Anda di halaman 1dari 18

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
(Kinetika Reaksi)

Oleh :

Nama : Yaritsha Nafhan Thyola


NPM : 240310180061
Hari/Tgl : Jum’at / 10 Mei 2019
Shift/Waktu : I / 7.30-11.00
Nama Asisten : 1. Nabilla Vynka Fakhira 240310170016
2. Atika Zakira 240310170029
3. Irsyad Fauzi Adiyaksa 240310170043

LABORATORIUM PENDIDIKAN I
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi kimia merupakan suatu hal yang terjadi di dalam kehidupan sehari-
hari. Reaksi kimia tersebut dapat dimisalkan dengan reaksi-reaksi yang ada di
bagian tubuh kita. Reaksi difusi yang terdapat dalam sistem pernafasan dan
yang lain sebagainya. Reaksi kimia memiliki laju reaksi untuk membentuk
suatu produk. Laju reaksi tersebut adalah kinetika reaksi. Kinetika reaksi ini
diperlukan untuk mengatur kecepatan reaksi untuk menghasilkan produk.
Kinetika Reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan
pereaksi dan produk. Kinetika reaksi dihitung berdasarkan jumlah berkurang
atau bertambahnya reaktan serta produk. Kinetika reaksi ini bisa diatur
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tersebut. Contoh dari
faktor yang mempengaruhi kinetika reaksi itu adalah suhu. Suhu yang tinggi
akan menyebabkan percepatan dalam kinetika reaksi dikarenakan terjadinya
tumbukan dengan cepat yang disebabkan oleh tekanan. Ilmu kinetika reaksi
digunakan dalam pembuatan obat-obatan yang dimana memiliki waktu yang
relatif lama untuk menjadi produk. Pembuatan obat-obatan dan yang lainnya
dapat dipercepat dengan beberapa faktor kinetika reaksi. Pratikum ini ditujukan
untuk mengetahui pengaruh apa saja yang memengaruhi kinetika reaksi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari praktikum “Kinetika Reaksi” dapat diambil sebagai berikut :
1. Praktikan dapat mengetahui kinetika reaksi pada suatu reaksi senyawa.
2. Praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika
reaksi.
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Praktikan dapat mengamati pengaruh konsenttasi reaksi terhadap kinetika
reaksi.
2. Praktikan dapat mengamati pengaruh temperature reaksi terhadap kinetika
reaksi.
3. Praktikan dapat menggambarkan fungsi grafik hubungan antara kinetika
reaksi dengan pengaruh konsentrasi maupun temperature.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kinetika Reaksi

Kinetika kimia adalah pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia.


Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering,
makanan lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan. Ini merupakan
contoh yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang
beraneka menurut kondisi reaksi (Sunarya, 2002).

Pengertian kecepatan reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan


perubahan kimia yang terjadi. Sedangkan pengertian mekanisme reaksi
digunakan untuk melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang
meliputi perubahan keseluruhan dari suatu reaksi yang terjadi. Dalam
kebanyakan reaksi, kinetika kimia hanya mendeteksi bahan dasar
permulaan yang lenyap dan hasil yang timbul, jadi hanya reaksi yang
keseluruhan yang dapat diamati. Perubahan reaksi keseluruhan yang terjadi
kenyataannya dapat terdiri atas beberapa reaksi yang berurutan, masing-
masing reaksi merupakan suatu langkah reaksi pembentukan hasil-hasil
akhir (Sastrohamidjojo, 2001).

Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakkan


molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai
fungsi waktu. Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan
pengamatan dan pengukuran besaran termodinamika suatu reaksi, dengan
mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu system (Siregar,
2008).

Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisika yang mempelajari


tentang kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi
tersebut. Tidak semua reaksi kimia dapat dipelajari secara kinetic. Reaksi-
reaksi yang berjalan sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran
dan reaksi-reaksi yang sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat
dipelajari secara kinetik. Di antara kedua jenis ini, banyak reaksi-reaksi
yang kecepatannya dapat diukur Kecepatan reaksi ialah kecepatan
perubahan konsentrasi pereaksi terhadap waktu (Soekardjo, 2004).

2.2 Pengertian Laju Reaksi

Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana


konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan
memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia, dan kajian
kesetimbangan kimia. Laju reaksi secara mendasar tergantung pada:
Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan
lebih apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena
peningkatan pertumbukan atom per satuan waktu (Sukamto, 1989).
Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling
berinteraksi, terumata reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas
permukaan yang besar akan meningkatkan laju reaksi (Sukamto, 1989).
Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume
antar molekul sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul
(Sukamto, 1989).
Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang
diperkukan untuk membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan.
Energi aktivasi yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan
memerlukan lebih banyak energi untuk memulai reaksi daripada reaksi yang
berenergi aktivasi lebih rendah (Sukamto, 1989).
Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal
ini dikarenakan temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul,
sehingga meningkatkan tumbukan antar molekul per satuan waktu.
Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zaat yang mengubah
lintasan (mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi
dengan menurunkan energi aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat
berjalan. Katalis tidak dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi, sehingga
ia dapat digunakan kembali (Sukamto, 1989).
Untuk beberapa reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik,
utamanya ultraviolet, diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan
agar reaksi dapat bermulai. Hal ini utamanya terjadi pada reaksi yang
melibatkan radikal (Sukamto, 1989).
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan
waktu. Laju rekasi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul
reaktan atau konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju rekasi tidak
tetap, melainkan berubah terus menerus seiring dengan perubahan
konsentrasi (Chang,2006).
Laju reaksi terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau
konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap
melainkan berubah terus-menerus seiring dengan perubahan konsentrasi
(Purba, 2007).
Laju reaksi juga dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi
persatuan waktu. Satuan yang umum adalah mol dm-3. Umumnya laju reaksi
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi (Soekardjo, 2004).

2.3 Faktor Pengaruh Konsentrasi dan Temperatur

Pada umumnya jika konsentrasi zat semakin besar maka laju


reaksinya semakin besar, dan sebaliknya jika konsentrasi pula, dan
sebaliknya jika konsentrasi suatu zat semakin kecil maka laju reaksinya pun
semakin kecil. Untuk beberapa reaksi, laju reaksinya dapat dinyatakan
dengan persamaan matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau
reaksi yang dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu
reaksi kimia pada prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh
perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi (Keenan, 1979).

Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya


kenaikan sebesar 10℃ akan melipatkan dua atau tiga laju suatu reaksi antara
molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan sebagian
sebagai lebih cepatnya molekul-molekul bergerak kian kemari pada
temperatur yang lebih tinggi dan karenanya bertabrakan satu sama lain lebih
sering. Tetapi, ini belum menjelaskan seluruhnya, ke molekul-molekul lebih
sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan dampak
(benturan) yang lebih besar, karena mereka bergerak lebih cepat. Pada
temperatur besar, karena makin banyak molekul yang memiliki kecepatan
lebih besar dan karenanya memiliki energi cukup untuk bereaksi. Hampir
semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya
jumlah dan energi tumbukan bertambah besar (Sunarya, 2002).
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Pipet takar
2. Tabung reaksi
3. Stopwatch
3.1.2 Bahan
1. Larutan asam klorida, HCl 0,08; 0,06; 0,04; 0,02; 0,005
2. Natrium tiosulfat, Na2S2O3 0,08; 0,06; 0,04; 0,02; 0,005 N

3.2 Prosedur
3.2.1 Pengaruh Konsentrasi
1. Disediakan larutan Na2S2O3 dan HCl dengan konsentrasi 0,08; 0,06; 0,04;
0,02; dan 0,005 N masing-masing sebanyak 50 mL
2. Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang berukuran sama (bersih dan kering)
dalam rak tabung reaksi. Lima tabung reaksi pertama diisi dengan larutan
Na2S2O3 di atas sedangkan lima tabung reaksi lain diisi dengan larutan HCl
di atas masing-masing 5 mL
3. Ke dalam masing-masing lima tabung reaksi yang berisi larutan Na2S2O3
yang berbeda-beda konsentrasinya itu dituangkan sekaligus 5 mL larutan HCl
0,02 N. Diamatinya dengan seksama dan dicatatnya waktu yang diperlukan
sampai terbentuk awal kekeruhan
4. Dilakukan cara yang sama juga dilakukan terhadap kelima larutan HCl yang
bervariasi konsentrasinya, dituangkan 5 mL larutan Na2S2O3 0,02 N. Diamati
nya dengan seksama dan dicatat waktu yang diperlukan sampai terbentuk
awal kekeruhan
5. Dibuat grafik hubungan antara waktu yang diperlukan untuk terjadinya
kekeruhan (menit) versus konsentrasi.
6. Disimpulkan dari pembuatan grafik tersebut.
3.2.2 Pengaruh Temperatur
1. Disediakan 8 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Empat tabung reaksi
diisi larutan Na2S2O3 0,02 N sedangkan yang empat lagi diisi dengan larutan
HCl 0,02 N masing-masing sebanyak 5 mL
2. Didiinginkanya (pakai es) atau dipanaskannya (pakai penangas air) sepasang
dari larutan ini untuk mendapatkan suhu 10, 20 dan 40 oC, sedangkan yang
sepasang lagi tidak didinginkan atau dipanaskan (temperatur kamar)
3. Kemudian masing-masingnya dicampurkan. Diamatinya dengan seksama
dan dicatat waktu yang diperlukan sampai terbentuk awal kekeruhan
4. Dibuat grafik hubungan antara waktu yang diperlukan untuk terjadinya
kekeruhan (menit) versus temperatur.
5. Disimpulkan dari pembuatan grafik tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Konsentrasi
Konsentrasi
Shift Kelompok Waktu
Na2S2O3 HCl
0,02 N 0,02 N 03.05
1
0,02 N 0,02 N 04.35
0,04 N 0,02 N 02.43
1 3
0,02 N 0,04 N 03.49
0,06 N 0,02 N 01.15
5
0,02 N 0,06 N 03.02
0,02 N 0,02 N 03.22
1
0,02 N 0,02 N 02.29
0,02 N 0,04 N 02.13
2 3
0,04 N 0,02 N 01.40
0,06 N 0,02 N 01.57
5
0,02 N 0,06 N 03.53

Tabel 1. 2 Hasil Pengamatan Pengaruh Temperatur

Shift Kelompok Suhu Waktu


2 10℃ 8,2 menit
1 4 20℃ 6,47 menit
6 40℃ 2,02 menit
2 10℃ 9,41 menit
2 4 20℃ 6,4 menit
6 40℃ 1,35 menit
Suhu Ruang 26℃ 5 menit

4.1 Grafik Hasil Pengamatan


Grafik 1.1 Grafik Kekeruhan dengan Pengaruh Konsentrasi
Grafik Kekeruhan dengan Pengaruh Konsentrasi
5
4.5
4
WAKTU (menit)
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 (Shift 1) 3 (Shift 1) 5 (Shift 1) 1 3 5

Percobaan 1 Percobaan 2

Grafik 1.2 Grafik Kekeruhan dengan Pengaruh Temperatur

Grafik Kekeruhan dengan Pengaruh Temperatur


10

8
WAKTU (menit)

0
10 20 40
SUHU (C)

2 (Shift 1) 4 (Shift 1) 6 (Shift 1) 2 4 6

Keterangan : Suhu 26 Co : 5 menit

4.2 Perhitungan Pengenceran


4.2.1 Pengenceran Na2S2O3
Diketahui:
Mr Na2S2O3.5H20= 248
1. 0,02 N dengan 100 mL
gram 1000
N= x
Mr mL
gram 1000
0,02 = x
248 100
gram
0,02 = x 10
248
4,96 = 10 gram
Massa (gram) = 4,96 = 0,496 g
10

2. 0,04 N dengan 50 mL
gram 1000
N= x
Mr mL
gram 1000
0,04 = x
248 50
gram
0,04 = x 20
248

49,92 = 20 gram
Massa (gram) = 4,96 = 0,496 g
10

3. 0,06 N dengan 50 mL
𝑀𝑀𝑀𝑀 1000
N= x
𝑀𝑀 𝑀𝑀
𝑀𝑀𝑀𝑀 1000
0,06 = x
248 50
𝑀𝑀𝑀𝑀
0,06 = x 20
248

14,88 = 20 gram
Massa (gram) = 14,88 = 0,7440 g
20

4.2.2 Pengenceran HCl


Diketahui:
% HCl = 37%
BJ HCl = 1,19
MR HCl = 36,5
Konstanta =1
% ×𝑀𝑀 ×10
N HCl 37% = 𝑀
𝑀
𝑀
37 ×1,19 ×10
= 36,5
1

= 12,06 N
1. HCl 0,02N dengan 100mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 12,06 = 100 × 0,02
100 ×0,02
V1 =
12,06

V1 = 0,16mL
2. HCl 0,04N dengan 50mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 12,06 = 50 × 0,04
50 ×0,04
V1 =
12,06

V1 = 0,16mL
3. HCl 0,06N dengan 50mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 12,06 = 50 × 0,06
50 ×0,06
V1 =
12,06

V1 = 0,24mL
BAB V
PEMBAHASAN

Kinetika reaksi merupakan kecepatan pencampuran senyawa kimia untuk


menghasilkan berapa banyak produk. Kinetika reaksi dipengaruhi oleh beberapa
hal seperti konsentrasi dan temperatur. Banyaknya konsentrasi reaktan akan
menyebabkan produk yang dihasilkan lebih banyak. Kinetika reaksi konsentrasi
reaktan akan berbanding dengan koefisien reaksi kimianya. Praktikum
menghasilkan suatu reaksi sebagai berikut :
Na2S2O3(aq) + 2 HCl(aq)  2NaCl(aq) + S(s) + SO2(g) + H2O(l)

Reaksi tersebut membuktikan bahwa HCl memiliki dua kali lebih banyak daripada
dengan Na2S2O3 yang berarti konsentrasi reaktan pada HCl akan lebih cepat habis
dibandingkan dengan Na2S2O3. Reaksi kimia tersebut juga dapat diartikan juga bila
konsentrasi awal Na2S2O3 lebih banyak dibandingkan HCl akan menyebabkan
kinetika reaksi berjalan lebih lama dikarenakan Na2S2O3 untuk menghabiskan
konsentrasinya memerlukan dua kali lipatnya dari konsentrasi HCl.

Percobaan praktikum pengaruh konsentrasiyang dilakukan oleh shift 1 dengan


mencampurkan Na2S2O3 0,02 N dan HCl 0,02 N dan waktu yang dibutuhkan untuk
mengendap adalah 03.05 menit. Percobaan praktikum dengan mencampurkan
Na2S2O3 dan HCl dengan konsentrasi yang berbeda yaitu Na2S2O3 0,02 N dan HCl
0,04 N menghasilkan waktu sekitar 03.49 menit dan bila Na2S2O3 0,02 N dan HCl
0,06 N menghasilkan 03.02 menit. Percobaan kedua dan ketiga memiliki perbedaan
yang tipis, dan seharusnya waktu yang diperlukan lebih singkat. Reaksi kimia
dengan perbandingan 1:2 memengaruhi kinetika reaksi dalam membentuk produk.
Percobaan yang dilakukan oleh shift 2 tidak jauh berbeda dengan percobaan yang
dilakukan oleh shift 1. Karakteristik dari percobaan pencamapuran ini adalah
terbentuknya endapan dengan begitu reaksi bisa dikatakan selesai.

Kinetika reaksi dapat dipengaruhi oleh suhu, dimana suhu panas meningkatkan
energi kinetik untuk meningkatkan tumbukan antar reaktan agar mempersingkat
kinetika reaksi. Pengaruh temperatur pada kinetika reaksi beruhubungan dengan
jenis reaksi kimianya. Reaksi kimia dibagi menjadi dua yaitu reaksi eksoterm dan
endoterm dimana reaksi eksoterm bila dipanaskan akan memperlambat kinetika
reaksinya. Hal itu akan sebaliknya bila reaksi endoterm yang dipanaskan akan
mempercepat kinetika reaksinya.

Hasil percobaan pengaruh temperatur yang dilakukan oleh shift 1 membuktikan


bahwa kenaikan suhu dalam pencampuran reaksi Na2S2O3 dengan HCl semakin
cepat. Hal ini terbukti dengan molaritas yang sama namun saat temperature 10℃
Dengan membutuhkan waktu sekitar 08.02 menit dan kemudian saat 20℃ dengan
waktu 6.07 menit. Percobaan ini membuktikan bahwa semakin suhunya naik
semakin cepat kinetika reaksi dalam reaksi kimia ini. Pencampuran Na2S2O3
dengan HCl termasuk ke dalam reaksi endoterm, dimana reaksi endoterm butuh
energi panas untuk masuk ke dalam sistem. Hasil percobaan yang dilakukan oleh
shift 2 juga mendukung teori yang sudah dipaparkan.
BAB VI
PENUTUPAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Reaksi pencampuran Na2S2O3 dan HCl merupakan reaksi endoterm.
2. Reaksi pencampuran Na2S2O3 dan HCl memiliki perbandingan
konstanta 1:2.
3. Kinetika reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan dan temperatur di
sekitar lingkungan sistem pencampuran.
6.2 Saran
Berdasarkan praktikum reaksi kimia terdapat beberapa saran sebagai
berikut:
1. Praktikan harus lebih teliti dan berhati-hati saat melakukan percobaan.
2. Praktikan datang tepat waktu.
3. Praktikan harus lebih memahami modul sebelum praktikum mulai.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar:Konsep-konsep inti Jilid 2. Jakarta:


Erlangga
Keenan. 1979. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Purba, Michael. (2007). Kimia Untuk SMA kelas XI Semester 1.


Jakarta:Erlangga.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Siregar, Tirena Bahnur. 2008. Kinetika Kimia Reaksi Elementer. Medan : Usu
press.

Soekardjo, Ita dkk.(2004). “Kimia Dasar”. ITS Press : Surabaya

Sukamto, Wahyu Hadi Noor.Lks kimia kelas XI.2012.Yogyakarta:Media


Profesional.

Sunarya, Yayan. 2002. Kimia Dasar II Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia


Terkini. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Pencampuran Gambar 1.2 Penaruhan Tabung


Na2S2O3 dan HCL Reaksi

Gambar 1.3 Pemindahan


Gambar 1.4 Bahan
Larutan
Praktikum Kinetika Reaksi

Anda mungkin juga menyukai