Anda di halaman 1dari 6

Lembar Tugas Mandiri-5

Nama : Nur Rizka Alia Hapsari Dikumpulkan tanggal : 3 Mei 2018

NPM : 1606906282 Paraf Asisten :


Program Studi : Teknologi Bioproses Pemicu :3

Kelompok :8

I. Outline
1.1 Mekanisme Perpindahan Kalor Pendingin (Grate Cooler)
1.1.1 Gambaran Umum Grate Cooler
1.1.2 Fungsi dan Proses Perpindahan Panas pada Grate Cooler
1.2 Faktor yang mempengaruhi laju perpindahan kalor

II. Pembahasan
2.1 Mekanisme Perpindahan Kalor Pendingin (Grate Cooler)
2.1.1 Gambaran Umum Grate Cooler
Pada industri semen, klinker yang sudah diproses dari awal sampai dipanaskan pada
rotary kiln dengan temperatur ±1800°C selanjutnya akan diturunkan dari suhu ±1450°C
sampai klinker bersuhu ±90÷100°C untuk selanjutnya akan dipecahkan oleh grinder.

Gambar 1. Skema Produksi Semen

Sumber : Anwar K. 2011. Analisis Perpindahan Panas Pada Grate Cooler Industri Semen. Majalah Ilmiah
Mektek terdapat di- https://media.neliti.com/media/publications/154595-ID-none.pdf
Grate Cooler sebagai pendingin dengan berpendingin udara dilakukan dengan jalan
melewatkan udara melalui celah – celah dari landasan (grate) dari klinker, kemudian panas
akan ditransfer dari klinker ke udara. Tekanan udara yang tinggi mengakibatkan diperlukannya
mempertahankan material flow feed dan apabila hal ini tidak diperhatikan perpindahan panas
rata-rata dapat lebih tinggi dari keluaran yang sebenarnya dan juga dapat relatif lebih rendah.
Hal ini disebabkan karena kondisi perubahan panjang pendingin yang dilalui klinker,
undergrate dipisahkan kedalam beberapa kompartemen, yang mana setiap kompartemen
mempunyai fan tersendiri untuk mensuplai udara pada suatu tekanan dan volume yang
kompatibel dengan kondisi pada setiap section tersebut.
Untuk keperluan pendinginan tersebut digunakan alat yang disebut grate cooler. Pada
grate cooler proses pendinginan klinker dilakukan dengan mengalirkan udara dari sejumla h
fan, yang selanjutnya dihembuskan melalui celah – celah landasan (grate) yang bergerak
mengantarkan klinker menuju ke grinder untuk proses selanjutnya. Setelah melewati landasan
material, udara pendingin akan masuk kedalam kiln atau ruang bakar yang mana akan
digunakan sebagai udara sekunder untuk pemanasan awal pada proses pembakaran. Selain itu
juga akan dialirkan ke calciner, coal mills dan dryers. Sebagian lagi dari udara hasil
pendinginan akan dikeluarkan ke atmosfer.

Kebutuhan udara yang diperlukan untuk pendinginan pada setiap kompartemen grate
cooler akan berbeda sehingga jumlah fan serta besar daya fan yang dibutuhkan juga
berbeda.Untuk kompartemen pertama di mana klinker baru keluar dari rotary kiln akan
membutuhkan pendinginan yang lebih besar dibandingkan dengan kompartemen lain
sesudahnya, oleh karena itu dibutuhkan suplai udara yang lebih besar sehingga jumlah fan ya ng
digunakan lebih banyak. Klinker yang didinginkan harus mendapatkan pendinginan secara
merata pada setiap section agar temperatur akhir yang diinginkan untuk setiap bongkahan
klinker dapat tercapai sehingga tidak merusak alat pada hammer crusher.
Bagian dalam suatu pendingin dibagi atas 2 area bagian besar dan dipisahkan oleh grateline
(1) Area overgrate dimana klinker didinginkan dan gas panas ditangani, dan (2) Area
undergrate, dimana pendingin udara masuk . Fan dari masing- masing kompartemen undergrate
terletak diluar dari struktur pendingin dan mengantar pendingin udara melalui pipa
interconnecting. Fan pendingin dilengkapi dengan sensor piezometer dan damper
berpenggerak motor yang dapat diset secara manual atau variasi laju motor yang dapat
dikontrol secara otomatis. Grate Cooler dilengkapi dengan pintu untuk memberikan akses ke
area overgrate dan ke masing- masing kompartemen undergrate. Grate cooler membutuhka n
sistem vent yang bekerja sama sekurang-kurangnya dengan sebuah kolektor debu (dust
collector) dan sebuah exhaust fan untuk memindahkan kelebihan udara pendingin dari area
overgrate.
Untuk udara panas hasil pendinginan klinker dialirkan di beberapa saluran dengan
temperatur udara yang berbeda sebagai udara panas yang akan dimanfaatkan pada alat atau
bagian mesin yang lain.

Gambar 2. Skema Umum Grate Cooler

Sumber : nwar K. 2011. Analisis Perpindahan Panas Pada Grate Cooler Industri Semen. Majalah
Ilmiah Mektek terdapat di- https://media.neliti.com/media/publications/154595-ID-none.pdf

2.1.2 Fungsi dan Proses Perpindahan Panas pada Grate Cooler


Grate cooler reciprocating berpendingin udara mempunyai beberapa fungsi dasar antara
lain
1. Memberikan pendinginan yang cepat pada klinker
2. Mendinginkan klinker dengan cara, panas material diserap oleh udara yang
dihembuskan oleh fan dimana udara ini kemudian disebut sebagai udara sekunder, hal
ini efektif secara ekonomi dan stabilisasi kiln atau operasi tungku ruang bakar.
3. Mendinginkan klinker hingga temperaturnya menjadi kurang lebih 100 C sehingga
aman ketika material tersebut akan ditangani oleh hammer crusher.
4. Mengantarkan klinker ke hammer crusher dimana selanjutnya akan diteruskan ke
conveyor bertemperatur rendah.
5. Mengatur ukuran dari suatu material yang akan melalui hammer crusher.
Pada Grate cooler, udara pendingin yang dihembuskan oleh fan masuk melalui lubang
lubang plat dan melewati celah-celah bongkahan klinker dan mendinginkannya. Sehingga
perpindahan panas yang terjadi antara udara pendingin dengan klinker tidak bisa diasums i
sebagai benda padat secara keseluruhan tetapi merupakan porous medium.
Gambar 3 . Grate Cooler per Section

Sumber : Anwar K. 2011. Analisis Perpindahan Panas Pada Grate Cooler Industri Semen. Majalah Ilmiah
Mektek terdapat di- https://media.neliti.com/media/publications/154595-ID-none.pdf

Gambar 4. Elemen Satu Dimensi Untuk Porous Medium Homogen

Sumber : Anwar K. 2011. Analisis Perpindahan Panas Pada Grate Cooler Industri Semen.
Majalah Ilmiah Mektek terdapat di- https://media.neliti.com/media/publications/154595-
ID-none.pdf

Dengan melihat keadaan yang terjadi pada proses pendinginan klinker, dimana udara
dilewatkan melewati media yang berbentuk butiranbutiran, maka keadaan ini sama halnya
dengan perpindahan panas secara konveksi yang melalui porous medium.
Masalah pokok dalam konveksi panas melalui porous medium terdiri dari prediksi
kecepatan perpindahan panas antara permukaan padat yang di panaskan diferensial dan porous
medium dengan fluida jenuh. Oleh karena itu, awal dari studi konveksi melalui porous medium
adalah dengan berfokus pada permasalahan perpindahan panas yang paling sederhana, yaitu
interaksi antara dinding yang padat dan aliran paralel yang meresap melalui material porous
yang dibatasi oleh dinding.

Untuk menghitung koefisien perpindahan panas porous medium adalah sebagai berikut :
𝑁𝑢 𝑥 𝑘
ℎ= (1)
𝑋
Sehingga laju perpindahan panas konveksi dapat dihitung dengan:
(2)
𝑄𝑐 = ℎ 𝐴 ∆𝑇

Disamping itu, terdapat pula kalor radiasi yang dilepaskan oleh klinker ke udara, dapat
dihitung dengan persamaan:

𝑄𝑟 = 𝜎𝜀 𝐴 (𝑇𝑐4 − 𝑇∞ 4 ) (3)

Dengan demikian total perpindahan panas yang terjadi:


𝑄𝑡𝑜𝑡 = 𝑄𝑐 + 𝑄𝑟 (4)

Untuk menghitung besarnya perpindahan panas maka perhitungan dibagi menjadi 3 bagian
yaitu section 1, section 2, dan section 3. Perhitungan jumlah klinker total tiap section
berdasarkan diameter klinker dan dimensi dari grate cooler, untuk kemudian digunakan
mencari rasio porousitas atau perbandingan antara volume ruang kosong di dalam tumpukan
klinker (celah – celah yang dilewati udara) dengan volume jika klinker itu padat. Sehingga
dapat diperoleh konduktivitas termal dan koefisien perpindahan porous medium.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi radiasi


Untuk mengoperasikan grate cooler secara optimal maka seluruh variabel yang
mempengaruhi proses pendinginan klinker harus dapat diukur dan diatur setiap saat agar
terkendali. Sistem pengendalian dari grate cooler dilakukan pada stasiun pengendali yang \

secara otomatis dapat mengukur atau mengetahui kondisi yang terjadi pada grate cooler.
Pada stasiun pengendali ini kebutuhaan udara dan jumlah klinker yang dimasukkan diatur
agar pendinginan yang dilakukan dapat lebih efektif. Disamping itu kondisi alat dan
kemungkinan kerusakan pada tiap bagian dapat segera terdeteksi pada stasiun pengendali ini
sehingga jika terdapat kerusakan pada bagian grate cooler yang berbahaya maka dapat dengan
segera dihentikan melalui stasiun pengendali ini.
Jika kita melihat rumus dari radiasi juga dapat dikatakan bahwa hilang atau ruginya kalor
dipengaruhi oleh emisivitas dan luas permukaan. Emisivitas bergantung pada warna benda.
Emisivitas bernilai antara 0 sampai 1. Untuk benda hitam sempurna memiliki nilai emisivitas
1. Semakin kecil nilai emisivitas maka akan semakin memungkinkan hilangnya kalor.
Sedangkan untuk luas permukaan dari suatu benda akan meningkatkan lajur kalor jika
permukaan yang terpapar radiasi semakin luas atau dapat diartikan jika luas semakin kecil
maka kemungkinan meningkatkan kemungkinan hilangnya kalor.

III. Daftar Pustaka


Anwar K. (2011). Analisis Perpindahan Panas Pada Grate Cooler Industri Semen. Majalah
Ilmiah Mektek terdapat di- https://media.neliti.com/media/publications/154595- ID-
none.pdf diakses pada 1 Mei 2018
Darmanto P.S dan Sri Sugiharto. Pemodelan Perpindahan Panas Proses Pendinginan Terak
Semen Dalam Grate Cooler. MESIN Vol. XIX No. 1 terdapat di -
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtms/article/download/4938/2690 diakses pada 1
Mei 2018
Holman, J.P. (Terjemahan : Ir. E. Jasjfi, M.Sc). (1988). Perpindahan Kalor Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga.

Holman J. P. (1988). Perpindahan Kalor. Edisi 10. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai