a. Kesenjangan statistik Salah satu aspek perilaku abnormal adalah kesenjangan statistik (perilaku tersebut jarang ditemukan). Perkataan yang mengungkapkan bahwa seseorang dianggap normal merujuk bahwa orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait atau perilaku tertentu. b. Pelanggaran norma Karakteristik lain yang dipertimbangkan dalam menentukan abnormalitas adalah apakah perilaku tersebut melanggar norma sosial atau mengancam atau mencemaskan mereka yang mengamatinya. c. Distress pribadi Karakteristik lain dari beberapa bentuk abnormalitas adalah tekanan pribadi yaitu perilaku dinilai abnormal jika menciptakan tekanan dan siksaat besar pada orang yang mengalaminya. d. Disabilitas atau disfungsi perilaku Disabilitas merupakan ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup (misalnya hubungan kerja dan pribadi) karena abnormalitas. e. Yang tidak diharapkan (Unexpectedness) Distress atau disabilitas sering kali dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan respon tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan. Sebagai contoh gangguan anxietas didiagnosis bila kecemasan tidak diharapkan dan diluar proporsi dalam suatu situasi, sebagaimana bila seseorang selalu cemas akan situasi keuangannya. 2. Sejarah Psikopatologi Sebelum abad pendekatan ilmiah, seluruh perwujudan baik dan buruk yang berada diluar kendali manusia seperti gerhana, gempa bumi, badai, kebakaran dan penyakit gawat yang melumpuhkan dianggap sebagai hal supranatural yaitu cermin ketidaksenangan para dewa dan kerasukan setan. a. Demonologi awal Doktrin bahwa wujud jahat seperti setan mungkin merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya disebut demonologi. Pada kaum yahudi penyimpangan dianggap sebagai kerasukan ruh jahat karena Tuhan yang murka tidak lagi melindunginya. Sejalan dengan kepercayaan bahwa perilaku abnormal disebabkan oleh kerasukan roh jahat, penanganannya sering kali mencakup eksorsisme yaitu pengusiran roh jahat dengan mantera atau siksaan ritualistik. Eksorsisme umumnya berbentuk serangkaian doa yang rinci, menciptakan suara bising, memaksa orang yang kerasukan untuk minum ramuan yang rasanya sangat tidak enak dan kadangkala tindakan yang lebih ekstrem seperti pemukulan atau dibuat kelaparan, agar tubuh tidak mengenakkan untuk ditempati roh jahat. b. Somatogenesis Pada abad kelima SM, Hippocrates sering kali dianggap sebagai bapak ilmu kedokteran modern yang memisahkan ilmu kedokteran dari agama, sihir dan tahayul. Dia menolak kepercayaan yunani pada masa itu bahwa para dewa memberikan penyakit fisik berat dan gangguan mental sebagai hukuman dan alih-alih menegaskan bahwa panyakit semacam itu memiliki sebab alami sehingga harus ditangani seperti penyakit lain. Hippocrates berpendapat bahwa otak adalah organ kesadaran kehidupan intelektual dan emosi, sekaligus dia berpendapat bahwa pikiran dan perilaku yang menyimpang adalah indikasi terjadinya suatu patologi otak. Hippocrates mengklasifikasikan gangguan mental kedalam tiga kategori yaitu mania, melankolia, dan prenitis atau demam otak. Melalui ajarannya, fenomena perilaku abnormal semakin jelas berada dalam wilayah penanganan para dokter alih-alih para pendeta. Hippocrates percaya bahwa fungsi otak yang normal dan kesehatan mental bergantung pada keseimbangan yang baik diantara empat humor (cairan tubuh) yaitu darah, cairan empedu hitam, cairan empedu kuning, dan lendir. Ketidakseimbangan menyebabkan gangguan. Jika seseorang lambat atau tumpul kemungkinan tubuh mengandung cairan lendir yang lebih banyak. Cairan empedu hitam yang dominan adalah penyebab melankolia. Cairan empedu kuning yang dominan menyebabkan mudah tersinggung dan kecemasan, sedangkan terlalu banyak darah menyebabkan berubah- ubahnya temperamen. c. Abad kegelapan dan demonologi Dalam generalisasi massal para sejarawan sering kali menyatakan bahwa kematian Galen (130-200 M) orang Yunani yang hidup di abad ke 2 yang dianggap sebagai dokter besar terakhir era klasik, menandai awal abad kegelapan bagi ilmu kedokteran Eropa bagian barat dan bagi penanganan serta penelitian perilaku abnormal. Selama beberapa abad dalam kemunduran, peradaban Yunani dan Romawi mulai runtuh. Gereja mulai menanamkan pengaruh, dan kepausan mendeklarasikan pemisahannya dari Negara. Biara-biara Kristen, melalui tugas misionari dan pendidikan, menggantikan para dokter sebagai penyembuh dan otoritas dalam gangguan mental. Para biarawan merawat orang yang mengalami gangguan mental dengan mendoakan dan menyentuh mereka dengan jimat atau membuat ramuan fantastik untuk diminum pada fase menghilangnya bulan. Selama abad ke-13 dan beberapa abad setelahnya, masyarakat yang sudah menderita karena kekacauan sosial dan kelaparan yang terus terjadi serta berbagai wabah penyakit akhirnya kembali ke demonologi untuk mencari penjelasan tentang berbagai bencana tersebut. Ilmu sihir yang dianggap ciptaan setan dianggap sebagai penyimpangan dan penolakan terhadap Tuhan. Pada tahun 1484, Paus Innocent VIII memerintahkan para pendeta Eropa untuk melakukan pencarian para tukang sihir secara besar-besaran. Merek yang dituduh sebagai tukang sihir harus disiksa jika tidak mengaku, mereka yang terbukti bersalah dan menyesalinya dipenjara seumur hidup, dan mereka yang bersalah serta tidak menyesalinya dieksekusi secara hukum. Dalam pengakuannya tertuduh kadangkala mengatakan telah melakukan hubungan seks dengan setan. Pengakuan ini diinterpretasi sebagai delusi atau halusinasi sekaligus mengindikasikan bahwa beberapa orang yang dianggap tukang sihir adalah psikotik. Walaupun beberapa penyihir tertuduh mengalami gangguan jiwa, lebih banyak orang waras yang diadili dibandingkan orang yang tidak waras. Pengakuan yang mirip delusi umumnya didapatkan setelah siksaan brutal, dipaksa agar diucapkan oleh orang yang disiksa oleh para penuduh dan oleh kepercayaan pada masa itu. Sejak awal abad ke 13, sejalan dengan semakin besarnya kota-kota di Eropa, rumah sakit mulai didirikan dalam wilayah hukum yang sekular. Otoritas sipil yang mendapatkan kekuasaan cenderung mengambil alih beberapa aktivitas gereja salah satunya perawatan orang sakit. penjelasan perilaku aneh umumnya berkaitan dengan penyakit fisik atau cedera ata tekanan emosional tertentu. d. Perkembangan rumah sakit jiwa Perawatan di rumah sakit bagi orang-orang sakit jiwa dimulai secara serius pada abad ke-15 dan ke-16. Asylum merupakan tempat pengungsian yang disiapkan untuk penempatan dan perawatan orang sakit jiwa. Philippe Pinel (1745-1826) sering kali dianggap sebagai figur utama dalam gerakan bagi penanganan manusiawi terhadap orang sakit mental di rumah sakit jiwa. Pada tahun 1793, ketika revolusi Prancis berkecamuk, dia ditugaskan menangani rumah sakit jiwa besar di Paris yang disebut La Bicetre. Pinel membuka rantai orang-orang yang dipenjara di La Bicetre. Pinel mulai merawat para penghuni sebagai orang sakit yang bukan sebagai binatang liar. Setelah perubahan manusiawi di La Bicetre, rumah sakit mulai didirikan seperti rumah sakit jiwa York di Inggris, rumah sakit jiwa milik Friends di Pennsylvania dan rumah sakit Hartford Retreat di Connecticut. Rumah sakit lainnya di AS dipengaruhi oleh penanganan simpatik dan penuh perhatian yang diberiakan oleh Pinel dan Tuke. Sejalan dengan pendekatan tersebut, yang kemudian dikenal sebagai penanganan moral, pasien memiliki kedekatan dengan para perawat yang berbicara dengan mereka, membaca buku, dan mendorong mereka untuk melakukan aktivitas yang bertujuan. Para penghuni menjalani hidup senormal mungkin dan secara umum bertanggung jawab terhadap diri sendiri walaupun dalam keterbatasan gangguan yang mereka alami. e. Awal pemikiran kontemporer Tercatat bahwa di Barat, kematian Galen dan hancurnya peradaban Greco- Romawi menyebabkan terhentinya penelitian penyakit fisik dan mental untuk sementara.kemajuan lebih jauh dihasilkan oleh dokter berkebangsaan Inggris Thomas Sydenham (1624-1689) yang berhasil memperjuangkan pendekatan empiris dalam klasifikasi dan diagnosis yang kemudian memengaruhi mereka yang tertarik terhadap gangguan jiwa. Emil Krepelin (1856-1926) menerbitkan buku teks psikiatri yang dilengkapi dengan system klasifikasi dalam upaya menetapkan sebab-sebab biologis berbagai penyakit jiwa. Kraepelin membedakan berbagai gangguan mentel berdasarkan kecenderungan sejumlah simtom tertentu yang muncul secara bersamaan secara teratur sehingga dapat dianggap memiliki sebab fisiologis yang mendasarinya. Sejak tahun 1798, telah diketahui bahwa sejumlah pasien jiwa menunjukkan sindrom yang ditandai dengan penurunan kemampuan fisik dan mental secara terus- menerus dan para pasien tersebut menderita banyak kerusakan, termasuk delusi grandeur dan kelumpuhan progresif. Pada tahun 1825, penurunan kesehatan mental dan fisik tersebut ditetapkan sebagai penyakit yang disebut paresis umum. Pada tahun 1860 dan 1870, Louis Pasteur memunculkan teori kuman dari penyakit (germ theory of disease), yang menggerakkan pandangan bahwa penyakit disebabkan tubuh terinfeksi organisme yang sangat kecil. pencarian penyebab somatogenesis mendominasi bidang psikologi abnormal hingga memasuki abad ke-20, tidak diragukan lagi sebgain karena penemuan mengejutkan mengenai paresis umum. Namun, pada akhir abad ke-18 dan selama abad ke-19, para peneliti lain menganggap bahwa penyakit jiwa memiliki sebab yang berbeda sama sekali. Berbagai sudut pandang psikogenik yang menganggap malfungsi psikologis sebagai gangguan jiwa diterima secara luas di Prancis dan Austria.