurnal:
1. Penyekoran pada jurnal dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert. Sebagai
contoh skala 1 sampai dengan 4.
2. Guru menentukan aspek-aspek yang akan diamati.
3. Pada masing-masing aspek, guru menentukan indikator yang diamati.
4. Setiap aspek yang sesuai dengan indikator yang muncul pada diri peserta didik diberi
skor 1, sedangkan yang tidak muncul diberi skor 0.
5. Jumlahkan skor pada masing-masing aspek.
6. Skor yang diperoleh pada masing-masing aspek kemudian direratakan
7. Nilai Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) ditentukan dengan cara
menghitung rata-rata skor dan membandingkan dengan kriteria penilaian

2.6 Contoh Instrumen beserta Rubrik Penilaian


a. Observasi

Pedoman Observasi Sikap Spiritual

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek
(v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan
kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3= sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu

2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan

3 Memberi salam sebelum dan sesudah


menyampaikan pendapat/presentasi
4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan
maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan

5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat


mempelajari ilmu pengetahuan

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Contoh :

Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :

14
𝑥 4 = 2,8
20

Sesuai Permendikbud No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai adalah :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang : apabila memperoleh skor: skor ≤ 1,33
Pedoman Observasi Sikap Jujur

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kejujuran. Berilah
tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan
kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik : ………………….

Kelas : ………………….

Tanggal Pengamatan : …………………..

Materi Pokok : …………………..

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Tidak nyontek dalam mengerjakan


ujian/ulangan/tugas

2 Tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin


karya orang lain tanpa menyebutkan sumber)
dalam mengerjakan setiap tugas

3 Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa


adanya
4 Melaporkan data atau informasi apa adanya

5 Mengakui kesalahan atau kekurangan yang


dimiliki

Jumlah Skor
Pedoman Observasi Sikap Disiplin

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kedisiplinan.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
Ya = apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan
Tidak = apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan.

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

Melakukan
No Sikap yang diamati
Ya Tidak

1 Masuk kelas tepat waktu

2 Mengumpulkan tugas tepat waktu

3 Memakai seragam sesuai tata tertib

4 Mengerjakan tugas yang diberikan

5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran

6 Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang


ditetapkan

7 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran

8 Membawa buku teks mata pelajaran

Jumlah
Petunjuk Penskoran :
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Contoh :
Jawaban YA sebanyak 6, maka diperoleh skor 6, dan skor tertinggi 8 maka skor akhir
adalah :
6
𝑥 4 = 3,00
8
Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam tanggung jawab.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dankadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Melaksanakan tugas individu dengan baik

2 Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

3 Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

4 Mengembalikan barang yang dipinjam

5 Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran

Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual


Pedoman Observasi Sikap Toleransi

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru/teman untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam toleransi.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap toleransi yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Menghormati pendapat teman

2 Menghormati teman yang berbeda suku, agama,


ras, budaya, dan gender

3 Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan


pendapatnya
4 Menerima kekurangan orang lain

5 Mememaafkan kesalahan orang lain

Jumlah Skor

Petunjuk penskoran

Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual


Pedoman Observasi Sikap Gotong Royong

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru/teman untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam gotong
royong. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap gotong royong yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Aktif dalam kerja kelompok

2 Suka menolong teman/orang lain

3 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan

4 Rela berkorban untuk orang lain

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran

Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual


Pedoman Observasi Sikap Santun

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kesantunan.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap santun yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Menghormati orang yang lebih tua

2 Mengucapkan terima kasih setelah menerima


bantuan orang lain
3 Menggunakan bahasa santun saat menyampaikan
pendapat

4 Menggunakan bahasa santun saat mengkritik


pendapat teman

5 Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat bertemu


orang lain

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran

Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual


Pedoman Observasi Sikap Percaya Diri

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru/teman untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam percaya
diri. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap percaya diri yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Berani presentasi di depan kelas

2 Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab


pertanyaan

3 Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa


ragu-ragu
4 Mampu membuat keputusan dengan cepat

5 Tidak mudah putus asa/pantang menyerah

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran

Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual


Contoh lain instrumen penilaian adalah :

Lembar Pengamatan Sikap

Kelas : ……………………….
Hari, tanggal : ……………………….
Materi Pokok/Tema : ……………………….

Sikap

Nama

Gotong Royong

Percaya Diri
Tanggung

Toleransi
Disiplin

No Peserta Keterangan

Santun
Jawab
Jujur

Didik

Keterangan Penskoran :
4 = apabila selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
3 = apabila sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspeksikap dan kadang-kadang tidak
sesuai aspek sikap
2 = apabila kadang-kadang konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap dan sering tida
sesuai aspek sikap
1 = apabila tidak pernah konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
b. Penilaian Diri
LEMBAR PENILAIAN DIRI SIKAP SPIRITUAL

PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Materi Pokok : ………………….
Tanggal : ………………….

Pernyataan TP KD SR SL
No

1 Saya semakin yakin dengan keberadaan


Tuhan setelah mempelajari ilmu
pengetahuan

2 Saya berdoa sebelum dan sesudah


melakukan sesuatu kegiatan

3 Saya mengucapkan rasa syukur atas


segala karunia Tuhan

4 Saya memberi salam sebelum dan


sesudah mengungkapkan pendapat di
depan umum

5 Saya mengungkapkan keagungan Tuhan


apabila melihat kebesaranNya

Jumlah

Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP JUJUR

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Materi Pokok : ………………….
Tanggal : ………………….

PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari
No Pernyataan TP KD SR SL

1 Saya menyontek pada saat mengerjakan


Ulangan

2 Saya menyalin karya orang lain tanpa


menyebutkan sumbernya pada saat
mengerjakan tugas

3 Saya melaporkan kepada yang berwenang jika


menemukan barang

4 Saya berani mengakui kesalahan yang saya


dilakukan

5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa melihat


jawaban teman yang lain

Keterangan :

 SL = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan


 SR = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang tidak
melakukan
 KD = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
 TP = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Petunjuk Penskoran :
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP TANGGUNGJAWAB

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Materi Pokok : ………………….
Tanggal : ………………….

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam
tanggung jawab. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Sebagai peserta didik saya melakukan tugas-tugas


dengan baik

2 Saya berani menerima resiko atas tindakan yang


dilakukan

3 Saya menuduh orang lain tanpa bukti

4 Saya mau mengembalikan barang yang dipinjam dari


orang lain

5 Saya berani meminta maaf jika melakukan kesalahan


yang merugikan orang lain

Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP DISIPLIN

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Materi Pokok : ………………….
Tanggal : ………………….

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik untuk menilai sikap disiplin diri peserta didik. Berilah
tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang kamu miliki sebagai berikut :
Ya = apabila kamu menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan
Tidak = apabila kamu tidak menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan.

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

Melakukan
No Sikap yang diamati
Ya Tidak
1 Saya masuk kelas tepat waktu
2 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu
3 Saya memakai seragam sesuai tata tertib
4 Saya mengerjakan tugas yang diberikan
5 Saya tertib dalam mengikuti pembelajaran
6 Saya mengikuti praktikum sesuai dengan langkah
yang ditetapkan
7 Saya membawa buku tulis sesuai mata pelajaran
8 Saya membawa buku teks mata pelajaran
Jumlah
Petunjuk Penyekoran

Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : 𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Contoh :

Jawaban YA sebanyak 6, maka diperoleh nilai skor 6, dan skor maksimal 8 maka nilai akhir
adalah :

6
𝑥 4 = 3,00
8

Kriteria perolehan nilai sama dapat menggunakan seperti dalam pedoman observasi.
LEMBAR PENILAIAN DIRI

SIKAP GOTONG ROYONG

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Materi Pokok : ………………….
Tanggal : ………………….

PETUNJUK PENGISIAN:
1. Cermatilah kolom-kolom sikap di bawah ini!
2. Jawablah dengan jujur sesuai dengan sikap yang kamu miliki.
3. Lingkarilah salah satu angka yang ada dalam kolom yang sesuai dengan keadaanmu
4 = jika sikap yang kamu miliki sesuai dengan selalu positif
3 = Jika sikap yang kamu miliki positif tetapi sering positif kadang kadang muncul
sikap negatif
2 = Jika sikap yang kamu miliki sering negatif tapi tetapi kadang kadang muncul sikap
positif
1 = Jika sikap yang kamu miliki selalu negatif

Rela berbagi 4 3 2 1 Egois

Aktif 4 3 2 1 Pasif

Bekerja sama 4 3 2 1 Individualistis

Ikhlas 4 3 2 1 Pamrih

Petunjuk Penskoran

Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual


LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP TOLERANSI

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam
toleransi. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap toleransi yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Saya menghormati teman yang berbeda pendapat

2 Saya menghormati teman yang berbeda suku, agama,


ras, budaya, dan gender

3 Saya menerima kesepakatan meskipun berbeda


dengan pendapatnya
4 Saya menerima kekurangan orang lain

5 Saya memaafkan kesalahan orang lain

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran

Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual


LEMBAR PENILAIAN DIRI

SIKAP PERCAYA DIRI

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam
percaya diri. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap percaya diri yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4

1 Saya melakukan segala sesuatu tanpa ragu-ragu

2 Saya berani mengambil keputusan secara cepat


dan bisa dipertanggungjawabkan

3 Saya tidak mudah putus asa

4 Saya berani menunjukkan kemampuan yang


dimiliki di depan orang banyak

5 Saya berani mencoba hal-hal yang baru

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran

Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual


LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP SANTUN

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Materi Pokok : ………………….
Tanggal : ………………….

PETUNJUK PENGISIAN:
1. Bacalah dengan teliti pernyataan pernyataan yang pada kolom di bawah ini!
2. Tanggapilah pernyataan-pernyataan tersebut dengan member tanda cek (√) pada
kolom:
STS : Jika kamu sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika kamu tidak setuju dengan pernyataan tersebut
S : Jika kamu setuju dengan pernyataan tersebut
SS : Jika kamu sangat setuju dengan pernyataan tersebut

No Pernyataan Penilaian
STS TS S SS
1 Saya menghormasti orang yang lebih tua
2 Saya tidak berkata kata kotor, kasar dan
takabur
3 Saya meludah di tempat sembarangan
4 Saya tidak menyela pembicaraan
5 Saya mengucapkan terima kasih saat
menerima bantuan dari orang lain
6 Saya tersenyum, menyapa, memberi salam
kepada orang yang ada di sekitar kita
Keterangan:
Pernyataan positif :
 1 untuk sangat tidak setuju (STS),
 2 untuk tidak setuju (TS), ,
 3 untuk setuju (S),
 4 untuk sangat setuju (SS).

Pernyataan negatif :
 1 untuk sangat setuju (SS),
 2 untuk setuju (S),
 3 untuk tidak setuju (TS),
 4 untuk sangat tidak setuju (S)

Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
c. Penilaian Antarpeserta didik

Lembar Penilaian Antarpeserta Didik


Sikap Disiplin

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik untuk menilai sikap sosial peserta didik lain dalam
kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
Ya = apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan
Tidak = apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan.

Nama penilai : Tidak diisi


Nama peserta didik yang dinilai : ...............
Kelas : ...............
Mata pelajaran : ...............

Melakukan
No Sikap yang diamati
Ya Tidak

1 Masuk kelas tepat waktu

2 Mengumpulkan tugas tepat waktu

3 Memakai seragam sesuai tata tertib

4 Mengerjakan tugas yang diberikan

5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran

6 Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang


ditetapkan

7 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran

8 Membawa buku teks mata pelajaran

Jumlah

Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap disiplin
Contoh Instrumen:

DAFTAR CEK PENILAIAN ANTARPESERTA DIDIK

Nama penilai : Tidak diisi


Nama peserta didik yang dinilai : ...............
Kelas : ...............
Mata pelajaran : ...............

Berilah tanda cek pada kolom pilihan berikut dengan


4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Skor
No Aspek Pengamatan
4 3 2 1

1 Tidak nyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

2 Tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin


karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas

3 Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa


adanya
4 Melaporkan data atau informasi apa adanya

JUMLAH

Petunjuk penskoran :

Lihat petunjuk penskoran pedoman observasi sikap disiplin


d. Jurnal
1) Model Pertama
Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru):
a) Tulislah identitas peserta didik yang diamati
b) Tulislah tanggal pengamatan.
c) Tulislah aspek yang diamati oleh guru.
d) Ceritakan kejadian-kejadian yang dialami oleh Peserta didik baik yang merupakan
kekuatan Peserta didik maupun kelemahan Peserta didik sesuai dengan pengamatan
guru terkait dengan Kompetensi Inti.
e) Tulislah dengan segera kejadian
f) Setiap kejadian per anak ditulis pada kartu yang berbeda.
g) Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Peserta didik

Format :

Jurnal

Nama Peserta Didik : ………………………….

Nomor peserta Didik : ………………………….

Tanggal : ………………………….

Aspek yang diamati : ………………………….

Kejadian : ………………………….

Petunjuk penskoran
Guru:
Lihat petunjuk penskoran pedoman observasi sikap disiplin
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

2) Model……………………………………………………………………….
Kedua
Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru):
a) Tulislah Aspek yang diamati
b) Tulislah identitas peserta didik yang diamati
c) Tulislah tanggal pengamatan.
d) Tulislah aspek yang diamati oleh guru.
e) Ceritakan kejadian-kejadian yang dialami oleh Peserta didik baik yang merupakan
kekuatan Peserta didik maupun kelemahan Peserta didik sesuai dengan pengamatan
guru terkait dengan Kompetensi Inti.
f) Tulislah dengan segera kejadian yang diamati
g) Setiap kejadian per anak ditulis pada kartu yang berbeda.
h) Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Peserta didik

Contoh Format Jurnal

Jurnal

Nama Peserta Didik : ………………..

Aspek yang diamati : ………………..

No. Hari/ Tanggal Kejadian Keterangan


2.7 Langkah-langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif
Ada sebelas langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen penilaian
afektif, yaitu: menentukan spesifikasi instrumen, menulis instrumen, menentukan skala
instrumen, menentukan sistem penskoran, menelaah instrumen, merakit instrumen,
melakukan ujicoba, menganalisis hasil ujicoba, memperbaiki instrumen, melaksanakan
pengukuran, dan menafsirkan hasil pengukuran.

1) Menentukan spesifikasi instrumen


Spesifikasi instrumen terdiri atas tujuan dan kisi-kisi instrumen. Ditinjau dari tujuannya
ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif, yaitu instrumen (1) sikap, (2)
minat, (3) konsep diri, (4) nilai, dan (5) moral. Dalam bidang pendidikan contohnya
instrumen sikap.

2) Menulis instrumen
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Afektif

No Indikator Jumlah Butir Pertanyaan/Pernyataan Skala

Contoh: Instrumen sikap


Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik
menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui
sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap bisa positif bisa
negatif. Definisi operasional: sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek.
Objek bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap
peserta didik adalah melalui kuesioner.
Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau
negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada
pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-
tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini.
Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran Kimia misalnya:
 Membaca buku kimia
 Mempelajari kimia
 Melakukan interaksi dengan guru kimia
 Mengerjakan tugas kimia
 Melakukan diskusi tentang kimia
 Memiliki buku kimia

Contoh pernyataan untuk kuesioner:


 Saya senang membaca buku kimia
 Tidak semua orang harus belajar kimia
 Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran kimia
 Saya tidak senang pada tugas pelajaran kimia
 Saya berusaha mengerjakan soal-soal kimia sebaik-baiknya
 Memiliki buku kimia penting untuk semua peserta didik

3) Menentukan skala instrumen


Secara garis besar skala instrumen yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda semantik..

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran Kimia

7 6 5 4 3 2 1
1. Saya senang belajar Kimia
2. Pelajaran Kimia bermanfaat
3. Saya berusaha hadir tiap ada jam pelajaran Kimia
4. Saya berusaha memiliki buku pelajaran Kimia
5. Pelajaran Kimia membosankan
Dst
Contoh skala Likert: Sikap terhadap pelajaran Kimia

1 Pelajaran Kimia bermanfaat SS S TS STS


2 Pelajaran Kimia sulit SS S TS STS
3 Tidak semua harus belajar Kimia SS S TS STS
4 Pelajaran Kimia harus dibuat mudah SS S TS STS
5 Sekolah saya menyenangkan SS S TS STS

Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

4) Menentukan sistem penskoran


Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila
digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor terendah 1.
Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk
skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1. Dalam pengukuran
sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada katergori tiga 3 (tiga) untuk
skala Likert. Untuk menghindari hal tersebut skala Likert dimodifikasi dengan hanya
menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden.

5) Menelaah instrumen
Kegiata pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/pernyataan
sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata
bahasa yang benar, c) butir pertanyaaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik
untuk dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir
dan/atau panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan
untuk dibaca/dijawab.
Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada
pakar penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah
masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai
dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah selanjutnya digunakan untuk
memperbaiki instrumen.

6) Merakit instrumen
Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu menentukan format
tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/ pernyataan. Format instrumen harus dibuat
menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan
mengisinya. Setiap sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan dengan cara memberi spasi
yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang. Urutkan pertanyaan/pernyataan
sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.

7) Melakukan ujicoba
Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan tujuan
penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau orang tua peserta didik. Untuk itu
dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin
dinilai adalah peserta didik SMA, maka sampelnya juga peserta didik SMA. Sampel yang
diperlukan minimal 30 peserta didik, bisa berasal dari satu sekolah atau lebih.

8) Menganalisis hasil ujicoba


Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan/pernyataan. Jika
menggunakan skala instrumen 1 sampai 7, dan jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 7,
maka butir pertanyaan/pernyataan pada instrumen ini dapat dikatakan baik. Namun apabila
jawabannya hanya pada satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir
instrumen ini tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda dan
indeks keandalan yang dikenal dengan indeks reliabilitas.
9) Memperbaiki instrumen
Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/pernyataan yang tidak baik,
berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba
empirik tidak baik. Untuk itu butir pertanyaan/pernyataan instrumen harus diperbaiki.
Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden ujicoba. Instrumen
sebaiknya dilengkapi dengan pertanyaan terbuka.

10) Melaksanakan pengukuran


Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan yang digunakan.
Waktu pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah lelah. Ruang untuk mengisi
instrumen harus memiliki cahaya (penerangan) yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
Tempat duduk juga diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar
responden tidak saling bertanya pada responden yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama
atau homogen. Pengisian instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan pengisian,
manfaat bagi responden, dan pedoman pengisian instrumen.

11) Menafsirkan hasil pengukuran


Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran
diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir
pertanyaan/pernyataan yang digunakan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Sikap merupakan keadaan internal seseorang, berupa kecendrungan atau kesiapan


memberikan respon meliputi kognitif, afeksi dan konatif terhadap suatu stimulus dari
lingkungan sekitarnya, Yang harus digarisbawahi adalah penilaian sikap tidak berdiri
sendiri. Penilaian sikap terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan penilaian
keterampilan.
2) Penilaian sikap sangat penting dilakukan agar keberhasilan pembelajaran dapat
diketahui, dan disesuaikan dengan standar kelulusan yang sudah ditetapkan dalam
permendiknas. Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah: sikap
terhadap materi pelajaran, terhadap guru/pengajar, terhadap proses pembelajaran,
terhadap nilai dan norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
3) Penilaian Afektif mencakup, karakter, sikap minat dan persepsi.
4) Dalam penilaian sikap perlu disusun instrument dengan skala yang sesuai dengan aspek
yang akan diukur, dapat digunakan skala Likert, Skala Trustone, Skala Guttman atau
Sematik Differensial.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar para pendidik dapat melakukan
penilaian afektif dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Gunakan instrument dan
skala yang cocok untuk aspek yang akan diukur.
DAFTAR RUJUKAN

Andersen, Lorin. W. 1981. Assessing Affective Characteristic in the Schools. Boston: Allyn
and Bacon

Aqib, Zainal & Sujak. 2011. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama
Widya.

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Eagly, A.H. & Chaiken, S. 1993. The Psycology of Attitudes. New York; Harcourt Brace
Javanovich College Publishers.

Fishbein, M and Ajzen I. 1975. Beliefe, Attitude, Intention, and Behaviour: An Introduction
to Theory and Research, Reading, MA

Harvey, JH, & Smith, WP. 1991. Social Psycology. Terjemahan oleh Abu Ahmad. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

Hopkins, C. D., & Antes, R. L. 1990. Classroom Testing: Construction. Itasca, IL: F. E.
Peacock Publishers

Krathwohl, D. R. ed. Et al. 1964. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook II,


Affective Domain. New York: David McKay

Mardapi, Djemari. 2011. Penilaian Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter, Pendidikan


Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktek. Yogyakarta: UNY Press

Popham, W. James. 1999. Classroom Assessment. Boston: Allyn & Bacon

Rusgiyanto, 2005. Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika, Penalaran, dan aktivitas
Belajar Matematika dengan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan,
Vol 7. No. 2 Agustus.

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia


Sudjana, Djuju. 2008. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Cet-2. Bandung: PT
Remaja

Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukardi, M. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara

Sulistyorini. 2009. Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Yogyakarta:


Sukses Offset.

Anda mungkin juga menyukai