JURNAL KOMUNITAS
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas
Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
The issue of environmental conservation is an interesting study nowadays because the effect
of global warming has been felt by mankind. Many national and international policies that
toward environmental conservation perspective is encouraged, so did Unnes with its vision of
conservation. Besides these policies, local communities actually have a perception about envi-
ronmental conservation from their values and knowledge systems. The aim of this research is
to find out society perception about environment conservation and the appearance of percepti-
on on the daily activities of the society. The research method is qualitative to gain accountable
and valid data. Perceptions of environmental conservation can not be separated from their
activities as farmers. The level of dependency on environtment makes perception of conserva-
tion is embedded well within the pattern of their daily lives. But this perception has shifted in
line with social changes that occur. The presence of Unnes in their territory is the main factor
of social changes in society. Interaction between Sekaran society with students as immigrant
helped change their views about the nature and the occupation system. When the occupation
system no longer depend entirely on the management of natural resources, so the perception
of environmental conservation also shifted. This can be seen on their activity patterns that no
longer has a full commitment to environmental conservation. Communal ritual that used to
function as a place of transformation values of environmental conservation has been replaced
with the personal activities of environmental hygiene has a narrower meaning.
30
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
nusia dalam menghadapi lingkungan perlu individu di sekitarnya berua informasi yang
memiliki tingkat keberdayaan yang tinggi disampaikan melalui simbol, baik lisan mau-
dalam beradaptasi di lingkungan apapun pun tertulis yang berisi kategori-kategori,
(Mulyadi, 2009). Begitu pula pada masyara- strategi-strategi untuk berhadapan dengan
kat Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, Kota lingkungan tertentu atau memanfaatkannya
Semarang, merupakan masyarakat yang se- (Ahimsa-Putra, 1986:4). Dengan demikian,
tiap hari berdialektika secara langsung oleh lingkungan yang efektif ialah lingkungan
seluruh civitas akademika dan karyawan Un- sebagaimana yang dikonseptualisasikan, di-
nes. Pada tataran idealitasnya, visi konserva- manfaatkan, dan dimodifikasi oleh manusia
si lingkungan yang diusung oleh Unnes ini (Kaplan, 2002:107).
harus berpengaruh pada masyarakat sekitar- Hubungan timbal balik antara manusia
nya. Tetapi di sisi lain, masyarakat Sekaran dan lingkungan dalam kajian ekologi budaya
juga merupakan entitas yang memiliki sis- dimaknai sebagai pola adaptasi, yakni cara
tem pengetahuan, sistem budaya dan sistem sesuatu budaya memanfaatkan lingkungan.
sosial sendiri. Sebagai masyarakat yang ber- Julian Steward menyatakan bahwa perilaku
basis pada pertanian, masyarakat Sekaran adaptif manusia dapat dijelaskan dengan
tentu memiliki persepsi tersendiri tentang memahami organisasi kerja dan teknologi
konservasi lingkungan. Untuk itulah dalam yang digunakan dalam interaksi antara ma-
tulisan ini akan diuraikan mengenai persep- nusia dan lingkungan. Tetapi hubungan ini
si masyarakat Sekaran mengenai konservasi tidaklah secara langsung melainkan diantarai
lingkungan. oleh nilai-nilai, pengetahuan, kepercayaan
Konservasi merupakan suatu upaya yang membentuk suatu pola budaya (Lakso-
yang dilakukan oleh manusia untuk meles- no, 2001:13). Dengan menggunakan ekologi
tarikan lingkungannya. Dalam Antropologi budaya, maka perhatian tentang adaptasi da-
Ekologi, kajian tentang konservasi berfokus pat dilihat dalam dua tataran yakni pertama
pada pola hubungan antara manusia dan adalah cara system budaya beradaptasi ter-
lingkungannya, sebab keduanya merupakan hadap lingkungan totalnya dan kedua ada-
satu ekosistem yang saling mempengaruhi. lah perhatian terhadap cara institusi-institusi
Manusia dapat mempengaruhi alam dengan dalam suatu budaya beradaptasi dan saling
cara mengolah dan mengeksploitasinya, te- menyesuaikan diri (Kaplan, 2002:102).
tapi sebaliknya, lingkungan dengan segala Untuk menganalisis hubungan ma-
perubahan yang terjadi di dalamnya juga da- nusia dan lingkungannya, Steward mengu-
pat mempengaruhi pola hidup manusia. sulkan tiga langkah dasar, yakni: Pertama,
Menurut Edmund Leach, lingkungan melakukan analisis atas hubungan antara
bukanlah benda alami, ia merupakan sepe- lingkungan dan teknologi pemanfaatan dan
rangkat pemahaman, suatu produk kebuda- produksi. Kedua, melakukan analisis atas
yaan, dan soal persepsi. Hubungan antara “pola-pola perilaku” terhadap eksploitasi
suatu masyarakat dengan lingkungannya suatu kawasan tertentu yang menggunakan
hanya dapat dipahami bila kita menyimak teknologi tertentu. Ketiga, melakukan analisis
cara pengorganisasian lingkungan itu dalam atas tingkat pengaruh dari pola-pola perilaku
kategori-kategori verbal yang disusun oleh dalam pemanfaatan lingkungan terhadap as-
mereka yang menggunakannya (Kaplan, pek-aspek lain dari kebudayaan (Poerwanto,
2002:107). Berkaitan dengan persepsi, maka 2000:69, Ahimsa-Putra, 1994:4).
kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masya- Dengan demikian, kajian tentang Per-
rakat merupakan model-model kognitif yang sepsi masyarakat Sekaran tentang konserva-
terwujud dalam serangkaian aturan, strategi, si lingkungan dapat dianalisis melalui pola
dan petunjuk yang dipergunakan oleh manu- adaptasinya terhadap lingkungan. Persepsi
sia untuk menghadapi lingkungannya. dalam hal ini dimaknai sebagai pandangan,
Pengetahuan dapat diperoleh dari hasil pengamatan atau tanggapan orang terhadap
hubungan langsung dengan lingkungan alam suatu benda, kejadian, tingkah laku manusia,
itu sendiri maupun kontak dengan individu- atau hal-hal yang ditemui sehari-hari. Persep-
31
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
si tersebut antara lain ditentukan oleh proses Ungaran. Secara geografis, letak Kelurahan
sensori yang bisa kita gunakan (penglihatan Sekaran cukup strategis sebab diapit oleh 2
dan pendengaran), penilaian, dan interpreta- (dua) pusat pemerintahan Kabupaten/Kota.
si yang didasarkan pada pengalaman-penga- Jarak Kelurahan Sekaran dengan Ungaran,
laman masa lalu (Laksono, 2001:14). ibukota Kabupaten Semarang adalah sekitar
9 km sedangkan dari Kota Semarang sebagai
METODE PENELITIAN pusat pemerintahan Kota Semarang seka-
ligus sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah
Tulisan ini berdasar pada hasil pene- hanya berjarak 8 km.
litian yang menggunakan metode kualita- Luas wilayah Kelurahan Sekaran ada-
tif. Metode kualitatif merupakan prosedur lah 490,718 Ha yang terdiri atas 7 (tujuh)
penelitian yang menghasilkan data deskrip- Rukun Warga (RW) dan 26 RT (Rukun
tif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari Tetangga). Ketika masih berstatus sebagai
orang-orang dan perilaku yang dapat diama- bagian dari Kabupaten Semarang, wilayah
ti. Metode kualitatif deskriptif digunakan ini terbagi atas 5 dusun yaitu Kampung Se-
untuk mempelajari dan menerangkan kasus karan, Kampung Banaran, Bantar Dowo,
secara natural. Bangkong, dan Persen. Namun seiring den-
Penelitian ini dilaksanakan di Kelura- gan perpidahan status dari desa menjadi
han Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota kelurahan, maka status administratif dusun
Semarang. Lokasi penelitian ini berada di se- digantikan oleh satuan administratif RW
kitar Kampus Universitas Negeri Semarang (Rukun Warga).
(Unnes) Sekaran sehingga mudah dijangkau Secara topografis, Kelurahan Sekaran
ketika pengambilan data. Adapun alasan pe- memiliki wilayah yang berbukit-bukit den-
milihan Kelurahan Sekaran sebagai lokasi gan ketinggian tanah dari permukaan laut
penelitian dikarenakan lokasi ini tepat dima- sekitar 75 m. Dengan kondisi wilayah yang
na terdapat masyarakat yang bersinggungan demikian, maka pepohonan yang hijau ma-
langsung dengan keberadaan Unnes yang sih tampak tersebar di Sekaran di sela-sela
telah membawa perubahan di lingkungan pemukiman penduduk yang mulai padat. Di
mereka. Selain itu, Unnes yang mengusung Keluarah Sekaran, juga terdapat tanah bekas
visi konservasi dalam pengembangan kelem- bondo desa seluas 159.950Ha. Tanah inilah
bagaannya. Teknik observasi merupakan ke- yang sebagain besar dipergunakan untuk
giatan yang pemusatan perhatian terhadap pembangunan Kampus IKIP Semarang yang
suatu obyek dengan menggunakan seluruh sekarang berubah nama menjadi Universitas
alat indera. Hal-hal yang observasi dalam Negeri Semarang (Unnes).
penelitian ini tidak lepas dari fokus peneliti- Kelurahan Sekaran berada di wila-
an di atas yaitu kondisi lingkungan masyara- yah administratif Kecamatan Gunungpati
kat Sekaran, pola perilaku masyarakat dalam yang berdasarkan data monografi desa ta-
mengelola dan menjaga lingkungan. Dalam hun 2010 memiliki jumlah penduduk 6.241
pengumpulan data melalui teknik observasi orang. Jumlah penduduk Sekaran berdasar-
ini, peneliti menggunakan alat bantu yaitu kan komposisi jenis kelamin terdapat 3.195
catatan lapangan. laki-laki, 3.046 perempuan dengan jumlah
Kepala Keluarga 1.542 orang. Dari gamba-
HASIL DAN PEMBAHASAN ran jumlah tersebut dapat dikatakan kompo-
sisi antara penduduk laki-laki dan penduduk
Kelurahan Sekaran merupakan salah perempuan cukup seimbang.
satu kelurahan yang secara administratif Dari segi agama, mayoritas penduduk
berada di Kecamatan Gunungpati, Kota Se- Sekarang menganut Agama Islam yaitu se-
marang Provinsi Jawa Tengah. Sebelum ber- banyak 6.217 orang atau sekitar 99,6 % dari
gabung dengan Kota Semarang, Kelurahan keseluruhan penduduk Sekaran. Sisanya se-
Sekaran dahulu merupakan bagian dari wi- banyak 24 orang menganut agama Katolik.
layah Kabupaten Semarang yang berpusat di Berdasarkan komposisi usia produk-
32
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
tif – non produktif, maka jumlah penduduk Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpa-
Sekaran terbagi dalam tiga kelompok usia ti. Unnes yang mulai tahun 1987-an masuk
yaitu: (1) usia sekolah antara 4-19 tahun ber- ke wilayah Sekaran untuk pembebasan lahan
jumlah 1.697 orang; (2) usia tenaga kerja an- dan gedung-gedung mulai didirikan pada ta-
tara 20-60 tahun berjumlah 4.060 orang; dan hun 1990-1991 menjadi penanda adanya fase
(3) usia lanjut yaitu 60 tahun keatas berjum- perubahan kondisi masyarakat Sekaran seca-
lah 317 orang. Dari usia produktif tersebut ra keseluruhan. Keberadaan Unnes sebagai
tersegmentasi kedalam beberapa mata pen- institusi pendidikan tinggi memberikan pen-
caharian penduduk yang mayoritas sebagai garuh yang besar bagi penduduk Sekaran.
petani dan pedagang. Pengaruh tersebut terasa dalam berbagai
Letak geografis Kelurahan Sekaran aspek kehidupan masyarakat secara sosial,
yang berada di pinggiran Kota Semarang dan budaya dan ekonomi.
topografinya yang bergelombang, menjadi- Jauh sebelum Unnes datang, kondisi
kan aktifitas masyarakat Sekaran sebagian Sekaran masih berupa bukit-bukit yang di-
besar berada di wilayah pertanian. Berdasar- manfaatkan masyarakat sebagai lahan per-
kan data monografi desa tahun 2010, jumlah tanian. Sebagian besar penduduk bermata
penduduk berdasarkan mata pencaharian pencaharian sebagai petani dan pedagang.
terdapat pada Tabel 1. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak
Fauzan, 65 tahun, seorang petani berikut ini:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan
Mata Pencaharian “Penduduk sini itu dulu mayoritas ber-
tani dan berdagang. Kalo merantau ke
Mata pencaharian Jumlah Jakarta jadi pedagang buah di sana.
Petani 917 Orang sini itu memang terkenal seba-
Wiraswasta (pedagang) 789 gai pedagang buah kalo di Jakarta”.
Karyawan 482
Pertukangan 392 Disesuaikan dengan topografi Sekaran
Buruh 148 maka, pertanian di daerah ini bukanlah per-
Jasa 122 tanian sawah melainkan tanaman keras se-
perti: pepaya, singkong, pisang, sengon dan
Pensiunan 26
sebagainya. Hingga saat ini lahan-lahan per-
Jumlah 2876
tanian penduduk masih ada meski berada di
Sumber: Data Monografi Kelurahan Sek-
luar Sekaran. Hal ini dikarenakan tidak ada
aran, 2010.
lagi lahan pertanian di wilayah Sekaran. La-
han di wilayah Sekaran sudah beralih fungsi
Sebagian besar penduduk Sekaran
untuk lahan usaha disesuaikan dengan kebu-
bermatapencaharian sebagai petani dan pe-
tuhan warga Unnes.
dagang, lalu disusul mata pencaharian lain
Setelah tahun 1990-an atau setelah
seperti: karyawan, pertukangan, buruh dan
Unnes berdiri di Kelurahan Sekaran, me-
jasa. Pekerjaan penduduk Sekaran saat ini
nyusul infrastruktur jalan aspal, angkutan
mengalami diversifikasi jika dibandingkan
transportasi, jaringan komunikasi dan lain
dengan kondisi dahulu. Dahulu penduduk
sebagainya sebagai awal dari perubahan
Sekaran hanya sebagai petani dan pedagang.
sosial yang ada di Sekaran. Jika dahulu se-
Gambaran masyarakat Sekaran dia-
belum ada jalan aspal, sangat susah untuk
tas berdasarkan data monografi tahun 2010,
menjangkau daerah Sekaran dikarenakan ja-
akan tetapi jauh menilik ke belakang dike-
lan tanah yang sempit dan becek apabila mu-
tahui bahwa kondisi Sekaran jauh berbeda
sim hujan datang. Akses air bersih juga sulit,
dengan saat ini. Salah satu faktor perubahan
untuk mencari air bersih harus menempuh
adalah berdirinya IKIP Semarang yang se-
jarak yang cukup jauh dengan medan yang
karang berganti nama menjadi Universitas
sulit.
Negeri Semarang (Unnes) yang berlokasi di
Setelah Unnes berdiri maka mulai ber-
33
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
kembanglah pusat keramaian di Sekaran. nya usaha kos-kosan atau warung tapi
Mahasiwa yang datang dari berbagai daerah mereka itu gak tahu caranya. Bikin
untuk kuliah dan para pendatang yang men- kos-kosan sudah hutang ke bank tapi
dirikan usaha di daerah kampus turut me- kosnya gak laku trus bangkrut. Bikin
nambah jumlah kepadatan penduduk di da- warung makan tapi lauknya itu-itu
erah Sekaran. Hal ini dialami langsung oleh saja, akhirnya ya gak laku to. Melihat
Bapak Fauzan, yang dahulu ketika Unnes kayak gitu akhirnya masyarakat itu
mulai berdiri, beliau menjadi mandor ban- terjepit, ya sudah akhirnya dijual saja
gunan kemudian juga mencarikan kos-kosan tanahnya, mereka ada yang pindah ke
bagi mahasiswa. Beliau juga mengatakan daerah lain. Mereka itu karena pendi-
bahwa pembangunan Sekaran ini turut “me- dikannya rendah, gak punya wawasan
manggil” para perantau yang semula berda- makanya gak tahu gimana caranya
gang buah di Jakarta untuk kembali pulang untuk buat usaha, tahunya ya jual ta-
dan mencari peruntungan di daerah sendiri. nah.”
Bapak Fauzan menguraikan kronolo-
gis bagaimana Sekaran bisa menjadi seperti Dari segi pendidikan, penduduk Seka-
sekarang ini yang dipadati oleh mahasiswa, ran memiliki tingkat pendidikan yang masih
pendatang dan berbagai macam usaha yang rendah. Sebagian besar hanya mengenyam
hampir tidak menyisakan tanah kosong se- pendidikan dasar, sehingga pekerjaan yang
jengkalpun. Hukum alam bahwa ketika sua- dapat dilakoni seperti pedagang dan petani
tu intitusi pendidikan tinggi berdiri maka yang tidak memerlukan pendidikan formal
akan diikuti dengan berdirinya pusat kera- yang tinggi. Masyarakat Sekaran belum me-
maian baru. Itu pula yang terjadi di Sekaran, miliki pemahaman akan pentingnya pendidi-
setelah Unnes berdiri, mahasiswa sudah mu- kan bagi anak-anak mereka. Dari gambaran
lai melakukan kegiatan di Kampus Sekaran, pendidikan tersebut menjadi faktor bahwa
maka muncullah berbagai macam bidang mereka tidak memiliki pengetahuan dan wa-
usaha guna memenuhi kebutuhan maha- wasan untuk mengetahui cara mengembang-
siswa, seperti: kos-kosan, fotokopi, warung kan diri mereka sendiri. Faktor pendidikan
makan, dan toko kelontong. Masyarakat Se- ini pula yang turut andil dalam keterpinggi-
karan yang persis berada di sekitar kampus ran masyarakat Sekaran di lingkungan mere-
seharusnya dapat menangkap peluang usaha ka sendiri.
tersebut lalu memanfaatkannya. Bapak Fau- Dari kondisi tersebut, masyarakat Se-
zan mengatakan, yang terjadi justru seba- karan sering disebut sebagai “tuan tanah”
liknya, masyarakat Sekaran merasa terjepit karena banyaknya tanah-tanah yang mereka
diantara hiruk pikuk perkembangan di Seka- jual. Dari tahun ke tahun, harga tanah di wi-
ran. Peluang usaha itu justru dimanfaatkan layah Sekaran mengalami kenaikan harga.
oleh orang-orang diluar Sekaran atau penda- Menjual tanah adalah salah satu perubahan
tang. ekonomi bagi masyarakat Sekaran. Bukan-
Masyarakat Sekaran rata-rata memili- nya tanah tersebut dimanfaatkan untuk la-
ki tanah yang dengan itu mereka manfaat- han pertanian atau usaha lain yang lebih
kan sebagai lahan pertanian. Ketika Unnes menghasilkan, melainkan mereka memilih
berkembang, mereka sebenarnya ingin ikut untuk menjual tanahnya. Bagi mereka men-
memanfaatkan peluang yang ada akan teta- jual tanah itu lebih mudah dan menghasil-
pi, keterbatasan pengetahuan dan wawasan kan uang secara cepat.
mereka yang membuat mereka tidak menge- Keberadaan Unnes ditengah masy-
tahui bagaimana cara memanfaatkan pelu- arakat Sekaran telah membawa peruba-
ang tersebut. Faktor pendidikan yang rendah han dalam aspek kehidupan masyarakat
inilah yang kemudian oleh Bapak Fauzan baik disadari maupun tidak. Pembangunan
ditegaskan: gedung-gedung baru dan perkembangan Un-
nes secara institusional membawa dampak
“Masyarakat sini itu ya pengen pu- bagi masyarakat sekitar yaitu Sekaran. Dam-
34
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
pak yang berupa perubahan secara sosial, bu- dengan perubahan lingkungan yang terjadi
daya dan ekonomi. Peluang usaha pastinya setelah pembangunan Unnes. Dalam kajian
terbuka lebar dengan adanya peningkatan ekologi budaya, pola adaptasi manusia den-
jumlah mahasiswa setiap tahunnya. Peluang gan lingkungan adalah cara sesuatu budaya
ini tidak saja dimanfaatkan oleh masyarakat memanfaatkan lingkungan. Laksono (2001:
Sekaran saja tapi justru masyarakat penda- 14) mengatakan bahwa persepsi tersebut an-
tang lebih jeli dan pintar dalam memanfaat- tara lain ditentukan oleh penglihatan, pen-
kan peluang tersebut. dengaran, penilaian, dan interpretasi yang
Pada tahun 2010 ini, Unnes menca- didasarkan pada pengalaman-pengalaman
nangkan dirinya sebagai Universitas Kon- masa lalu.
servasi. Konservasi yang dimaknai Unnes Masyarakat Sekaran dari pengalaman
tidak hanya pada aspek lingkungan tapi juga mereka sebelum dan sesudah pembangu-
aspek moral dan budaya. Menilik pada kata nan Unnes dapat menyesuaikan diri dengan
konservasi sendiri identik dengan pelestarian lingkungan yang baru. Mereka tidak lagi
lingkungan. Berkaitan dengan hal itu, perlu memandang tanah sebagai sumber penghi-
diketahui tentang persespsi masyarakat Se- dupan mereka yang harus mereka jaga dan
karan tentang konservasi lingkungan. lestarikan, melainkan sebuah komoditas
Topografi daerah Sekaran menjadi- yang dapat mendatangkan uang. Hal ini ter-
kan sebagian besar penduduknya bermata bukti dengan sebagian masyarakat Sekaran
pencaharian sebagai petani. Petani adalah dan sekitarnya yang memilih untuk menjual
orang yang paling dekat dengan alam. Pola tanah mereka kepada pendatang, yang oleh
perilaku petani berhubungan erat dan selalu pendatang biasanya dipergunakan untuk
dikaitkan dengan alam. Sebagaimana yang tempat kos maupun usaha lain yang dibutuh-
dikemukakan oleh Edmund Leach (dalam kan oleh mahasiswa. Terlebih tidak membu-
Kaplan, 2001) bahwa lingkungan bukanlah tuhkan waktu lama bagi masyarakat Sekaran
benda alami, ia merupakan seperangkat pe- untuk menjual tanahnya karena selalu ada
mahaman, suatu produk kebudayaan, dan orang yang berminat untuk membeli tanah
soal persepsi. Demikian halnya dengan peta- di Sekaran dengan harga yang tinggi.
ni Sekaran yang secara karakteristik bukan- Dari perubahan persepsi tentang alam
lah petani sawah melainkan petani ladang, tersebut menggiring mereka pada peruba-
sehingga mereka memiliki persepsi atau han persepsi tentang konservasi lingkungan
pemaknaan yang lebih sederhana mengenai atau cara mereka memandang pelestarian
lingkungan alam. lingkungan tersebut. Masyarakat Sekaran
Tanaman yang menjadi komoditas berada dalam suatu arus kekurangpedulian
masyarakat Sekaran adalah tanaman buah terhadap kelestarian lingkungan dimulai dari
dan kayu sengon, seperti: singkong, pisang hal kecil dan mereka terbawa oleh arus itu.
kluthuk, pepaya, durian, dan sebagainya. Mereka tidak lagi memandang bahwa men-
Perilaku petani Sekaran dalam mengelola jaga kebersihan lingkungan suatu hal yang
lahannya sudah modern, misalnya dengan penting yang harus dilakukan dan menja-
penggunaan pupuk semprot (pestisida) bu- di tanggung jawab bersama seluruh warga.
kan pupuk kandang. Persepsi mereka tentang Akibatnya, mereka dalam tahap mengang-
konservasi lingkungan sangatlah sederhana, gap kebersihan lingkungan diserahkan pada
bahwa ternyata mengolah lahan pertanian pihak yang berkepentingan saja, misalnya:
sebagai aktifitas mereka sehari-hari merupa- dinas kebersihan kota ataupun perangkat
kan bagian dari upaya mereka dalam meles- desa. Mereka hanya mengurusi kebersihan
tarikan lingkungan. lingkungan rumah mereka saja.
Perkembangan daerah Sekaran dengan Dari segi lingkungan yang dekat den-
keberadaan Kampus Unnes Sekaran telah gan pemukiman, Bapak Fauzan melihat
merubah persepsi mereka tentang lingkun- adanya penurunan kualitas kebersihan ling-
gan alam (tanah). Perubahan persepsi ter- kungan yang terjadi saat ini: “Kalo masalah
sebut sebagai cara masyarakat beradaptasi lingkungan ya, daerah sini itu lebih bersih
35
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
dulu ketimbang sekarang. Penduduknya se- desa yang diperuntukkan bagi Kepala Desa,
makin padat tapi tidak peduli dengan sam- tetapi bisa mereka kerjakan sebagai petani
pah, bahkan di pertigaan situ kalo hujan penggarap. Semua hasil pertanian ini meru-
deras ya banjir. Kesadaran untuk member- pakan sumber utama penunjang ekonomi ke-
sihkan lingkungan kok kurang.” luarga mereka. Kondisi inilah yang menye-
Seiring dengan perkembangan daerah babkan tingkat dependesi mereka terhadap
Sekaran ini, maka secara perlahan telah me- alam sangat tinggi. Transformasi nilai akan
nurunkan kualitas lingkungan. Masyarakat pentingnya menjaga kelestarian alam dan
baik penduduk asli Sekaran, mahasiswa, dan kebersihan lingkungan kerap mereka laku-
pendatang sudah tidak peduli dengan peme- kan melalui ritual dan aktifitas budaya yang
liharaan lingkungan bersama. Bagi masya- mereka selenggarakan. Mulai dari nyadran,
rakat Sekaran, konservasi lingkungan seba- bersih desa, hingga pada pagelaran wayang
gaimana yang dicanangkan Unnes bukanlah semalam suntuk untuk memotivasi dan me-
sesuatu yang penting. Pemaknaan tentang nyemangati warga desa dalam mewujudkan
konservasi lingkungan lebih bersifat perso- keharmonisan dalam kehidupan mereka, ter-
nal bagi masing-masing individu yang ada di masuk keharmonisan dengan alam. Dengan
Sekaran, tidak hanya penduduk asli Sekaran, cara yang seperti ini disertai dengan pola
tapi juga pendatang dan mahasiswa. hidup dan mata pencaharaian yang homo-
Bagi masyarakat Sekaran, konservasi gen, membuat masyarakat Sekaran memiliki
lingkungan sebagaimana yang dicanang- kesadaran yang bersifat komunal akan kewa-
kan Unnes bukanlah sesuatu yang penting. jiban menjaga kelestarian alam.
Pemaknaan tentang konservasi lingkungan Tetapi pada tahun 1991 seiring dengan
lebih bersifat personal bagi masing-masing dibangunnya Kampus IKIP Semarang yang
individu yang ada di Sekaran, tidak hanya sekarang berganti nama menjadi Universitas
penduduk asli Sekaran, tapi juga pendatang Negeri Semarang (Unnes), terjadi peruba-
dan mahasiswa. han pada pola hidup masyarakat Sekaran.
Persepsi masyarakat Sekaran tentang Lahan bondo desa, tanah gege, dan beberapa
konservasi lingkungan tidak lepas dari sis- lahan milik warga dibeli dan dilepaskan un-
tem pengetahuan dan perubahan sosial yang tuk pembangunan Kampus IKIP Semarang.
terjadi dalam kehidupan mereka. Sebagai Pembelian dan pelepasan lahan ini sebenar-
masyarakat desa yang bersahaja layaknya nya sudah dilakukan sejak tahun 1987-1988,
kehidupan masyarakat agraris di pedesaan tetapi masyarakat masih bisa menggarapnya
Jawa pada umumnya, masyarakat Sekaran selama gedung kampus belum dibangun. Se-
merupakan masyarakat yang dekat dengan jak saat itu, lahan pertanian warga mulai me-
alam. Sebelum tahun 1991, kehidupan me- nyempit dan aktifitas bertani pun mulai ber-
reka tidak lepas dari aktifitas mengolah alam kurang. Warga desa banyak yang mengubah
yang sekaligus merupakan sumber mata pen- mata pencaharian mereka ke non pertanian,
caharian mereka, baik sebagai produsen (pe- berupa jasa atau buruh bangunan.
tani) maupun sebagai distributor (pedagang). Dari tahun ke tahun, Universitas Nege-
Dengan topografi yang berbukit dan sumber ri Semarang mengalami perkembangan yang
air yang kurang, menjadikan masyarakat Se- cukup pesat. Berbagai mahasiswa dan dosen
karan hidup dalam sistem pertanian lahan yang datang dari berbagai daerah tinggal dan
kering dengan produk pertanian berupa padi menetap di Sekaran. Interaksi sosial yang
gogo (padi tegalan), kayu jati dan sengon, terjadi antara masyarakat pendatang dengan
dan berbagai jenis buah-buahan. masyarakat Sekaran sedikit banyak membe-
Aktifitas pertanian ini juga didukung rikan nilai-nilai baru bagi kedua belah pihak.
oleh lahan yang luas. Selain memiliki lahan Bagi masyarakat Sekaran, kedatangan para
garapan, masyarakat Sekaran juga dapat pendatang (mahasiswa dan dosen) secara
mengakses dan mengolah tanah gege, yak- perlahan mengubah cara pandang mereka
ni tanah milik Negara tetapi tidak berserti- terhadap mata pencaharian. Jika dahulu pen-
fikat. Selain itu, juga terdapat tanah bondo dapat mereka sangat bergantung pada hasil
36
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
alam (hasil pertanian), maka saat ini mere- rupakan satu ekosistem yang saling mem-
ka mulai berfikir bahwa pendapatan dan pe- pengaruhi (Nugraha, 2009). Manusia dapat
ningkatan ekonomi keluarga tidak lagi ber- mempengaruhi alam dengan cara mengolah
sumber pada hasil alam semata, tetapi pada dan mengeksploitasinya, tetapi sebaliknya,
sektor jasa seperti warung makan dan rumah lingkungan dengan segala perubahan yang
sewa (kos-kosan). Beberapa lahan pertanian terjadi di dalamnya juga dapat mempenga-
pun yang dahulu merupakan kebun, dijadi- ruhi pola hidup manusia.
kan kos-kosan, atau dijual bagi pendatang Jika dikaitkan dengan teori Steward
yang berminat untuk membelinya. tentang hubungan manusia dengan lingkun-
Pergeseran cara pandang akan sumber gan yang dapat dilihat pada pemanfaatan
ekonomi dan sumber penghidupan mereka teknologi dan produksi, pola-pola perilaku,
mengakibatkan terjadinya pergeseran akan serta pengaruh pola perilaku pada pemanfaa-
persepsi mereka tentang konservasi lingkun- tan lingkungan (Poerwanto, 2000:69, Ahim-
gan. Lingkungan/alam yang dahulu mereka sa-Putra, 1994:4), maka persepsi masyarakat
olah untuk kebutuhan pangan dan peningka- Sekaran tentang konservasi yang terbangun
tan ekonomi keluarga, kini menjadi komo- dapat dilihat pada ketiga aspek tersebut. Per-
ditas yang bisa mendatangakan keuntungan geseran pola penghidupan dan teknologi hi-
tanpa harus diolah. Hal ini pula yang men- dup yang dimiliki oleh masyarakat Sekaran
gakibatkan sistem mata pencaharian mere- turut berpengaruh pada pola-pola perilaku
ka semakin heterogen. Demikian pula pada mereka dengan lingkungan.
kehidupan sosial mereka yang telah bercam- Sebagai masyarakat desa yang bersaha-
pur dengan pendatang, lebih terbuka dan ja layaknya kehidupan masyarakat agraris di
dinamis. Akan tetapi hal ini membawa be- pedesaan Jawa pada umumnya, masyarakat
berapa implikasi bagi masyarakat Sekaran. Sekaran merupakan masyarakat yang dekat
Ritual komunal yang dahulu sering mereka dengan alam. Sebelum tahun 1991, kehidu-
praktikkan sudah tidak ada lagi, sehingga pan mereka tidak lepas dari aktifitas mengo-
transformasi nilai-nilai konservasi yang ke- lah alam yang sekaligus merupakan sumber
rap mereka lakukan melalui media aktifitas mata pencaharian mereka, baik sebagai pro-
budaya ini tidak bisa lagi dilakukan. Hal ini- dusen (petani) maupun sebagai distributor
lah yang menjadikan tanggung jawab akan (pedagang). Dengan topografi yang berbukit
kelestarian lingkungan tidak lagi bersifat ko- dan sumber air yang kurang, menjadikan
munal, tetapi diserahkan pada masing-ma- masyarakat Sekaran hidup dalam sistem per-
sing orang atau lebih bersifat personal. Ak- tanian lahan kering dengan produk pertani-
tifitas konservasi lingkungan hanya sebatas an berupa padi gogo (padi tegalan), kayu jati
aktifitas rumah tangga yang hanya dimaknai dan sengon, dan berbagai jenis buah-buahan.
sebagai bersih-bersih lingkungan. Ritual ko- Aktifitas pertanian ini juga didukung
munal dan kegiatan budaya telah tergantikan oleh lahan yang luas. Selain memiliki lahan
dengan rutinitas kerja bakti yang dikoordinir garapan, masyarakat Sekaran juga dapat
oleh Ketua RT masing-masing. Dengan de- mengakses dan mengolah tanah gege, yak-
mikian, perubahan social yang terjadi dalam ni tanah milik Negara tetapi tidak berserti-
kehidupan masyarakat Sekaran sangat ber- fikat. Selain itu, juga terdapat tanah bondo
pengaruh pada persepsi dan aktifitas konser- desa yang diperuntukkan bagi Kepala Desa,
vasi lingkungan mereka. tetapi bisa mereka kerjakan sebagai petani
Persepsi masyarakat Sekaran tentang penggarap. Semua hasil pertanian ini meru-
konservasi lingkungan tidak lepas dari sis- pakan sumber utama penunjang ekonomi ke-
tem pengetahuan dan perubahan sosial yang luarga mereka. Kondisi inilah yang menye-
terjadi dalam kehidupan mereka. Dengan babkan tingkat dependesi mereka terhadap
mendasarkan analisis pada antropologi eko- alam sangat tinggi. Transformasi nilai akan
logi, maka kajian tentang konservasi dapat pentingnya menjaga kelestarian alam dan
dilihat pada pola hubungan antara manusia kebersihan lingkungan kerap mereka laku-
dan lingkungannya, sebab keduanya me- kan melalui ritual dan aktifitas budaya yang
37
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
mereka selenggarakan. Mulai dari nyadran, bahwa masyarakat Kelurahan Sekaran sebe-
bersih desa, hingga pada pagelaran wayang lum tahun 1990-an adalah masyarakat petani
semalam suntuk untuk memotivasi dan me- dan pedagang. Mereka adalah petani ladang
nyemangati warga desa dalam mewujudkan yang menggarap tanah negera maupun ta-
keharmonisan dalam kehidupan mereka, ter- nah pribadi dengan ditanami sengon, pisang,
masuk keharmonisan dengan alam. Dengan singkong, buah dan lain sebagainya. Sebagi-
cara yang seperti ini disertai dengan pola an yang lain sebagai pedangang di kota lain
hidup dan mata pencaharaian yang homo- seperti Jakarta. Setelah tahun 1990an, te-
gen, membuat masyarakat Sekaran memiliki patnya ketika Universitas Negeri Semarang
kesadaran yang bersifat komunal akan kewa- (Unnes) datang dan menjalankan aktifitas
jiban menjaga kelestarian alam. kampus di daerah Sekaran maka, perlahan
Muryani (2011) menyatakan dalam terjadi perubahan sosial pada masyarakat
hasil penelitiannya bahwa pergeseran cara Sekaran. Mata pencaharian sudah mulai
pandang akan sumber ekonomi dan sumber bervariasi, terutama di sektor jasa dan peda-
penghidupan mereka mengakibatkan terja- gang. Interaksi masyarakat Sekaran dengan
dinya pergeseran akan persepsi mereka ten- warga pendatang dan mahasiswa memba-
tang konservasi lingkungan. Lingkungan/ wa pandangan baru dan perilaku yang lebih
alam yang dahulu mereka olah untuk ke- dinamis dan terbuka.
butuhan pangan dan peningkatan ekonomi Persepsi masyarakat Sekaran tentang
keluarga, kini menjadi komoditas yang bisa konservasi lingkungan sangatlah sederhana
mendatangakan keuntungan tanpa harus tidak lepas dari sistem pengetahuan dan pe-
diolah. Hal ini pula yang mengakibatkan rubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan
sistem mata pencaharian mereka semakin mereka. Masyarakat Sekaran merupakan
heterogen. Demikian pula pada kehidupan masyarakat agraris yang seluruh aktifitas
sosial mereka yang telah bercampur dengan kehidupan mereka tidak lepas dari mengo-
pendatang, lebih terbuka dan dinamis. Akan lah alam sebagai sumber mata pencaharian
tetapi hal ini membawa beberapa implikasi mereka sebagai petani dan pedagang (distri-
bagi masyarakat Sekaran. Ritual komunal butor) hasil pertanian mereka. Setelah Un-
yang dahulu sering mereka praktikkan sudah nes datang di daerah mereka maka, perlahan
tidak ada lagi, sehingga transformasi nilai- persepsi mereka tentang alam mulai berubah.
nilai konservasi yang kerap mereka lakukan Mata pencaharian masyarakat juga sudah
melalui media aktifitas budaya ini tidak bisa mulai berubah, merambah di luar wilayah
lagi dilakukan. Hal inilah yang menjadikan non pertanian, terutama jasa dan pedagang.
tanggung jawab akan kelestarian lingkungan Tanah yang dahulu menjadi sumber aktifi-
tidak lagi bersifat komunal, tetapi diserahkan tas kehidupan masyarakat mulai mereka le-
pada masing-masing orang atau lebih bersi- paskan untuk dijual kepada pendatang yang
fat personal. Aktifitas konservasi lingkun- ingin menjalankan usaha di daerah kampus.
gan hanya sebatas aktifitas rumah tangga Hal ini merubah pula persepsi mereka ten-
yang hanya dimaknai sebagai bersih-bersih tang alam yaitu menjadi sebuah komoditas
lingkungan. Ritual komunal dan kegiatan ekonomi yang mendatangkan keuntungan
budaya telah tergantikan dengan rutinitas tanpa harus diolah. Konservasi lingkungan
kerja bakti yang dikoordinir oleh Ketua RT bukan menjadi hal penting dalam kehidupan
masing-masing. Dengan demikian, peruba- masyarakat. Upaya konservasi diserahkan
han sosial yang terjadi dalam kehidupan ma- kepada masing-masing individu dalam ma-
syarakat Sekaran sangat berpengaruh pada syarakat, termasuk pendatang dan mahasis-
persepsi dan aktifitas konservasi lingkungan wa.
mereka. Persepsi masyarakat Sekaran tentang
konservasi lingkungan yang sangat seder-
SIMPULAN hana tersebut kemudian diaktualisasikan
melalui aktifitas kehidupan mereka sehari-
Simpulan dari penelitian ini adalah hari. Ritual komunal yang berkaitan dengan
38
Asma Luthfi / Komunitas 3 (1) (2011) : 29-39
39