Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN

Seiring perkembangan zaman yang semakin pesat serta industri -


industri yang persainganya semakin ketat, seorang mahasiswa dituntut untuk
bisa menciptakan pemikiran - pemikiran yang mengarah pada pengembangan
kreativitas, inovasi perekayasaan dengan kebutuhan dan perkembangan sains
teknologi.
Dalam industri – industri besar di indonesia, pemikiran serta inovasi
baru seperti itu sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk mempermudah
kerja manusia. Untuk itu perlu dipelajari ilmu teknik, khususnya teknik mesin
selalu dihadapkan pada kebutuhan akan benda atau peralatan yang berfungsi
untuk mempermudah suatu proses pada elemen – elemen dasar. Disamping
dapat menghasilkan serta mempermudah pengerjaan produk, juga diharapkan
dapat mengefisienkan waktu kerja.
Sebelum pembuatan suatu alat perlu sebuah perancangan terlebih
dahulu. Menganalisa setiap masalah yang timbul dari berbagai kendala –
kendala di setiap pengerjaan proses produksi sehingga bisa menyimpulkan
dan membuat gambaran tentang alat yang tepat untuk mempermudah
pengerjaan banda tersebut. Tooling design merupakan proses perancangan
perkakas untuk pembuatan alat bantu yang hemat dan efisien dalam
pembuatan suatu produk. Proses tersebut meliputi desain dan perencanaan
dari peralatan serta pembuatan gambar kerja dari perkakas yang akan dibuat.
Jig and fixture merupakan “perkakas bantu” yang berfungsi untuk
memegang dan atau mengarahkan benda kerja sehingga proses manufaktur suatu
produk dapat lebih efisien. Selain itu jig and fixture juga dapat berfungsi agar
kualitas produk dapat terjaga seperti kualitas yang telah ditentukan. Dalam laporan

1
ini penulis akan menjelaskan tentang jig dan fixture serta bagian – bagian lain
yang berhubungan dengan perencanaan jig dan fixture.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penulisan tentang tugas tooling desain ini yaitu supaya penulis
dapat mendesain serta merencanakan suatu jig drilling. Selain itu tujuan dari
penulisan ini yaitu :
 Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja jig dan fixture.
 Mahasiswa mampu mengaplikasikan materi kuliah tooling design
dan menggambar CAD/CAM/CATIA.
 Mahasiswa mampu menganalisa segala permasalahan yang timbul
pada proses perencanaan jig dan fixture serta dapat mencari solusi
yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

1.3 PEMBATASAN MASALAH


Didalam perencanaan tugas tooling ini penulis membatasi masalah
hanya akan membahas tentang perencanaan serta desain dari sebuah jig dan
fixture menurut klasifikasi pemakaiannya yaitu digunakan untuk frais dan jig
drilling yang digunakan untuk proses bor. Penulis akan menjelaskan jig
drilling yaitu alat bantu proses pengeboran.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam perencanaan tugas tooling desain ini terdiri dari beberapa
bab, antara lain :
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan
masalah serta sistematika penulisan.
BAB II Dasar Teori
Menjelaskan serta menguraikan tentang hal – hal yang
berhubungan dengan jig dan fixture.

2
BAB III Analisa Perhitungan
Menguraikan tentang perhitungan gaya yang timbul akibat dari
tegangan benda kerja terhadap jig yang menjepit benda kerja
tersebut.
BAB IV Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Lampiran

3
BAB II

DASAR TEORI

2.1 JIG DAN FIXTURE

Hampir setiap proses produksi didukung oleh pemakaian mesin


perkakas. Penggunaan mesin ini tergantung kepada spesifikasi produk yang
akan dibuat. Semakin komplek bentuk produk tersebut, maka akan semakin
rumit pula perkakas yang digunakan. Mesin perkakas akan lebih berfungsi
bila dilengkapi pula dengan perkakas bantu. Jenis perkakas bantu tersebut
antara lain jig dan fixture. Penggunaan jig dan fixture ini disesuaikan dengan
fungsi dan karakteristiknya. Dimana Jig adalah suatu alat penuntun dari pahat
dan sebagai pemegang benda kerja yang tidak terikat secara tetap pada mesin
tempat alat itu dipakai. Sedangkan fixture adalah perkakas pemegang benda
kerja yang terikat secara tetap pada mesin dimana alat tersebut berada.

Jig and fixture merupakan perkakas bantu yang berfungsi untuk


memegang dan atau mengarahkan benda kerja sehingga proses manufaktur
suatu produk dapat lebih efisien. Selain itu jig and fixture juga dapat berfungsi
agar kualitas produk dapat terjaga seperti kualitas yang telah ditentukan. Dan
juga, Jig dan fixture berfungsi membantu atau menolong pelaksanaan proses
produksi, tetapi tidak merubah geometris dari benda kerja. Dengan
menggunakan perkakas bantu ini diharapkan produk yang dihasilkan memiliki
ketelitian yang tinggi, kepresisian yang tepat, akurasi, dan sesuai dengan
bentuk produk yang diinginkan. Dengan adanya jig & fixtures, tidak
diperlukan lagi skill operator dalam melakukan operasi manufaktur, dengan
kata lain pengerjaan proses manufaktur akan lebih mudah untuk mendapatkan
kualitas produk yang lebih tinggi ataupun laju produksi yang lebih tinggi pula.
Dengan demikian, efisiensi proses manufaktur suatu produk dapat ditingkatkan
melalui perancangan jig and fixture pada proses manufaktur sekelompok
produk.

4
2.2 MANFAAT PENGGUNAAN JIG DAN FIXTURE

Manfaat dari penggunaan Jig dan Fixture adalah:

 Aspek Teknis / Fungsi:

 Mendapatkan ketepatan ukuran

 Mendapatkan keseragaman ukuran

 Aspek Ekonomi:

 Mengurangi ongkos produksi dengan memperpendek waktu proses

 Menurunkan ongkos produksi dengan pemakaian bukan operator ahli


/ trampil

 Meningkatkan efisiensi penggunaan alat atau mesin

 Optimalisasi mesin yang kurang teliti

 Mengurangi waktu inspeksi dan alat ukur

 Meniadakan kesalahan pengerjaan (reject)

 Aspek Sosial / Keamanan:

 Mengurangi beban kerja fisik operator

 Mengurangi resiko kecelakaan kerja

Sebelum jig & fixture dibuat, perlu sekali dilakukan kajian dari sisi
ekonomi, karena hasil akhir dari penggunaan jig & fixture tidak lain adalah
keuntungan secara ekonomi.

2.3 PERTIMBANGAN UMUM PEMBUATAN JIG DAN FIXTURE

Sebelum memutuskan penggunaan jig dan fixture pada suatu proses


produksi, harus mempertimbangkan beberapa tuntutan – tuntutan di bawah
ini:

5
a) Tuntutan Fungsi

 Tuntutan fungsi yang utama dalam penggunaan jig dan fixture


adalah bentukan dan toleransi yang diharapkan dapat tercapai.

 Keseragaman ukuran pada produk masal dapat tercapai.

 Waktu proses sebelum penggunaan jig dan fixture yang panjang


akibat penyetingan dan penanganan benda kerja berkurang
secara nyata.

 Pada penggunaan checking fixture, ukuran atau bentukan yang


diterima dan tidak dapat segera dikenali.

b) Tuntutan Penanganan/Pengoperasian

 Jig dan fixture harus dapat dioperasikan dengan cepat dan


mudah walaupun dengan operator awam sekalipun.

 Penggunaan aspek ergonomi diperhatikan.

 Elemen operasi mudah dikenali dan dimengerti cara kerjanya.

 Perlu mempertimbangkan aspek pengguna.

c) Tuntutan Ekonomi

 Biaya penggunaan jig dan fixture tidak terlampaui.

 Target pencapaian BEP (Break Even Point) tercapai.

d) Tuntutan Konstruksi

 Optimalisasi penggunaan elemen standar.

 Rancangan hendaknya logis dan tidak berlebihan (over design).

6
 Penggunaan elemen yang lepas pasang mempertimbangkan
waktu penanganan.

 Elemen yang lepas pasang harus diikat agar tidak jatuh atau
hilang.

 Jig dan fixture yang bergerak atau berputar harus


diseimbangkan terlebih dahulu.

 Penggunaan elemen yang mengunci sendiri (self locking) pada


mesin yang memiliki getaran tinggi atau tergesernya benda
kerja akibat kerusakan alat potong sangat perlu
dipertimbangkan.

e) Tuntutan Keamanan

 Aspek umum keselamatan di tempat kerja diperhatikan.

 Pengamanan terhadap bahaya listrik, mekanik, dan tekanan


yang berlebihan.

 Pengamanan pada saat proses pemesinan atau kegagalan


pemesinan.

 Pengamanan terhadap kegagalan sumber tenaga pencekaman.

 Keamanan terhadap benda kerja akibat kesalahan peletakan,


pencekaman, dan saat proses.

2.4 PROSEDUR PERANCANGAN JIG DAN FIXTURE

Sebelum memutuskan penggunaan jig dan fixture pada suatu proses


produksi, sangat perlu di pertimbangkan pemenuhan tuntutan – tuntutan di
bawah ini:

7
1) Peletakan Benda Kerja (Location)

Benda kerja memiliki ruang yang cukup pada peletakannya dan


tidak memungkinkan benda terbalik atau salah pasang untuk
menghindari kesalahan pengerjaan. Titik peletakan cukup jelas terlihat
oleh operator. Dalam hal benda kerja memiliki ukuran mentah seperti
benda tuangan (casting) dimungkinkan peletakan yang dapat diatur
(adjustable) untuk menjaga keausan locator atau variasi ukuran benda
kerja.

2) Pencekaman (Clamping)

Penyusunan atau peletakan pencekam dan besarnya gaya


pencekaman benar – benar meniadakan gaya reaksi akibat gaya – gaya
luar akibat pemotongan benda kerja / proses. Gaya pencekaman tidak
menyebabkan benda kerja terdeformasi atau merusak permukaannya.
Pencekaman harus logis dan mudah.

3) Penanganan (Handling)

Komponen control dan jig dan fixture keseluruhan harus ringan


dan mudah untuk dinaik-turunkan dari mesin. Untuk itu elemen untuk
memegang dan memindahkan jig dan fixture harus tersedia. Tidak ada
sisi tajam pada jig dan fixture. Benda kerja yang kecil dan sulit dalam
pemasangan / pelepasan, di berikan kemudahan.

4) Kelonggaran (Clearance)

Tersedia cukup ruang untuk pembuangan beram hasil


pemotongan jika beram tidak diinginkan terbuang keluar melaui arah
yang sama dengan pemotongan. Penggunaan celah untuk tangan
operator / alat bantu yang dimaksudkan untuk mengeluarkan beram
yang tersumbat sangat dimungkinkan.

8
5) Kekakuan / Stabilitas (Rigidity / Stability)

Meskipun jig dan fixture diharapkan seringan mungkin,


kestabilan juga sangat diperlukan, proporsional terhadap besar benda
kerja dan gaya luar yang bekerja. Jika perlu di gunakan pengikatan baut
– mur terhadap mesin.

6) Bahan (Material)

Komponen utama yang mendapatkan gesekan dan atau


tumbukan gaya menggunakan material Tool Steel atau mendapatkan
perlakuan pengerasan. Penggunaan material sisipan (insert) pada
komponen yang bergesekan dimaksudkan untuk penggantian. Jika
digunakan komponen yang di las, perlu dilakukan perlakuan stress
relief setelah pengelasan atau sebelum pemesinan untuk menghindari
tegangan dalam maupun pelentingan akibat las.

7) Toleransi (Tolerance)

Toleransi pengerjaan komponen jig dan fixture yang


berhubungan dengan hasil proses adalah sepertiga dari toleransi benda
kerja. Misalnya jarak lubang yang akan diproses pada benda kerja
memiliki toleransi ± 0.3 mm, maka toleransi pada jignya untuk setting
jarak antar pengarah (bush) adalah 0.1 mm.

2.5 JENIS – JENIS JIG

Jig bias dibagi atas 2 kelas : jig gurdi dan jig bor. Jig bor digunakan
untuk mengebor lobang yang besar untuk digurdi. Jig gurdi digunakan untuk
menggurdi (drilling), meluaskan lobang (reaming), mengetap, chamfer,
counterbore, reverse spotface atau reverse countersink . Jig dasar umumnya

9
hampir sama untuk setiap operasi pemesinan, perbedaannya hanya dalam
ukuran dan bushing yang digunakan.

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja.

Gambar 2.2 Jig bor

Gambar 2.3 Operasi umum jig gurdi

10
Jig gurdi bisa dibagi atas 2 tipe umum yaitu tipe terbuka dan tipe
tertutup. Jig terbuka adalah untuk operasi sederhana dimana benda kerja
dimesin pada hanya satu sisi. Jig tertutup atau kotak digunakan untuk
komponen yang dimesin lebih dari satu sisi.

Jig template adalah jig yang digunakan untuk keperluan akurasi. Jig
tipe ini terpasang diatas, pada atau didalam benda kerja dan tidak diklem
(gambar 2.4). Template bentuknya paling sederhana dan tidak mahal. Jig
jenis ini bisa mempunyai bushing atau tidak.

Gambar 2.4 Jig Template


Jig plate sejenis dengan template, perbedaannya hanya jig jenis ini
mempunyai klem untuk memegang benda kerja. (gambar 2.5).

Gambar 2.5 Jig Plate

11
Jig plate kadang-kadang dilengkapi dengan kaki untuk menaikkan
benda kerja dari meja terutama untuk benda kerja yang besar. Jig jenis ini
disebut jig table/meja (gambar 2.6).

Gambar 2.6 Jig meja

Jig sandwich adalah bentuk jig plate dengan pelat bawah. Jig jenis
ini ideal untuk komponen yang tipis atau lunak yang mungkin bengkok atau
terlipat pada jig jenis lain (gambar 2.7).

Gambar 2.7 Jig sandwich

12
Jig angle plate (pelat sudut) digunakan untuk memegang komponen
yang dimesin pada sudut tegak lurus terhadap mounting locatornya (dudukan
locator) yaitu dudukan untuk alat penepatan posisi benda kerja. Gambar 2.8
adalah jig jenis ini. Modifikasi jig jenisini dimana sudut pegangnya bisa
selain 90 derjat disebut jig pelat sudut modifikasi dan diperlihatkan oleh
gambar 2.9.

Gambar 2.8 Jig pelat sudut Gambar 2.9 Jig Pelat


sudut dimodifikasi

Jig kotak atau jig tumble, biasanya mengelilingi komponen


(gambar 2.10). Jig jenis ini memungkinkan komponen dimesin pada setiap
permukaan tanpa memposisikan ulang benda kerja pada jig.

Jig Channel adalah bentuk paling sederhana dari jig kotak (gambar
2.11). Komponen dipegang diantara dua sisi dan dimesin dari sisi ketiga.

13
Gambar 2.10 Jig kotak atau tumble

Gambar 2.11 Jig kanal

Jig daun (leaf) adalah jig kotak dengan engsel daun untuk
kemudahan pemuatan dan pelepasan (gambar 2. 12). Jig daun biasanya lebih
kecil dari jig kotak.

Gambar 2.12 Jig daun

14
Jig indexing digunakan untuk meluaskan lobang atau daerah yang
dimesin lainnya disekeliling komponen (gambar 2.13). Untuk melakukan ini,
jig menggunakan komponen sendiri atau pelat referensi dan sebuah plunger.
Jig indexing yang besar disebut juga jig rotary.

Gambar 2.13 Jig Indeks

Jig Trunnion adalah jenis jig rotary untuk komponen yang besar atau
bentuknya aneh (gambar 2. 14). Komponen pertama-tama diletakkan didalam
kotak pembawa dan kemudian dipasang pada trunnion.

Gambar 2.14 Jig trunnion

15
Jig pompa adalah jig komersial yang mesti disesuaikan oleh pengguna
(gambar 2.15). Pelat yang diaktifkan oleh tuas membuat alat ini bisa memasang
dan membongkar benda kerja dengan cepat.

Gambar 2.15 Jig Pompa

Jig multistation (stasion banyak) mempunyai bentuk seperti gambar


2.16. Ciri utama jig ini adalah cara menempatkan benda kerja. Ketika satu
bagian menggurdi, bagian lain meluaskan lubang (reaming) dan bagian ketiga
melakukan pekerjaan counterbore. Satsion akhir digunakan untuk melepaskan
komponen yang sudah selesai dan mengambil komponen yang baru.

Gambar 2.16 Jig Multi Stasion

16
2.6 JENIS – JENIS FIXTURE

Jenis fixture dibedakan terutama oleh bagaimana alat bantu ini


dibuat. Perbedaan utama dengan jig adalah beratnya. Fixture dibuat lebih kuat
dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi.

Fixture pelat adalah bentuk paling sederhana dari fixture (gambar


2.17). Fixture dasar dibuat dari pelat datar yang mempunyai variasi klem dan
locator untuk memegang dan memposisikan benda kerja. Konstruksi fixture
ini sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir semua proses pemesinan.

Gambar 2.17 Fixture Plate

17
Fixture pelat sudut adalah variasi dari fixture pelat (gambar 2.18).
Dengan fixture jenis ini, komponen biasanya dimesin pada sudut tegak lurus
terhadap locatornya. Jika sudutnya selain 90 derjat, fixture pelat sudut yang
dimodifikasi bisa digunakan (gambar 2.19).

Gambar 2.18 Fixture Pelat sudut

Gambar 2.19 Fixture pelat sudut modifikasi

Gambar 2.20 Fixture vise-jaw

18
Fixture vise-jaw, digunakan untuk pemesinan komponen kecil
(gambar 2.20). Dengan alat ini, vise jaw standar digantikan dengan jaw yang
dibentuk sesuai dengan bentuk komponen.

Gambar 2.21 Fixture indeks

Gambar 2.22 Komponen mesin dengan menggunakan fixture indeks.

Fixture indexing mempunyai bentuk yang hamper sama dengan jig


indexing (gambar 2.21). Fixture jenis ini digunakan untuk pemesinan
komponen yang mempunyai detail pemesinan untuk rongga yang detil.
Gambar 2.22 adalah contoh komponen yang menggunakan fixture jenis ini.
Fixture multistation, adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi,
volume produksi tinggi dimana siklus pemesinan kontinyu. Fixture duplex
adalah jenis paling sederhana dari jenis ini dimana hanya ada dua stasiun

19
(gambar 2.23). Mesin tersebut bisa memasang dan melepaskan benda kerja
ketika pekerjaan pemesinan berjalan. Misal, ketika pekerjaan pemesinan
selesai pada stasiun 1, perkakas berputar dan siklus diulang pada stasiun 2.
Pada saat yang sama benda kerja dilepaskan pada stasiun 1 dan benda kerja
yang baru dipasang.

Gambar 2.23 Fixture duplek.

Gambar 2.24 Fixture profil

Fixture profil, digunakan mengarahkan perkakas untuk pemesinan


kontur dimana mesin secara normal tidak bias melakukan. Kontur bisa
internal atau eksternal. Gambar 2.24 memperlihatkan bagaimana nok/cam
secara akurat memotong dengan tetap menjaga kontak antara fixture dan
bantalan pada pisau potong frais.

20
2.7 Bushing
Bushing adalah alat bantu yang digunakan dalam pengerjaan logam
pada jig, yaitu untuk memandu alat pemotong, bor, atau alat-alat lain yang
biasa digunakan dalam bushing bor termasuk counterbores, countersinks dan
reamers. Bushing dirancang untuk membimbing, posisi, dan mendukung
pahat supaya presisi dalam proses machiningnya.

Bushing bor umum dapat diklasifikasikan menjadi :

 Press fit bushing

Bushing Tekan cocok tersedia dalam dua tipe dengan liners atau
tanpa ( memakai bushing). Bushing Liner, kadang - kadang
disebut menguasai ring , dipasang secara permanen ke jig dan menerima
liners yang dapat dengan mudah diganti. Press fit bushing digunakan
dalam aplikasi jangka pendek atau dalam aplikasi di mana toleransi pada
lokasi lubang begitu ketat sehingga tidak dapat memfasilitasi penggunaan
bushing kapal.

Gambar 2.25 Bushing Linier

Jenis pengeboran bushing: A. Headless mengenakan press-fit bushing B.


Kepala mengenakan press-fit bushing C. kapal Headless bushing dengan
bushing terbarukan D. Kepala kapal bushing dengan busing terbarukan.

21
 Renewable Wearing Bushing ( Bushing yang dapat dibaharui )

Bushing terbarukan dipasang di ring kapal. Jenis bushing


digunakan dalam produksi besar berjalan di mana bushing akan aus dari
waktu ke waktu atau ketika beberapa bushing terbarukan yang digunakan
dalam satu kapal untuk menyediakan berbagai ukuran lubang. Ada dua
jenis bushing terbarukan: tetap dan tergelincir .

Bushing terbarukan tetap digunakan dalam aplikasi di mana kapal


ini dimaksudkan untuk digunakan sampai habis dipakai. Bushing Selipkan
terbarukan dirancang untukdipertukarkan dengan kapal berukuran
diberikan sehingga dua berukuran tergelincir bushing terbarukan yang
berbeda dapat digunakan dalam satu bushing kapal. Ini memfasilitasi
kemampuan untuk melakukan berbagai mesin operasi yang membutuhkan
berbeda dalam diameter bushing, seperti pengeboran dan reaming.

Gambar 2.26 Renewable Wearing Bushing

22
2.8 Clamping

Clamping merupakan bagian dari jig atau fixture yang berfungsi


untuk mencekam benda kerja sehingga posisi benda kerja tidak berubah
selama proses pemesinan berlangsung. Dalam proses pencekaman, clamping
harus memenuhi kriteria – kriteria sehingga bisa mencekam benda kerja
dengan benar .

 Kondisi yang harus dipenuhi dalam workholding/pencekaman :

 Cukup kuat untuk memegang benda kerja dan menahan pergeseran


benda kerja.

 Tidak merusak/mendeformasi benda kerja dengan cepat.

 Menjamin loading dan unloading benda kerja dengan cepat.

 Aturan Dasar Clamping

Untuk mendesain pencekaman yang baik, desainer harus memahami dasar-


dasar pencekaman dan peralatan yang umum digunakan.

 Posisi Klem :

 Selalu bersentuhan dengan benda kerja pada posisi yang rigid.

 Untuk menghindari defleksi benda kerja harus


ditahanmenggunakan alat bantu.

 Klem harus diletakkan sedemikian sehingga tidak mengganggu


pergerakan pahat.

 Klem diletakkan sedemikian sehingga dapat bekerja dengan


mudah dan aman.

Gambar 2.27 Posisi pengekleman

23
 Gaya Pemotongan

 Manfaatkan gaya pemotongan untuk membantu pencekaman

 Resultan gaya pemotongan diarahkan ke lokator sehingga


mengurangi gaya pencekaman yang dibutuhkan.

Gambar 2.28 Gaya Pemotongan

 Gaya Pencekaman

 Gaya pencekaman adalah gaya yang dibutuhkan untuk menjaga


posisi benda kerja selama proses pemesinan.

 Besarnya gaya pencekaman tergantung dari besarnya gaya


pemotongan dan cara peletakan benda kerja relatif terhadap pahat.

 Gaya pencekaman hanya cukup untuk menahan benda kerja ke


lokator.

Gambar 2.29 Gaya Pencekaman

24
 JENIS KLEM

 Strap Clamp

 Mekanisme kerja seperti tuas/pengungkit.

 Gaya yang diterima benda kerja dan gaya yang dibutuhkan


sebanding dengan posisi tuas, karena itu pemilihan posisi tuas
menjadi faktor yang sangat penting.

 Dapat digerakkan manual maupun secara mekanis.

Gambar 2.30 Strap Clamp

 Screw clamp

 Menggunakan bentuk ulir.

 Keuntungan: pemakaian tak terbatas, biaya rendah, desain


sederhana.

 Kerugian: kecepatan operasi yang rendah.

Gambar 2.31 Screw Clamp

25
 Power clamping

 Gaya manual diganti dengan mekanis.

 Tenaga: hydraulic, pneumatic atau air-to-hydraulic booster.

 Keunggulan: tekanan dapat dikendalikan & kecepatan clamping.

Gambar 2.32 Power Clamping

 Toogle Clamp

 Gaya manual.

 Tenaga hydraulic.

 Tekanan dapat dikendalikan.

Gambar 2.33 Toogle Clamp

26
2.9 Threaded Fastener (Sambungan baut)

Fastener adalah alat yang digunakan untuk memegang,


mengencangkan atau menyambung dua elemen atau lebih. Threaded fastener
atau sambungan baut menggunakan alat yang ber-ulir untuk menyambungkan
dua elemen atau lebih. Kelebihan jenis sambungan ini adalah kemungkinan
untuk melepas dan memasang kembali. Sehingga sambungan jenis ini sangat
cocok untuk peralatan yang sering dilepas dan dipasang untuk keperluan
perawatan atau penggantian komponen yang aus. Gambar 34 menunjukkan
tiga buah tipe sambungan baut yang umum digunakan yaitu sambungan baut-
mur, sambungan cap-screw, dan sambungan stud. Klasifikasi threaded
fastener umumnya dilakukan berdasarkan konstruksi dan kegunaan, tipe ulir,
dan jenis kepala baut.

Gambar 2.34 Konstruksi sambungan baut (a) baut-mur, (b) sambungan cap
screw, (c) sambungan stud.

27
Variasi mur (nut) juga sangat banyak variasinya untuk memenuhi
berbagai fungsi khusus. Gambar 2.35 menunjukkan beberapa tipe mur
standar. Washer adalah ring datar yang biasanya digunakan pada sambungan
baut mur. Fungsinya adalah untuk memperluas bidang kontak antara mur
dengan elemen yang disambung. Teknologi pembuatan atau manufacturing
baut-mur saat ini umumnya dilakukan dengan proses machining, rolling, dan
head forming.

Gambar 2.35 Tipe-tipe mur standard

 Standar dan Kekuatan Baut

Standar geometri baut tipe kepala segi enam ditunjukkan pada


gambar 2.36. Bagian yang akan mengalami konsentrasi tegangan adalah pada
fillet kepala baut dan pada titik awal ulir.

Gambar 2.36 Standard baut kepala hexagonal

28
2.10 Rumus Perhitungan

 Perencanaan Bushing

Bushing ditempatkan dalam posisi yang tepat pada jig, sehingga


pelubangan pada benda kerja selalu sama dan presisi. Pada perencanaan
jig ini direncanakan bushing :

Bahan : FC 35

Kekuatan tarik ( Tb ) : 35 kg/mm2

Kekerasan ( Hb ) : 277 kg/mm2

Diameter dalam : 10 mm dan 30 mm

Diameter luar : 20 mm dan 40 mm

Tinggi : 18 mm

Sudut chemper : 45°

Pemasangan : Suaian pas ( Press fit )

 Perencanaan Baut

Agar banda kerja tidak goyang pada waktu proses pengeboran


maka benda kerja tersebut di cekam oleh sebuah baut. Pada waktu proses
pengerjaan drilling berlangsung benda kerja harus diberi pencekaman,
supaya tidak goyang dan bergetar terlalu besar, karena dapat merubah
hasil dari pengeboran tersebut. Dalam jig drilling ini pencekaman
dilakukan oleh baut yang menjepit benda kerja.

 Beban rencana :

W = fc x Wo

dimana : W = Beban rencana

Wo = Beban yang terjadi

Fc = Faktor koreksi

29
 Diameter inti yang diperlukan ( d1 )

4 W
d1 ≥
  a

Keterangan :

d1 = diameter inti ( mm )

σa = tegangan tarik yang diizinkan ( kg/mm2 )

W = beban rencana ( kg )

 Jumlah ulir yang diperlukan ( z )

Jumlah ulir ( Z ) dapat dihitung dengan persamaan :

W
Z ≥
  d 2  h  qa 
Keterangan :
Z = Jumlah ulir ( mm )
W = Beban rencana ( kg )
D2 = Diameter efektif ( mm )
H = Tinggi kaitan ( mm )
qa = Tekanan permukaan yang diizinkan ≈ 3 kg/mm2

 Tinggi mur ( H )
H = ZxP
 Jumlah ulir mur ( Z )
H
Z=
P
Keterangan :
H = Tinggi mur ( mm )
Z = Jumlah ulir ( mm )
P = Jarak bagi ( mm )

30
 Tegangan geser

Untuk ulir metris besarnya K = 0,84 dan j = 0,75

 Tegangan geser akar ulir baut ( τb )


W
τb =
  d1  k  P  Z 
 Tegangan geser akar ulir mur ( τa )
W
τb =
  D  j  P  Z 

31
BAB III
ANALISA PERENCANAAN

3.1 Analisa Benda Kerja

Direncanakan benda kerja akan dibuat lubang dengan memakai


mesin bor / manual milling dengan ketentuan seerti pada gambar dibawah
ini :

Gambar 3.1 Gambar benda kerja

Keterangan benda kerja :


Bahan benda kerja : FC 25
Kekerasan ( HB ) : 25 kg/mm2
Kekuatan tarik ( Tb ) : 24 kg/mm2
Diameter lubang : 10 mm dan 15 mm
Jumlah lubang : 3 buah
Tebal : 25 mm

32
3.2 Perencanaan Baut

Pada waktu proses pengerjaan drilling berlangsung benda kerja


harus diberi pencekaman, supaya tidak goyang dan bergetar terlalu besar
karena dapat merubah hasil dari pengeboran tersebut. Dalam jig drilling ini
pencekaman dilakukan oleh baut yang menjepit benda kerja.

 Beban yang terjadi ( Wo )

Untuk beban disini diambil beban maksimum, diasumsikan beban yang


terjadi sebesar 300 kg.

Wo = 300 kg

 Faktor koreksi ( fc )
Dalam merencanakan suatu alat produksi perlu dipertimbangkan
berbagai macam facam faktor keamanan. Sehingga koreksi pertama dapat
diambil sebagai acuan.
Faktor koreksi ( fc ) = 0,8 – 1,2
Diambil angka 1,2 supaya didapat beban rencana lebih besar dari pada
beban yang terjadi, sehingga keamanan lebih terjaga.

 Beban rencana ( W )
W = Wo x fc
= 300 x 1,2
= 360 kg

 Bahan baut
Bahan baut direncanakan dari besi cor jenis FC 25 dengan spesifikasi
sebagi berikut :
 Kekuatan tarik σb = 25 kg/mm2
 Tegangan tarik yang diizinkan σa = 4,8 kg/mm2
 Faktor keamanan ( Sf ) = 8

33
 Diameter inti yang diperlukan ( d1 )

4 W
d1 
  a

4  360
d1 
  4,8

d1 ≥ 9,77 mm ≈ jadi baut yang dipakai yaitu M 12

 Dipilih ulir kasar metris M 12


D1 = 10,106 mm
D2 = 10,863 mm
D = 12 mm
H = 0,947 mm
P = 1,75 mm
Keterangan :
D1 = Diameter inti ( mm )
D2 = Diameter efektif ( mm )
D = Diameter luar ( mm )
H = Tinggi kaitan ( mm )
P = Jarak bagi ( mm )

 Bahan mur
Bahan mur dari besi cor jenis FC 25 dengan spesifikasi sebagi berikut :
 Kekuatan tarik σb = 25 kg/mm2
 Tegangan geser yang diizinkan τa = 3 kg/mm2
 Tekanan permukaan yang diizinkan qa = 3 kg/mm2

34
 Jumlah ulir yang diperlukan ( z )

Jumlah ulir ( Z ) dapat dihitung dengan persamaan :

W
Z ≥
  d 2  h  qa 
360
Z ≥
  10,863  0,947  3
360
Z ≥
96,955

Z ≥ 3,71 ≈ 4

 Tinggi mur ( H )
H = ZxP
= 4 x 1,75
= 7 mm

 Jumlah ulir mur ( Z )


H
Z=
P
7
Z=
1,75
= 4 ( sama )

 Tegangan geser

Untuk ulir metris besarnya K = 0,84 dan j = 0,75

 Tegangan geser akar ulir baut ( τb )


W
τb =
  d1  k  P  Z 
360
=
3,14  10,106  0,84  1,75  4

35
360
=
186,683

= 1,93 kg/mm2

 Tegangan geser akar ulir mur ( τa )


W
τb =
  D  j  P  Z 
360
=
3,14  12  0,75  1,75  4
360
=
197,82

= 1,82 kg/mm2

3.3 Momen Inersia V- Block

Gambar 3.2 Gambar V - Block

Momen inersia persegi

dimana : b = 40 mm = 4 cm

h = 60 mm = 6 cm

36
maka :

1
I= x h x b3
2

1
= x 6 x 43
2

= 32 cm4

Momen inersia segitiga

dimana : b = 25 mm = 2,5 cm

h = 30 mm = 3,0 cm

maka :

1
I= x h x b3
2

1
= x 3 x 2,53
2

= 3,91 cm4

 Jadi momen inersia V- Block :

= momen inersia persegi – momen inersia segitiga

= 32 cm4 – 3,91 cm4

= 28,09 cm4

37
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian teori dan hasil perencanaan pembuatan jig


drilling ini, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh yaitu :

1. Penggunaan jig drilling dalam proses produksi akan menghemat waktu


serta mempercepat proses produksi lainnya.
2. Penggunaan jig drilling sangat efisien untuk pengerjaan benda kerja yang
lebih dari satu lubang.
3. Satu buah jig drilling digunakan untuk pengerjaan satu macam benda kerja
saja.

4.2 Saran
Dari perencanaan pembuatan jig drilling yang mencakup tentang
semua komponen tersebut, penulis akan memberikan beberapa saran yaitu :
1. Dalam perhitungan ukuran, ketepatan posisi dari tiap-tiap komponen harus
diperhatikan dengan cermat dan teliti.
2. Dalam perancangan harus mempertimbangkan efisiansi dari pemasangan
serta pelepasan benda kerja pada jig tersebut.
3. Harus diperhatikan tentang umur sampai berapa lama jig drilling yang
dibuat tetap bisa digunakan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Sularso Kiyokatsu Suga, 1991, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen


Mesin, Cetakan ke-7, PT. Pradnya Paramita.

Bambang Waluyo Febriantoko, 2012, Bahan Kuliah Tooling Desain, Surakarta.

39
40

Anda mungkin juga menyukai