Anda di halaman 1dari 10

KEBIJAKAN MONETER ISLAMI

A. KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi
yang

diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud dengan kondisi
yang lebih baik adalah meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga
(inflasi terkontrol). Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah,
atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi untuk
tumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi. Iika yang dilakukan adalah menambah jumlah uang
beredar, maka kebijakan yang diambil adalah kebijakan ekspansif, sedangkan kebijakan moneter
kontraktif dilakukan dengan mengurangi jumlah uang beredar atau yang dikenal dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy) (Rahardja dan Manurung, 2002).

Kebijaksanaan moneter adalah salah satu alat untuk mengatur permintaan agregate melalui
pengatuxan jumlah uang beredar (Wonnacott dan Wonnacott, 1986). Kebijaksanaan moneter adalah
tindakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (biasanya bank sen

tral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1998; Sukirno, 2002). Tujuan kebijaksanaan moneter,
terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga
setts neraca pembayaran internasional yang seirnbang (Nopirin, 1998).

Kebijakan moneter pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengendalian
permintaan (demand management) dan target moneter (monetary targetry). Pengendalian
Permintaan dalam kaitannya dengan pengendalian inflasi, misalnya, dilakukan dengan menjaga agar
permintaan uang, barang dan jasa dapat dipertahankan pada tingkat yang tidak menderong inflasi
(non-inflationary level). Target moneter atau lebih khususnya target jumlah uang beredar atau
pengendalian jumlah uang beredar memang merupakan kebijakan moneter murni. Dalam kasus
pengendalian harga atau menekan laju inflasi, otoritas moneter dapat mengambil langkah-langkah
dibidang moneter yang mampu mengurangi jumlah uang beredar. Kebijakan yang dapat dilakukan
antara lain dengan menurunkan jumlah uang primer, menaikkan cadangan wajib (reserve
requirements) dan menaikkan suku bunga (Dow dan Saville, 1990).

B. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

Ada tiga instrumen utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar, yaitu: Operasi
Pasar terbuka (open market operation), fasilitas diskonto (discount rate), dan rasio cadangan wajib
(reserve requirement ratio). Di luar ketiga instrumen tersebut pemerintah dapat melakukan
imbauan moral (moral suation).

a. Operasi pasar terbuka (open market operation) Operasi pasar terbuka adalah pemerintah
mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik
pemerintah (government securities). Jika ingin

mengurangi jumlah uang beredar, maka pemerintah menjual surat-surat berharga (open market
selling). Dengan demikian uang yang ada dalam masyarakat mengalir ke otoritas mometer, sehingga
jumlah uang beredar berkurang. Sebaliknya, jika ingin menambah jumlah uang beredar, maka
pemerintah menjual kembali surat-surat berharga tersebut (open market buying). Guna
mengefektifkan operasi pasar terbuka ini, Bank Indonesia telah mengembangkan kedua instrumen
tersebut dengan menambahkan fasilitas repurchase agreement (repo) ke masing-masing instrumen
sehingga saat ini dikenal SBI Repo atau SBPU repo.

b. Tingkat diskonto (Discount Rate) atau fasilitas diskonto Tingkat bunga diskonto adalah tingkat
bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam
kondisi tertentu, bank-bank mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus meminjam kepada
bank sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengurangi atau
menambah jumlah uang beredar.

Instrumen kebijakan moneter ini berkaitan dengan fasilitas yang dimiliki oleh bank-bank untuk
meminjam uang secara langsung kepada bank sentral. Pinjaman tersebut biasanya berbentuk direct
advance atau over-draf yang di sekuritisasi dengan aset-aset tertentu (bisanya sekuritas pemerintah)
pada saat sekarang. Biaya peminjaman (bunga) dari pinjaman itulah yang disebut sebagai ’Discount
Rate' atau fasilitas diskonto

Fasilitas diskonto ini juga membuat bank-bank yang kesulitan dapat memenuhi kekurangan
cadangan musimannya (seasonal reserve deficiency) tanpa harus mengurangi portofolio
peminjaman atau melakukan penyesuaian-penyesuaian lainnya. Ketersediaan kredit ini juga
membebaskan bank-bank (terutama bank-bank kecil dan bank-bank rural yang biasanya

kurang akses dan atau informasi terhadap pasar uang nasional) untuk harus memegang portofolio
aset liquid (seperti jangka pendek pemerintah) yang mudah dijual untuk memenuhi ke butuhan
peminjaman musiman. Fasilitas diskonto adalah salah satu kebijakan yang dilakukan oleh bank
sentral dengan menambah atau mengurangi jumlah uang dengan cara menaikkan atau menurunkan
tingkat suku bunga.

Ketentuan cadangan minimum (Reserve Requirement)

Industri perbankan adalah salah satu industri yang paling banyak diatur oleh undang-undang. Salah
satu bentuk pengaturan tersebut adalah ketentuan cadangan minimum atau RR yang biasanya
ditetapkan berdasarkan undang-undang perbankan yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Kebijakan cadangan minimum adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi
jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan cadangan minimum yang harus
dipenuhi oleh bank umum, dalam mengedarkan atau memberikan kredit kepada masyarakat.

Peraturan RR ini dirancang untuk menjamin pemilik uang atau nasabah penyimpan (deposan) yang
menyimpan uangnya di bank akan mendapatkan uangnya jika ia menarik simpanannya (deposit).
Dalam praktiknya RR ini menentukan berapa besar persentase minimum dari dana simpanan
deposan yang harus di cadangkan oleh bank baik didalam kasnya maupun pada rekeningnya dibank
sentral.

Himbauan Moral (Moral Suasion)

Bank sentral dapat menggunakan himbauan moral untuk mendorong institusi finansial agar
ceriderung berpihak kepada kepentingan publik. Biasanya, biasanya bank sentral menggunakan
himbauan moral untuk meyakinkan para banker dan manajer senior institusi-institusi finansial agar
lebih memerhatikan kepentingan jangka panjang daripada kepentingan

jangka pendek institusinya. Contonya adalah pada saat terjadi inflasi, bank sentral dapat
menyarankan pada institusi-institusi finansial agar mengurangi pemberian pinjaman (kredit) yang
sekaligus juga bersifat mendinginkan perekonomian yang sedang panas (overheated) .

C.JENIS KEBIJAKAN MONETER

Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua yaitu Kebijakan
Moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan Moneter Ekspansif adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. pada saat munculnya kontraksional
gap, sedangkan kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi
jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat

(tight money policy).

D. KEBIJAKAN MONETER DAN KESEIMBANGAN EKONOMI: ANALISIS IS-LM

Pengaruh kebijakan moneter terhadap keseimbangan ekonomi

Gambar Dampak Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian

KURVA
Sumber: Rahardja dan Manurung, (2003)

Kurva IS menggambarkan kondisi keseimbangan pasar barang dan jasa, sedangkan kurva LM
menggambarkan kondisi keseimbangan di pasar uang. Kebijakan pemerintah untuk mengubah
jumlah uang beredar dalam masyarakat akan menggeser kurva LM dan berpengaruh terhadap
perekonomian, karena mengubah titik potong kurva IS-LM yang berarti mengubah titik
keseimbangan ekonomi. Pada gambar tsb. kondisi keseimbangan awal ditunjukkan oleh titik E0
dimana tingkat pendapatan sebesar Y0 dan tingkat bunga adalah r0. Jika pemerintah menambah
jumlah uang beredar, kurva LM bergeser ke kanan (dari LMO ke LM1), sehingga titik keseimbangan
juga bergeser dari Eo ke E1. Pada titik keseimbangan yang baru (E1), output keseimbangan adalah Y1
yang lebih besar dari Y0 sedangkan tingkat bunga adalah r1 yang lebih rendah dari r0. Artinya,
kebijakan moneter ekspansif dalam konteks gambar 2.1 dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan
menurunkan tingkat bunga, Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengindikasikan
telah terjadinya kelebihan permintaan investasi, yang akibatnya dapat dilihat pada dua sisi: 1. Sisi
output kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana investasi yang dibatalkan,
sebagai akibatnya pertambahan kapasitas produksi menjadi lebih kecil 2. Sisi biaya kenaikan tingkat
bunga akan menaikkan biaya produksi dikarenakan naiknya biaya modal. Dari kedua hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kenaikan tingkat bunga akan memicu terjadinya inflasi.

Karena kebijakan moneter tidak terlepas dari kebijakan tentang jumlah uang yang beredar dan
tingkat suku bunga, maka tidak ada salah jika dalam makalah ini disinggung tentang jumlah uang
beredar dan suku bunga.

E. JUMLAH UANG YANG BEREDAR

Definisi yang berbeda tentang jumlah uang yang beredar mencakup juga berbagai jenis deposito
yang berlainan. Jumlah uang beredar merupakan suatu stok, yang dirumuskan secara sempit (M)
meliputi uang kartal dan deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Sebelum tahun 1980,
ketika perbedaan antara giro dan deposito berjangka masih cukup jelas, uang beredar dalam arti
sempit dirumuskan sekedar sebagai jumlah uang kartal dan deposito berjangka. Perkembangan
pasar uang membuat makin meluasnya pengertian M1.

Definisi yang lebih luas lagi mencakup M2 dan M3. Yang disebut M2 adalah M1 ditambah dengan
tabungan dan segala jenis deposito berjangka yang lebih pendek, termasuk juga rekening pasar uang
dan pinjaman semalam antar bank. Sedangkan M3 adalah M2 ditambah dengan beberapa
komponen. Komponen yang terpenting adalah sertifikat deposito. Sertifikat deposito adalah
deposito tabungan, yang dibuktikan dengan surat atau sertifikat ketimbang catatan dalam buku
tabungannya.

Berbagai teori permintaan uang telah dikembangkan oleh beberapa ahli/ ilmuawan. Salah satu teori
yang banyak ditelaah dan dibahas oleh sejumlah ekonom dunia adalah teori Keynessian. Menurut
John Maynard Keynes, permintaan terhadap uang merupakan tindakan rasional. Meningkatnya
permintaan uang akan menaikkan suku bunga. Investasi pada surat berharga (obligasi) pada saat
suku bunga naik akan mengakibatkan kerugian capital gain , dari sisi lain apabila suku bunga turun,
permintaan surat berharga akan naik. Terdapat tiga macam tujuan seseorang memegang uang tunai,
yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.

Permintaan uang tunai untuk tujuan transaksi menunjukkan lumlah uang tunai yang diminta untuk
tujuan membiayai transaksi/ Pengeluaran yang sifatnya tertentu (perbulan) membayar dalam

jumlah tetap dan rutin. Permintaan uang tunai untuk berjaga-jaga menunjukkan uang tunai yang
diminta untuk bertujuan untuk tujuan membiayai transaksi/pengeluaran yang sifatnya bukan rutin
dan bukan spekulatif. Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga
dipengaruhi secara positif oleh tingkat pendapatan. Artinya semakin besar tingkat pendapatan
semak'm besar pula jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga, dan
sebaliknya.

Permintaan uang tunai untuk tujuan spekulasi menunjukan jumlah uang tunai yang diminta untuk
tujuan membiayai transaksi/pengeluaran yang sifatnya spekulatif. Misalnya membeli surat berharga
(obligasi) atau saham. Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi dipengaruhi secara
negatif oleh suku bunga. Artinya semakin tinggi suku bunga semakin sedikit jumlah uang tunai yang
diminta untuk tujuan spekulasi, dan sebaliknya. Sehingga jumlah uang yang beredar akan
berpengaruh secara positif terhadap kinerja saham.

F. SUKU BUNGA

Suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh pemilik modal dan juga
merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan dana dari
pemilik modal (Suseno TW Hg, 1990). Bagi investor bunga deposito menguntungkan karena suku
bunganya yang relatif lebih tinggi dibandingkan bentuk simpanan lain, selain itu bunga deposito
tanpa resiko (risk Free). Kebijakan bunga rendah akan mendorong masyarakat untuk memilih
investasi dan konsumsinya daripada menabung, sebaliknya kebijakan meningkatkan suku bunga
simpanan akan menyebabkan masyarakat akan lebih senang menabung daripada melakukan
investasi atau konsumsi. Dari sisi perusahaan, Weston dan Brigham (1998) mengatakan bahwa suku
bunga mempengaruhi laba perusahaan dengan dua cara yaitu:

1. Karena bunga merupakan biaya, maka makin tinggi tingkat suku bunga makin rendah laba
perusahaan apabila hal-hal lain dianggap konstan.

2. Suku bunga mempengaruhi tingkat aktifitas ekonomi dan karena itu mempengaruhi laba
perusahaan, karena pengaruhnya terhadap biaya dan modal.

G. SASARAN DAN STRATEGI KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM


Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan, sistem keuangan inilah
yang paling banyak dilakukan studi empiris maupun historis bila dibandingkan dengan disiplin ilmu
ekonomi yang lain. Sistem keuangan pada zaman Rasulullah digunakan bimetallic standard, yaitu
emas dan perak (dirham dan dinnar) karena keduanya merupakan alat pembayaran yang sah dan
beredar di masyarakat.

Sebuah pertanyaan awal yang mesti dijawab adalah apakah keberadaan fiduciary money dalam
ekonomi islam diperbolehkan? Adakah mekanisme yang memungkinkan untuk mencapai kestabilan
nilai tukar fiduciary money dengan menghilangkan penggu~ naan suku bunga dan instrument lain
yang dilarang dalam syariah?

Dalam Al-Qur’ an maupun sunnah tidak ditemukan secara spesifik keharusan untuk menggunakan
dinar (emas) dan dirham (perak) sebagai standard nilai tukar uang (full-bodied
monometallicstandard). Khalifah Umar Bin Khatab (23/644), telah mencoba untuk memperkenalkan
jenis uang dari kulit binatang. Oleh beberapa fuqaha terkemuka keberadaan uang fiducier ini juga
mendapat dukungan seperti Ahmad Ibn Taimiyah (505/1328). Merujuk dari pendapat para fuqaha ini
tidak diketemukan akan keharusan memakai emas dan perak sebagai alat pembayar, walaupun pada
masa itu keberadaan full-bodied money merupakan sebuah kelaziman.

Namun disamping membolehkah uang fiducier, Ibn Taimiyah mengingatkan bahwa penggunaan
uang ini akan mengakibatkan hilangnya uang dinar dan emas dari peredaran karena adanya
hukuman Gresham. Imam Al-Ghazali (1058-111 m) memperbolehkan penggunaan unag yang tidak
dikaitkan dengan emas/perak selama pemerintah mampu menjaga nilainya.

Kestabilan makro ekonomi merupakan hasil dari sebuah upaya yang konsisten dan integral yang
dilakukan oleh Bank Indonesia bersama pemerintah melalui kebijakan moneter, perbankan, dan
fiskal. Di bidang moneter, strategi kebijakan moneter untuk secara konsisten diarahkan pada
kestabilan harga melalui pencapaian target inflasi jangka panjang dengan tetap memberikan ruang
gerak pada pemulihan ekonomi jika inflasi bergerak pada arah yang kondusif. Di bidang perbankan,
restrukturisasi dan reformasi sektor perbankan terus dilakukan untuk memperbaiki struktur neraca
sekaligus memperkuat infra struktur menuju sistem perbankan yang tangguh yang ikut memberikan
kontribusinya dalam menciptakan stbilitas sistem keuangan.

Kebijakan moneter dilakukan oleh,Bank Indonesia adalah untuk mengendalikan laju inflasi dan
membantu kestabilan nilai tukar karena stabilitas harga merupakan prasyarat bagi pemulihan dan
kelancaran roda perekonomian. Dalam proses perubahan struktural yang terus berlangsung,
pengendalian moneter dengan menggunakan intermediate target base money menjadi kurang
efektif, terutama karena tranmisi kebijakan moneter masih terus berubah dan hubungan antara
intermediate target dengan inflasi sebagai final target selalu berubah.

Dalam kondisi yang demikian, salah satu altematif yang di’ lakukan adalah mentargetkan secara
langsung kepada sasaran akhir kebijakan moneter yaitu inflasi atau yang sering disebut sebagai
inflation targeting. Inflation targeting adalah sebuah kerangka kebijakan yang dicirikan paling tidak
oleh tiga hal yaitu kebijakan mo

meter diarahkan untuk mencapai target inflasi yang diumumkan secara eksplisit kepada publik,
kebijakan moneter dilakukan dengan merespon perkembangan inflasi kedepan dan kebijakan
moneter dilakukan secara transparan dengan akuntabilitas yang terukur.

H. INSTRUMEN MONETER ISLAM

Kebijakan moneter yang diformulasikan dalam sebuah perekonomian Islam adalah menggunakan
cadangan uang dan bukan suku bunga, bank sentral harus menggunakan kebijakan moneter untuk
menghasilkan suatu pertumbuhan dalam sirkulasi uang yang mencukupi untuk untuk membiayai
pertumbuhan potensial dalam output dalam periode menengah dan panjang dalam kerangka harga
yang stabil dan sasaran sosio ekonomi lainnya. Tujuannya untuk menjamin Ekspansi moneter yang
pas, tidak terlalu lambat tetapi tidak terlalu cepat, tetapi mampu menghasilkan kesejahteraan yang
merata bagi masyarakat.

a. Mazhab pertama (iqtishaduna) Pada awal Islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan suatu
kebijakan moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya penggunaan
uang, jadi tidak ada alasan yang memadai untuk uang hanya dipertukarkan dengan sesuatu yang
benar-benar memberikan nilai tambah bagi perekonomian. Transaksi seperti judi, riba dilarang
dalam Islam sehingga keseimbangan seperti arus uang dan barang /jasa dapat dipertahankan. Jika
diperhatikan, maka tampak bahwa perputaran uang dalam periode tertentu sama dengan nilai
barang dan jasa yang diproduksi pada rentang waktu yang sama.

Menurut mazhab Iqtishaduna, instrument yang digunakan adalah berhubungan dengan konsumsi,
tabungan dan investasi, serta perdagangan telah menciptakan instrumen otomatis untuk
pelaksanaan kebijakan moneter. Pada satu sisi sistem ini

menjamin keseimbangan uanng dan barang/ jasa dan pasa sisi lainnya mencegah penggunaan
tabungan untuk tujuan selain menciptakan kesejahteraan yang lebih nyata masyarakat.

b. Mazhab kedua (Mainstream)

Tujuan kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah adalah maksimisasi sumber daya (resources)
untuk kegiatan perekonomian produktif. Al-Quran melarang praktek penumpukan (Money hoarding)
karena membuat uang tersebut tidak memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Kekayaan yang menumpuk tersebut akan menjadikan sumber dana yang sebenarnya
produktif menjadi tidak produktif. Oleh karena itu, mazhab ini merancang sebuah instrumen
kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi kecilnya pemintaan uang agar dapat dialokasikan
pada peningkatan produktifitas, perekonomian secara keseluruhan.

c. Mazhab ketiga (Alternatif)


Mazhab ini sangat banyak dipengaruhi oleh pemjkir-pemjkir ilmiah Dr. M.A. Choudhury. Sistem
kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab ini adalah berdasarkan musyawarah sebelumnya
dengan otoritas sektor riil. Jadi, keputusan-keputusan kebijakan moneter yang kemudian dituangkan
dalam bentuk instrumen moneter biasanya adalah harmonisasi dengan kebijakan-kebijakan disektor
riil.

Menurut pemikiran yang ada pada mazhab ini, kebijakan moneter itu adalah repeated gamer in the
game theory dimana bentuk kurva penawaran dan permintaan uang adalah seperti tambang yang
melilit dan berslope positif sebagai akibat dari knowleadge induced process dan information sharing
yang amat baik.

Fokus kebijakan moneter islam lebih tertuju pada pemeliharaan berputarnya sumber daya ekonomi,
dimana ini menjadi inti ekonomi islam pada semua bentuk kebijakan dan ketentuan

yang diperkenankan oleh syariah. Sebenamya saat ini masih terus diperbincangkan instrumen apa
yang sebenarnya tepat untuk dijadikan alat dalam mencapai tujuan-tujuan sistem perekonomian
Islam, khususnya dalam sektor moneter. Selain mempertimbangkan sasaran kebijakan, perumusan
atau penentuan instrumen tersebut tentu mempertimbangkan juga sinkronisasi instrumen terhadap
prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang ada dalam syariat.

Oleh karena itu, maka instrumen moneter bank syariah adalah hukum syariah. Hampir semua
instrumen moneter pelaksanaan kebijakan moneter konvensional maupun surat berharga yang
menjadi underlying-nya mengandung unsur bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen
konvensional yang mengandung unsur bunga (bank rates, discount rate, open market operation
dengan sekuritas bunga yang ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan pada pelaksanaan
kebijakan moneter berbasis Islam.Al-Baqarah:278

”Hai orang-orang yan g beriman, bertakwalah kepada Allah drm tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. ”

Tetapi sejumlah instrumen kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi Islam
masih dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve Requirement, overall and
selecting credit ceiling, moral suasion and change in monetary base. Operasi pasar terbuka dapat
juga dikendalikan melalui bentuk sekuritas berdasarkan ekuitas (equity based type of securities).

Menurut Umar Chapra mekanisme kebijakan moneter yang sesuai dengan syariah Islam harus
mencakup enam elemen yaitu:
Target Pertumbuhan M dan Mo. Setiap tahun Bank Sentral hams menentukan pertumbuhan
peredaran uang (M) sesuai dehgan sasaran ekonomi nasional. Pertumbuhan M terkait erat dengan
pertumbuhan Mo (hight powered money: uang dalam sirkulasi Clan deposito pada bank sentral).
Bank sentral harus mengawasi secara ketat pertumbuhan Mo yang dialokasikan untuk pemerin

tah, bank komersial dan lembaga keuangan sesuai proporsi yang ditentukan berdasarkan kondisi
ekonomi, dan sasaran dalam perekonomian Islam. Mo yang disediakan untuk bank-bank komersial
terutama dalam bentuk mudharabah harus dipergunakan oleh bank sentral sebagai instrumen
kualitatif dan kuantitatif untuk mengendalikan kredit.

Public Share of Demand Deposit (Uang giral). Dalam jumlah tertentu demand deposit bank-bank
komersial (maksimum 25%) harus diserahkan kepada pemerintah untuk membiayai proyekproyek
sosial yang menguntungkan.

Statutory Reserve Requirement (Cadangan Wajib Minimum). Bank-bank komersil diharuskan


memiliki cadangan wajib dalam jumlah tertentu di Bank Sentral. Statutory Reserve Requirements
membantu memberikan jaminan atas deposit dan sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang
memadai bagi bank. Sebaliknya, Bank Sentral harus mengganti biaya yang dikeluarkan untuk
memobilisasi dana yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial ini.

Credit Ceilings (Pembatasan Kredit). Kebijakan menetapkan batas kredit yang boleh dilakukan oleh
bank-bank komersil untuk memberikan jaminan bahwa penciptaan kredit sesuai dengan target
moneter dan menciptakan kompetisi yang sehat antar bank komersial.

Alokasi Kredit yang berorientasi kepada nilai. Realisasi kredit harus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat . Alokasi kredit mengarah pada optimisasi produksi dan distribusi barang dan jasa yang
diperlukan oleh sebagian besar masyarakat. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian kredit juga
diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat. Untuk itu perlu adanya jaminan kredit yang disepakati
oleh pemerintah dan bank-bank komerisal untuk mengurangi risiko dan biaya yang harus ditanggung
bank.

Teknik yang Lain. Teknik kualitatif dan kuantitatif diatas harus dilengkapi dengan senjata-senjata lain
untuk merealisasikan sasaran yang diperlukan termasuk diantranya moral suasion atau himbauan
moral.

Dari literatur perbankan Islam, beberapa alternatif instrumen kebijakan moneter yang dapat dipakai
bank sentral antara lain:

Government Deposits, kewenangan bank sentral untuk memindahkan demand deposit pemerintah
yang ada di bank sentral dari dan ke bank komersial untuk memberi dampak langsung pada
cadangan bank-bank komersil
Mengatur nilai tukar mata uang asing bersama-sama bank sentral dan bank komersil, persetujuan
tukar menukar mata uang asing secara bersama-sama.

Common Pool, langkah ini diambil atas dasar semangat kerjasama yang mensyaratkan bank-bank
komersil untuk menyisihkan sebagian dari deposit dalam jumlah tertentu dengan tujuan untuk
meringankan persoalan likuiditas yang dialami sesuatu bank.

Equity-Base Instruments. Jual beli surat berharga, saham dan sertifikat bagi hasil berdasarkan
penyertaan. Instrumen ini dapat menggantikan obligasi pemerintah dalam operasi pasar.

Change in The Profit and Loss Sharing Ratio, Bank sentral mangeluarkan variasi rasio bagi hasil untuk
aktivitas mudharabah untuk bank komersial dan untuk para deposan kepada wirausahawan.

Refinance Ratio (Rasio pembiayaan kembali) menurut Dr. Siddiqi sebagai pesuatu pembiayaan yang
diberikan bank sentral kepada bank komersial sebagai bagian dari qordhul hasan yang diberikan oleh
mereka.

Lending ratio. Rasio pemberian pinjaman merupakan persentase uang giral yang dapat dipinjamkan
oleh bank sentral sebagai

bagian dari qordhul hasan yang diberikan oleh mereka bagi nasabah mereka.

Saat ini terdapat beberapa bank sentral, baik yang menggunakan single banking (bank Islam saja)
maupun dual banking system yang telah menciptakan dan menggunakan instrumen pengendalian
moneter ataupun menggunakan surat berharga dengan underlying pada transaksi-transaksi syariah.
Prinsip transaksi syariah yang digunakan antara lain adalah Wadiah, Musyarakah, Mudharabah, Ar-
Rahn, maupun Al-Ijarah.

Prinsip Wadiah Digunakan di Indonesia berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan
Malaysia berupa Wadiah In terbank Acceptance (WIA). Prinsip Musyarakah Negara yang
menggunakan mekanisme ini adalah Sudan yang dikenal sebagai Government Musharakah
Certlficate (GMC) dan Central Bank Musyarakah Certificate (CMC). Prinsip Mudharabah Negara yang
menggunakan Republik Iran dikenal dengan National Participation Paper (NPP), Bank Negara
Malaysia Mudharabah Money Market Operations. Prinsip Al Ijarah Instrumen pengendalian moneter
yang digunakan antara lain Sukuk Al Ijarah. Negara-negara yang sudah menerbitkan Sukuk dan
menggunakannya sebagai instrumen pengendalian moneter antara lain adalah Malaysia dan
Bahrain.

Anda mungkin juga menyukai