Disusun Oleh :
ERLINA 8176142009
PROGRAM PASCASARJANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
2) Manfaat Praktis
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah agar pembaca
terutama insan pendidikan dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebagai
acuan pendidikan dan pedoman dalam melakukan kegiatan evaluasi pendidikan dan
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Pengukuran ranah afektif dilakukan melalui metode observasi dan metode laporan diri.
Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat
dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan atau reaksi psikologi.Mungkin pada
KTSP, penilaian afektif belum terlalu diperhatikan, namun seiring dengan dikembangkannya
pendidikan karakter bangsa, penilaian afektif menjadi lebih penting dan harus dilakukan guru
agar dapat diketahui keberhasilan pembelajaran yang dapat diwujudkan melalui internalisasi
sikap yang ditunjukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
3) Tingkat Valuing
Valuing adalah sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat sesuatu.
Hal ini menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan atau sikap
dan menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari
menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada
tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai
yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan
stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini
diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
Valuing merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik di sini tidak hanya
mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep
atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan
mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah
menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik.
4) Tingkat Organization
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan
nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.
Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan
perioritas nilai yang telah dimilikinya. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa
konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.
5) Tingkat Characterization
Characterization (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat
tertinggi dalam suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya
dan telah mempengaruhi emosinya. Ini merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin
peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan.
Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah
lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah
lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Hasil pembelajaran pada tingkat ini
berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
a) Karakter
Karakter adalah tabiat, watak, akhlak, atau kepribadian seseorang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai dan norma (Pusat Pengembangan
Kurikulum, 2010: 3). Aristotle, filsof Yunani, menyatakan bahwa karakter yang baik
merupakan pengamalan tingkah laku yang benar (Lickona, 1991:50). Tingkah laku yang
benar dilihat dari sisi orang lain dan lingkungan. Lebih lanjut Aristotle mengatakan bahwa
kehidupan pada zaman modern cenderung melupakan budi pekerti termasuk orientasi diri,
seperti kontrol diri, sikap dermawan, dan rasa sosial. Karakter adalah seperangkat trait yang
menentukan sosok seseorang sebagai individu (Kurtus, 2010). Karakter menentukan apakah
sesorang dalam mencapai keinginannya menggunakan cara yang benar menurut
lingkungannya dan mematuhi hukum dan aturan kelompok. Jadi, karakter merupakan sifat
atau watak seseorang yang bisa baik dan bisa tidak baik berdasarkan penilaian
lingkungannya.
Karakter berkaitan dengan personalitas walaupun ada perbedaannya. Personalitas
merupakan trait bawaan sejak lahir, sedang karakter merupakan perilaku hasil pembelajaran.
Sesorang lahir dengan trait personaliti tertentu, Seseorang ada yang pemalu dan ada yang
terbuka dan mudah bicara. Klasifikasi lain adalah apakah sesorang beroritentasi pada tugas
atau senang kegiatan sosial. Hal ini yang menjadikan sesorang memiliki sifat ingin
menguasai, ingin mempengaruhi, personaliti stabil atau patuh. Karakter pada dasarnya
diperoleh melalui interaksi dengan orang tua, guru, teman, dan lingkungan. Karakter
diperoleh dari hasil pembelajaran secara langsung atau pengamatan terhadap orang lain.
Pembelajaran langsung dapat berupa ceramah dan diskusi tentang karakter, sedang
pengamatan diperoleh melalaui pengalaman sehari-hari apa yang dilihat di lingkungan
termasuk media televisi. Karakter berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap merupakan
predisposisi terhadap suatu objek atau gejala, yaitu positif atau negatif. Nilai berkaitan
dengan baik dan buruk yang berkaitan dengan keyakinan individu. Jadi, karakter seseorang
dibentuk melalui pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan apa yang didengar terutama
dari seseorang yang menjadi acuan atau idola seseorang.
Karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan bertindak sesuai dengan
nilai-nilai etika. Peserta didik berkembang untuk memahamai nilai inti dengan
mempelajarinya, mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan memecahkan masalah
yang mencakup nilai-nilai. Jadi, peserta didik harus paham nilai inti dan komitmen
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter sering didefinisikan sebagai melakukan yang benar tanpa ada yang melihat.
Etika yang baik adalah selalu mengikuti aturan yang telah disepakati, menghargai hak dan
kebutuhan orang lain, tidak takut hukuman atau ingin mendapat pujian saja. Peserta didik
diharapkan menjadi orang selalu berbuat baik kepada orang lain. Untuk itu, sekolah harus
bekerja sama dengan peserta didik dalam memahami aturan, dan kesadaran akan pengaruh
tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Tanamkan keyakinan bahwa untuk memperoleh
perlakukan yang baik harus memberi kebaikan kepada orang lain. Karakter yang selalu
dikaitkan dengan pendidikan karakter sering digunakan untuk menyatakan seberapa baik
seseorang. Atau dengan kata lain, seseorang yang menampilkan kualitas personal yang cocok
dengan yang diinginkan masyarakat dapat dinyatakan memiliki karakter yang baik dan
mengembangkan kualitas karakter sering dilihat sebagai tujuan pendidikan. Komponan ini
merupakan bagian dari aspek afektif pada standar nasional pendidikan.
Pendidikan karakter adalah bagian dari ranah afektif (Mardapi, 2011: 183). Namun demikian,
perhatian terhadap domain ini masih hanya sekedar pada usaha untuk memupuk sikap dan
karakter siswa selama proses pembelajaran. Padahal untuk menentukan sejauh mana hasil dan
kualitas pembelajaran terlebih untuk menentukan langkah lanjutan maupun langkah
perbaikan, mutlak bersandar pada proses dan hasil evaluasi yang memadai dan relevan.
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b) Sikap
Anastasi (1982) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk bertindak secara
suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai,
keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan
untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,
pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang.
Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata
pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999: 204). Sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah
peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti
pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran
termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran menjadi lebih positif.
c) Minat
Getzel (1966: 98), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman
yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
1. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran
2. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya
3. Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik
4. Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas
5. Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama
6. Acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih
metode yang tepat dalam penyampaian materi
7. Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik
8. Bahan pertimbangan menentukan program sekolah
9. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
d) Persepsi
Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan
menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja
indra) disekitar kita. Yusuf (2007) menyatakan bahwa persepsi adalah persepsi sebagai
proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-
indra yang dimilikinya. Lebih lanjut Sunaryo (2004) mendefinisikan persepsi sebagai proses
akhir dari pengamatan yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus
oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian dan diteruskan ke otak, selanjutnya
individu menyadari tentang adanya sesuatu. ,elalui persepsi individu menyadari dan dapat
mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal-hal yang
ada dalam diri individu yang bersangkutan. Persepsi mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut
Marliani (2010), ciri-ciri persepsi adalah:
1. Proses pengorganisasian berbagai pengalaman
2. Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan yang baru
3. Proses pemilihan informasi
4. Proses teorisasi dan rasionalisasi
5. Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal
6. Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal
7. Melakukan penyimpulan atau keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan yang
membentuk wujud persepsi individu
e) Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa
dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri
ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain
itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk mem berikan motivasi belajar peserta
didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan
dari penilaian diri adalah sebagai berikut.:
1. Pendidikmampu mengenal kelebihan dan kekuranganpeserta didik.
2. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah di capai.
3. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
4. Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
5. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
6. Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input
peserta didik.
7. Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
8. Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
9. Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
10. Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
11. Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
12. Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
13. Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk
instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
14. Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
15. Peserta didik mampu menilai dirinya.
16. Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
17. Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya
f) Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa
sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakina sekitar objek spesifik atau situasi,
sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target
nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan
dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung
pada situasi dan nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7),
yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar
menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat,
sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik
menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk
memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
g) Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak.
Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan
moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon
verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya
seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.
Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik
maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain yang penting adalah:
1. Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi
dengan orang lain.
2. Integritas: peserta didik harus mengikatkan diripada kode nilai, misalnya moral dan
artistik.
3. Adil:peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan
yang sama dalam memperoleh pendidikan.
4. Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi
kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimalkepada semua orang.
2) Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
Skala penilaian dapat disusun dalam bentuk skala Likert atau skala semantic
differential. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau
fenomena. Sedangkan skala semantic differential yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum
di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat
negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran
dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan
untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Kriteria
penyusunan lembar penilaian diri:
1. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap
sesuatu hal.
2. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden.
3. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus
4. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
5. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
6. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden
4) Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap
dan perilaku. Kelebihan yang ada pada jurnal adalah peristiwa/kejadian dicatat dengan
segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan untuk
memahami peserta didik dengan lebih tepat. Sementara itu, kelemahan yang ada pada jurnal
adalah reliabilitas yang dimiliki rendah, menuntut waktu yang banyak, perlu kesabaran dalam
menanti munculnya peristiwa sehingga dapat mengganggu perhatian dan tugas guru, apabila
pencatatan tidak dilakukan dengan segera, maka objektivitasnya berkurang.
Terkait dengan pencatatan jurnal, maka guru perlu mengenal dan memperhatikan
perilaku peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aspek-aspek pengamatan
ditentukan terlebih dahulu oleh guru sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajar.
Aspek-aspek pengamatan yang sudah ditentukan tersebut kemudian dikomunikasikan terlebih
dahulu dengan peserta didik di awal semester.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah:
1. Catatan atas pengamatan guru harus objektif
2. Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah kejadian /
peristiwa yang berkaitan dengan Kompetensi Inti.
3. Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda)
Pedoman umum penskoran jurnal:
1. Penyekoran pada jurnal dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert. Sebagai
contoh skala 1 sampai dengan 4.
2. Guru menentukan aspek-aspek yang akan diamati.
3. Pada masing-masing aspek, guru menentukan indikator yang diamati.
4. Setiap aspek yang sesuai dengan indikator yang muncul pada diri peserta didik diberi
skor 1, sedangkan yang tidak muncul diberi skor 0.
5. Jumlahkan skor pada masing-masing aspek.
6. Skor yang diperoleh pada masing-masing aspek kemudian direratakan
7. Nilai Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) ditentukan dengan cara
menghitung rata-rata skor dan membandingkan dengan kriteria penilaian
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek
(v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan
kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3= sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
14
𝑥 4 = 2,8
20
Sesuai Permendikbud No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai adalah :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang : apabila memperoleh skor: skor ≤ 1,33
Pedoman Observasi Sikap Jujur
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kejujuran. Berilah
tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan
kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Jumlah Skor
Pedoman Observasi Sikap Disiplin
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kedisiplinan.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
Ya = apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan
Tidak = apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan.
Melakukan
No Sikap yang diamati
Ya Tidak
Jumlah
Petunjuk Penskoran :
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Contoh :
Jawaban YA sebanyak 6, maka diperoleh skor 6, dan skor tertinggi 8 maka skor akhir
adalah :
6
𝑥 4 = 3,00
8
Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam tanggung jawab.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dankadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru/teman untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam toleransi.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap toleransi yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Jumlah Skor
Petunjuk penskoran
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru/teman untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam gotong
royong. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap gotong royong yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kesantunan.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap santun yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru/teman untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam percaya
diri. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap percaya diri yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran
Kelas : ……………………….
Hari, tanggal : ……………………….
Materi Pokok/Tema : ……………………….
Sikap
Nama
Gotong Royong
Percaya Diri
Tanggung
Toleransi
Disiplin
No Peserta Keterangan
Santun
Jawab
Jujur
Didik
Keterangan Penskoran :
4 = apabila selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
3 = apabila sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspeksikap dan kadang-kadang tidak
sesuai aspek sikap
2 = apabila kadang-kadang konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap dan sering tida
sesuai aspek sikap
1 = apabila tidak pernah konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
b. Penilaian Diri
LEMBAR PENILAIAN DIRI SIKAP SPIRITUAL
PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Materi Pokok : ………………….
Tanggal : ………………….
Pernyataan TP KD SR SL
No
Jumlah
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP JUJUR
PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari
No Pernyataan TP KD SR SL
Keterangan :
Petunjuk Penskoran :
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP TANGGUNGJAWAB
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam
tanggung jawab. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP DISIPLIN
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik untuk menilai sikap disiplin diri peserta didik. Berilah
tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang kamu miliki sebagai berikut :
Ya = apabila kamu menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan
Tidak = apabila kamu tidak menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan.
Melakukan
No Sikap yang diamati
Ya Tidak
1 Saya masuk kelas tepat waktu
2 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu
3 Saya memakai seragam sesuai tata tertib
4 Saya mengerjakan tugas yang diberikan
5 Saya tertib dalam mengikuti pembelajaran
6 Saya mengikuti praktikum sesuai dengan langkah
yang ditetapkan
7 Saya membawa buku tulis sesuai mata pelajaran
8 Saya membawa buku teks mata pelajaran
Jumlah
Petunjuk Penyekoran
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : 𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Contoh :
Jawaban YA sebanyak 6, maka diperoleh nilai skor 6, dan skor maksimal 8 maka nilai akhir
adalah :
6
𝑥 4 = 3,00
8
Kriteria perolehan nilai sama dapat menggunakan seperti dalam pedoman observasi.
LEMBAR PENILAIAN DIRI
PETUNJUK PENGISIAN:
1. Cermatilah kolom-kolom sikap di bawah ini!
2. Jawablah dengan jujur sesuai dengan sikap yang kamu miliki.
3. Lingkarilah salah satu angka yang ada dalam kolom yang sesuai dengan keadaanmu
4 = jika sikap yang kamu miliki sesuai dengan selalu positif
3 = Jika sikap yang kamu miliki positif tetapi sering positif kadang kadang muncul
sikap negatif
2 = Jika sikap yang kamu miliki sering negatif tapi tetapi kadang kadang muncul sikap
positif
1 = Jika sikap yang kamu miliki selalu negatif
Aktif 4 3 2 1 Pasif
Ikhlas 4 3 2 1 Pamrih
Petunjuk Penskoran
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam
toleransi. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap toleransi yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam
percaya diri. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap percaya diri yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran
PETUNJUK PENGISIAN:
1. Bacalah dengan teliti pernyataan pernyataan yang pada kolom di bawah ini!
2. Tanggapilah pernyataan-pernyataan tersebut dengan member tanda cek (√) pada
kolom:
STS : Jika kamu sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika kamu tidak setuju dengan pernyataan tersebut
S : Jika kamu setuju dengan pernyataan tersebut
SS : Jika kamu sangat setuju dengan pernyataan tersebut
No Pernyataan Penilaian
STS TS S SS
1 Saya menghormasti orang yang lebih tua
2 Saya tidak berkata kata kotor, kasar dan
takabur
3 Saya meludah di tempat sembarangan
4 Saya tidak menyela pembicaraan
5 Saya mengucapkan terima kasih saat
menerima bantuan dari orang lain
6 Saya tersenyum, menyapa, memberi salam
kepada orang yang ada di sekitar kita
Keterangan:
Pernyataan positif :
1 untuk sangat tidak setuju (STS),
2 untuk tidak setuju (TS), ,
3 untuk setuju (S),
4 untuk sangat setuju (SS).
Pernyataan negatif :
1 untuk sangat setuju (SS),
2 untuk setuju (S),
3 untuk tidak setuju (TS),
4 untuk sangat tidak setuju (S)
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
c. Penilaian Antarpeserta didik
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik untuk menilai sikap sosial peserta didik lain dalam
kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
Ya = apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan
Tidak = apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan.
Melakukan
No Sikap yang diamati
Ya Tidak
Jumlah
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap disiplin
Contoh Instrumen:
Skor
No Aspek Pengamatan
4 3 2 1
JUMLAH
Petunjuk penskoran :
Format :
Jurnal
Tanggal : ………………………….
Kejadian : ………………………….
Petunjuk penskoran
Guru:
Lihat petunjuk penskoran pedoman observasi sikap disiplin
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
2) Model……………………………………………………………………….
Kedua
Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru):
a) Tulislah Aspek yang diamati
b) Tulislah identitas peserta didik yang diamati
c) Tulislah tanggal pengamatan.
d) Tulislah aspek yang diamati oleh guru.
e) Ceritakan kejadian-kejadian yang dialami oleh Peserta didik baik yang merupakan
kekuatan Peserta didik maupun kelemahan Peserta didik sesuai dengan pengamatan
guru terkait dengan Kompetensi Inti.
f) Tulislah dengan segera kejadian yang diamati
g) Setiap kejadian per anak ditulis pada kartu yang berbeda.
h) Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Peserta didik
Jurnal
2) Menulis instrumen
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Afektif
7 6 5 4 3 2 1
1. Saya senang belajar Kimia
2. Pelajaran Kimia bermanfaat
3. Saya berusaha hadir tiap ada jam pelajaran Kimia
4. Saya berusaha memiliki buku pelajaran Kimia
5. Pelajaran Kimia membosankan
Dst
Contoh skala Likert: Sikap terhadap pelajaran Kimia
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
5) Menelaah instrumen
Kegiata pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/pernyataan
sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata
bahasa yang benar, c) butir pertanyaaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik
untuk dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir
dan/atau panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan
untuk dibaca/dijawab.
Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada
pakar penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah
masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai
dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah selanjutnya digunakan untuk
memperbaiki instrumen.
6) Merakit instrumen
Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu menentukan format
tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/ pernyataan. Format instrumen harus dibuat
menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan
mengisinya. Setiap sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan dengan cara memberi spasi
yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang. Urutkan pertanyaan/pernyataan
sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.
7) Melakukan ujicoba
Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan tujuan
penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau orang tua peserta didik. Untuk itu
dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin
dinilai adalah peserta didik SMA, maka sampelnya juga peserta didik SMA. Sampel yang
diperlukan minimal 30 peserta didik, bisa berasal dari satu sekolah atau lebih.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar para pendidik dapat melakukan
penilaian afektif dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Gunakan instrument dan
skala yang cocok untuk aspek yang akan diukur.
DAFTAR RUJUKAN
Andersen, Lorin. W. 1981. Assessing Affective Characteristic in the Schools. Boston: Allyn
and Bacon
Aqib, Zainal & Sujak. 2011. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama
Widya.
Eagly, A.H. & Chaiken, S. 1993. The Psycology of Attitudes. New York; Harcourt Brace
Javanovich College Publishers.
Fishbein, M and Ajzen I. 1975. Beliefe, Attitude, Intention, and Behaviour: An Introduction
to Theory and Research, Reading, MA
Harvey, JH, & Smith, WP. 1991. Social Psycology. Terjemahan oleh Abu Ahmad. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Hopkins, C. D., & Antes, R. L. 1990. Classroom Testing: Construction. Itasca, IL: F. E.
Peacock Publishers
Rusgiyanto, 2005. Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika, Penalaran, dan aktivitas
Belajar Matematika dengan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan,
Vol 7. No. 2 Agustus.
Sukardi, M. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara