Disusun oleh:
Fahrizal Ridho (14/363466/TK/41583)
Hartoyo (15/379001/TK/42943)
Muhammad Hafish Mahdi (15/379973/TK/43238)
Shelia Febriani Hunarko (15/380149/TK/43333)
Anindya Widi Prabandari (15/385149/TK/43811)
Muhammad Rais Kusuma Pamungkas (15/385179/TK/43841)
Kayu yang biasa dipakai sebagai bahan baku industri pulp dan kertas ialah kayu dari
batang pohon akasia dan eukaliptus. Seiring dengan pembaharuan regulasi oleh pemerintah,
perolehan sumber bahan baku tersebut tidak boleh diambil langsung dari hutan alam secara
semena-mena, melainkan harus dari Hutan Tanah Industri (HTI) yang memang
diperuntukkan untuk kegiatan industri. Hal ini berkaitan erat dengan isu lingkungan yang
sering ditimbulkan oleh industri pulp dan kertas, yaitu mengenai deforestasi. Masalah lain
yang ditimbulkan adalah diberlakukannya kebijakan baru Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tentang pembangunan HTI di lahan gambut. Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya pada Februari 2017 mengeluarkan aturan pelaksanaan
pemulihan ekosistem gambut melalui empat Peraturan Menteri (Permen) sebagai turunan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem Gambut. Salah satunya adalah Permen No. P.17/2017 tentang Pembangunan
Hutan Tanaman Industri. Dalam aturan itu, HTI yang dinyatakan masuk dalam kawasan
hutan dengan fungsi ekosistem gambut hanya dapat dipanen satu daur dan tidak boleh
ditanami kembali karena wajib dilakukan pemulihan.
Imbas dari diterapkannya kebijakan baru tersebut adalah terjadi penurunan supply
bahan baku, sehingga industri pulp dan kertas terpaksa mengimpor keping kayu atau "wood
chip" bernilai Rp1,3 triliun per tahun agar mesin pabrik tidak “tidur” karena investasi yang
dilakukan pun sudah sangat besar.
Alternatif lain untuk memenuhi suplai bahan baku industri pulp dan kertas nasional
ialah dengan mendorong peningkatan produksi pulp dan kertas tanah air dari bahan baku
bukan kayu atau non-wood. Jenis bahan baku bukan kayu yang bisa dimanfaatkan antara
lain limbah hasil pertanian seperti tandan kosong sawit, jerami, merang, ampas tebu, dan
bahan baku bukan kayu lainnya seperti rami, kapas, dan bambu. Selain dapat mengatasi
masalah kekurangan bahan baku, juga dapat menangkal isu deforestasi. Beberapa kelebihan
dari penggunaan bahan baku bukan kayu adalah potensi pemanfaatannya yang cukup besar,
mudah dibuat pulp, mudah digiling, serta mudah diputihkan dengan bahan yang ramah
lingkungan. Terdapat beberapa cara untuk mengonservasi sumber daya alam yang
digunakan sebagai bahan baku dalam industri kertas. Hal ini bertujuan agar sumber daya
alam tetap terjaga tanpa mengganggu jalannya operasi industri. Strategi-strategi yang
diusulkan akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan kertas. Sebelum masuk ke area paper machine
pulp diolah dulu pada bagian stock preparation. Bagian ini berfungsi untuk meramu bahan
baku seperti: menambahkan pewarna untuk kertas (dye), menambahkan zat retensi,
menambahkan filler (untuk mengisi pori-pori di antara serat kayu), dan lain-lain. Bahan
yang keluar dari bagian ini disebut stock (campuran pulp, bahan kimia dan air). Dari stock
preparation sebelum masuk ke headbox dibersihkan dulu dengan alat yang disebut cleaner.
Dari cleaner stock masuk ke headbox. Headbox berfungsi untuk membentuk lembaran
kertas (membentuk formasi) di atas fourdinier table. Fourdinier berfungsi untuk membuang
air yang berada dalam stock (dewatering). Hasil yang keluar disebut dengan wet (kertas
basah). Kadar padatnya sekitar 20% (Rahmani, 2016).
Press part berfungsi untuk membuang air dari wet sehingga kadar padatnya mencapai
50%. Hasilnya masuk ke bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah kertas
masuk diantara dua roll yang berputar. Satu roll bagian atas diberi tekanan sehingga air
keluar dari wet. Bagian ini dapat menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu berat
(air sudah dibuang 30%). Dryer berfungsi untuk mengeringkan wet sehingga kadar airnya
mencapai 6%. Selanjutnya memasuki tahap calendar stack yang terdiri dari beberapa
pasangan silinder dengan jarak tertentu untuk mengontrol ketebalan dan kehalusan hasil
akhir kertas. Kemudian memasuki tahap akhir yaitu pope reel. Bagian ini merupakan tahap
akhir dari proses pembuatan kertas yaitu pemotongan kertas dari gulungannya. Pada bagian
ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar, dibelah pada ketebalan yang diinginkan,
dipotong menjadi lembaran, dirapikan kemudian dikemas (Rahmani, 2016). Flow diagram
process pembuatan kertas dapat dilihat pada gambar di bawah.
Kraft pulping dari pinus menghasilkan natrium dari resin dan asam lemak. Sabun
dikumpulkan dari tangki penyimpanan black liquor dan dari tangki skimming sabun yang
terletak di rangkaian evaporator. Sabun halus atau minyak dapat digunakan sebagai aditif
bahan bakar, agen pengendali debu, stabilisator jalan, pengikat trotoar dan fluks atap.
Di pabrik pengolahan, sabun disimpan di tangki primer untuk membuat black liquor
mengendap di bagian bawah. Sabun naik dan meluap ke tangki penyimpanan kedua. Asam
sulfat dan sabun yang tertuang dimasukkan ke dalam reaktor, dipanaskan sampai 100 ° C,
kemudian dibiarkan mengendap. Setelah didiamkan, minyak mentah dituangkan ke dalam
bejana penyimpanan dan dibiarkan satu hari lagi. Fraksi atas dianggap minyak mentah
kering dan dipompa ke penyimpanan. Lignin yang dimasak di bagian bawah akan menjadi
bagian dari batch berikutnya. Asam sulfat dipompa ke tangki penyimpanan, dan lignin
dibiarkan mengendap ke dasar. Lignin yang tersisa di dalam reaktor terkonsentrasi,
dilarutkan dalam kaustik 20% dan dikembalikan ke tangki sabun utama. Secara berkala,
black liquor dan sisa lignin yang dikumpulkan dan dibakar sebagai bahan bakar.
Pengambilan terpentin
Gas dari digester dan kondensat dari evaporator black liquor dikumpulkan untuk
mengambil terpentin. Gas-gas tersebut dikondensasi, digabungkan, lalu dipisahkan dari
terpentin, yang direkondensikan, dikumpulkan dan dikirim ke dekanter. Fraksi atas dari
decanter diambil dan dikirim ke penyimpanan, sedangkan fraksi bawah didaur ulang ke
stripper. Bahan baku terpentin disimpan secara terpisah karena sifatnya berbahaya dan
mudah terbakar, dan biasanya diproses di luar lokasi. Semua gas yang tidak terkondensasi
dikumpulkan dan dibakar dalam boiler, tanur kapur atau tungku khusus. Terpentin dapat
digunakan dalam pembuatan kapur barus, resin sintetis, pelarut, agen flotasi dan insektisida.
D. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain:
1. Industri pulp dan kertas di Indonesia merupakan industri yang potensial untuk
dikembangkan ke depannya.
2. Pulp dan kertas memiliki beberapa manfaat, di antaranya sebagai bahan baku pembuatan
paperboard dan produk berbasis selulosa lain, kegiatan tulis menulis, literasi, dan sektor
percetakan, sebagai packaging (di bidang pangan dan petrokimia), pembuatan tisu,
keperluan medis, pemanfaatan di bidang kosmetik, dan pemakaian di laboratorium atau
keperluan penelitian.
3. Permasalahan yang timbul dari adanya industri pulp dan kertas ialah terkait isu
lingkungan (deforestasi) dan penerapan kebijakan pemerintah yang baru yang memaksa
industri ini untuk melakukan impor bahan baku.
4. Strategi konservasi yang diajukan ialah:
a. Optimasi proses
b. Mengubah limbah kertas menjadi kertas baru tanpa menggunakan air
c. Chemical pulping and recovery
d. Sulphate pulping and recovery
e. Operasi recycle kertas
f. Pembangkit daya dan pengolahan air
g. Produksi kimia dan produk samping