Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dan yang

paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum

mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan

beratnya kurang dari 500 gr(liewollyn,2002). Terdapat beberapa macam abortus ,

yaitu abortus spontan, abortus buatan , dan abortus terapeutik. Abortus spontan karena

kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi janin.

Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia

kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan arena indikasi medik disebut

abortus terapeutik ( Prawirohardjo, 2002).

WHO melaporkan setiap tahun 42 juta wanita mengalami kehamilan yang

tidak diinginkan unintended pregnancy yang menyebabkan abortus, terdiri dari 20

juta merupakan unsafeabrotin,yang paling sering terjadi dinegara-negara terutama di

Indonesia dimana terjadi ilegal (Kemenkes RI,2015).

Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10 – 15%.

Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya wanita

mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama

beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Diindonesia,

diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun dengan demikian setiap tahun terdapat

500.000 – 750.000 janin yang mengalami abortus spontan.

Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan

seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada

kehamilan 8 – 14 minggu villi koriales menembus desidue secara mendalam, plasenta

1
tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14

minggu, setelah ketuban pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk

kantong amnion kosong dan kemudian plasenta ( Prawirohardo,2002).

Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman dikalangan

masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata.

Oleh karena itu, pandangan yang ada didalam masyarakat tidak boleh sama dengan

pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah

membaca pokok bahasan ini.

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus

adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan

yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi

serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada ibu

dengan kejadian abortus sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan memahami definisi abortus

b. Mengetahui dan memahami klasifikasi abortus

c. Mengetahui dan memahami etiologi abortus

d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis abortus

e. Mengetahui dan memahami komplikasi abortus

f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang abortus

g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan abortus

h. Mengetahui dan memahami masalah yang lazim muncul

2
i. Mengetahui dan memahami discharge planning

j. Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan

abortus.

C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa guna menerapkan asuhan

keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus sehingga dapat menambah

pengalaman dan pemahaman mahasiswa terhadap penatalaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien dengan abortus.

2. Bagi institusi pendidikan

Meningkatkan pengetahuan mengenai penatalaksanaan asuhan keperawatan pada

ibu hamil dengan kejadian abortus dirumah sakit sehingga dapat menetapkan

prosedur tetap mengenai model asuhan keperawatan yang tepat pada ibu dengan

permasalahan abortus.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. . Definisi

Aborsi/Abortus (Keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16

minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus

hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak

waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2012).

B. Klasifikasi

Adapun aborsi atau abortus diklasifikasikan berdasarkan kejadian dibagi

menjadi dua sebagai berikut :

1. Abortus spontan, aborsi yang terjadi semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor

alamiah dan dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis.

2. Abortus provakatus (induced abortion), aborsi yang dilakukan dengan sengaja

dengan mengomsumsi obat-obatan ataupun dengan menggunakan alat-alat untuk

aborsi. Aborsi Provakatus terbagi menjadi dua:

a. Abortus Medisinalis adalah abortus karena sengaja dilakukan berdasarkan

tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu

mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

b. Abortus Kriminalis adalah aborsi yang dilakukan berdasarkan tindakan-

tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

4
C. Etiologi

Adapun etiologi aborsi disebabkan oleh beberapa faktor berikut: Faktor-faktor

yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor ibu, dan faktor

bapak (Amru Sofian, 2012).

1. Kelainan Ovum, sebagai berikut : Ovum patologis, Kelainan letak embrio,

Plasenta yang abnormal.

2. Kelainan Genitalia Ibu, sebagai berikut: Anomali kongenital (hipoplasia uteri,

uterus bikornis, dll). Kelainan letak dari uterus dalam menanti nidas dari ovum

yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen,

endometritis,mioma submukosa. uterus terlalu cepat terengang (kehamilan ganda,

mola). Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

3. Gangguan sirkulasi plasenta.

4. Penyakit-penyakit ibu seperti : Pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta,

dll. dapat juga dari keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dll. Juga terdapat

pada ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,

anemia gravis. serta ibu yang mengalami malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan

metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, atau E, dan diabetes miletus.

5. Antagonis Rhesus yang berasal dari darah ibu yang melalui plasenta, merusak

darah fetus, sehingga menjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya

fetus.

6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis.

7. Perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi, seperti sangat

terkejut, obat-obatan uterotonika, katakulan laparotomi, dll.

8. Penyakit bapak: Usia lanjut, penyakit kronis.

5
D. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis Aborsi/Abortus Spontan dapat dilihat sebagai

berikut:

1. Aborsi immines (threatened abortion) merupakan keguguran tingkat permulaan.

Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara:

Tirah baring, gunakan preparat progesteron, tidak berhubungan badan, evaluasi

secara berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin.

2. Abortus insipien Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum

kehamilan berusia 20 minggu dan konsepsi masih di dalam uterus. Ditandai

dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan

hasil konsepsi. Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak dapat

dipertahankan.

3. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah abortus yang hanya sebagian

dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tinggal adalah desidua atau plasenta.

Gejala: Amenorea, sakit perut, mulas mulas, perdarahan sedikit/ banyak, dan

biasa berupa stolsel (darah beku), sudah ada fetus atau jaringan yang keluar,

tetapi jika perdarahan belum berhenti karena konsepsi belum keluar semua akan

menyebabkan syok. Ini terjadi sebelum kehamilan berusia 20 Minggu.

4. Abortus komplitus (keguguran lengkap) Artinya seluruh hasil konsepsi

dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rahim kosong.

5. Missed abortion adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada di

dalam rahim sebelum berusia 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih tertahan

dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Dapat diketahui dengan USG.

E. Komplikasi Abortus

Adapun komplikasi dari abortus adalah sebagai berikut:

6
1. Perdarahan (hemorrhage)

2. Perforasi: Sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh

tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.

3. Infeksi dan tetanus.

4. Payah ginjal akut.

5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat atau sepsis.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjangnya sebagai berikut:

1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2 sampai 3

minggu setelah abortus.

2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

G. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan aborsi dapat dilihat berikut ini:

1. Abortus Imminens

a. Tirah baring total

b. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.

c. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan

penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung, nilai

kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Jika perdarahan berlanjut, khususnya

ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan

kehamilan ganda atau mola.

7
2. Abortus insipien

a. Jika usia kehamilan kurang 16 Minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi

vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera berikan ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400

mcg peroral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). Kemudian segera lakukan

persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

b. Jika usia kehamilan lebih 16 Minggu, tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu

evaluasi sisa sisa hasil konsepsi. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam

500 ml cairan intravena (garam fisiologik, atau larutan ringer laktat) dengan

kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

3. Abortus inkomplit

a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 Minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau Misoprostol 400 mcg per oral

b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16

Minggu, evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi

vakum manual tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri

ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau

Misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

c. Jika kehamilan lebih 16 Minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml

cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes

per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu berikan misoprosol

200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

(maksimal 800 mcg). Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

8
4. Abortus komplit

a. Tidak perlu evaluasi lagi

b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan.

c. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari

selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah. (Rustam Mochtar)

5. Abortu terapeutik

Menurut Sastrawinata (2005), abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara:

1) Kimiawi:

a. pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat abortus, seperti

prostaglandin, antiprogesteron, atau oksitosin.

b. Mekanis

 Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara

perlahan dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi

dengan kuret tajam atau vakum.

 Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar

dilanjutkan dengan kuretase.

 Histerektomi/ histerektomi.

H. Masalah Yang Lazim Muncul

Masalah-masalah keperawatan yang lazim muncul adalah sebagai berikut:

1. Kekurangan volume cairan hubungan dengan perdarahan.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.

3. Nyeri akut hubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri.

4. Resiko infeksi hubungan dengan kondisi vulva lembab.

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

6. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan pervaginam

9
7. Konstipasi.

I. Discharge Planning

Perencanaan yang dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Dianjurkan melakukan pemeriksaan TORCH (Cytomegalovirus, Toksoplasma,

Rubella dan Herpes virus.

2. Dianjurkan memakai kontrasepsi.

3. Banyak istirahat baring.

4. Banyak konsumsi makanan yang bergizi dan olahraga secara teratur.

5. Sampaikan informasi pada pasangan yang bersangkutan bahwa janin mati tak

membahayakan kehidupan wanita tersebut sampai 3 minggu setelah kematian

janin.

6. Pemilihan cara persalinan apakah akan persalinan sungguh secara spontan atau

segera dilahirkan dengan induksi persalinan harus dibahas dengan baik.

7. Induksi persalinan dapat dilakukan dengan misoprosol 100 sampai 200 ...2 dd 1

selama 2 hari.

8. Bila pasien menghendaki agar persalinan berlangsung secara spontan maka harus

dilakukan pemeriksaan faal hemostasis dan kadar fibrinogen.

10
J. Pathway

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Intervensi Nic Dan Kriteria Hasil Noc

Kekurangan Volume Cairan NOC NIC

Fluid Management
 Fluid balance
Definisi : Penurunan cairan
 Hydration  Timbang
intravaskular, interstisial,
 Nutritional status : popok/pembalut jika
dan/intraseluler. Ini mengacu pada
Food and Fluid Intake diperlukan
dehidrasi, kehilangan tanpa
 Pertahankan catatan
perubahan pada natrium. Kriteria Hasil :
intake dan output yang

 Mempertahankan akurat
Batasan Karakteristik :
urine output sesuai  Monitor status hidrasi

 Perubahan status mental dengan usia dan BB, (kelembaban membran

 Perubahan tekanan darah BJ urine normal, HT mukosa, nadi adekuat,

 Penurunan tekanan nadi normal. tekanan darah

 Penurunan turgor kulit  Tekanan darah, nadi, ortostatik), jika

 Penurunan turgor lidah suhu tubuh dalam diperlukan

 Penurunan haluaran urin batas normal.  Monitor vital sign

 Penurunan pengisian vena  Tidak ada tanda-tanda  Monitor masukan

 Membran mukosa kering dehidrasi, elastisitas makanan/cairan dan

 Kulit kering turgor kulit baik, tidak hitung intake kalori

 Peningkatan hematokrit ada rasa haus yang harian

 Peningkatan suhu tubuh berlebihan.  Kolaborasikan

 Peningkatan frekuensi nadi pemberian cairan IV

12
 Peningkatan konsentrasi urin  Monitor status nutrisi

 Penurunan berat badan  Berikan cairan IV pada

 Tiba-tiba (kecuali pada ruang suhu ruangan

ketiga)  Dorong masukan oral

 Haus  Berikan penggantian

 Kelemahan nesogatrik sesuai

output
Faktor Yang Berhubungan
 Dorong keluarga untuk

 Kehilangan cairan aktif membantu pasien

 Kegagalan mekanisme regulasi makan

 Tawarkan snack (jus

buah, buah segar)

 Kolaborasi dengan

dokter

 Atur kemungkinan

transfusi

 Persiapan untuk

transfusi

Hypovolemia

Management

 Monitor status cairan

termasuk intake dan

output cairan

 Pelihara IV line

13
 Monitor tingkat Hb dan

hematokrit

 Monitor tanda vital

 Monitor respon pasien

terhadap penambahan

cairan

 Monitor berat badan

 Dorong pasien untuk

menambah intake oral

 Pemberian cairan IV

monitor adanya tanda

dan gejala kelebihan

volume cairan

 Monitor adanya tanda

gagal ginjal

Intoleransi Aktivitas NOC NIC

Activity Therapy
 Energy conservation
Definisi : Ketidakcukupan energi
 Activity tolerance  Kolaborasikan dengan
psikologis atau fisiologis untuk
 Self care : ADLs tenaga rehabilitasi
melanjutkan atau menyelesaikan
medik dalam
aktifitas kehidupan sehari-hari yang Kriteria Hasil :
merencanakan program
harus atau yang ingin dilakukan.
 Berpartisipasi dalam terapi yang tepat

aktivitas fisik tanpa  Bantu klien untuk


Batasan Karakteristik :
disertai peningkatan mengidentifikasi

14
tekanan darah, nadi, aktivitas yang mampu
 Respon tekanan darah abnormal
dan RR dilakukan
terhadap aktivitas
 Mampu melakukan  Bantu untuk memilih
 Respon frekwensi jantung
aktifitas hari-hari aktifitas konsisten yang
abnormal terhadap aktivitas
(ADLs) secara sesuai dengan
 Perubahan EKG yang
mandiri kemampuan fisik,
mencerminkan aritmia
 Tanda-tanda vital psikologi, dan social
 Perubahan EKG yang
normal  Bantu untuk
mencerminkan iskemia
 Energy psikomotor mengidentifikasi dan
 Ketidaknyamanan setelah
 Level kelemahan mendapatkan sumber
beraktifitas
 Mampu berpindah : yang diperlukan untuk
 Dyspnea setelah beraktifitas
Dengan atau tanpa aktifitas yang
 Menyatakan merasa letih
bantuan alat diinginkan
 Menyatakan merasa lemah
 Status  Bantu untuk

Faktor Yang Berhubungan : kardiopulmunari mendapatkan alat bantu

adekuat aktifitas seperti kursi


 Tirah baring atau imobilisasi
 Sirkulasi status baik roda, krek
 Kelemahan umum
 Status respirasi :  Bantu untuk
 Ketidakseimbangan antara suplei
Pertukaran gas dan mengidentifikasi
dan kebutuhan oksigen
ventilasi adekuat aktifitas yang disukai
 Imobilitas
 Bantu klien untuk
 Gaya hidup monoton
membuat jadwal latihan

diwaktu luang

 Bantu pasien/keluarga

untuk mengidentifikasi

15
kekurangan dalam

beraktivitas

 Sediakan penguatan

positif bagi yang aktif

beraktivitas

 Bantu pasien untuk

mengembangkan

motivasi diri dan

penguatan

 Monitor respon fisik,

emosi, social, dan

spiritual.

Nyeri Akut NOC NIC

Pain Management
 Pain level
Definisi : Pengalaman sensori dan
 Pain control  Lakukan pengkajian
emosional yang tidak menyenangkan
 Comfort level nyeri secara
yang muncul akibat kerusakan
komprehensif termasuk
jaringan yang aktual atau potensial Kriteria Hasil :
lokasi, karakteristik,
atau digambarkan dalam hal
 Mampu mengontrol durasi, frekuensi,
kerusakan sedemikian rupa
nyeri (tahu penyebab kualitas dan faktor
(International Association for the
nyeri, mampu presipitasi
study if pain) : awitan yang tiba-tiba
menggunakan tehnik  Observasi reaksi
atau lambat dari intensitas ringan
nonfarmakologi untuk nonverbal dari
hingga berat dengan akhir dapat
mengurangi nyeri, ketidaknyamanan

16
diantisipasi atau diprediksi dan mencari bantuan)  Gunakan teknik

berlangsung <6 bulan  Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik

nyeri berkurang untuk mengetahui

Batasan Karakteristik : dengan menggunakan pengalaman nyeri

manajemen nyeri pasien


 Perubahan selera makan
 Mampu mengenali  Kaji kultur yang
 Perubahan tekanan darah
(skala, intensitas, mempengaruhi respon
 Perubahan frekwensi jantung
frekuensi dan tanda nyeri
 Perubahan frekwensi pernapasan
nyeri)  Evaluasi pengalaman
 Laporan isyarat
 Menyatakan rasa nyeri masa lampau
 Diaforesis
nyaman setelah nyeri  Evaluasi bersama
 Perilaku distraksi misalnya
berkurang pasien dan tim
berjalan mondar-mandir mencari
kesehatan lain tentang
orang lain dan aktivitas lain,
ketidakefektifan kontrol
aktivitas yang berulang
nyeri masa lampau
 Mengekspresikan perilaku
 Bantu pasien dan
(misalnya, gelisah, merengek,
keluarga untuk mencari
menangis)
dan menemukan
 Masker wajah (misalnya, mata
dukungan
kurang bercahaya, tampak kacau,
 Kontrol lingkungan
gerakan mata berpencar, atau
yang dapat
tetap pada satu focus meringis)
mempengaruhi nyeri
 Sikap melindungi area nyeri
seperti suhu ruangan,
 Focus menyempit (misalnya,
pencahayaan dan
gangguan persepsi nyeri,
kebisingan

17
hambatan proses berfikir,  Kurangi faktor

penurunan interaksi dengan orang presipitasi nyeri

dan lingkungan)  Pilih dan lakukan

 Indikasi nyeri yang dapat diamati penanganan nyeri

 Perubahan posisi untuk (fakmakologi, non

menghindari nyeri farmakologi dan

 Sikap tubuh melindungi interpersonal)

 Dilatasi pupil  Kaji tipe dan sumber

 Melaporkan nyeri secara verbal nyeri untuk

 Gangguan tidur menentukan intervensi

 Ajarkan tentang teknik


Faktor Yang Berhubungan :
non farmakologi

 Agen cedera (misalnya, biologis,  Berikan analgetik untuk

zat kimia, fisik, psikologi) mengurangi nyeri

 Evaluasi keefektifan

kontrol nyeri

 Tingkatkan istirahat

 Kolaborasikan dengan

dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri

tidak berhasil

 Monitor penerimaan

pasien tentang

manajemen nyeri

18
Analgesic Administration

 Tentukan, lokasi

karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri

sebelum pemberian

obat

 Cek instruksi dokter

tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

 Cek riwayat alergi

 Pilih analgesic yang

diperlukan atau

kombinasi dari

analgesic ketika

pemberian lebih dari

Satu

 Tentukan pilihan

analgesik tergantung

tipe dan beratnya nyeri

 Tentukan analgesik

pilihan, rute pemberian,

dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian

secara IV, IM untuk

19
pengobatan nyeri

secara teratur

 Monitor vital sign

sebelum dan sesudah

pemberian analgesik

pertama kali

 Berikan analgesik tepat

waktu terutama saat

nyeri hebat

 Evaluasi efektivitas

analgesik, tanda dan

gejala

Resiko infeksi NOC NIC

Infection Control
 Immune status
Definisi : mengalami peningkatan (kontrol infeksi)
 Knowledge : Infection
resiko terserang organisme patogenik
control  Bersihkan lingkungan
Faktor-Faktor Resiko :
 Risk control setelah dipakai pasien
Penyakit kronis :
lain
Kriteria Hasil :
 Diabetes mellitus  Pertahankan teknik

 Obesitas  Klien bebas dari tanda isolasi

dan gejala infeksi  Batasi pengunjung bila


Pengetahuan yang tidak cukup
 Mendeskripsikan perlu
untuk untuk menghindari
proses penularan  Instruksikan pada
pemanjanan pathogen.
penyakit, faktor yang pengunjung untuk

20
Pertahanan tubuh primer yang tidak mempengaruhi serta mencuci tangan saat

adekuat : penatalaksanaannya berkunjung dan setelah

 Menunjukkan berkunjung
 Gangguan peristalsis
kemampuan untuk meninggalkan pasien
 Kerusakan integritas kulit
mencegah timbulnya  Gunakan sabun
(pemasangan kateter intravena,
infeksi antimikrobia untuk
prosedur invasif)
 Jumlah leukosit dalam mencuci tangan
 Perubahan sekresi pH
batas normal  Cuci tangan setiap
 Penurunan kerja siliaris
 Menunjukkan sebelum dan sesudah
 Pecah ketuban dini
perilaku hidup sehat tindakan keperawatan
 Pecah ketuban lama
 Gunakan baju, sarung
 Merokok
tangan sebagai alat
 Statis cairan tubuh
pelindung
 Trauma jaringan (misalnya
 Pertahankan
trauma destruksi jaringan)
lingkungan aseptik

selama pemasangan

alat
Ketidakadekuatan pertahanan
 Ganti letak IV perifer
sekunder :
dan line central dan

 Penurunan hemoglobin dressing sesuai dengan

 Imunosupresi (misalnya imunitas petunjuk umum

didapat tidak adekuat, agen  Gunakan kateter

farmaseutikal termasuk intermiten untuk

imunosupresan, steroid, antibodi menurunkan infeksi

monoclonal, imunomudulator) kandung kencing

21
 Supresi respon inflamasi  Tingkatkan intake

nutrisi
Vaksinasi tidak adekuat
 Berikan terapi
Pemajanan terhadap pathogen
antibiotic bila perlu
lingkungan meningkat :
Infection protection

 Wabah (proteksi terhadap

infeksi)
Prosedur invasif
 Monitor tanda dan
Malnutrisi
gejala infeksi sistemik

dan lokal

 Monitor hitung

granulosit, WBC

 Monitor kerentangan

terhadap infeksi

 Batasi pengujung

 Sering pengunjung

terhadap penyakit

menular

 Pertahankan teknik

asepsis pada pasien

yang beresiko

 Pertahankan teknik

isolasi k/p

 Berikan perawatan kulit

pada area epidema

22
 Inspeksi kulit dan

membran mukosa

terhadap kemerahan,

panas, drainase

 Inspeksi kondisi

luka/insisi bedah

 Dorong masukkan

nutrisi yang cukup

 Dorong masukkan

cairan

 Dorong istirahat

 Instruksikan pasien

untuk minum antibiotic

sesuai resep

 Ajarkan pasien dan

keluarga tanda dan

gejala infeksi

 Ajarkan cara

menghindari infeksi

 Laporkan kecurigaan

infeksi

 Laporkan kultur positif

Ansietas NOC NIC

Anxiety Reduction
 Anxiety self-control

23
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau  Anxiety level (penurunan kecemasan)

kekawatiran yang samar disertai  Coping


 Gunakan pendekatan
respon autonom (sumber sering kali
Kriteria Hasil yang menenangkan
tidak diketahui oleh individu);
 Nyatakan dengan jelas
perasaan takut yang disebabkan oleh  Klien mampu
harapan terhadap
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini mengidentifikasi dan
pelaku pasien
merupakan isyarat kewaspadaan yang mengungkapkan
 Jelaskan semua
memperingatkan individu akan gejala cemas
prosedur dan apa yang
adanya bahaya dan kemampuan  Mengidentifikasi,
dirasakan selama
individu untuk bertindak menghadapi mengungkapkan dan
prosedur
ancaman. menunjukkan teknik
 Pahami prespektif
untuk mengontrol
pasien terhadap situasi
Batasan Karakteristik : cemas
stress
Perilaku :  Vital sign dalam batas
 Temani pasien untuk
normal
 Penurunan produktivitas memberikan keamanan
 Postur tubuh, ekspresi
 Gerakan yang irelevan dan mengurangi takut
wajah, bahasa tubuh
 Gelisah  Dorong keluarga untuk
dan tingkat aktivitas
 Melihat sepintas menemani anak
menunjukkan
 Insomnia  Lakukan back/neck rub
kurangnya kecemasan
 Kontak mata yang buruk  Dengarkan dengan

 Mengekspresikan kekawatiran penuh perhatian

karena perubahan dalam peristiwa  Identifikasi tingkat

hidup kecemasan

 Agitasi  Bantu pasien mengenal

24
 Mengintai situasi yang

 Tampak waspada menimbulkan

kecemasan
Afektif :
 Dorong pasien untuk

 Gelisah, distress mengungkapkan

 Kesedihan yang mendalam perasaan, ketakutan,

 Ketakutan persepsi

 Perasaan tidak adekuat  Instruksikan pasien

 Berfokus pada diri sendiri mengunakan teknik

 Peningkatan kewaspadaan relaksasi

 Iritabilitas  Berikan obat untuk

 Gugup senang berlebihan mengurangi

 Rasa nyeri yang meningkatkan kecemasan.

ketidakberdayaan

 Peningkatan rasa

ketidakberdayaan yang persisten

 Bingung, menyesal

 Ragu/tidak percaya diri

 Khawatir

Fisiologis :

 Wajah tegang, tremor tangan

 Peningkatan keringat

 Peningkatan ketegangan

 Gemetar, tremor

25
 Suara bergetar

Simpatik :

 Anoreksia

 Eksitasi kardiovaskular

 Diare, mulut kering

 Wajah merah

 Jantung berdebar-debar

 Peningkatan tekanan darah

 Peningkatan denyut nadi

 Peningkatan reflek

 Peningkatan frekwensi

pernapasan, pupil melebar

 Kesulitan bernapas

 Vasokontriksi superfisial

 Lemah, kedutan pada otot

Parasimpatik :

 Nyeri abdomen

 Penurunan tekanan darah

 Penurunan denyut nadi

 Diare, mual, vertigo

 Letih, gangguan tidur

 Kesemutan pada ekstremitas

 Sering berkemih

26
 Anyang-anyangan

 Dorongan segera berkemih

Kognitif :

 Menyadari gejala fisiologi

 Bloking fikiran, konfusi

 Penurunan lapang persepsi

 Kesulitan berkonsentrasi

 Penurunan kemampuan belajar

 Penurunan kemampuan untuk

memecahkan masalah

 Ketakutan terhadap konsekwensi

yang tidak spesifik

 Lupa, gangguan perhatian

 Khawatir, melamun

 Cenderung menyalahkan orang

lain

Faktor Yang Berhubungan :

 Perubahan dalam (status

ekonomi, lingkungan, status

kesehatan, pola interaksi, fungsi

peran, status peran)

 Pemajanan toksin

 Terkait keluarga

27
 Herediter

 Infeksi/kontaminan interpersonal

 Penularan penyakit interpersonal

 Krisis maturasi, krisis situasional

 Stress, ancaman kematian

 Penyalahgunaan zat

 Ancaman pada (status ekonomi,

lingkungan, status kesehatan, pola

interaksi, fungsi peran, status

peran, konsep diri)

 Konflik tidak disadari mengenai

tujuan penting hidup

 Konflik tidak disadari mengenai

nilai yang essensial/penting

 Kebutuhan yang tidak dipenuhi

Resiko syok (hipofolemik) NIC NIC

Syok Prevention
 Syok prevention
Definisi : beresiko terhadap
 Syok management  Monitor status sirkulasi
ketidakcukupan aliran darah
BP, warna kulit, suhu
kejaringan tubuh, yang dapat Kriteria Hasil :
kulit, denyut jantung,
mengakibatkan disfungsi seluler yang
 Nadi dalam batas HR, dan ritme, nadi
mengancam jiwa.
yang diharapkan perifer, dan kapiler

 Irama jantung dalam refill


Faktor Resiko :
batas yang diharapkan  Monitor tanda

28
 Frekuensi nafas dalam inadekuat oksigenasi
 Hipotensi
batas yang diharapkan jaringan
 Hipovolemia
 Irama pernapasan  Monitor suhu dan
 Hipoksemia
dalam batas yang pernapasan
 Hipoksia
diharapkan  Monitor input dan
 Infeksi
 Natrium serum dalam output
 Sepsis
batas normal  Pantau nilai labor :
 Sindrom respons inflamasi
 Kalium serum dalam
sistemik HB, HT, AGD dan
batas normal
elektrolit
 Klorida serum dalam

batas normal  Monitor hemodinamika

 Kalsium serum dalam invasi yang sesuai

batas normal  Monitor tanda dan

 Magnesium dalam gejala asites

batas normal  Monitor tanda awal

 PH darah serum syok

dalam batas normal  Tempatkan pasien pada

posisi supine, kaki

elevasi untuk

peningkatan preload

dengan tepat

 Lihat dan pelihara

kepatenan jalan nafas

 Berikan cairan IV atau

oral yang tepat

29
 Berikan vasodilator

yang tepat

 Ajarkan keluarga dan

pasien tentang tanda

dan gejala datangnya

syok

 Ajarkan keluarga dan

pasien tentang langkah

untuk mengatasi gejala

syok

Syok Management

 Monitor fungsi

neurologis

 Monitor fungsi renal

(e.g BUN dan Cr

Level)

 Monitor tekanan nadi

 Monitor status cairan,

input output

 Catat gas darah arteri

dan oksigen jaringan

 Monitor, sesuai

 Memanfaatkan

pemantauan jalur arteri

30
untuk meningkatkan

akurasi pembacaan

tekanan darah, sesuai

 Menggambar gas darah

arteri dan memonitor

jaringan oksigenasi

 Memantau tren dalam

parameter

hemodinamik

(misalnya CVP, MAP,

tekanan kapiler

pulmonal/arteri)

 Pantau faktor penentu

pengiriman jaringan

oksigen (misalnya,

PaO2 kadar

hemoglobin SaO2,

CO), jika tersedia

 Pantau tingkat karbon

dioksida sublingual dan

tonometry lambung,

sesuai

 Monitor gejala gagal

pernafasan (misalnya,

rendah PaO2

31
peningkatan PaCO2

tingkat, kelelahan otot

pernafasan)

 Monitor nilai

laboratorium (misalnya,

CBC dan diferensial)

koagulasi profil, ABC,

tingkat laktat, budaya

dan profil kimia)

 Masukkan dan

memelihara besarnya

kobosanan akses IV

Konstipasi NOC NIC

Constipation/Impaction
 Bowel elimination
Definisi : penurunan pada frekwensi Management
 Hydration
normal defekasi yang disertai oleh
 Monitor tanda dan
kesulitan atau pengeluaran tidak Kriteria Hasil :
gejala konstipasi
lengkap feses/pengeluaran feses yang
 Mempertahankan  Monitor bising usus
kering, keras, dan banyak
bentuk feses lunak  Monitor feses :

setiap 1-3 hari frekuensi, konsistensi,


Batasan Karakteristik :
 Bebas dari dan volume

 Nyeri abdomen ketidaknyamanan dan  Konsultasi dengan

 Nyeri tekan abdomen dengan konstipasi dokter tentang

teraba resistensi otot  Mengidentifikasi penurunan dan

32
 Nyeri tekan abdomen tanpa teraba indikator untuk peningkatan bising usus

resistensi otot mencegah konstipasi  Monitor tanda dan

 Anoraksia  Feses lunak dan gejala ruptur

 Penampilan tidak khas pada berbentuk usus/peritonitis

lansia (misalnya perubahan pada  Jelaskan etiologi dan

status mental, inkontinensia rasionalisasi tindakan

urunarius, jatuh yang tidak terhadap pasien

penyebabnya, peningkatan suhu  Identifikasi faktor

tubuh) penyebab dan

 Borbogirimi kontribusi konstipasi

 Darah merah pada feses  Dukung intake cairan

 Perubahan pada pola defekasi  Kolaborasikan

 Penurunan frekwensi penurunan pemberian laksatif

volume feses  Pantau tanda-tanda dan

 Distensi abdomen gejala impaksi

 Rasa rektal penuh  Pantau gerakan usus,

 Rasa tekan rektal termasuk konsistensi

 Keletihan umum frekuensi, bentuk,

 Feses keras dan berbentuk volume dan warna

 Sakit kepala  Memantau bising usus

 Bising usus hiperaktif  Konsultasikan dengan

 Bising usus hipoaktif dokter tentang

 Peningkatan tekanan abdomen penurunan/kenaikan

 Tidak dapat makan, mual frekuensi bising usus.

 Rembesan feses cair  Pantau tanda dan gejala

33
 Nyeri pada saat defekasi pecahnya usus/ adanya

 Massa abdomen yang dapat peritonitis

diraba  Jelaskan etiologi

 Adanya feses lunak, seperti pasta masalah dan pemikiran

didalam rektum untuk tindakan untuk

 Perkusi abdomen pekak pasien

 Sering flatus  Menyusun jadwal

 Mengejan pada saat defekasi ketoilet

 Tidak dapat mengeluarkan feses  Dorong meningkatkan

 Muntah asupan cairan, kecuali

dikontraindikasikan
Faktor Yang Berhubungan :
 Evaluasi profil obat
Fungsional :
untuk efek samping

 Kelemahan otot abdomen gastrointestinal

 Kebiasaan mengabaikan  Anjurkan

dorongan defeksi pasien/keluarga untuk

 Ketidakadekuatan toileting mencatat warna,

(misalnya batasan waktu, posisi volume, frekuensi, dan

untuk defekasi, privasi) konsistensi tinja

 Kurang aktivitas fisik  Ajarkan

 Kebiasaan defekasi tidak teratur pasien/keluarga

 Perubahan lingkungan saat ini bagaimana untuk

menjaga buku harian

makanan

Psikologis :  Anjurkan

34
pasien/keluarga untuk
 Depresi, stress emosi
diet tinggi serat
 Konfusi mental
 Anjurkan

Farmakologis : pasien/keluarga pada

penggunaan yang tepat


 Antasida mengandung aluminium
dari obat pencahar
 Antikolinergik, antikonvulsan
 Anjurkan
 Antidepresan
pasien/keluarga pada
 Agens antilipemik
hubungan asupan diet,
 Garam bismuth
olahraga, dan cairan
 Kalsium karbonat
sembelit/impaksi
 Penyekat saluran kalsium
 Menyarankan pasien
 Diuretic, garam besi
untuk berkonsultasi
 Penyalah gunaan laksatif
dengan dokter jika
 Agens anti inflamasi non steroid
sembelit atau impaksi
 Opiate, fenotiazid, sedative
terus ada
 Simpatomimemik
 Menginformasikan

Mekanis : pasien prosedur

penghapusan manual
 Ketidakseimbangan elektrolit
dari tinja, jika perlu
 Kemoroid
 Lepaskan impaksi tinja
 Penyakit hirschsprung
secara manual, jika
 Gangguan neurologist
perlu
 Obesitas
 Timbang pasien secara
 Obstruksi pasca-bedah
teratur

35
 Kehamilan  Ajarkan pasien atau

 Pembesaran prostat keluarga tentang proses

 Abses rektal pencernaan yang

 Fisura anak rektal normal.

 Striktur anak rektal

 Prolaps rektal, ulkus rektal

 Rektokel, tumor

Fisiologis :

 Perubahan pola makan

 Perubahan makanan

 Penurunan motilitas traktus

gastrointestinal

 Dehidrasi

 Ketidakadekuatan gigi geligi

 Ketidakadekuatan hygiene oral

 Asupan serat tidak cukup

 Asupan cairan tidak cukup

 Kebiasaan makan buruk

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aborsi/Abortus (Keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16

minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus

hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak

waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2012.

B. Saran

Dalam makalah ini,diharapkan pembaca tidak puas sehingga pembaca masih

terus menggali atau mencari referensi dari sumber-sumber lain. Jika dalam penulisan

makalah ini terdapat banyak kekurangan,harap dimaklumi karena penyusun masih

dalam tahap belajar

37

Anda mungkin juga menyukai