Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minuman Berenergi
Minuman berenergi termasuk dalam kategori suplemen minuman
(Putriastuti R, 2007). Minuman berenergi disebut juga minuman stimulan
yaitu tipe minuman yang mengandung kafein, taurin, ekstak guarana dan
ginseng yang dipasarkan untuk tujuan meningkatkan kinerja, konsentrasi dan
daya tahan tubuh (Gunja N, 2012). Minuman berenergi diyakini dapat
memberikan ketahanan fisik dan mampu menghilangkan rasa kantuk bagi
peminumnya. Hingga saat ini kemungkinan telah tersedia puluhan jenis
minuman berenergi yang beredar di masyarakat. Khasiat minuman ini yang
dapat menghilangkan rasa kantuk dan memberikan ‘energi baru’ bagi orang
yang meminumnya berasal dari kafein yang terkandung di dalamnya
(Puspitasari, 2015).
Minuman berenergi bertujuan memberikan penggunanya peningkatan
energi yang segera melalui kombinasi zat stimulan seperti kafein, ekstrak
herba contohnya guarana, ginseng dan gingko biloba, vitamin B, asam amino
contohnya taurin, derivat asam amino seperti karnitin dan derivat gula seperti
glukuronalakton.
Minuman berenergi selama ini dianggap dapat memberikan energi
ekstra dalam melakukan aktivitas, padahal jika dilihat dari komposisi bahan
penyusunnya, tidak ditemukan senyawa yang dapat menghasilkan energi
seperti karbohidrat atau lemak. Namun hal ini benar karena minuman
berenergi memang tidak mengandung senyawa yang dapat dikatabolisme
menjadi energi melainkan mengandung bahan atau senyawa yang dapat
menstimulasi produksi energi. Bahan atau senyawa yang dimaksudkan adalah
kafein dan taurin. Keberadaan dua senyawa ini akan menstimulasi sistem saraf
pusat untuk memicu reaksi katabolisme di otot. Reaksi katabolisme akan lebih
teraktifkan dengan penambahan vitamin-vitamin (Pradipta OJC, 2014).

B. Kafein
Kafein merupakan senyawa aktif pada minuman berenergi. Kafein
adalah senyawa kimia alkaloid dengan rumus kimianya adalah C₈H₁₀N₄O₂
dan memiliki nama kimia 1,3,7-trimethylxanthine.

4
5

Gambar 2.1 Struktur Kimia Kafein dan Adenosin


Kafein dalam minuman berenergi mempunyai daya kerja sebagai
stimulan dan efeknya mencegah rasa kantuk. Hal ini di sebabkan struktur
kafein mirip dengan struktur senyawa turunan xanthine lain yaitu adenosin
(Chawla, 2011).
Adenosin (C10H13N5O4) adalah suatu senyawa kimia otak yang terlibat
dalam proses tidur seseorang. Saat adenosin dibuat otak, maka adenosin akan
mengikat penerimanya atau reseptornya. Pengikatan ini akan menyebabkan
rasa kantuk karena kerja sel saraf diperlambat. Namun, mekanisme kerja
kafein adalah dengan menghalangi efek adenosin. Dengan terikatnya kafein
dengan reseptor adenosin maka kafein tidak akan memperlambat aktivitas sel
saraf/otak sebaliknya, kafein akan mempercepat aktivitas sel. Sehingga otak
akan terus-menerus mengirim sinyal untuk meningkatkan aliran darah ke otot
dan jantung. Rangsangan dari sinyal tersebut menyebabkan peningkatan
resistensi saraf simpatis terhadap aliran darah dan mengakibatkan aliran darah
ke glomerulus menurun sehingga laju filtrasi glomerular (LFG) berkurang
sehingga mempengaruhi fungsi ginjal. Fungsi ginjal dapat dimonitor melalui
pemeriksaan laboratorium dengan parameter kreatinin darah dan BUN yang
menigkat.

C. Taurin
Senyawa aktif yang kedua adalah Taurin. Taurin akan memperkuat
efek dari Kafein. Nama lain dari Taurin adalah asam 2- aminoethanesulfonat
dengan rumus kimia C2H7NO3S. Taurin tergolong molekul asam amino.
Taurin juga dapat menjadi agen detoksifikasi.
6

Gambar 2.2 Struktur Kimia Taurin

Taurin tidak ditemukan menambah energi, namun mencegah kelelahan


otot. Taurin membantu pergerakan ion kalium, natrium, kalsium dan keluar
masuk sel sehingga berperan dalam penghantaran impuls sel saraf, sehingga
bila ada rangsangan dari susunan saraf pusat maka rangsangan ini akan
diteruskan dengan cepat ke sel-sel efektor.
Mekanismenya melalui pengaktifan kerja saraf simpatis yang
menghasilkan percepatan denyut jantung untuk memompa darah dan oksigen
serta vasokontriksi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah. Akibatnya aliran darah ke glomerulus menurun mengakibatkan
menurunnya fungsi ginjal dan produk akhir metabolisme protein seperti
kreatinin dan urea tertimbun di dalam darah (Puspitasari, 2015)

D. Kreatinin
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir
katabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin
diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi,
konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang
lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal.
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi
dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Pada
keadaan normal, tubuli ginjal aktif mengekskresi kreatinin dan jumlahnya
akan ditambah dengan kreatinin yang berasal dari darah. Jadi, peranan
diagnostik kreatinin darah berfungsi ganda, yakni terhadap faal ekskresi ginjal
dan kontraksi otot (Dr. Zulbadar Panil, 2008).
7

E. BUN (Blood Urea Nitrogen)


Urea adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan
ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus.
Pemeriksaan urea sangat membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal akut.
(Verdiansah, 2016).
Kadar urea dalam serum atau plasma mencerminkan keseimbangan
antara produksi dan ekskresi. Metode penetapannya adalah dengan mengukur
nitrogen, di Amerika Serikat hasil penetapan disebut sebagai nitrogen urea
dalam darah (Blood Urea Nitrogen). (Widman, 1995).
Nilai BUN merepresentasikan jumlah nitrogen dalam darah. Urea
dibentuk di dalam liver sebagai produk metabolisme protein. Kadar urea
tergantung pada keberadaan protein dan fungsi hepatik. Selama proses
pencernaan, protein dipecah menjadi asam amino. Dalam liver, asam amino
ini dikatabolisme menjadi amonia. Amonia berubah menjadi urea yang
kemudian disimpan di darah dan diangkut menuju ginjal untuk diekskresikan
ke urin. BUN juga digunakan sebagai indeks fungsi ekskresi ginjal. Di ginjal
urea difiltrasi melalui glomerulus yang diikuti dengan reabsorbsi sebanyak
hampir 50%. Saat orang meminum minuman energi, akan meningkatkan
kadar urea karena yang dia minum adalah minuman yang mengandung
protein, yang akan menyebabkan memperbanyak proses pemecahan protein
menjadi asam amino berlebih. Bila seseorang menderita penyakit ginjal kronik
maka LFG menurun, kadar BUN dan kreatinin meningkat. Keadaan ini di
kenal dengan azotemia(zat nitrogen dalam darah).

F. Ginjal
Ginjal merupakan organ vital bagi manusia. Ginjal memiliki berbagai
fungsi seperti pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan
konsentrasi osmolalitas cairan tubuh, pengaturan keseimbangan asam-basa,
ekskresi sisa metabolisme dan bahan kimia asing, pengatur tekanan arteri,
sekresi hormon, dan glukoneogenesis. Jika ginjal dibagi dua dari atas ke
bawah, akan terlihat dua bagian utama yaitu korteks di bagian luar dan
medulla di bagian dalam. Unit terkecil dari ginjal adalah nefron. Ginjal tidak
dapat membentuk nefron baru sehingga apabila terjadi trauma pada ginjal,
penyakit ginjal, atau terjadi penuaan normal, akan terjadi penurunan jumlah
nefron secara bertahap (Guyton, 2006).
8

Setiap ginjal memiliki 400.000-800.000 nefron. Sebuah nefron terdiri


dari glomerulus yang berhubungan dengan tubulus. Glomerulus mempunyai
bentuk yang menyerupai sebuah bola dengan banyak pembuluh darah di
dalamnya. Di dalam glomerulus terdapat laju rata-rata penyaringan darah
yang disebut laju filtrasi glomerular (LFG). LFG digunakan sebagai indikator
untuk menilai fungsi ginjal (O’Callaghan, 2009).
Minuman berenergi yang mengandung kafein dan taurin dapat
merangsang sistem saraf pusat, otot termasuk otot jantung, dan ginjal. Efek
lain yang ditimbulkan antara lain meningkatkan kinerja dan hasil kerja otot
yaitu memicu reaksi katabolisme (reaksi untuk menghasilkan energi) di otot,
mengendurkan otot halus dan merangsang deuresis (menimbulkan banyak
kencing) yang sebagai akibat dari meningkatnya aliran darah dalam ginjal.
Mekanismenya melalui pengaktifan kerja saraf simpatis yang menghasilkan
percepatan denyut jantung untuk memompa darah dan oksigen serta
vasokontriksi pembuluh darah sehingga terjadi penigkatan tekanan darah
(hipertensi). Rangsangan saraf simpatis menyebabkan peningkatan resistensi
terhadap aliran darah. Akibatnya aliran darah ke glomerulus menurun
sehingga laju filtrasi glomerular (LFG) berkurang. Jika keadaan ini berlarut-
larut maka akan mempengaruhi fungsi ginjal (Barbara c. Long, 1996 dalam
Puspitasari 2015). Seringnya mengkonsumsi minuman berenergi yang
mengandung kafein dan taurin secara terus menerus dapat menurunkan fungsi
ginjal. Fungsi ginjal biasanya dimonitor melalui pemeriksaan laboratorium
dengan parameter kreatinin darah dan BUN.
Hampir semua gangguan ginjal menyebabkan menurunnya ekskresi
kreatinin dan urea yang menyebabkan meningkatnya kadar kreatinin dan urea
dalam darah sampai melebihi batas normal sehingga kadar urea dan kreatinin
di dalam urin rendah.

G. Landasan Teori
Minuman berenergi dianggap dapat memberikan energi ekstra dalam
melakukan aktivitas, padahal tidak ditemukan senyawa yang dapat
menghasilkan energi melainkan mengandung bahan atau senyawa yang dapat
menstimulasi produksi energi. Bahan atau senyawa yang dimaksudkan adalah
kafein dan taurin. Keberadaan dua senyawa ini akan menstimulasi sistem saraf
pusat untuk memicu reaksi katabolisme di otot. Selain itu juga dapat
mengendurkan otot halus dan merangsang deuresis (menimbulkan banyak
kencing) yang sebagai akibat dari meningkatnya aliran darah dalam ginjal.
9

Mekanismenya melalui pengaktifan kerja saraf simpatis yang menghasilkan


percepatan denyut jantung untuk memompa darah dan oksigen serta
vasokontriksi pembuluh darah sehingga terjadi penigkatan tekanan darah
(hipertensi). Rangsangan saraf simpatis menyebabkan peningkatan resistensi
terhadap aliran darah. Akibatnya aliran darah ke glomerulus menurun
sehingga laju filtrasi glomerulus (LFG) berkurang. Jika keadaan ini berlarut-
larut maka akan mempengaruhi fungsi ginjal. Fungsi ginjal dapat dimonitor
dengan meningkatnya kadar kreatinin darah dan BUN (Blood Urea Nitrogen).

Anda mungkin juga menyukai