Anda di halaman 1dari 3

Sosial Media. SNS.

Representative of services based on the Web 2.0 paradigm are SNS such as Twitter,
Facebook, Kakao Talk, etc. In brief, SNS can be defined as online tools and media
platforms through which people can share with each other their thoughts, opinions,
experiences and perspectives (Boyd and Ellison, 2007)

Singh and Sirdeshmukh (2000) reported a significant relationship between trust and
perceived value of the social interaction

KEBUTUHAN INFORMASI

Leckie dkk dalam Ishak menyatakan bahwa karakteristik informasi yang dibutuhkan oleh pengguna adalah 1)
kecepatan akses (accessibility), 2) kualitas (quality), 3) kecepatan waktu (timeliness), 4) kepercayaan
(trustworthiness), 5) kebiasaan (familiarity), 6) keberhasilan sebelumnya (previous success).1

Krikelas mengatakan bahwa when the current state of possessed knowledge is less than needed, bahwa
kebutuhan informasi timbul karena pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga
mendorong untuk mencari informasi. 2

Siregar, mengemukakan bahwa pengorganisasian informasi yang tersedia akan memberikan kemudahan kepada
pengguna dan bertujuan agar informasi sesuai dengan kebutuhan masyarkaat pengguna serta jumlah informasi
selalu mencukupi.3

Secara rasional, mengingat bahwa perpustakaan merupakan salah satu organisasi yang selalu bergerak dimanis
dalam turbulensi perbuahan system yang selalu up-to-date, selalu memanfaatkan teknologi baru, dan banyak
mengalami diversifikasi layanan.4

1
Ishak (2006), Kebutuhan Informasi Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) dalam memenuhi
tugas jurnal reading: jurnal studi perpustakaan dna informasi Vol. 2 No. 2 Desember 2006. Hlm.
2
Krikelas J, (1983), Information Seeking Behavior: patterns and copcents. Drexel Library Quartel 10 (2) Spring,
p.5
3
Siregar, A. Ridwan (2004), Perpustakaan: energy pembangunan bangsa, Medan: USU Press. Hlm. 12
4
Anthony J. Onwueguzie, Qun G. Jiao dan Sharon L. Bostick, Library Anxiety: theory, research, and Applications,
(Lahnam: Marryland: Scarecrow Press, 2004), hlm. 2.
Tidak semua pemustaka merasa mampu memenuhi kebutuhan akan sumber-sumber rujukan secara
mandiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih adanya berbagai perasaana negative ketika mereka
berada di lingkungan perpustakaan, seperti rasa takut, sungkan atau malu apabila harus bertanya
kepada petugas perpustakaan, pernah mendapatkan pengalaman yang buruk di perpustakaan, tidak
percaya diri atau low self-confidence, merasa tidak memiliki cukup keterampilan perpustakaan atau
library-inexperienced, dan merasa mampu menemukan sumber-sumber rujukan dan memanfaatkan
layanan perpustakaan yang tersedia.5

Apabila dibiarkan, ketidakmampuan tersebut berakibat pada terkikisnya kepercayaan diri yang pada
akhrinya akan menimbulkan pengaruh terhadap kecemasan (Anxiousness) ketika mereka berada di
perpustakaan.6

Kecemasan merupakan reaksi umum manusia yang terjadi ketika sesorang sedang mengalami
tekanan perasaan. Reaksi tersebut dapat timbul apabila seseorang menilai dirinya kurang mampu
apabila dibandingkan dengan orang lain, sehingga hal tersebut akan mengganggu efisiensi tingkah
lakunya, menimbulkan negative outcome, terutama dalam menghadapi situasi atau masalah.7

5
P.W Grimes dan M.F Charters, Library Use and Undergraduates Economics Student, dalam College Student
Journal, Vol. 23, 2000, hlm 557.
6
Q.G Jiao dan A.J Onwuegbuzie, Perfectionism and library anxiety among graduate students, dalam Jrounal of
Academic Librarianship, Vol. 24, No. 5, 1998, hlm. 365.
7
Mark. L. Leary, Understanding social anxiety: social, personality, and clinical perspectives, (Beverly Hils,
California: SageLibrary of Social Research, 1983), hlm 15.
LITERASI INFORMASI

Pengertian literasi informasi berdasarkan ODLIS adalah is skill in finding the information one needs, including
an understanding of how libraries are organized, familiarity with the resources they provide (including
informations formats and automated search tools), and knowledge of commonly used research technique. The
concept also includes the skills required to critically evaluate information content and employ it efectively, as
well as an anderstanding of the technological infrastrcuture on which information transmission is based,
including its social, political, and cultural content and impact.

UNESCO adalah kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi dan saat informasi dibutuhkan,
mengindentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan, mengevaluasi informasi secara kritis,
mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan yang sudah ada, memanfaatkan serta
mengkomunikasikannya secara efektif, legal, dan etis.

Model-model Keterampilang Litearasi Informasi

1. The Big6
6 Keterampilan Informasi menurut Eisnberg dan Berkowitz (1987)
- Perumusan masalah: merumuskan masalah, mengidentifikasi informasi yang diperlukan
- Strategi pencarian informasi: menentukan sumber, memilih sumber terbaik
- Alokasi dan akses: mengalokasi sumber secara intelektual dan fisik, menemukan informasi di
dalam sumber tersebut
- Pemanfaatan informasi: membaca, mendengarkan, meraba, dan sebagainya. Dan mengekstraksi
informasi yang relevan
- Sintesis: mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber, mempresentasikan informasi tersebut
- Evaluasi: mengevaluasi hasil (efektivitas), mengevaluasi proses (efisiensi)
2. Empowering8
3. Pathway to knowledge model
4. Keterampilan pokok untuk literasi informasi
5. INFOhio DIALOGUE Model (Ohio)
6. Model panduan literasi informasi (Colorado)
7. From Library Skills to Information Literacy (California School Library Association) 8

8
Muh. Anwar Muin, Information Literacy Skill: strategi penelusuran informasi online, (Makasar: Alaudin
University Press, 2015), 12

Anda mungkin juga menyukai