Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 6

1. Alief Meidey Prakoso


2. Amelia Widiastuti
3. Nova Dwi Astuti
4. Siti Nureka Yuliani

KEPERAWATAN JIWA

1. PENGKAJIAN KESEHATAN JIWA INDIVIDU DAN KELUARGA

Pengkajian masalah ini adalah adanya factor predisposisi yang memengaruhi respons
seseorang terhadap perasaan kehilangan yang dihadapi, antara lain sebagai berikut:

1. Factor genetic. Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat
depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan,
termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2. Kesehatan fisik. Individu ddengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur cenderung
mempunyai kemampuan dalam mengatasi stress yang lebih tinggi dibbandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan jasmani.
3. Kesehatan mental. Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan yang tidak berdaya dan pesimis, selalu
dibayangi masa depan peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4. Pengalaman kehilangan dimasa lalu. Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
dicintai pada masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam
mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa.
5. Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri yang negative dan perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah dan tidak objektif tehadap stress yang
dihadapi.
6. Adanya stressor perasaan kehilangan. Stressor ini dapat berupa stressor yang nyata
ataupun imajinasi individu itu sendiri, seperti kehilangan biopsikososial yang meliputi
kehilangan harga diri, pekerjaan, seksualitas, posisi dalam masyarakat, milik pribadi
(kehilangan harta benda atau yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan, dan lain-lain).
Mekanisme koping yang sering dipakai oleh individu dengan respons kehilangan, antara
lain pengingkaran, regresi, intelektualisasi, disosiasi, supresi, dan proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan.
Dalam keadaan patologi, mekanisme koping sering dipakai secara berlebihan atau tidak
memadai. Pengkajian tanda klinis berupa adanya distress somatis seperti gangguan
lambung, rasa sesak, napas pendek, sering mengeluh, dan merasakan lemah. Pengkajian
terhadap masalah psikologis adalah tidak ada atau kurangnya pengetahuan dan
pemahaman kondisi yang terjadi, penghindaran pembicaraan tentang kondisi penyakit,
serta kemampuan pemahaman sepenuhnya terhadap prognosis dan usaha menghadapinya.

2. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN


DAN BERDUKA

Nama klien : Ny. M Ruangan : Nakula


No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu
perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M
meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering melamun dan
selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Ibu M terlihat sering mengingkari
kehilangan, dan menangis Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang
lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
2. Diagnosa Keperawatan
Berduka disfungsional
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c. Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap
perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi
c. Ajarkan klien teknik relaksasi

B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M. Saya Mardhiah, Ibu bisa memanggil saya
suster diah. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan
saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi / validasi:
“Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”
c. Kontrak:
1) Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang keadaan ibu?
Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam menghadapi keadaan ini, dengan ibu
mau berbagi cerita dengan saya, kesedihan ibu mungkin bisa berkurang
2) Waktu :
Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
3) Tempat :
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”
2. Tahap kerja
 “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat
ini?”
 “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya
memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu
 “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu
pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau
memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini.”
 “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya
suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak
ada satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
 “Ibu sudah bisa memahaminya?”
 “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai
keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya
saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”
 “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya
lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian
hembuskan perlahanlahan.”
 “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”

3. Tahap terminasi
a. Evaluasi :
(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai
memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
(Objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang
telah kita lakukan.”
b. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan
teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini,
Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini.
 Bu, ini ada buku kegiatan untuk ibu
 Bagaimana kalau kegiatan teknik rileksasi ibu masukkan kedalam jadwal kegiatan
ibu?
 Ibu setuju?
 Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan
 Ibu bisa mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan
 Kira-kira jam berapa ibu nanti melakukan teknik rileksasi bu?
 Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya tanpa dibantu atau
diingatkan oleh orang lain ibu tulis “M” disini, jika ibu di bantu atau diingatkan
ibu tulis “B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu tulis “T”
 Ibu paham Bu?”
 Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya
c. Kontrak yang akan datang:
 Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 30 menit dan
sekarang sudah 30 menit bu!
 Bu, kapan ibu mau kita melanjutkan perbincangan kita?
 Bagaimana kalau kita besok membicarakan tentang hobi ibu
 Ibu maunya dimana?
 Nah, sekarang ibu istirahat dulu
 Sebelum saya permisi apak ada yang mau ibu tanyakan?
 Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu. Assalamu’alaikum.”

Anda mungkin juga menyukai