KONSEP PERANCANGAN
preservasi, dan pengolahan produk jamur. Ada berbagai cara yang dilakukan dari
mempunyai inti yang sama , antara lain : Ecological design, is bioclimatic design,
design with the climate of the locality, and low energy design (Yeang 2006).
agrowisata dan budidaya tanaman jamur ini nantinya adalah design with the
yang ramah lingkungan dan selaras dengan alam (harmoni), melalui langkah 3R
yaitu Respect Site, Respect Village’s Life, dan Respect Nature Resources.
manusia dengan alam. Pada dasarnya alam terdiri dari berbagai jenis populasi
ekosistem satu dengan lainnya berupa hubungan timbal balik atau siklus tertutup
(holistic).
222
Gambar 5.1. Siklus alam (lingkungan, manusia, & arsitektur)
Sumber : Henz Frick 2007
dalam menata lingkungan, dalam pola dan gaya hidup untuk mendukung
223
Harmoni dengan alam merupakan suatu bentuk simbiosis antara manusia,
alam dan lingkungan binaan. Bentuk simbiosis tersebut berupa bentuk interaksi
timbal balik antara manusia, alam dan lingkungan buatan yang saling mengambil
dan memberi manfaat satu sama lain. Jadi ada satu siklus tertutup (holistic) yang
yang baru.
akan sama dengan sistem siklus alam. Dengan pendekatan arsitektur ekologis,
diharapkan dapat tercipta suatu desain buatan manusia yang selaras dengan alam
224
Gambar 5.3. Tiga Variabel Tingkatan untuk mencapai arsitektur
ekologis
Sumber : Henz Frick 2007
lingkungan buatan. Untuk mencapai itu, dicapai melalui 3 aspek yaitu respect site,
225
5.2.1 Respect Site pada bangunan
karakter fisik setempat, meliputi keadaan tapak dan iklim setempat seperti
berkontur, mengantisipasi perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam,
pengadaan air bersih, serta memanfaatkan angin untuk penghawaan alami untuk
226
1 Wisata (palyground)
2 Market
3 Spa
4 Lobby
5 Edukasi
1 6 Konservasi
2 7 Preservasi
4 3
8
9 Hutan Lindung Buatan
8
5 10 Cottage
7 9 11 Pengelola
10
11
yang paling mendekati yaitu memiliki suhu udara rata-rata maksimum 25oC dan
minimum 17oC serta kelembaban relatif rata-rata maksimum 60% dan minimum
50%.
227
Tabel 5.1. Data Suhu Kota Batu
Sumber:
penyelesaian dalam perancangan adalah arah hadap massa yang sebagian besar
masuk. Namun, untuk mengatasi glare (silau) digunakan shading berupa kisi-kisi
kayu yang terbuat dari material bambu. Penggunaan shading hanya sebagai filter
atau penyaring, jadi radiasi masih bisa masuk ke bangunan tanpa adanya glare
cahaya matahari dari samping ke dalam bangunan. Hal ini sebagai pencahayaan
228
Gambar 5.6. Perancangan bangunan respon terhadap iklim
Sumber : konsep 2012
229
5.2.2 Respect Villager’s Life pada Bangunan
Perancangan tapak
berdasarkan pada rutinitas warga
sehari-hari bekerja diperkebunan
serta memiliki kebiasaan
berkumpul pada sore hari yaitu
dengan penataan ruang luar yang
melingkupi dan mengesankan
kebersamaan seperti kebiasaan
warga Sumber Brantas-Bumiaji.
Sedangkan perancangan bangunan
berdasarkan material hunian yang
biasa dipakai pada hunian
penduduk sekitar tapak.
230
Gambar 5.7. Perancangan bangunan respon terhadap budaya setempat
Sumber : konsep 2012
material dinding bata, dan anyaman bambu, serta material genteng menggunakan
yang biasa digunakan pada hunian penduduk adalah batu bata dengan finishing cat
dan juga bambu berupa gedhek pada dinding bangunan. Penggunaan material atap
mayoritas berupa genteng tanah liat dan lainnya berupa penutup atap seng
konstruksi kayu.
lama akan membuat seng berkarat dan efek terhadap kenyaman ruangan menjadi
kayu yang cukup banyak di kawasan Sumber brantas seperti kayu sengon dan
231
mahoni. Material dinding pengisi menggunakan batu bata dengan pertimbangan
transmisi panas beton yang cukup besar dan juga pertimbangan bila menggunakan
kayu akan menghabiskan membabat hutan cukup besar karena luasan bangunan
juga besar.
tidak sebanyak material kayu. Penggunaan dinding bambu berupa gedhek tetap
232
penyimpanan bibit jamur dan pertumbuhannya yang membutuhkan area gelap dan
membutuhkan kesejukan.
sumber daya alam yang terbuang, meliputi energi, udara, air, dan tanah.
Bagaimana perancangan
bangunan menghemat energi yang
tidak dapat diperbaharui dengan
desain pasif yang memanfaatkan
pencahayaan dan penghawaan
alami sebagai sumber energi serta
pemilihan material yang ekologis.
Serta mengurangi pencemaran
udara dengan mengurangi
kendaraan bermotor di dalam
tapak dan memperbanyak area
berjalan kaki. Selain itu
pengelolaan air bekas pakai, air
hujan, serta mengurangi
penebangan pohon existing.
233
Dalam mencapai peminimalan sumber daya alam yang terbuang pada
perancangan dilakukan dua pendekatan yaitu melalui desain secara pasif dan
ruang luar yaitu alam, perancangan bangunan dengan aktivitas siang hari dibuat
terbuka. Bangunan dibuat terbuka untuk cross ventilasi dan penenrangan alami.
234
Bangunan yang dibuat terbuka
dapat dimanfaatkan sebagai
pencahayaan alami yang masuk ke
dalam bangunan secara maksimal,
selain itu dapat juga menggunakan
sidelighting dari bawah atap. Ha ini
dapat mengurangi penggunaan
energi pencahayaan buatan.
235
5.2.3.2 Penggunaan Material Ekologis
impact). Selain itu juga dapat menghemat penggunaan energi pada bangunan
(energy saving), serta kemungkinan potensi material yang dapat direuse ataupun
direcycle.
236
d. Product Life-span
Berapa lama sebuah material bangunan dapat terpakai. Makin lama material
tersebut dapat digunakan makin ekologis.
e. Re-use potensial
Material yang dapat digunakan kembali untuk kebutuhan yang berbeda pada
bangunan.
f. Re-cyecle potensial
Material yang dapat diolah kembali untuk kemudahan dipakai kembali pada
kebutuhan lainnya.
bangunan di Sumber Brantas yang juga sejajar dengan jalan. Penataan massa yang
sejajar dengan jalan juga untuk memaksimalkan view yang sudah ada yaitu kebun
atau ladang sayuran moushroom dengan latar pengunungan dan hutan Tahura.
iklim sekitar.
237
Orientasi mengarah pada kolektor
jalan utama kota (Barat Laut).
Edukasi
Konservasi
&
preservasi
RTH
Cottage Pengelola
Wisata
238
Tapak memiliki orientasi ke barat laut dan cenderung memanjang dari
timur laut ke barat daya. Tapak yang cenderung memanjang untuk mendapatkan
belakang tapak yaitu pada sisi barat daya. Massa ini diarahkan menghadap barat
daya agar bangunan mendapatkan angin siang untuk cross ventilasi, mengingat
bahwa daerah ini membutuhkan tingkat kelembaban yang tinggi, namun tidak
tegak lurus sehingga angin yang masuk tidak terlalu besar. Selain itu juga di
orientasikan ke arah Pabrik pengolahan, agar akses menuju pasca panen lebih
efisien & efektif. Untuk menghubungkan 2 daerah ini terdapat area terbuka
yang lainnya sebagian besar menghadap ke timur laut dan barat daya untuk
Desain massa bangunan sebagian besar dibuat satu lantai, hal ini
latosol dan andosol yang baik bila digunakan untuk lahan pertanian atau
239
Pendaerahan zoning pada tapak berdasarkan pola pergeragakan matahari
pancapaian, pasokan air dan listrik, serta sirkulasi pengunjung dan pengelola. Hal
ini dilakukan untuk memaksimalkan integrasi dengan alam dan iklim setempat.
pada tapak menjadi 5 zona yaitu zona umum, penunjang, servis, percontohan, dan
penginapan.
ZONA UMUM
ZONA PENGINAPAN
ZONA PENUNJANG
ZONA SERVIS
ZONA PERCONTOHAN
240
Gambar 5.13. tata masa bangunan berdasarkan penzoningan
Sumber : konsep 2012
penghangat. Bukaan pada cottage dibuat jendela yang bisa ditutup untuk malam
hari, namun bisa dibuka saat pagi atau siang hari sehingga sirkulasi cross ventilasi
lahan berkontur, mengingat bahwa kontur yang ada pada tapak termasuk curam
15-40%. Untuk mengatasi longsor pada lahan berkontur yang curam, area kontur
241
ditanami sayur mayur yang nantinya juga bisa dijual di kios wisata. Lokasi
privasi pengunjung, dengan begitu view yang didapat juga maksimal yaitu
242
5.3.1 Konsep Matahari
25oC perancangan pada tapak membutuhkan kondisi yang lebih hangat yaitu 24-
yang dibutuhkan jamur agar tumbuh dengan baik. Oleh karena itu dalam
dan area hunian yang membutuhkan radiasi matahari untuk menaikkan suhu
243
Gambar 5.15. Perancangan bangunan terhadap gerak matahari
Sumber : konsep 2012
244
Gambar 5.16. Sistem pencahayaan pada bangunan perancangan
Sumber : konsep 2012
yang masuk ke dalam bangunan, sehingga ruangan akan terang tanpa harus
245
5.3.2 Konsep Angin
Pola pergerakan angin di tapak dipengaruhi angin gunung pada siang hari
dan angin lembah pada malam hari. Arah datangnya angin lembah dari timur laut
tapak, sedangkan arah datangnya angin gunung gunung dari barat daya tapak.
Lokasi tapak yang berada 1500 m diatas permukaan laut yang termasuk
antara siang dan malam hari. Oleh karena itu dalam tanggapan perancangannya,
peletakkan fungsi bangunan yang tidak membutuhkan angin malam terlalu besar
diletakkan di area yang mendapat angin gunung (barat daya) agar cross ventilasi
lebih baik. Sedangkan massa yang bagian memanjang lainnya lebih besar
menghadap ke timur laut dan barat daya untuk mengurangi angin yang masuk ke
bangunan konservasi (budidaya jamur) dan angin malam yang masuk ke tapak.
246
Gambar 5.17. Tata masa & bentuk bangunan terhadap gerak matahari
Sumber : konsep 2012
247
Angin malam dari arah timur laut dihalangi dengan vegetasi existing
pohon sono yang cukup rindang, juga dibatasi dengan massa toko / market
souvenir yang tidak digunakan pada malam hari untuk megurangi besarnya angin
pada lokasi disebabkan oleh kendaraan bermotor yang menuju dan dari wisata
besar karena lokasi berada di kawasan perkebunan dan berjarak ± 1.5 km dari
pusat kota Batu sehingga kebisingan yang ada tidak terlalu menggangu aktivitas
dalam tapak.
zona yang paling dekat dengan jalan utama lebih baik digunakan aktivitas yang
tidak membutuhkan ketenangan, antara lain zona servis dan umum. Zona dengan
tingkat kebisingan rendah, yaitu zona yang jauh dari jalan utama lebih baik
248
Gambar 5.18. Tata Massa berdasarkan sifat dan tingkat kebisingan
Sumber : konsep 2012
249
5.3.4 Konsep View
yang sangat indah. Pemandangan alam terbaik berada di sebelah timur tapak yaitu
kebun Moushroom dan pemandian air anas Cangar dengan hutan Tahuranya.
Sedangkan pemandangan alam yang cukup baik berada di sebelah barat laut
tapak yaitu gunung Arjuno. Untuk memanfaatkan potensi view yang ada, area
yang membutuhkan view seperti zona penginapan dan zona percontohan &
yang sangat indah. Pemandangan alam terbaik berada di sebelah timur tapak yaitu
kebun Moushroom dan pemandian air anas Cangar dengan hutan Tahuranya.
Sedangkan pemandangan alam yang cukup baik berada di sebelah barat laut
tapak yaitu gunung Arjuno. Untuk memanfaatkan potensi view yang ada, area
yang membutuhkan view seperti zona penginapan dan zona percontohan &
250
Gambar 5.19. Tata Massa memanfaatkan view
Sumber: konsep 2012
Pencapaian wisatawan ke tapak dari arah Pusat Kota Batu sejalan dari
arah kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu untuk pencapaian yang lebih cepat,
maka zona umum diletakkan di dekat pencapaian dari arah pusat Kota Batu dan
Kabupaten Mojokerto yaitu arah barat laut. Pengaruh aliran air dan listrik
251
mempengaruhi peletakan zona servis, dimana zona servis diletakkan di aea yang
Tapak berada ± 1.5 km dari pusat Kota Batu ke arah Selatan atau sekitar
2-2,5 jam menggunakan mobil dan kendaraan roda dua. Penentuan pintu masuk
dan keluar pada tapak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan jalur
pencapaian dari pusat Kota Batu. Pencapian diletakkan lebih dekat dengan jalan
utama dari arah Kabupaten Mojokerto karena arah pusat Kota Batu posisi tapak
berada di bawah badan jalan, sehingga akes pintu masuk dari arah pusat kota Batu
kurang efisien.
Pencapaian wisatawan ke tapak dari arah Pusat Kota Batu sejalan dari
arah kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu untuk pencapaian yang lebih cepat,
maka zona umum diletakkan di dekat pencapaian dari arah pusat Kota Batu dan
Kabupaten Mojokerto yaitu arah barat laut. Pengaruh aliran air dan listrik
mempengaruhi peletakan zona servis, dimana zona servis diletakkan di aea yang
dalam tapak. Berdasarkan aktivitas dan fasilitas yang ingin dihadirkan, maka
membentuk sirkulasi dari zona umum ke zona penunjang atau ke zona penginapan
dan kemudian ke zona percontohan. Pada zona servis terdapat akses sendiri
karena hanya pengelola yang bisa mengakses dan loading dock barang.
252
Gambar 5.20. Tata Massa akses & pencapaian
Sumber : konsep 2012
253
5.3.6 Konsep Sirkulasi
dalam tapak. Berdasarkan aktivitas dan fasilitas yang ingin dihadirkan, maka
membentuk sirkulasi dari zona umum ke zona penunjang atau ke zona penginapan
dan kemudian ke zona percontohan. Pada zona servis terdapat akses sendiri
karena hanya pengelola yang bisa mengakses dan loading dock barang.
dan pengelola, fasilitas yang ingin dihadirkan, serta jenis pengunjung yaitu
dengan paket wisata, dan pengunjung tidak menginap tanpa paket wisata.
254
Dari perbedaan jenis pengunjung, maka aktivitas pengunjung akan berbeda
pula dan hal ini akan mempengaruhi peletakkan fasilitas yang ada di dalam tapak
Berikut ini adalah alur sirkulasi pengunjung dan pengelola pada tapak
yang didasarkan pada jenis pengunjung yang datang dan zona di dalam tapak yang
zona penunjang
255
Gambar 5.23. pola sirkulasi pengunjung 2
Sumber : konsep 2012
256
3. Sirkulasi pengunjung menginap dengan tidak paket wisata = zona
257
4. Sirkulasi pengelola (servis) = Zona umum – zona servis – menyebar ke
pekerjaan.
258
5.3.7 Konsep Vegetasi
Rumput Palem
Tulip
Lidah metua
259
5.3.8 Konsep Bentuk
260
Bentuk bangunan di rancang sesuai tanggapan terhadp perlakuan iklim
lokalitas di daerah Sumber Brantas, Bumiaji Kota Batu serta perpaduan antara
dan dikarenakan ingin menghadirkan kesan alam (feels nature) serta suasana
kealamian daerah Sumber brantas beserta potensi yang dimliki baik dari
komoditas agro, kehidupan masyarakat, keadaan iklim maupun sumber daya alam
yang dimiliki.
dibuat terbuka untuk cross ventilasi dan pencahayaan alami. Selain itu, juga
memanfaatkan udara sejuk pegunungan yang ada di Sumber brantas ini sebagai
adanya ruang luar melingkar dan fungsi masing-masing ruang luar, diharapkan
suasana dan kesan kebersamaan dapat dirasakan pengunjung. Ruang luar berupa
kebun tidak dibuat melingkar untuk memaksimalkan lahan tanam dan juga karena
261
pengaruh matahari ke tanaman. Adanya ruang-ruang luar juga menambah susana
alam dan asri karena banyak tanaman yang ditanam seperti kebun sayur-sayuran,
berkumpul pada sore hari sehingga membutuhkan area luar untuk tempat
berkumpul warga. Selain itu, pada hunian memiliki kekhasan yaitu memiliki
kebun kecil dibagian depan rumah. Oleh karena itu, muncul konsep ruang luar
berbentuk lingkaran karena ingin menghadirkan konsep ruang luar dalam hunian
dapat dirasakan oleh pengunjung yang datang. Ruang luar berupa kebun tidak
yang luas.
Pada ruang luar penerima terdapat kolam air mancur yang berguna sebagai
elemen pemersatu untuk menarik pengunjung lebih masuk lagi ke dalam tapak.
Selain itu, pengunjung juga bisa duduk bersantai di gazebo dan di pinggir kolam.
Pohon rindang dan semak menjadi elemen pelingkap ruang luar serta sebagai
262
Ruang luar pada area penerima ini dibuat terbuka untuk memberi kesan lapang
memperkuat kesan kebersamaan. Area ini menjadi awal dan akhir paket wisata
263
Area jamur berbentuk persegi panjang untuk memaksimalkan lahan.
jamur.
radiasi dan angin yang besar. Pada area tengah kebun sayur diberi space berbentuk
panen.
264
Area luar depan cottage juga berupa kebun sayur. Pengadaan kebun sayur
ini selain untuk menguatkan susana perkebunan, juga sebagai penahan kontur
curam agar tidak longsor. Selain itu, konsep ruang luar dengan kebun digunakan
kesan berkumpul. Pada playground sendiri dekat dengan perkebunan dan memilki
akses secara visual ke sana, sehingga susana perkebunan tetap dapat dirasakan.
Adanya atap dan area duduk menjadi barier antara kebun dan playground.
265
Open space yang berada di area cottage merupakan area penerima
pengunjung cottages. Jarak antara cottage satu dengan yang lain tidak terlalu besar
untuk menghindari kesan hunian penduduk yang memiliki ruang luar. Adanya
kolam air sebagai elemen pemersatu dan area duduk disekitar kolam serta
penggunaan atap pada area penerima sebagai tanda area berkumpul disana.
Zona umum adalah zona awal dimana pengunjung baru datang. Zona ini
merupakan area penerima diharapkan dapat menarik pengunjung. Oleh karena itu,
karakter yang ingin dihadirkan adalah area yang menerima dan didukung oleh
suasana yang terbuka. Dengan tema besar harmoni yang menghadirkan kesan
alam, maka penggunaan material alam seperti kayu, gedhek bambu, beton dan
batu alam yang diekspos sangat dominan ditambah warna asli material juga
terlihat dapat menunjukkan kesan alam yang sangat kuat. Hal ini dapat
juga mendukung kesan welcome yang ingin didapat pengunjung yang masuk
dapat melihat area ruang luar secara lapang karena dibuat terbuka dengan kolam
266
Gambar 5.31. zona umum
Sumber : konsep 2012
kesan kealamian material yang diekspos. Dengan keadaan tapak yang sangat
terasa suasana alam, ditambah dengan kesan alam yang dihadirkan dari material,
memberi kesan welcome menggunakan warna shoft dari material keramik pada
lobby dan gedhek bambu pada plafon. Pada area lobby tidak menggunakan
dinding pengisi tetapi hanya menggunakan railing kayu memberi kesan terbuka
dan ruang yang terbuka pada area lobby juga didukung dengan adanya shading
berupa kisi-kisi kayu vertikal dan sosoran sebagai antisipasi glare serta tampias
hujan. Furniture yang dipakai pada lobby adalah kursi kayu atau bambu untuk
267
menambah kesan alam dan menggunakan material lokal kayu sengon sehingga
material kayu sengon sendiri memiliki tujuan untuk mengoptimalkan potensi hasil
perkebunan.
terbuka dari luar ke dalam bangunan serta pemanfaatan unsur alam yang lebih
menguatkan suasana alam pada area penerima. Ruang luar area penerima dibuat
terbuka tanpa penutup atap agar memberi kesan terbuka sehingga pandangan
menjadi luas. Dengan pandangan yang luas dan terbuka, pengunjung dapat
melihat secara leluasa ke zona sekitar di dalam tapak. Dengan begitu, kesan
antisipasi terhadap hujan, area sekitar ruang luar seperti bangunan restoran
maupun toko / mini dan supermarket menggunakan sosoran yang bisa digunakan
untuk berteduh.
Adanya kolam dengan air mancur di tengah area sebagai penerima untuk
menarik pengunjung masuk lebih dalam lagi ke area tapak. Pepohonan tinggi di
selain itu juga untuk lebih menguatkan kesan alam dengan banyaknya pepohonan.
di area Sumber brantas serta menambah kesan alam. Perbedaan warna batu alam
268
untuk memisahkan area sirkulasi dan area kolam penerima dengan air mancur
ruang luar yang berbentuk lingkaran. Secara fungsi, area ini mengumpulkan
pengunjung, karena merupakan area awal mulai perjalanan wisata dan akhir dari
area penunjang.
269
Oleh karena itu, kesan kebersamaan ingin dihadirkan untuk
dilakukan dengan penggunaan material alam, warna asli material, dan warna
melingkupi serta open view ke kebun juga dapat menambah suasana kebersamaan
Material dominan yang digunakan adalah kayu, bambu, dan batu alam
pada area jalan kaki. Penggunaan material tersebut tentunya untuk memperkuat
kesan alam, apalagi jika material diekspose dengan warna aslinya, sehingga
pengunjung dapat melihat dengan jelas susunan material hingga menjadi atap
didapat dari material batu alam dan atap bambu yang digunakan. Bentuk lingkaran
yang digunakan untuk ruang luar berdasarkan pada kebiasaan berkumpul warga.
dengan pengunjung yang lain maupun kerabat yang datang bersama. Penggunaan
atap untuk melindungi pengunjung dari radiasi langsung dan hujan struktur atap
juga dibuat ekspose. Selain itu, ketinggian atap yang hanya 3 m membuat
270
pandangan ke area kebun lebih fokus sehingga pengunjung akan merasa lebih
memperkuat suasana alam perkebunan dengan area terbuka supaya lebih dekat
dengan alam.
menginap. Pada zona ini di harapkan pengunjung dapat merasakan hunian warga
yang diaplikasikan dalam cottages yang berhadapan dengan ruang luar. Selain itu,
pada zona ini juga ingin menghadirkan kesan dekat dengan alam termasuk
perkebunan. Kesan hunian yang ingin dihadirkan juga didukung dengan suasana
kebersamaan yang bisa dirasakan pengunjung dari ruang luar dan interior
dan berinteraksi dengan tetangga. Oleh karena itu dengan kesan kebersamaan,
dengan warna yang cerah seperti kuning material bambu yang mengesankan
antara bangunan yang kecil tidak mengesankan menekan, hal ini akan berbeda
dengan air mancur untuk menambah kesan rileks dari gemricik air. Penggunaan
271
atap pada area kolam ini memberi kesan melingkupi sehingga kebersamaan akan
lebih terasa. Selain itu, material bambu yang digunakan ini juga berfungsi sebagai
secondart scene untuk shading serta memberikan privasi kepada pengunjung yang
menginap karena jarak antar cottages yang cukup dekat. Penggunaan material bata
ekspose menambah kesan alami pada bangunan, selain itu juga berfungsi sebagai
supaya terasa lebih dekat dan merasa hidup diarea perkebunan. Hal ini juga sesuai
dengan konsep ruang luar di rumah penduduk sekitar yang di depan rumah
terdapat kebun kecil. Pada cottages bisa melihat kebun dengan pemandangan luas
furniture kayu untuk menunjukkan material lokal yang ada dan tentunya
272
Gambar 5.33. zona & bentuk bangunan cottage
Sumber : konsep 2012
273
Plafon menggunakan gedhek bambu untuk memberi kesan hunian
penduduk yang juga menggunakan gedhek bambu pada bangunan. Selain itu,
dengan warna asli material bambu yaitu kuning juga memberikan kesan alam dan
thermal dinding yang lebih besar transmisinya bila hanya bata ekspose dan
kesan hangat pada ruangan karena pada malam hari suhu dingin di Sumber
brantas. Penggunaan material kayu pada lantai dengan warna coklat akan
Area playground dibuat terbuka ke kebun agar terasa lebih dekat dengan
kebun tetapi dibatasi dengan area duduk, sehingga hanya ada koneksi secara
visual ke kebun. Dengan adanya area playground yang dibuat terbuka, suasana
proyek ini.
Perancangan zona ini tidak lepas dari persyaratan penanaman jamur dan
sayuran. Pada zona ini pengunjung diharapkan dapat merasakan kesan dekat
dengan perkebunan. Oleh karena itu untuk mendapatkan kesan tersebut perlu
didukung dengan suasana yang terbuka, alami, dan asri. Pencapian kesan dan
suasana tersebut juga didukung oleh material alam yaitu bambu, kayu, beton, serta
kebun dan konservasi jamur. Oleh karena itu, untuk mencapai kesan yang
274
diinginkan dibutuhkan perancangan yang disesuaikan dengan persyaratan tanam
jamur dan sayuran lainnya agar tanaman bisa tumbuh dengan baik dan fungsi
fasilitas agrowisata ini dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan untuk
Bagaimana pembibitan dibuat terbuka agar dapat melihat view kebun dan
memandang kebun lebih leluasa dari bangunan melalui perbedaan 1.5 dari batas
pohon penaung 2,5 m dan bangunan yang dinaikkan 1m. Selain itu, pada kebun
dekat. Jadi lebih baik bila bangunan dinaikkan agar kebun lebih terlihat dengan
275
Bangunan percontohan preservasi yang terbuka membutuhkan antisipasi
tanaman yang ada di dalamnya masih membutuhkan radiasi meskipun tidak besar.
Dengan bangunan yang terbuka dan kedekatannya dengan kebun akan membuat
pengunjung bisa merasakan lebih dekat dengan perkebunan karena mereka dapat
276
Pencahayaan alami pada konservasi dibutuhkan selain untuk menambah
suasana alam, juga pemenuhan kebutuhan akan cahaya matahari pada tanaman
agar dapat berfotosintesa dengan baik meskipun tudak membutuhkan secara terus
menerus dan sepanjang hari. Bagian tengah bangunan dibiarkan kosong untuk
sirkulasi pengunjung. Selain itu, bibit diletakkan di bagian pinggir agar masih bisa
Kesan alam didapat dari pemilihan material kayu, bambu, dan beton yang
diekspos. Warna asli bahan juga menambah kesan alam pada ruagan. Ruang
dalam tidak dibuat tinggi agar terkesan lebih dekat dengan kebun karena area
adanya atap ekspos maka interior bangunan akan terkesan tinggi. Hal ini diatasi
dengan penggunaan kuda-kuda penuh, sehingga suasana yang dekat dengan kebun
bedengan) bibit jamur dari radiasi matahari secara langsung dan sepanjang hari.
Namun, ketika posisi matahari rendah (orientasi barat daya dan timur laut) maka
tanaman akan mendapat radiasi matahari. Jadi dengan penggunaan bangunan yang
terbuka dengan atap, tanaman masih bisa mendapat radiasi matahari tetapi tidak
terus menerus.
langit-langit tinggi. Pemasangan atap dengan plafon gedhek bambu akan terlihat
lebih tinggi, kotor, dan memang bisa lebih mudah mengotori bangunan. Ruang
penyimpanan dan pembibitan jamur memiliki karakter gelap tetapi sejuk. Hal ini
277
miselium jamur yang sempurna. Syarat ruang penyimpanan yang gelap dan sejuk
membutuhkan ruangan yang tertutup, namun masih bisa dimasuki oleh udara.
Oleh karena itu menggunakan gedhek bambu dengan anyaman bilik yang
278
Jadi keseluruhan ruangan plafon gedhek, dinding gedhek, lantai bilah
bamu) agar udara tetap masuk, tetapi cahaya matahari diminimalkan. Ruangan
yang gelap tidak ditambah material dengan warna gelap untuk menghindari kesan
sempit dan pengap. Penggunaan bambu selain untuk memenuhi persyaratan ruang
juga agar lebih mudah dibersihkan dan tetap dapat dirasakan unsur alamnya.
karena tidak boleh langsung menempel pada lantai. Bedengan dibuat 5 susun
Rak bedengan terbuat dari bambu dengan alas bilah bambu, agar kotoran
(jamur yang busuk) lebih mudah dibersihkan. Rak bedengan dibuat lebih besar
279
5.3.9.5 Kebun sayuran
perancangan berupa jalan setapak sejajar kebun disekeliling kebun untuk lebih
matahari dapat menyinari secara maksimal ke kebun. Pedestrian dibuat datar agara
Kebun sayuran diapit 2 bangunan yaitu cottages dan pembibitan, hal ini
1:3 pada ketinggian bangunan dan kebun membuat kebun menjadi lebih terbuka
dan lebih luas, sehingga pengunjung dapat melihat beberapa bangunan sekaligus
memberi kesan asri. Apalagi ditambah dengan penggunaan material alam dan
Penggunaan material alam seperti kayu, bambu, dan beton pada bangunan
sekitar kebun serta batu alam pada pedestrian akan menambah kesan alam. Selain
warna material alam pada bangunan sekitar kebun, warna tanah, kebun sayuran
yang ada menghadirkan suasana asri dan segar. Pencahayaan alami digunakan
untuk kebutuhan sayuran akan matahari. Dengan penataan massa dengan jarak
280
Gambar 5.39. RTH
Sumber : konsep 2012
5.3.9.6 Konservasi
oleh karena itu dalam penyelesainnya dibuat jalan setapak dengan kebun sayuran
supaya terasa seperti benar-benar berada di perkebunan yang asli. Jalan setapak
dan open area yang ada juga disesuaikan dengan fungsi dimana akan diadakan
kegiatan memetik jamur dan pengarahan yang dilakukan oleh guide. Pedestrian
pada area konservasi mengarah ke area preservasi / pabrik sebagai akses langsung
Bangunan pasca panen dibuat terbuka agar kesan dekat dengan kebun
dan welcome pada pengunjung lebih terasa. Secara fungsi, bangunan di sekitar
281
kebun juga berhubungan dengan kebun sayuran dan konservasi jamur yaitu pasca
panen jamur.
Jarak pandang pengunjung yang baru masuk ke area penerima cukup luas
karena jarak antar massa bangunan 2 kali tinggi bangunan apalagi di tambah
dengan desain yang terbuka dan jarak lantai ke plafon lobby cukup tinggi yaitu 5
m sehingga lebih terkesan luas dan menerima. Ruang luar dipusatkan di area
kolam dengan air mancur sebagai penerima awal dan penarik pengunjung.
penunjang. Pada area drop off diberi kolam dengan air mancur untuk memberi
kesan menerima dan menarik pengunjung. Penggunaan material kayu pada atap
drop off untuk memperkuat kesan alam dari material dan lebih utamanya adalah
282
untuk menyaring cahaya agar tidak gelap. Atap drop off dibuat lebih menjorok
sehingga bisa menjadi resapan air tanah dan tidak terjadi kerusakan tanah yang
berlebihan.
283
5.4 Konsep Sistem Bangunan
pada bangunan, konstruksi atap kayu, dan bahan penutup atap dari genteng beton.
Sisi samping bangunan menggunakan gevel dari bahan batu bata ekspos.
Gevel dan kuda-kuda kayu menopang gording, usuk, reng serta genteng
penutup atap. Pada akhiran genteng terdapat talang air hujan untuk menampung
air hujan dan dialirkan ke kolam tampung melalui pipa. Diantara setiap kuda-kuda
terdapat ikatan angin yang mengikat kuda-kuda satu dengan yang lain agar tidak
roboh bila terkena beban angin. Bagian ujung kuda-kuda menopang pada ringbalk
dan beban dari atap diratakan oleh ringbalk kemudian akan diteruskan ke tanah
melalui kolom.
284
Gambar 5.42. sistem penyaluran beban bangunan
Sumber : konsep 2012
yang tinggi. Jenis atap yang digunakan adalah atap pelana dengan kemiringan 30o.
penggunaan energi untuk lampu. Sisi gevel pada atap juga bisa digunakan untuk
menyerap panas matahari sehingga kebutuhan panas tidak hanya terpenuhi dari
285
sisi dinding dan atap saja, tetapi juga dari gevel. Pada atap terdapat sosoran kecil
Berdasarkan data yang ada di atas, maka dipilih material genteng beton
sebagai penutup atap, gravel dan paving beton untuk jalan, keramik untuk penutup
lantai, rangka kayu untuk kusen jendela, dan menggunakan material bambu
sebagai finishing sesuai kebutuhan. Dinding pengisi batu bata dan konstruksi
yang lebih besar dari material lain. Langkah berikutnya untuk menghemat
penggunaan energi adalah dengan memilih material yang bisa direcycle maupun
direuse. Hal yang dilakukan adalah menggunakan bahan kayu yang sudah tidak
Material kayu tidak memiliki potensi untuk digunakan dan diolah untuk
digunakan kembali, oleh karena itu pengolahan material kayu (sengon dan
di tapak. Selain itu, menggunakan batang mahoni dan sengon yang sudah tidak
Dari data yang ada pada bab 2 dapat disimpulkan bahwa material terpilih
seperti beton, kayu, kramik, genteng beton, bata memiliki ketersediaan yang
sangat besar di alam. Oleh karena itu, masih sangat memungkinkan untuk
material ekologis yang ada di sekitar tapak yaitu berupa kayu pohoh sono dan
bambu.
286
Material bambu dan kayu
air baru. Sistemnya adalah ketika musim hujan tiba, rainwater harvesting dan
tanaman maupun glontor. Namun, ketika musim kemarau, hanya wastewater saja
yang dapat membantu menyupali air bersih ke tanaman dan glontor karena tidak
ada hujan.
287
Gambar 5.44. sistem air bersih
Sumber : konsep 2012
288
Sistem pendistribusian air bersih menggunakan sistem up down, dimana
hanya menggunakan tandon atas dan pompa untuk menyalurkan air bersih ke alat
plumbing. Air bersih berasal dari mata air pegunungan dengan arah aliran dari
pusat kecamatan Bumiaji menuju Sumber brantas. Air bersih berasal dari saluran
bersih menjadi 2 wilayah yaitu wiayah penunjang dan percontohan serta wilayah
289
5.4.3.2 Sistem Pembuangan Air Kotor
Pembuangan air kotor (grey water) dan kotoran (black water) ke biocycle
untuk diolah dan kemudian digunakan kembali untuk menyiram tanaman dan
dengan ukuran 2,5m dan tinggi 2, 35m per biocycle. Jumlah biocycle yang
digunakan dalam tapak ada 12 biocycle. Bila letak unit utilitas berdekatan maka
pumpout chamber, dimana air yang tidak terinfeksi dan sudah dibersihkan akan
290
(greywater) pada massa restoran diberi grease trap untuk menyaring lemak
direcycle.
291
5.4.3.3 Sistem Elektrikal
dilanjutkan ke meteran PLN dan dialirkan ke panel utama. Dari panel utama,
terdapat 1 subu panel yang mengatur panel listrik pada masing-masing cottages.
30m. Suplai air untuk proteksi kebakaran berasal dari tandon bawah dengan
292
5.4.3.5 Sistem Air Hujan
Sistem air hujan menggunakan rainwater harvesting dari atap. Pada atap
terdapat talang air yang menampung air hujan untuk disalurkan ke kolam
tampung. Sebelum masuk ke kolam tampung air difilter terlebih dahulu karena air
hujan biasanya kotor. Setelah difilter air hujan dialirkan ke kolam tampung. Dari
kolam tampung, air hujan difilter kembali lalu dipompa untuk digunakan
kolam tampung tidak mencukupi, maka ada selokan kecil di samping kolam untuk
mengalirkan air tersbut ke jalur drainase. Air hujan yang jatuh ke tanah dibiarkan
meresap ke dalam tanah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar masih ada
air hujan yang meresap ke dalam tanah dan hal ini juga penting untuk
293
Gambar 5.50. sistem air hujan pada bangunan
Sumber : konsep 2012
294
5.4.3.6 Sistem Sampah
kecamatan Bumiaji. Oleh karean itu, untuk mengolah sampah menjadi pupuk
295