Anda di halaman 1dari 6

1.

Dalam mempelajari Toxicologi suatu bahan, seberapa jauh yang harus diketahui dari
bahan itu ?

2. Suatu bahan racun dibawa dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh melalui
mekanisme transport antara lain diffusi. Jelaskan mekanisme difusi dalam tubuh.

3. Bagaimana mekanisme Gas meracuni tubuh.

4. Jelaskan mekanisme biotransformasi pesticida organophosphor dalam tubuh.

5. Menurut saudara Pneumoconiosis mana yang paling berbahaya dan jelaskan


sebabnya, keadaan klinis, diagnosis dan prognosisnya

Jawab :

1. Untuk menghindari agar tidak keracunan adalah dengan tidak menggunakan bahan
beracun atau tidak kontak dengan bahan beracun. Namun dalam dunia industri tentu
saja hal itu sulit dilakukan, karena kita memerlukan bahan-bahan kimia didalam
proses produksi sehari-hari, artinya hampir setiap hari kita bergelut dengan bahan
kimia yang sebagian besar beracun. Dalam situasi seperti ini, dimana kita tidak bisa
menghindari menggunakan bahan-bahan kimia beracun, maka yang harus kita
lakukan adalah:
 Mengenal bahan kimia yang kita gunakan dengan baik. Kenalilah sifat-sifat kimia
terutama sifat toksik dari bahan yang kita gunakan sehingga kita tahu efek yang dapat
ditimbulkannya.
 Mengetahui cara penanganan dan penggunaanya secara baik untuk menghindari
paparan yang tidak perlu.
 Usahakan seminimal mungkin untuk kontak atau terpapar terhadap bahan kimia
beracun tersebut. Hati-hati jika pada bahan kimia cair yang mudah menguap, jangan
berasumsi bahwa semua cairan tidak mengguap, salah satu indikator bahwa bahan
kimia cair menguap adalah adanya bau yang ditimbulkan, namun tidak semua uap
kimia berbau.
 Gunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat dalam menangani bahan kimia
beracun. Jika bekerja dengan bahan kimia cair maka gunakan safety glove yang sesuai
dan safety glases jika diperlukan. Jika bekerja dengan bahan kimia berupa gas atau
uap maka gunakan respirator yang dapat melindungi dari uap atau gas kimia.
 Kenali cara penanganan jika terjadi tumpahan atau kebocoran bahan kimia beracun
tersebut.
 Pelajari tindakan pertolongan pertama (first aids) jika terjadi kecelakaan keracunan
pada saat bekerja.
 Konsultasikan kesehatan anda dengan Dokter jika ada gejala-gejala keracunan yang
anda rasakan.
2. Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon:
semua hasil pembakaran menghasilkan gas ini, begitu juga proses
industri. Gas ini menimbulkan efek sistematik, karena meracuni
tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi
oksigenasi jaringan tubuh akibatnya apabila otak kekurangan
oksigen dapat menimbulkan kematian. Dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan gangguan berpikir, gerakan otot, gangguan jantung.

Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang
kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta
partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu
(tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.
Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus
menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang
bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan
yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka


(hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel
tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi
yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:
 Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan
berkontraksi/memendek/mengkerut
 Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
 Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi
reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya
menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara
napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran
napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama
saat mengeluarkan napas.
Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai
berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat
di dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat
hilang sendiri tanpa diobati.
Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada
berkontraksi sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak
seperti orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk
berusaha bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur
meskipun dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan
timbul komplikasi yang serius.
Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2
padaalveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak)
yang sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat,
telapak tangan dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah
dan kesadaran menurun.
Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam
keadaan bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah sakit/minta
pertolongan dokter yang terdekat.
Silikosis (Silicosis) adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru.

Terdapat 3 jenis silikosis:


1. Silikosis Kronis Simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka
panjang (lebih dari 20 tahun).
Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan
kelenjar getah bening dada.
2. Silikosis Akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama
waktu yang lebih pendek (4-8 tahun).
Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat.
3. Silikosis Akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu
yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak
nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.
Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat
pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal.

PENYEBAB
Silikosis terjadi pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah
unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada:
- buruh tambang logam,
- pekerj\ pemotong batu dan granit,
- pekerja pengecoran logam, dan
- pembuat tembikar.

Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan
terowogan dan pembuatan alat pengampelas sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi,
gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun.

Bila terhirup, serbuk silika masuk ke paru-paru dan sel pembersih (misalnya makrofag) akan
mencernanya. Enzim yang dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada
paru-paru. Pada awalnya, daerah parut ini hanya merupakan bungkahan bulat yang tipis (silikosis
noduler simplek). Akhirnya, mereka bergabung menjadi massa yang besar (silikosis konglomerata).
Daerah parut ini tidak dapat mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru-paru menjadi
kurang lentur dan penderita mengalami gangguan pernafasan.

GEJALA
Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita
batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis). Silikosis konglomerata bisa
menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas. Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan
aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat.

Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja.
Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal.
Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis, penderita silikosis
mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.

Gejala tambahan yang mungkin ditemukan, terutama pada silikosis akut:


- demam,
- batuk,
- penurunan berat badan, dan
- gangguan pernafasan yang berat.

DIAGNOSA
Biasanya akan ditanyakan secara terperinci mengenai jenis pekerjaan, hobi dan aktivitas lainnya yang
kemungkinan besar merupakan sumber pemaparan silika.

Pemeriksaan yang dilakukan:


 Rontgen dada (terlihat gambaran pola nodul dan jaringan parut)
 Tes fungsi paru
 Tes PPD (untuk TBC).

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit,
sangat penting untuk menghilangkan sumber pemaparan. Terapi suportif terdiri dari obat
penekan batuk, bronkodilator dan oksigen. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah:


- membatasi pemaparan terhadap silika
- berhenti merokok
- menjalani tes kulit untuk TBC secara rutin.

Penderita silikosis memiliki resiko tinggi menderita Tuberkulosis (TBC), sehingga dianjurkan
untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. Silika diduga mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab TBC. Jika hasilnya positif, diberikan obat anti TBC.

PENCEGAHAN
Pengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis. Jika
debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya dalam industri peledakan), maka pekerja harus
memakai peralatan yang memberikan udara bersih atau sungkup.

Pekerja yang terpapar silika, harus menjalani foto rontgen dada secara rutin. Untuk pekerja
peledak pasir setiap 6 bulan dan untuk pekerja lainnya setiap 2-5 tahun, sehingga penyakit ini
dapat diketahui secara dini. Jika foto rontgen menunjukkan silikosis, dianjurkan untuk
menghindari pemaparan terhadap silika.

Anda mungkin juga menyukai