Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PKSDA-A

Industri Pulp dan Kertas

Disusun oleh:
Fahrizal Ridho (14/363466/TK/41583)
Hartoyo (15/379001/TK/42943)
Muhammad Hafish Mahdi (15/379973/TK/43238)
Shelia Febriani Hunarko (15/380149/TK/43333)
Anindya Widi Prabandari (15/385149/TK/43811)
Muhammad Rais Kusuma Pamungkas (15/385179/TK/43841)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
A. Latar Belakang
Bubuk kayu (pulp) dan kertas bukan merupakan barang baru di dunia industri. Pulp
sendiri adalah hasil pemisahan serat (selulosa dan hemiselulosa) dari bahan baku berserat,
baik kayu maupun non-kayu. Sebagai bahan baku utama kertas, paperboard, dan produk
berbasis selulosa lainnya, pulp memiliki beragam jenis dengan karakteristik yang berbeda-
beda. Beberapa di antaranya ialah sulphate wood pulp, sulphite wood pulp, pulp kertas, pulp
jerami, pulp bambu, pulp kapas, dan pulp sintetis. Sementara itu, kertas didefinisikan
sebagai bahan yang tipis, yang dihasilkan melalui proses kompresi serat yang berasal dari
pulp. Tidak hanya untuk kegiatan tulis menulis dan sektor percetakan, kertas juga memiliki
kegunaan dalam bidang pangan (sebagai packaging), pembuatan tisu, keperluan medis,
bidang kosmetik, dan pemakaian di laboratorium atau keperluan penelitian.
Dilihat dari sisi ekonomi, industri pulp dan kertas di Indonesia telah menyumbang
dalam perolehan devisa nasional sebesar 5,01 miliar dolar AS pada tahun 2016 lalu. Selain
itu, berdasarkan data Kementerian Perindustrian, industri pulp dan kertas menyerap 1,49
juta orang tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung dan menghidupi lebih dari
5,96 juta orang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pengembangan Industri Nasional, industri pulp dan paper termasuk ke dalam salah satu dari
35 daftar industri yang diprioritaskan pengembangannya oleh Kementrian Perindustrian.
Melihat potensi pasarnya yang luas dan ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah,
tidak heran jika industri ini menjadi industri unggulan di Indonesia. Tercatat sejak tahun
2002 hingga 2015, Indonesia menjadi negara eksportir kertas dan barang dari kertas dengan
peningkatan jumlah ekspor yang cukup signifikan.
Posisi industri pulp dan kertas Indonesia di dunia internasional cukup terkemuka.
Industri pulp menempati peringkat ke-10 dan industri kertas peringkat ke-6, sementara di
Asia menempati peringkat ke-3 untuk industri pulp maupun kertas. Dibanding negara
produsen pulp dan kertas lainnya, Indonesia memiliki keunggulan komparatif terutama
terkait bahan baku dan produktivitas tanaman yang jauh lebih tinggi karena iklim tropis
yang dimiliki Indonesia.
Daftar I. Ekspor Kertas dan Barang dari Kertas Menurut Negara Tujuan
Utama, 2002-2015 (Badan Pusat Statistik, 2018)

Kayu yang biasa dipakai sebagai bahan baku industri pulp dan kertas ialah kayu dari
batang pohon akasia dan eukaliptus. Seiring dengan pembaharuan regulasi oleh pemerintah,
perolehan sumber bahan baku tersebut tidak boleh diambil langsung dari hutan alam secara
semena-mena, melainkan harus dari Hutan Tanah Industri (HTI) yang memang
diperuntukkan untuk kegiatan industri. Hal ini berkaitan erat dengan isu lingkungan yang
sering ditimbulkan oleh industri pulp dan kertas, yaitu mengenai deforestasi. Masalah lain
yang ditimbulkan adalah diberlakukannya kebijakan baru Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tentang pembangunan HTI di lahan gambut. Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya pada Februari 2017 mengeluarkan aturan pelaksanaan
pemulihan ekosistem gambut melalui empat Peraturan Menteri (Permen) sebagai turunan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem Gambut. Salah satunya adalah Permen No. P.17/2017 tentang Pembangunan
Hutan Tanaman Industri. Dalam aturan itu, HTI yang dinyatakan masuk dalam kawasan
hutan dengan fungsi ekosistem gambut hanya dapat dipanen satu daur dan tidak boleh
ditanami kembali karena wajib dilakukan pemulihan.

Imbas dari diterapkannya kebijakan baru tersebut adalah terjadi penurunan supply
bahan baku, sehingga industri pulp dan kertas terpaksa mengimpor keping kayu atau "wood
chip" bernilai Rp1,3 triliun per tahun agar mesin pabrik tidak “tidur” karena investasi yang
dilakukan pun sudah sangat besar.
Alternatif lain untuk memenuhi suplai bahan baku industri pulp dan kertas nasional
ialah dengan mendorong peningkatan produksi pulp dan kertas tanah air dari bahan baku
bukan kayu atau non-wood. Jenis bahan baku bukan kayu yang bisa dimanfaatkan antara
lain limbah hasil pertanian seperti tandan kosong sawit, jerami, merang, ampas tebu, dan
bahan baku bukan kayu lainnya seperti rami, kapas, dan bambu. Selain dapat mengatasi
masalah kekurangan bahan baku, juga dapat menangkal isu deforestasi. Beberapa kelebihan
dari penggunaan bahan baku bukan kayu adalah potensi pemanfaatannya yang cukup besar,
mudah dibuat pulp, mudah digiling, serta mudah diputihkan dengan bahan yang ramah
lingkungan. Terdapat beberapa cara untuk mengonservasi sumber daya alam yang
digunakan sebagai bahan baku dalam industri kertas. Hal ini bertujuan agar sumber daya
alam tetap terjaga tanpa mengganggu jalannya operasi industri. Strategi-strategi yang
diusulkan akan dibahas pada bagian selanjutnya.

B. Proses Pengolahan di Industri Pulp dan Kertas


Umumnya, ada 4 jenis proses pembuatan kertas, yaitu proses mekanis, proses kimia,
dan proses semikimia. Proses mekanis sering digunakan untuk membuat kertas koran,
proses kimia sering digunakan untuk pembuatan kertas printing dan tissue, sedangkan
proses semikimia digunakan untuk pembuatan kertas karton. Secara umum proses
pembuatan kertas pada Industri pulp menggunakan proses kimia. Proses kimia yang
digunakan pada industri pulp adalah Proses Alkali Kraft.
Untuk pembuatan pulp sendiri dapat diuraikan dalam beberapa tahapan berikut:
1. Wood Preparation : Proses ini merupakan tahap awal persiapan kayu sebagai bahan
baku yang akan dijadikan serpihan kayu (chip). Potongan kayu dari Hutan Tanaman
Industri (HTI) dengan panjang 2-3 meter dan diameter sekitar 30 cm diangkut dan
ditumpuk ditempat penumpukan kayu sementara (log yard) sekitar tiga bulan. Log kayu
selanjutnya dikirim ke Conveyor belt menuju alat pengupas kulit (debarker), proses ini
dinamakan Debarking. Kayu yang telah dikuliti lalu diumpankan ke Chipper yang
berfungsi memotong kayu menjadi serpihan kayu (chip). Chip selanjutnya akan dikirim
ke Penyaringan utama (main screening) untuk memisahkan accept, oversize, dan pin
chips. Chip yang berukuran standar akan dibawa Conveyor untuk ditumpuk ke tempat
penumpukkan chip (chip yard) sebelum digunakan sebagai bahan baku di Unit
Pembuatan Pulp.
2. Cooking : Proses Cooking ini adalah proses terpenting yang bertujuan melarutkan
komponen lignin dalam kayu dengan menggunakan chemicals dan panas. Untuk
mendapatkan keseragaman kualitas pulp cooking, diperlukan kualitas chip yang baik
dan seragam. Pada Industri pulp umumnya menggunakan Proses Alkali atau dikenal
dengan Proses Kraft. Proses Cooking ini berlangsung di dalam vessel besar bertekanan
yang bernama Digester. Chips akan masuk ke dalam Digester, bersamaan dengan
chemicals serta steam. Dalam proses ini variabel suhu, waktu, rasio, dan konsentrasi
chemicals harus diperhatikan. Chemicals yang digunakan dalam Pulping Kraft dikenal
dengan nama “white liquor” yang mengandung NaOH dan Na2S. “White liquor” ini
akan melarutkan lignin sehingga didapat fiber yang diinginkan. Lignin yang terlarut
dalam “white liquor” tadi dinamakan “black liquor” karena visualnya memang
berwarna hitam. Kemudian “black liquor” ini akan dikirim ke Chemical Recovery
untuk di-recovery menjadi “white liquor” kembali.
3. Washing : Setelah Proses Cooking tentunya pulp yang dihasilkan belum sepenuhnya
bersih dari lignin yang terlarut tadi, sehingga dilakukan Washing menggunakan washer
diffuser atau press wash, setiap industri memiliki tipe washer yang berbeda.
4. Screening : Setelah Washing maka perlu dilakukan Screening yang secara selektif
memisahkan zat-zat terlarut dari pulp. Bahan-bahan yang dipisahkan pada screening
adalah Knot (mata kayu), Shives (bundel dari dua atau lebih berat), Dirt (kotoran),
plastik. Partikel yang dipisahkan dikonsentrasikan pada sebuah aliran sehingga mereka
dapat dibuang.
5. Oxygen Delignification : Setelah Proses Washing dan Screening maka dilakukan proses
Oxygen Delignification yang bertujuan untuk membersihkan lignin yang masih tersisa
dari pulping, sehingga dapat mengurangi jumlah lignin yang masuk proses selanjutnya.
Selain itu proses ini juga dapat mengurangi konsumsi bahan kimia di dalam proses
Bleaching serta mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses dari
proses Bleaching.
6. Bleaching : Tujuan dari proses Bleaching adalah meningkatkan Brightness (kecerahan)
pulp, meningkatkan kebersihan pulp, serta mengeluarkan kotoran. Prinsip dari
Bleaching ini adalah mngeluarkan sisa lignin untuk mendapatkan kecerahan pulp yang
tinggi. Bleaching memiliki beberapa urutan proses (sequences) yang berbeda
tergantung dari kecerahan yang diinginkan. Selain itu juga tiap tahap menggunakan
chemicals yang berbeda. Berikut beberapa chemicals yang dapat dipakai:
- Chlorine gas (C) – Chlorination;
- NaOH (E) – Ekstraksi;
- ClO2 (D) – Chlorine dioxida;
- NaClO / Ca(ClO)2 (H) – Hypo chloride;
- O2 (O) – Oksigen;
- H2O2 (P) – Peroxide;
- O3 (Z) – Ozone;
- EDTA (Q) – Chelating agent;
- Enzyme (X).
Untuk beberapa Industri menerapkan Integrated Mill, sehingga setelah proses
Bleaching akan dilanjutkan ke proses pembuatan kertas. Jika Industri kertas yang tidak
terintegrasi maka pulp yang telah di-bleaching tadi akan dilakukan proses pembentukkan
lembaran pulp yang siap dikirim ke tiap pabrik kertas. Flow diagram process pembuatan
pulp dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 1. Flow Diagram Process (FDP) Pembuatan Pulp

Tahap selanjutnya adalah pembuatan kertas. Sebelum masuk ke area paper machine
pulp diolah dulu pada bagian stock preparation. Bagian ini berfungsi untuk meramu bahan
baku seperti: menambahkan pewarna untuk kertas (dye), menambahkan zat retensi,
menambahkan filler (untuk mengisi pori-pori di antara serat kayu), dan lain-lain. Bahan
yang keluar dari bagian ini disebut stock (campuran pulp, bahan kimia dan air). Dari stock
preparation sebelum masuk ke headbox dibersihkan dulu dengan alat yang disebut cleaner.
Dari cleaner stock masuk ke headbox. Headbox berfungsi untuk membentuk lembaran
kertas (membentuk formasi) di atas fourdinier table. Fourdinier berfungsi untuk membuang
air yang berada dalam stock (dewatering). Hasil yang keluar disebut dengan wet (kertas
basah). Kadar padatnya sekitar 20% (Rahmani, 2016).
Press part berfungsi untuk membuang air dari wet sehingga kadar padatnya mencapai
50%. Hasilnya masuk ke bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah kertas
masuk diantara dua roll yang berputar. Satu roll bagian atas diberi tekanan sehingga air
keluar dari wet. Bagian ini dapat menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu berat
(air sudah dibuang 30%). Dryer berfungsi untuk mengeringkan wet sehingga kadar airnya
mencapai 6%. Selanjutnya memasuki tahap calendar stack yang terdiri dari beberapa
pasangan silinder dengan jarak tertentu untuk mengontrol ketebalan dan kehalusan hasil
akhir kertas. Kemudian memasuki tahap akhir yaitu pope reel. Bagian ini merupakan tahap
akhir dari proses pembuatan kertas yaitu pemotongan kertas dari gulungannya. Pada bagian
ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar, dibelah pada ketebalan yang diinginkan,
dipotong menjadi lembaran, dirapikan kemudian dikemas (Rahmani, 2016). Flow diagram
process pembuatan kertas dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 2. Flow Diagram Process (FDP) Pembuatan Kertas

C. Strategi Konservasi Sumber Daya Alam


[OPTIMASI PROSES]
Pelunakan kayu melalui peningkatan suhu dikombinasikan dengan penambahan
sedikit sulfit dan peningkatan intensitas dalam pemurnian kayu, dapat meningkatkan
efisiensi energi dari langkah penyulingan. Ini memungkinkan penghapusan langkah-
langkah proses selanjutnya dan membuat proses lebih mudah dan efektif. Konsep proses
telah diuji dalam skala demo di pabrik kertas Holmen Paper, Braviken di Norrköping.
Percobaan menunjukkan bahwa kertas diproduksi dengan total konsumsi energi sekitar
1.500 kWh / ton, atau hamper 40% lebih rendah dari referensi. Semua sifat kertas, kecuali
kekuatan sobeknya, lebih baik dibandingkan dengan kertas referensi. Sifat pencetakan
seperti runability, dusting, saturation, imprinting sama bagusnya dengan kertas referensi.

Proses pengolahan kertas secara umum

[MENGUBAH LIMBAH KERTAS MENJADI KERTAS BARU TANPA MENGGUNAKAN


AIR]

Seiko Epson Corporation mengusulkan pembuatan kertas yang disebut PaperLab.


Proses ini dapat membuat kertas baru dari potongan kertas bekas. Dan luar biasa, ia
melakukannya tanpa menggunakan air. Mesin ini cukup ringkas untuk ditempatkan di
kantor dan memungkinkan mereka untuk mendaur ulang dan menghasilkan kertas
dengan berbagai ukuran, ketebalan, dan jenis. Selain itu, dapat juga dengan aman
membuang dokumen rahasia.
Mesin dapat dengan mudah menghasilkan selembar kertas baru dalam waktu 3 menit
setelah diisi dengan potongan kertas. Itu berarti bahwa ia mampu menghasilkan lebih dari
enam ribu lembar selama delapan jam. Epson mengembangkan sesuatu yang dikenal sebagai
"Teknologi Serat Kering," yang bekerja sepenuhnya tanpa air. Pertama, kertas bekas
ditransformasikan menjadi serat kapas yang panjang dan tipis. Kemudian pengikat
ditambahkan ke bahan berserat untuk membuat kertas. Bahan aditif dapat berupa pengikatan
atau pemutih kertas, pewarna, dan pengaroma.

[CHEMICAL PULPING AND RECOVERY]


Bahan kimia digester ditemukan di operasi pulping industri kertas. Tujuan utamanya
adalah untuk mendapatkan dan menyusun kembali bahan kimia digester dari sisa liquor,
dan untuk mendapatkan energi panas dengan membakar bahan organik kayu. Steam dan
listrik yang dihasilkan memasok sebagian kebutuhan energi pabrik.

[SULPHATE PULPING AND RECOVERY]


Pulp disaring untuk menghilangkan kayu mentah, dicuci untuk menghilangkan black
liquor, dan dikirim ke pabrik pemutih atau ke ruang mesin pulp. Kayu yang belum matang
dikembalikan ke digester atau dikirim ke boiler daya untuk dibakar.
black liquor yang dikumpulkan dari digester dan mesin pencuci mengandung bahan organik
terlarut yang komposisi kimianya tergantung pada spesies kayu yang dipulping dan kondisi
pemasakan. Liquor dikonsentrasikan di evaporator sampai kandungan airnya kurang dari
40%, kemudian disemprotkan ke dalam boiler. Komponen organik digunakan sebagai bahan
bakar yang menghasilkan panas yang digunakan di bagian atas tungku sebagai uap suhu
tinggi. Komponen anorganik yang tidak terbakar terkumpul di bagian bawah boiler berupa
lelehan. lelehan mengalir keluar dari tungku dan dilarutkan dalam larutan kaustik yang
lemah, menghasilkan "green liquor" yang mengandung Na2S dan natrium karbonat
(Na2CO3). Liquor dipompa ke bagian recausticizing, di mana ia dibersihkan, kemudian
direaksikan dengan kapur (Ca (OH) 2), membentuk NaOH dan kalsium karbonat (CaCO3).
Cairan putih disaring dan disimpan untuk digunakan selanjutnya. CaCO3 dipanaskan untuk
meregenerasi kapur (CaO).

[OPERASI RECYCLE KERTAS]


Kertas daur ulang dapat dipulping dalam proses yang mudah menggunakan air atau
NaOH. Potongan-potongan logam kecil dan plastik dapat dipisahkan selama dan / atau
setelah repulping, menggunakan siklon atau sentrifugasi. Bahan pengisi, lem dan resin
dibuang dalam tahap pembersihan dengan meniup udara melalui bubur pulp, terkadang
dengan penambahan agen flokulan. Foam mengandung bahan kimia yang tidak diinginkan
dan dibuang. Proses pemutihan dapat mengurangi panjang serat dan mengurangi kualitas
kertas akhir. Bahan kimia pemutihan yang digunakan dalam produksi pulp daur ulang
biasanya mirip dengan yang digunakan dalam operasi mekanis pencerahan pulp. Setelah
operasi repulping, produksi sheet dilakukan dengan cara yang sama dengan yang
menggunakan pulp serat asli.

[PEMBANGKIT DAYA DAN PENGOLAHAN AIR]


Selain menghasilkan liquor, pabrik pulping mendapat sebagian besar energi dari
pembakaran bahan limbah dan produk sampingan dari proses dalam boiler. Bahan-bahan
seperti kulit kayu, limbah kayu dan lumpur kering yang dikumpulkan dari sistem
pengolahan limbah dapat dibakar untuk menghasilkan tenaga listrik.

[PRODUKSI KIMIA DAN PRODUK SAMPING]


Produksi Minyak

Kraft pulping dari pinus menghasilkan natrium dari resin dan asam lemak. Sabun
dikumpulkan dari tangki penyimpanan black liquor dan dari tangki skimming sabun yang
terletak di rangkaian evaporator. Sabun halus atau minyak dapat digunakan sebagai aditif
bahan bakar, agen pengendali debu, stabilisator jalan, pengikat trotoar dan fluks atap.
Di pabrik pengolahan, sabun disimpan di tangki primer untuk membuat black liquor
mengendap di bagian bawah. Sabun naik dan meluap ke tangki penyimpanan kedua. Asam
sulfat dan sabun yang tertuang dimasukkan ke dalam reaktor, dipanaskan sampai 100 ° C,
kemudian dibiarkan mengendap. Setelah didiamkan, minyak mentah dituangkan ke dalam
bejana penyimpanan dan dibiarkan satu hari lagi. Fraksi atas dianggap minyak mentah
kering dan dipompa ke penyimpanan. Lignin yang dimasak di bagian bawah akan menjadi
bagian dari batch berikutnya. Asam sulfat dipompa ke tangki penyimpanan, dan lignin
dibiarkan mengendap ke dasar. Lignin yang tersisa di dalam reaktor terkonsentrasi,
dilarutkan dalam kaustik 20% dan dikembalikan ke tangki sabun utama. Secara berkala,
black liquor dan sisa lignin yang dikumpulkan dan dibakar sebagai bahan bakar.

Pengambilan terpentin
Gas dari digester dan kondensat dari evaporator black liquor dikumpulkan untuk
mengambil terpentin. Gas-gas tersebut dikondensasi, digabungkan, lalu dipisahkan dari
terpentin, yang direkondensikan, dikumpulkan dan dikirim ke dekanter. Fraksi atas dari
decanter diambil dan dikirim ke penyimpanan, sedangkan fraksi bawah didaur ulang ke
stripper. Bahan baku terpentin disimpan secara terpisah karena sifatnya berbahaya dan
mudah terbakar, dan biasanya diproses di luar lokasi. Semua gas yang tidak terkondensasi
dikumpulkan dan dibakar dalam boiler, tanur kapur atau tungku khusus. Terpentin dapat
digunakan dalam pembuatan kapur barus, resin sintetis, pelarut, agen flotasi dan insektisida.

D. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain:
1. Industri pulp dan kertas di Indonesia merupakan industri yang potensial untuk
dikembangkan ke depannya.
2. Pulp dan kertas memiliki beberapa manfaat, di antaranya sebagai bahan baku pembuatan
paperboard dan produk berbasis selulosa lain, kegiatan tulis menulis, literasi, dan sektor
percetakan, sebagai packaging (di bidang pangan dan petrokimia), pembuatan tisu,
keperluan medis, pemanfaatan di bidang kosmetik, dan pemakaian di laboratorium atau
keperluan penelitian.
3. Permasalahan yang timbul dari adanya industri pulp dan kertas ialah terkait isu
lingkungan (deforestasi) dan penerapan kebijakan pemerintah yang baru yang memaksa
industri ini untuk melakukan impor bahan baku.
4. Strategi konservasi yang diajukan ialah:
a. Optimasi proses
b. Mengubah limbah kertas menjadi kertas baru tanpa menggunakan air
c. Chemical pulping and recovery
d. Sulphate pulping and recovery
e. Operasi recycle kertas
f. Pembangkit daya dan pengolahan air
g. Produksi kimia dan produk samping

Anda mungkin juga menyukai