Laporan Level Mnur
Laporan Level Mnur
PENDAHULUAN
y-
Keterangan Gambar :
Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral dan Derivatif pada sistem lup
tertutup disimpulkan pada table berikut ini :
2) Check Valve
Check Valve adalah valve atau katup yang berfungsi untuk mencegah adanya
aliran balik dari fluida kerja, dalam hal ini udara terkompresi. Terutama
adalah apabila pada sebuah sistem pneumatik tersebut dipergunakan tanki
akumulator udara, sehingga Check Valve tersebut mencegah adanya udara dari
akumulator untuk kembali menuju kompresor namun tetap mengalirkan udara
bertekanan dari kompresor untuk masuk ke dalam akumulator.
3) I/P Controller
Pada aktuator pneumatik yang kerjanya dapat bermodulasi diperlukan satu
alat kontrol supply udara bertekanan yang khusus bernama I/P Controller. I/P
Controller ini mengubah perintah kontrol dari sistem kontrol yang berupa
sinyal arus, menjadi besar tekanan udara yang harus disupply ke aktuator.
Service unit ini diperlukan karena udara bertekanan yang diperlukan di dalam
sirkuit pneumatik harus benar-benar bersih, tekanan operasional pada umumnya
hanyalah sekitar 6 bar. Selanjutnya udara bertekanan disalurkan dengan bekerjanya
solenoid valve pneumatic ketika mendapat tegangan input pada kumparan dan
menarik plunger sehingga udara bertekanan keluar dari outlet port melalui selang
elastis menuju katup pneumatik (katup pengarah/inlet port pneumatic). Udara
bertekanan yang masuk akan mengisi tabung pneumatik (silinder pneumatik kerja
tunggal) dan membuat piston bergerak maju dan udara bertekanan tersebut terus
mendorong piston dan akan berhenti di lubang outlet port pneumatic atau batas
dorong piston.
METODOLOGI
b. Pneumatic Valve
1. Menyalakan PC dan alat PCT 40
2. Mengklik PCT 40 Processs Control Apparus
3. Memilih Section 11 : Project Work
4. Pilih icon PID A
5. Pada PID Controller ubah setting :
- Process variable menjadi “L1”
- Control Variabel menjadi “Pneumatic Valve”
- Control Action “Direct”
- Set Point : 50 ml/min
- Proportioal Band : 15%
- Integral : 15 sec
- Derivatif : 20 sec
- Mode Operation : Automatic
6. Lalu kemudian klik apply
7. Pilih icon “go” untuk memulai percobaan, dan tunggu sampai 3 menit.
8. Mengklik stop
9. Simpan data dengan mengklik Save As ganti nama dan ubah type dengan xls.
BAB III
100.50 PB 5
100.40
100.30
100.20
100.10
Level (mL)
100.00 PSV 25
99.90 PSV 30
PSV 35
99.80
99.70
99.60
99.50
99.40
100 150 200 250 300 350 400
Waktu (secon)
Grafik 3.1. Proportional Band 5
100.60 PB 10
100.40
100.20
Level (mL)
PSV 25
100.00
PSV 30
99.80 PSV 35
99.60
99.40
160 180 200 220 240 260 280 300
Waktu (secon)
Grafik 3.2. Proportional Band 10
Perbandingan nilai PID pada pneumatik pump
80
70
60
50
LEVEL (mm)
P 20
40 P 20 I 20
30
P 20 I 20 D 30
20
SET POINT
10
0
0 100 200 300 400 500 600 700
TIME (secon)
Grafik 3.3 Perbandingan antara PSV dan Pneumatik P20 I20 D30
70
60
50
LEVEL (mm)
PSV
40
PNEUMATIK
30
Set point
20
10
0
0 200 400 600 800
TIME (secon)
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara kerja pct 40 level control,
mempelajari system control level on/off dengan menggunakan proportional solenoid
valve (PSV), mempelajari karakter kerja dari propotional level sensor (PLS), dan
membandingkan antara Pb 5 dan Pb 10.
Pada praktikum pertama yaitu mengamati karakteristik kerja dari PLS dengan
laju alir masuk yang divariasikan dengan menggunakan PSV pada 25 30 dan 35
dengan masing-masing Pb 5 dan PB 10. System membuka (SOL 1) sehingga level air
dalam tangki akan bertambah, dan PLS membaca level air dari bawah tangki dengan
cara tekanan yang dihasilkan dari air tersebut, pada saat tangki mencapai level air
yang diinginkan (SOL 2) akan membuka, dan saat level air dalam tangki menurun
(SOL 2) menutup.
Berdasarkan praktikum ini kami membandingkan antara Pb 5 dan Pb 10
dengan variasi PSV 25, 30, dan 35 secara stabilitas dan sensitivitas, stabilitas dan
sensitivitas yang paling baik pada Pb 5 PSV 35 pada Grafik 3.1, dan Pb 10 PSV 30
ada Grafik 3.2. Dan dapat diketahui pada praktikum ini yaitu sensivitas baik pada PB
5 namun yang stabilitasnya baik dan yang dapat menyesuaikan pada gangguan yaitu
pada PB 10. Jadi pada pengendalian level kontrol yang baik untuk metode reverse
yaitu dengan menggunakan PB besar.
Pada praktikum kedua mengetahui pengaruh perintah P, PI, dan PID pada
pneumatic valve dan membandingkan antara pengendalian pneumatic dengan PSV
dengan menggunakan PID. Respon pneumatik valve dapat diliat dari grafik 3.3.
Grafik tersebut menunjukan pengendalian Proporsional, Proporsional-Integral, dan
Proporsional-Intgeral-Derivatif. Grafik 3.3 menunjukkan bahwa pada pengendalian
Proposional (P) tidak tercapai setpoint karena menurut teori pengendalian ini
memiliki berbagai keterbatasan sifat kontrol yang tidak dinamik sehingga semakin
besar nilai proportional yg digunakan semakin besar offset yang dihasilkan, sehingga
pada praktikum ini nilai PB sebaiknya diperkecil agar didapatkan nilai offset yang
lebih kecil. Pada grafik Proporsional Integral (PI) memperkecil nilai offset dan terjadi
osilasi. Hal ini karena pada Integral 20 kurang baik. menurut teori dalam
pengendalian ini konstanta integral yang berharga besar akan mempercepat hilangnya
offset dan akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal keluaran pengontrol,
sehingga dibutuhkan nilai Integral yang tidak terlalu kecil ataupun kebesaran.
Pengendalian terakhir yaitu pengendalian Proporsional-Integral-Derivatif (PID)
penambahan Derivatif digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan
memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol Derivative hanya berubah saat ada
perubahan error sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi. Pada grafik
penambahan Derivatif 30 didapatkan hasil yang lebih baik dari pengendalian (PI).
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada metode reverse control semakin kecil PB maka sensivitas semakin baik.
2. Pada metode reverse control semakin besar PB maka stabilitasnya semakin
baik dan semakin baik dalam mengatasi gangguan yang terjadi.
3. Pengendalian P20 harus dikecilkan untuk mengecilkan nilai offset
4. Pengendalian I20 harus dikecilkan agar tidak terjadi osilasi
5. Pengendalian D30 harus dibesarkan untuk memperbaiki respon transien
6. Pengendalian PSV lebih baik dibandingkan pengendalian Pneumatik.