Anda di halaman 1dari 84

ANGGARAN DASAR

dan
ANGGARAN
RUMAH TANGGA

Ditetapkan oleh:
Musyawarah Nasional XX
Tahun 2014
ANGGARAN DASAR
dan
ANGGARAN
RUMAH TANGGA

Hasil Musyawarah Nasional XX


Palang Merah Indonesia
di Jakarta, tanggal 15-18 Desember 2014
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kami segenap
Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) bersama jajaran
pengurus PMI Se-Indonesia, telah menetapkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga melalui Musyawarah Nasional PMI ke-XX
yang berlangsung pada tanggal 16-19 Desember 2014 di Jakarta.

Dengan berazaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan Prinsip-prinsip


Dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah,
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini disusun sebagai
pondasi yang mengatur jalannya organisasi Perhimpunan Palang
Merah Indonesia, sebagai konstitusi organisasi yang wajib dipahami
dan dijadikan acuan dalam menjalankan roda organisasi
Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

Diharapkan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini dapat


membuat Palang Merah Indonesia bertambah solid dan profesional,
dalam melakukan tugas-tugas kemanusiaan, sebagai satu-satunya
organisasi kemanusiaan yang berada dibawah bendera Gerakan
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Dengan dukungan dari segenap masyarakat Indonesia, semoga


langkah kita bersama untuk mewujudkan PMI yang dicintai
masyarakat dapat terwujud.

Semoga Tuhan yang Maha Kuasa melindungi kita semua. Amin.


MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR
DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERHIMPUNAN PALANG MERAH
INDONESIA

MUKADIMAH

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,

Sesungguhnya setiap manusia, sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sejak
dilahirkan pada hakekatnya mempunyai derajat, hak serta martabat yang
sama sebagai makhluk sosial saling memerlukan satu sama lain, karena
didasarkan atas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
menjadi kewajiban bagi seluruh umat manusia untuk saling tolong menolong
dalam penderitaan, tanpa membedakan agama, bangsa, suku bangsa,
golongan, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan pandangan politik.

Dengan dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang adil dan beradab dengan
didorong oleh semangat Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah untuk meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya,
maka pada tanggal 17 September 1945 dalam rangka usaha turut mengisi
kemerdekaan bangsa Indonesia didirikanlah Perhimpunan Palang Merah
Indonesia sebagai suatu organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang
kemanusiaan yang awal pembentukannya diprakarsai Pemerintah.

Palang Merah Indonesia merupakan sebuah perhimpunan bantuan sukarela,


yang membantu Pemerintah dibidang kemanusiaan, sesuai Konvensi Jenewa
1949 dan merupakan satu-satunya Perhimpunan Palang Merah Nasional yang
dapat menjalankan kegiatannya di wilayah hukum Republik Indonesia, dan
hubungan dengan Pemerintah, Palang Merah Indonesia mempertahankan

1
MUKADIMAH

otonominya yang memungkinkan untuk bertindak sesuai dengan Prinsip


Dasar Gerakan.

Dalam rangka usaha menjalin kasih sayang terhadap sesama manusia


berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dan turut memelihara
budi pekerti yang luhur menuju ke arah terwujudnya masyarakat yang
berkeadilan sosial dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
menjalankan misinya, Perhimpunan ini berpegang teguh pada Prinsip-prinsip
Dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yaitu :

KEMANUSIAAN : Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit


Merah didirikan berdasarkan keinginan memberi
pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di
dalam pertempuran, mencegah, dan mengatasi
penderitaan sesama manusia yang terjadi di mana pun.
Tujuan gerakan adalah melindungi hidup dan kesehatan
serta menjamin penghargaan kepada umat manusia.
Gerakan menumbuhkan saling pengertian,
persahabatan, kerja sama, dan perdamaian abadi bagi
sesama manusia.

KESAMAAN : Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar


kebangsaan, ras, agama, atau pandangan politik.
Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan
manusia sesuai dengan kebutuhannya dan
mendahulukan keadaan yang paling parah.

KENETRALAN : Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua


pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau
melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras,
agama, atau ideologi.

2
MUKADIMAH

KEMANDIRIAN : Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional


di samping membantu pemerintahnya dalam bidang
kemanusiaan, juga harus menaati peraturan
negaranya, harus selalu menjaga otonominya
sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-
prinsip gerakan ini.

KESUKARELAAN : Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan


sukarela yang tidak didasari oleh keinginan untuk
mencari keuntungan apapun.

KESATUAN : Di dalam satu negara hanya ada satu perhimpunan


Palang Merah yang terbuka untuk semua orang dan
melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh
wilayah.

KESEMESTAAN : Gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit


Merah bersifat semesta. Setiap perhimpunan
nasional mempunyai status yang sederajat serta
berbagi hak dan tanggung jawab dalam menolong
sesama manusia.

Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran


Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

3
ANGGARAN
DASAR
PMI

5
ANGGARAN DASAR PMI

DAFTAR ISI ANGGARAN DASAR

BAB JUDUL PASAL HAL

BAB I NAMA, WAKTU, STATUS, DAN KEDUDUKAN (1-4) 7


BAB II AZAS DAN TUJUAN (5-6) 7
BAB III MANDAT DAN TUGAS POKOK (7-8) 8
BAB IV LAMBANG DAN LAGU (9-10) 9
BAB V KEANGGOTAAN (11-13) 9
BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA (14) 10
BAB VII SUSUNAN DAN KEDUDUKAN (15-16) 10
BAB VIII STRUKTUR DAN KOMPONEN ORGANISASI (17-19) 11
BAB IX KEPENGURUSAN (20-28) 12
BAB X MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (29-38) 18
BAB XI PERSYARATAN PENGURUS PMI (39-40) 24
BAB XII TATA CARA PEMILIHAN (41-46) 26
BAB XIII KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN (47-48) 28
BAB XIV SUKARELAWAN (49-52) 28
BAB XV KARYAWAN/STAF (53) 30
BAB XVI MARKAS DAN KEPALA MARKAS (54-58) 31
BAB XVII PEMBINAAN, PEMBERHENTIAN, (59-63) 32
PEMBEKUAN DAN KEPENGURUSAN.
BAB XVIII PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH (64) 34
PEMEKARAN
BAB XIX MAHKAMAH ORGANISASI DAN UPAYA (65-69) 34
HUKUM
BAB XX KEUANGAN (70-72) 36
BAB XXI PERBENDAHARAAN (73-77) 36
BAB XXII PENGEMBANGAN SUMBER DAYA (78-79) 38
BAB XXIII PELAYANAN DONOR DARAH (80) 39
BAB XXIV HUBUNGAN DAN KERJA SAMA (81) 39
BAB XXV PENGHARGAAN (82) 40
BAB XXVI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN (83-85) 40
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB XXVII KETENTUAN LAIN (86) 41
BAB XXVIII PERATURAN PERALIHAN (87) 42
BAB XXIX PENUTUP (88) 42

6
ANGGARAN DASAR PMI

BAB I
NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

Perhimpunan ini bernama Palang Merah Indonesia, disingkat PMI.

Pasal 2

PMI didirikan di Jakarta, Tanggal 17 September 1945, untuk kurun waktu yang
tidak ditentukan.

Pasal 3

PMI adalah organisasi yang berstatus badan hukum yang disahkan dengan
Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950 dan Keputusan Presiden RI No. 246
Tahun 1963, untuk menjalankan kegiatan kepalangmerahan sesuai Konvensi
Jenewa tahun 1949.

Pasal 4

(1) PMI Pusat, berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.


(2) PMI Provinsi, berkedudukan di ibu kota Provinsi.
(3) PMI Kabupaten/Kota, berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota.
(4) PMI Kecamatan, berkedudukan di Kecamatan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 5

PMI berasaskan Pancasila.

7
ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 6

PMI bertujuan mencegah dan meringankan penderitaan sesama yang


disebabkan oleh bencana atau akibat ulah manusia dan kerentanan lainnya
dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku bangsa, warna kulit, jenis
kelamin, golongan, dan pandangan politik.

BAB III
MANDAT DAN TUGAS POKOK

Pasal 7

Mandat PMI adalah menjalankan pekerjaan di bidang kepalangmerahan, baik


di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, maupun di luar negeri.

Pasal 8

(1) Tugas pokok PMI adalah:


a. bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia
dalam pelaksanaan hubungan luar negeri di bidang
kepalangmerahan menurut Konvensi Jenewa tahun 1949;
b. mempersiapkan dan melaksanakan tugas-tugas bantuan
penanggulangan bencana, baik di dalam maupun di luar negeri;
c. melaksanakan tugas-tugas lain di bidang kepalangmerahan yang
diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia; dan
d. menjalankan semua kegiatan PMI dengan berpegang pada ketentuan
perundang-undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia.
(2) Selain tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, PMI
juga melaksanakan tugas sebagaimana yang dimandatkan oleh Statuta
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

8
ANGGARAN DASAR PMI

BAB IV
LAMBANG DAN LAGU

Pasal 9

Lambang PMI sebagai tanda pengenal organisasi di Indonesia yang telah


ditunjuk untuk menjalankan pekerjaan palang merah sesuai Konvensi
Jenewa tahun 1949 adalah palang merah di atas dasar warna putih dilingkari
garis merah yang berbentuk bunga berkelopak lima sebagai
pengejawantahan dari dasar negara, yakni Pancasila dengan tulisan Palang
Merah Indonesia atau PMI.

Pasal 10

Lagu PMI terdiri dari Hymne PMI dan Mars PMI.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 11

(1) Anggota PMI adalah pribadi-pribadi/individu yang memenuhi syarat


sebagai anggota PMI.
(2) Anggota PMI berjenjang pada semua tingkat kepengurusan dari Pusat
sampai dengan tingkat Kecamatan.
(3) Keanggotaan PMI terbuka bagi setiap orang tanpa membedakan agama,
bangsa, suku bangsa, golongan, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan
pandangan politik.

Pasal 12

Anggota PMI terdiri dari:


a. Anggota Biasa;

9
ANGGARAN DASAR PMI

b. Anggota Luar Biasa; dan


c. Anggota Kehormatan;

Pasal 13

Ketentuan tentang persyaratan keanggotaan dan penerimaan Anggota


diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan/atau Peraturan Organisasi.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 14

Anggota PMI mempunyai hak dan kewajiban yang mengikat dalam organisasi
PMI.

BAB VII
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN

Pasal 15

Susunan dan kedudukan organisasi PMI terdiri dari:


a. Pelindung;
b. Dewan Kehormatan; dan
c. Pengurus.

Pasal 16

Pelindung PMI terdiri dari:


a. Tingkat Pusat yaitu Presiden;
b. Tingkat Provinsi yaitu Gubernur;

10
ANGGARAN DASAR PMI

c. Tingkat Kabupaten/Kota yaitu Bupati/Walikota; dan


d. Tingkat Kecamatan yaitu Camat.

BAB VIII
STRUKTUR DAN KOMPONEN ORGANISASI

Pasal 17

Struktur organisasi PMI terdiri atas:


a. PMI Pusat;
b. PMI Provinsi;
c. PMI Kabupaten/Kota; dan
d. PMI Kecamatan.

Pasal 18

Komponen PMI terdiri atas:


a. Pengurus;
b. Anggota;
c. Sukarelawan; dan
d. Karyawan.

Pasal 19

(1) Dewan Kehormatan berjumlah paling banyak 5 (lima) orang, terdiri dari
seorang Ketua dan Anggota.
(2) Dewan Kehormatan tidak mempunyai hubungan bersifat struktural dan
berjenjang dari Pusat sampai dengan Kecamatan.

11
ANGGARAN DASAR PMI

(3) Kepengurusan PMI mempunyai hubungan bersifat struktural dan


berjenjang dari Pusat sampai dengan Kecamatan.

BAB IX
KEPENGURUSAN

Pasal 20

(1) Pengurus adalah orang perseorangan yang dipilih dan ditetapkan


berdasarkan hasil Musyawarah atau Musyawarah Luar Biasa PMI pada
setiap tingkatan untuk menjalankan roda organisasi secara kolektif.
(2) Pengurus PMI terdiri dari:
a. Pengurus PMI tingkat Pusat disebut Pengurus Pusat;
b. Pengurus PMI tingkat Provinsi disebut Pengurus Provinsi;
c. Pengurus PMI tingkat Kabupaten/Kota disebut Pengurus
Kabupaten/Kota; dan
d. Pengurus PMI tingkat Kecamatan disebut Pengurus Kecamatan.

Pasal 21

(1) Ketua Umum dipilih untuk masa bakti selama 5 (lima) tahun dan dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.
(2) Ketua PMI Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan dipilih untuk masa
bakti selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali sesuai dengan
kondisi dan situasi di wilayah.

Pasal 22

Pengurus PMI Pusat mempunyai tugas:


a. menegakkan dan mengawasi pelaksanaan Prinsip-prinsip Dasar
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;

12
ANGGARAN DASAR PMI

b. mengembangkan organisasi PMI agar dapat melaksanakan tugas


pokok dan fungsi sesuai dengan mandat dan penugasan yang
diberikan;
c. menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional,
Musyawarah Kerja Nasional dan/atau memperhatikan saran-saran
dari Pelindung;
d. melaksanakan Musyawarah Nasional dan Musyawarah Kerja Nasional;
e. memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional;
f. mengesahkan susunan Pengurus Provinsi;
g. mengambil kebijakan organisasi PMI;
h. mempertimbangkan saran dari Pelindung;
i. mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Pusat, Direktur
RS dan Direktur/Kepala UDD/UTD serta Kepala Unit pengembangan
sumber daya lainnya, di tingkat PMI Pusat;
j. mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas
PMI Pusat, Direktur RS dan Direktur/Kepala UDD/UTD serta Kepala
Unit pengembangan sumber daya lainnya, di tingkat PMI Pusat;
k. memutuskan pengadaan aset untuk PMI Pusat dan pemanfaatan
aset-aset PMI untuk disewakan, dijaminkan, dan dijual kepada pihak
ketiga atau dihapuskan berdasarkan keputusan rapat Pengurus
Pusat;
l. melaksanakan pembinaan terhadap kepengurusan PMI di setiap
tingkatan organisasi;
m. melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pelindung secara berkala;
dan
n. mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi.

Pasal 23

Pengurus Pusat berkewajiban:


a. melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

13
ANGGARAN DASAR PMI

b. melaksanakan dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan


keputusan Musyawarah Nasional dan Musyawarah Kerja Nasional;
c. mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya pada Musyawarah
Nasional; dan
d. mengesahkan dan melantik Pengurus Provinsi.

Pasal 24

Pengurus PMI Provinsi mempunyai tugas:


a. mengembangkan organisasi PMI di wilayah kerjanya untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat yang
diberikan;
b. menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga;
c. melaksanakan Musyawarah Provinsi, dan Musyawarah Kerja
Provinsi;
d. melaksanakan Keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah
Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi, dan Musyawarah Kerja
Provinsi;
e. memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Provinsi;
f. mengesahkan susunan kepengurusan PMI Kabupaten/Kota;
g. mengambil kebijakan organisasi PMI di wilayahnya;
h. mempertimbangkan saran dari Pelindung;
i. mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Provinsi,
Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan
sumber daya lainnya, di tingkat PMI Provinsi;
j. mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala
Markas PMI Provinsi, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit
pengembangan sumber daya lainnya, di tingkat PMI Provinsi;

14
ANGGARAN DASAR PMI

k. memutuskan pengadaan aset untuk PMI Provinsi dan


mengusulkan pelepasan aset-aset PMI Provinsi kepada PMI Pusat
untuk disewakan, dijaminkan, dan dijual kepada pihak ketiga
atau dihapuskan, serta pembelian aset baru, berdasarkan
keputusan rapat Pengurus Provinsi;
l. melaksanakan pembinaan terhadap kepengurusan PMI
Kabupaten/Kota;
m. melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pelindung PMI Provinsi
secara berkala;
n. membuat dan menetapkan kebijakan PMI Provinsi yang mengacu
pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasil
Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja
Nasional, dan Musyawarah Kerja Provinsi;
o. mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi di daerahnya; dan
p. mengesahkan dan melantik Pengurus Kabupaten/Kota.

Pasal 25

Pengurus Provinsi berkewajiban :


a. menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional,
Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah
Kerja Provinsi, keputusan-keputusan/Peraturan Organisasi
tingkat pusat, serta memperhatikan saran-saran dari Pelindung;
b. melaksanakan Musyawarah Provinsi dan memberikan
pertanggungjawaban kepada Musyawarah Provinsi;
c. mengesahkan susunan Pengurus Kabupaten/Kota hasil
Musyawarah Kabupaten/Kota;
d. m e n g a m b i l k e b i j a k a n o r g a n i s a s i u n t u k Pe n g u r u s
Kabupaten/Kota, jika Pengurus Kabupaten/Kota tidak dapat
mengambil keputusan dengan mempertimbangkan saran-saran
dari Pelindung.

15
ANGGARAN DASAR PMI

e. melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Pengurus


Kabupaten/Kota;
f. mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Provinsi,
Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber
daya lainnya, di tingkat PMI Provinsi;
g. mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas
PMI Provinsi, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit
pengembangan sumber daya lainnya, di tingkat PMI Provinsi; dan
h. mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana program
pokok serta pelaksanaan tugas lainnya selama masa baktinya pada
Musyawarah Provinsi dan melantik Pengurus Kabupaten/Kota.

Pasal 26

Pengurus Kabupaten/Kota bertugas:


a. membangun dan mengembangkan organisasi PMI agar dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat dan
penugasan yang diberikan;
b. menegakkan dan mengawasi pelaksanaan Prinsip-prinsip Dasar
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;
c. membuat dan menetapkan kebijakan yang mengacu pada
Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasil
Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah
Kabupaten/Kota, Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja
Provinsi, dan Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota;
d. mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi di wilayah kerjanya;
e. mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI
Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit
Pengembangan Sumber Daya lainnya, di tingkat PMI Kabupaten/
Kota;

16
ANGGARAN DASAR PMI

f. mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala


Markas PMI Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala UDD/UTD dan
Kepala Unit Pengembangan Sumber Daya lainnya, di tingkat PMI
Kabupaten/Kota;
g. mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana program
pokok serta pelaksanaan tugas lainnya selama masa baktinya
pada Musyawarah Kabupaten/Kota; dan
h. melantik Pengurus Kecamatan.

Pasal 27

Pengurus Kabupaten/Kota berkewajiban:


a. menjalankan segala ketentuan yang tercantum dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah
Nasional, Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi,
Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota,
Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota, keputusan-keputusan
/Peraturan Organisasi tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota
serta memperhatikan saran-saran dari Pelindung;
b. melaksanakan Musyawarah Kabupaten/Kota, dan Musyawarah
Kerja Kabupaten/Kota;
c. memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah
Kabupaten/Kota;
d. menetapkan dan mengesahkan susunan Pengurus Kecamatan; dan
e. mengambil kebijakan organisasi PMI di Kecamatan, sehubungan
dengan Pengurus PMI Kecamatan tidak dapat mengambil keputusan
dengan mempertimbangkan saran dari Camat.

Pasal 28

Pengurus PMI tingkat Kecamatan bertugas dan berkewajiban:


a. menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional,
Musyawarah Kerja Nasional;

17
ANGGARAN DASAR PMI

b. melaksanakan keputusan-keputusan/Peraturan Organisasi Tingkat


P u s a t , Ke p u t u s a n M u s y a w a r a h Pr o v i n s i , M u s y a w a r a h
Kabupaten/Kota, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah Kerja
Kabupaten/Kota, serta memperhatikan saran-saran dari Camat;
c. m e l a p o r k a n p e l a k s a n a a n t u g a s n y a k e p a d a Pe n g u r u s
Kabupaten/Kota dan Pelindung secara berkala; dan
d. mempertanggungjawabkan seluruh pelaksanaan tugasnya kepada
Pengurus Kabupaten/Kota.

BAB X
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 29

Musyawarah PMI terdiri atas:


a. Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah
Kabupaten/Kota, dan Musyawarah Kecamatan;
b. Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi,
Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota, dan Musyawarah Kerja
Kecamatan; dan
c. Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Provinsi Luar Biasa,
dan Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa.

Pasal 30

(1) M u s y a w a r a h N a s i o n a l , M u s y a w a r a h Pr o v i n s i , M u s y a w a r a h
Kabupaten/Kota, dan Musyawarah Kecamatan PMI masing-masing
diadakan 1 (satu) kali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.
(2) M u s y a w a r a h N a s i o n a l , M u s y a w a r a h Pr o v i n s i , M u s y a w a r a h
Kabupaten/Kota, dan Musyawarah Kecamatan sah apabila dihadiri oleh
sekurang–kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta yang berhak
hadir.

18
ANGGARAN DASAR PMI

(3) Setiap keputusan pada Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi,


Musyawarah Kabupaten/Kota, dan Musyawarah Kecamatan diambil
atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(4) Apabila tidak dapat diambil dengan suara bulat (aklamasi), keputusan
diambil dengan suara terbanyak (voting).

Pasal 31

(1) Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di


dalam PMI.
(2) Peserta Musyawarah Nasional adalah Pengurus Pusat PMI, utusan
Pengurus Provinsi PMI, dan utusan Pengurus Kabupaten/Kota PMI;
(3) Musyawarah Nasional dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan
oleh Pengurus Pusat.
(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.
(5) Peninjau hanya memiliki hak bicara.
(6) Musyawarah Nasional bertugas:
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Nasional;
b. menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat selama masa
baktinya;
c. menetapkan Pokok-pokok Kebijakan dan Rencana Strategis PMI
untuk kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;
d. memilih Pengurus Pusat PMI dan Dewan Kehormatan PMI untuk
masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
strategis.

Pasal 32

(1) Musyawarah Provinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di


dalam wilayah kerja Provinsi yang bersangkutan.

19
ANGGARAN DASAR PMI

(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah Pengurus Provinsi PMI dan utusan
Pengurus Kabupaten/Kota PMI di wilayah kerja Provinsi yang
bersangkutan serta utusan Pengurus Pusat.
(3) Musyawarah Provinsi dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh
Pengurus Provinsi.
(4) Peninjau hanya memiliki hak bicara.
(5) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.
(6) Musyawarah Provinsi bertugas:
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Provinsi;
b. menilai pertanggungjawaban Pengurus Provinsi;
c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan Tugas PMI di
dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun, berdasarkan Pokok-pokok Kebijakan dan Rencana
Strategis yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional PMI;
d. memilih Pengurus Provinsi PMI dan Dewan Kehormatan PMI untuk
masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
strategis.

Pasal 33

(1) Musyawarah Kabupaten/Kota merupakan pemegang kekuasaan


tertinggi di dalam wilayah kerja Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
(2) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah Pengurus Kabupaten/Kota
PMI, utusan Pengurus Kecamatan PMI, utusan Sukarelawan PMI dalam
wilayah kerja Kabupaten/Kota yang bersangkutan, serta utusan
Pengurus Provinsi.
(3) Musyawarah Kabupaten/Kota dapat dihadiri oleh Peninjau yang
ditentukan oleh Pengurus Kabupaten/Kota.
(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.
(5) Peninjau hanya memiliki hak bicara.

20
ANGGARAN DASAR PMI

(6) Dalam hal Kabupaten/Kota belum memiliki Kecamatan, Musyawarah


Kabupaten/Kota dihadiri oleh pengurus kabupaten/kota PMI, utusan
Sukarelawan PMI, dan Anggota PMI dalam wilayah kerja Kabupaten/Kota
yang bersangkutan.
(7) Musyawarah Kabupaten/Kota bertugas:
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah
Kabupaten/Kota;
b. menilai pertanggungjawaban Pengurus Kabupaten/Kota;
c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan di wilayah kerja
Kabupaten/Kota yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 (lima)
tahun berdasarkan Rencana Program PMI Provinsi serta Pokok-
pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Provinsi PMI;
d. memilih Pengurus Kabupaten/Kota PMI dan Dewan Kehormatan PMI
yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
strategis.

Pasal 34

(1) Musyawarah Kecamatan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di


dalam wilayah kerja Kecamatan yang bersangkutan.
(2) Peserta Musyawarah Kecamatan adalah Pengurus Kecamatan PMI,
utusan Aparat Desa/Kelurahan, utusan Sukarelawan di wilayah kerja
PMI Kecamatan yang bersangkutan, serta utusan Pengurus
Kabupaten/Kota.
(3) Musyawarah Kecamatan dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan
oleh pengurus Kecamatan.
(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.
(5) Peninjau hanya memiliki hak bicara.
(6) Dalam hal Kecamatan belum memiliki Desa/Kelurahan, Musyawarah
Kecamatan dihadiri oleh Pengurus Kecamatan PMI, utusan Sukarelawan
PMI, dan anggota PMI dalam wilayah kerja Kecamatan yang
bersangkutan.

21
ANGGARAN DASAR PMI

(7) Musyawarah Kecamatan bertugas:


a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah
Kecamatan;
b. menilai pertanggungjawaban Pengurus Kecamatan;
c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan di wilayah
kerja kecamatan yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 (lima)
tahun berdasarkan Rencana Program PMI Provinsi serta Pokok-
pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh
Musyawarah Nasional, dan Musyawarah Provinsi PMI dan
Musyawarah Kabupaten/Kota PMI;
d. memilih Pengurus Kecamatan PMI dan Dewan Kehormatan PMI
yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
strategis.

Pasal 35

(1) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah


Kerja Kabupaten/Kota, dan Musyawarah Kerja Kecamatan diadakan 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(2) Peserta Musyawarah Kerja Nasional terdiri atas Pengurus Pusat PMI dan
utusan Pengurus Provinsi PMI.
(3) Peserta Musyawarah Kerja Provinsi terdiri atas Pengurus Provinsi PMI
dan utusan Pengurus Kabupaten/Kota PMI.
(4) Peserta Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota terdiri atas Pengurus
Kabupaten/Kota PMI, utusan Pengurus Kecamatan PMI, dan utusan
Sukarelawan PMI dalam wilayah kerja Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
(5) Peserta Musyawarah Kerja Kecamatan terdiri atas Pengurus Kecamatan
PMI, utusan Pengurus Kabupaten/Kota PMI, utusan Sukarelawan PMI,
dan utusan Palang Merah Remaja.

22
ANGGARAN DASAR PMI

(6) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah


Kerja Kabupaten/Kota, Musyawarah Kerja Kecamatan bertugas:
a. mengevaluasi pelaksanaan kerja tahun yang lalu, termasuk
anggarannya;
b. menyusun rencana kerja tahun yang akan datang, termasuk
rancangan anggaran pendapatan dan belanja; dan
c. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
strategis.

Pasal 36

Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Provinsi Luar Biasa dan


Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dapat diselenggarakan:
a. apabila Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi, dan Pengurus
Kabupaten/Kota melanggar ketentuan Anggaran Dasar atau
Anggaran Rumah Tangga PMI;
b. apabila terdapat masalah yang luar biasa; atau
c berdasarkan usulan tertulis sekurang-kurangnya 1/3 (sepertiga)
dari utusan yang berhak hadir dalam Musyawarah Nasional,
Musyawarah Provinsi, dan Musyawarah Kabupaten/Kota.

Pasal 37

Rapat merupakan pertemuan resmi yang diselenggarakan oleh Pengurus


Pusat, Pengurus Provinsi, Pengurus Kabupaten/Kota, dan Pengurus
Kecamatan yang terdiri atas:
a. rapat pleno Pengurus; dan
b. rapat-rapat lainnya.

23
ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 38

(1) Peserta Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah Pengurus Pusat, utusan
Pengurus Provinsi, dan utusan Pengurus Kabupaten/Kota.
(2) Peserta Musyawarah Provinsi Luar Biasa adalah Pengurus Provinsi dan
utusan Pengurus Kabupaten/Kota di wilayah kerja Provinsi yang
bersangkutan serta utusan Pengurus Pusat.
(3) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa adalah Pengurus
Kabupaten/Kota, utusan Pengurus Kecamatan, utusan Sukarelawan PMI
dalam wilayah kerja Kabupaten/Kota yang bersangkutan, serta utusan
Pengurus Provinsi.
(4) M u s y a w a r a h N a s i o n a l / M u s y a w a r a h Pr o v i n s i / M u s y a w a r a h
Kabupaten/Kota Luar Biasa dapat dihadiri oleh Peninjau yang
ditentukan oleh Pengurus PMI di masing-masing tingkatannya.
(5) Peserta Musyawarah Nasional/Musyawarah Provinsi/Musyawarah
Kabupaten/Kota Luar Biasa memiliki hak bicara, hak suara, hak
memilih, dan hak dipilih.

BAB XI
PERSYARATAN PENGURUS PMI

Pasal 39

Syarat-syarat bagi seorang Ketua Umum, Ketua PMI Provinsi, Ketua PMI
Kabupaten/Kota, Ketua PMI Kecamatan adalah:
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Warga Negara Indonesia yang setia pada Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945;
c. tidak pernah dihukum atau tidak terlibat dalam organisasi
terlarang;

24
ANGGARAN DASAR PMI

d. bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga


dan Garis-Garis Kebijakan PMI;
e. berpengalaman dalam berorganisasi;
f. bersedia mengabdi untuk memajukan PMI;
g. bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk organisasi;
h. tidak dibenarkan merangkap menjadi Pengurus pada tingkat
kepengurusan PMI dan/atau unit organisasi PMI lainnya; dan
i. memegang teguh Prinsip-prinsip dasar Gerakan Internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Pasal 40

Syarat-syarat bagi seseorang Pengurus Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan


Kecamatan adalah:
a. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. warga Negara Indonesia yang setia pada Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945;
c. tidak pernah dihukum atau tidak terlibat dalam organisasi
terlarang;
d. bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
dan Garis-garis Kebijakan PMI;
e. berpengalaman dalam berorganisasi;
f. bersedia mengabdi untuk memajukan PMI;
g. bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk organisasi;
h. tidak dibenarkan merangkap menjadi pengurus pada tingkat
kepengurusan PMI dan/atau unit organisasi PMI lainnya;
i. bersedia menandatangani pernyataan sanggup dicalonkan menjadi
pengurus dan memenuhi ketentuan organisasi; dan
j. memegang teguh Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

25
ANGGARAN DASAR PMI

BAB XII
TATA CARA PEMILIHAN

Pasal 41

(1) Pemilihan Ketua Umum/Ketua PMI dilakukan dengan cara sebagai


berikut:
a. musyawarah mufakat; dan
b. pemilihan langsung.
(2) Penetapan calon Ketua Umum/Ketua PMI dilakukan dengan tahapan:
a. penjaringan bakal calon;
b. penetapan bakal calon;
c. pemilihan; dan
d. penetapan hasil.

Pasal 42

Ketentuan lebih lanjut tentang persyaratan penetapan calon Ketua


Umum/Ketua PMI dan ketentuan lain dari musyawarah diatur lebih lanjut
dalam tata tertib Musyawarah Nasional/Musyawarah Provinsi/Musyawarah
Kabupaten/Musyawarah Kota/Musyawarah Kecamatan.

Pasal 43

(1) Pengurus dinyatakan demisioner setelah laporan pertanggungjawaban


pengurus yang bersangkutan diterima oleh musyawarah.
(2) Kewenangan Pengurus demisioner diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Organisasi.

26
ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 44

Pemilihan Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi, dan Pengurus Kabupaten/Kota


dan Pengurus Kecamatan dipilih oleh formatur.

Pasal 45

(1) Formatur adalah representasi dari peserta musyawarah yang dipilih


dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, atau Musyawarah
Kabupaten/Kota yang bertugas membentuk susunan lengkap Pengurus
PMI.
(2) Formatur berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan
sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang, termasuk Ketua Umum/Ketua
Pengurus Provinsi/Ketua Pengurus Kabupaten/Kota terpilih.
(3) Ketua Umum PMI terpilih/Ketua Pengurus Provinsi PMI terpilih/Ketua
Pengurus Kabupaten/Kota PMI terpilih, langsung menjadi Ketua
Formatur.
(4) Formatur mendapatkan mandat Musyawarah Nasional untuk menyusun
kepengurusan lengkap dalam waktu 1 (satu) bulan.
(5) Hasil kerja formatur Musyawarah Provinsi atau Musyawarah
Kabupaten/Kota disampaikan paling lama 1 (satu) bulan untuk
mendapatkan pengesahan dari Pengurus PMI setingkat di atasnya.

Pasal 46

(1) Rapat Pengurus PMI di setiap tingkatan dilakukan sekurang-kurangnya 4


(empat) kali dalam 1 (satu) tahun yang disesuaikan menurut kebutuhan
organisasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat Pengurus PMI ditetapkan dalam
Peraturan Organisasi.

27
ANGGARAN DASAR PMI

BAB XIII
KUORUM DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN

Pasal 47

(1) Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 29


dan pasal 37 Anggaran Dasar ini adalah sah apabila dihadiri oleh
sekurang- kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah utusan yang berhak
hadir.
(2) Pengambilan keputusan dilaksanakan secara musyawarah untuk
mencapai mufakat dan apabila tidak tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 48

(1) Hak suara dalam Musyawarah/Musyawarah Luar Biasa PMI adalah


Pengurus Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kecamatan masing-
masing 1 (satu) suara.
(2) Musyawarah Kabupaten/Kota yang belum ada kepengurusan PMI
Kecamatan hak suaranya diwakili oleh Sukarelawan utusan Anggota
PMI di wilayah Kecamatan yang bersangkutan.

BAB XIV
SUKARELAWAN

Pasal 49

(1) Sukarelawan PMI adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan


kepalangmerahan sesuai dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan sukarela.

28
ANGGARAN DASAR PMI

(2) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


berhak mendapatkan orientasi/pelatihan/atribut serta fasilitas
pendukung lainnya.

Pasal 50

Sukarelawan PMI diwadahi dalam:


a. Sukarelawan Remaja (Palang Merah Remaja);
b. Sukarelawan Korps Sukarela (KSR Perguruan Tinggi dan KSR PMI
Kabupaten/Kota);
c. Sukarelawan Tenaga Sukarela (TSR, berbasis masyarakat,
komunitas); dan
d. Donor Darah Sukarela (DDS).

Pasal 51
Hak dan Kewajiban Sukarelawan

(1) Hak Sukarelawan PMI:


a. mendapat pembinaan dan pengembangan kemampuan dan
keterampilan;
b. mendapatkan kesejahteran selama penugasan;
c. menyampaikan pendapat dalam forum-forum pertemuan
sukarelawan PMI;
d. memiliki hak bicara dan hak suara dalam setiap musyawarah dan
rapat di tingkat Kabupaten/Kota melalui forum relawan;
e. dapat dipilih sebagai Pengurus PMI; dan
f. jaminan keselamatan dan asuransi.
(2) Kewajiban Sukarelawan PMI adalah:
a. menjalankan dan menyebarluaskan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;

29
ANGGARAN DASAR PMI

b. mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta


Peraturan Organisasi PMI;
c. mempromosikan kegiatan PMI;
d. melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan yang diberikan oleh
Pengurus; dan
e. menjaga nama baik PMI.

Pasal 52
Pertemuan Sukarelawan

Pertemuan Sukarelawan terdiri dari:


a. Forum Palang Merah Remaja Indonesia disebut Forpis;
b. Forum Tenaga Sukarela; dan
c. Forum Korps Sukarela.

BAB XV
KARYAWAN/STAF

Pasal 53

(1) Karyawan/Staf PMI adalah individu yang bekerja di lingkungan Palang


Merah Indonesia, dan memperoleh imbalan berupa gaji atau honor
sesuai tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
(2) Karyawan/Staf PMI, diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus
berdasarkan Peraturan Kepegawaian PMI.
(3) Hal-hal yang menyangkut kepegawaian di lingkungan PMI di atur di
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi.

30
ANGGARAN DASAR PMI

BAB XVI
MARKAS DAN KEPALA MARKAS

Pasal 54

(1) Markas PMI adalah pusat kegiatan dalam kelengkapan organisasi yang
berfungsi sebagai sarana Pengurus untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
(2) Markas PMI terdiri dari:
a. Markas Pusat di tingkat Pusat;
b. Markas Provinsi di tingkat Provinsi;
c. Markas Kabupaten/Kota di tingkat Kabupaten/Kota; dan
d. Markas Kecamatan di tingkat Kecamatan.

Pasal 55

Markas PMI dipimpin oleh:


a. Kepala Markas Pusat di tingkat Pusat;
b. Kepala Markas Provinsi di tingkat Provinsi;
c. Kepala Markas Kabupaten/Kota di tingkat Kabupaten/Kota; dan
d. Kepala Markas Kecamatan di tingkat Kecamatan.

Pasal 56

Kepala Markas diangkat dan diberhentikan:


a. Kepala Markas Pusat oleh Pengurus Pusat;
b. Kepala Markas Provinsi oleh Pengurus Provinsi;
c. Kepala Markas Kabupaten/Kota oleh Pengurus Kabupaten/Kota;
dan
d. Kepala Markas Kecamatan oleh Pengurus Kecamatan.

31
ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 57

(1) Kepala Markas di tingkat Pusat tidak dapat dirangkap oleh Pengurus
Pusat.
(2) Kepala Markas di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan dapat
dirangkap oleh Pengurus Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan.

Pasal 58

(1) Kepala Markas Pusat berkewajiban melaksanakan tugas dan


bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat.
(2) Kepala Markas Provinsi berkewajiban melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab kepada Pengurus Provinsi.
(3) Kepala Markas Kabupaten/Kota berkewajiban melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab kepada Pengurus Kabupaten/Kota.
(4) Kepala Markas Kecamatan berkewajiban melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab kepada Pengurus Kecamatan.
(5) Kepala Markas PMI, diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus pada
setiap tingkatannya untuk masa kerja paling lama 5 (lima) tahun.

BAB XVII
PEMBINAAN, PEMBERHENTIAN, PEMBEKUAN KEPENGURUSAN

Pasal 59

Pengurus PMI melakukan pembinaan dan Pengawasan secara berjenjang ke


bawah sesuai tingkatan organisasi.

Pasal 60

(1) Pengurus dapat diberhentikan jika melanggar Anggaran Dasar atau


Anggaran Rumah Tangga.

32
ANGGARAN DASAR PMI

(2) Pemberhentian Pengurus terdiri dari:


a. pemberhentian sementara; dan
b. pemberhentian tetap.
(3) Mekanisme pemberhentian Pengurus sementara dilakukan oleh
Pengurus berdasarkan jenjang organisasi.
(4) Anggota Pengurus yang diberhentikan sementara yang dimaksud dalam
ayat (3) pasal ini diberi hak untuk membela diri pada rapat Pengurus.
(5) Rapat Pengurus dapat menerima dan atau menolak pembelaan Anggota
pengurus yang diberhentikan sementara.

Pasal 61

(1) Rapat Pengurus yang menerima pembelaan maka yang bersangkutan


dicabut pemberhentian sementaranya dan diberikan rehabilitasi.
(2) Rapat Pengurus yang menolak pembelaan maka diputuskan
pemberhentian tetap.

Pasal 62
Pembekuan Kepengurusan

(1) Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi, Pengurus Kabupaten/Kota atau


Pengurus Kecamatan dapat dibekukan apabila tidak dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
(2) Pengurus Pusat menetapkan pelaksana tugas di Provinsi setelah
berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang organisasi.
(3) Pengurus Provinsi menetapkan pelaksana tugas di Kabupaten/Kota
setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang
organisasi.
(4) Pengurus Kabupaten/Kota menetapkan pelaksana tugas di Kecamatan
setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang
organisasi.

33
ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 63

Pembekuan Pengurus hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan


persetujuan dari Pengurus setingkat di atasnya.

BAB XVIII
PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH PEMEKARAN

Pasal 64

Bagi daerah pemekaran Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan dapat


dibentuk Pengurus baru oleh Pengurus setingkat di atasnya.

BAB XIX
MAHKAMAH ORGANISASI DAN UPAYA HUKUM

Pasal 65

Mahkamah organisasi PMI bertugas untuk menyelesaikan perselisihan/


persengketaan dalam organisasi seperti:
a. antar Anggota;
b. Anggota dengan Pengurus;
c. Pengurus dengan Pengurus dalam satu tingkatan dan atau satu
tingkat di bawahnya; dan
d. Antar Pengurus, Staf dan Sukarelawan.

Pasal 66

(1) Pengurus Pusat mewakili Palang Merah Indonesia ke dalam dan ke luar
Pengadilan.

34
ANGGARAN DASAR PMI

(2) Pengurus Pusat dapat memberikan kuasa kepada Pengurus Provinsi


untuk mewakili ke dalam dan ke luar Pengadilan.

Pasal 67

Persyaratan anggota Mahkamah Organisasi PMI adalah sebagai berikut:


a. seorang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas
dan mendalam di bidang hukum, baik teori maupun praktek; dan
b. mempunyai waktu yang cukup dan komitmen yang tinggi untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya.

Pasal 68

Jumlah anggota Mahkamah Organisasi sebanyak 3 (tiga) orang dapat berasal


dari internal PMI atau eksternal PMI yang memenuhi persyaratan.

Pasal 69

Tata cara penyelesaian Mahkamah Organisasi:


a. Mahkamah Organisasi PMI dalam menjalankan tugasnya tunduk
pada hukum acara Mahkamah Organisasi PMI;
b. ketentuan tentang tata cara penyelesaian Mahkamah Organisasi
PMI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disiapkan oleh
Pengurus PMI;
c. Mahkamah Organisasi PMI dapat dibentuk sesuai kebutuhan di
masing-masing tingkatan organisasi; dan
d. ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penyelesaian Mahkamah
Organisasi PMI dan upaya hukum lainnya diatur dalam Peraturan
Organisasi.

35
ANGGARAN DASAR PMI

BAB XX
KEUANGAN

Pasal 70

Keuangan PMI diperoleh dari:


a. bantuan dan hibah dari Pemerintah;
b. bantuan dari Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah serta Organisasi lainnya;
c. sumbangan dan usaha lain yang tidak mengikat;
d. iuran anggota; dan
e. bulan dana.

Pasal 71

Ketentuan tentang keuangan akan diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 72

(1) Menjelang Musyawarah Nasional/Musyawarah Provinsi/Musyawarah


Kabupaten/Kota atau Musyawarah Kecamatan, Pengurus membentuk
Tim Verifikasi yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas
kebenaran data perbendaharaan.
(2) Keuangan PMI dikelola berdasarkan Prinsip Akuntansi Indonesia.

BAB XXI
PERBENDAHARAAN

Pasal 73

Perbendaharaan PMI adalah seluruh harta kekayaan yang berupa uang,


barang-barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak, termasuk surat–
surat berharga milik atau yang dikuasai PMI termasuk yang berada di unit-
unit kerja PMI.

36
ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 74

Perbendaharaan PMI terdiri dari:


a. dana tunai;
b. barang bergerak;
c. barang tidak bergerak; dan
d. surat berharga.

Pasal 75

(1) Seluruh harta kekayaan PMI harus disertifikatkan atas nama PMI sesuai
tingkatan organisasi.
(2) Aset PMI dan kekayaan PMI lainnya yang tidak bergerak dapat dialihkan
atau dihapuskan seijin atau dengan persetujuan Pengurus Pusat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan dan perbendaharaan PMI
diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 76

(1) Pengurus PMI secara berjenjang mempertanggungjawabkan


perbendaharaan yang diperoleh, pengelolan dan penggunaannya
kepada Musyawarah Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota atau
Kecamatan.
(2) Pengurus Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kecamatan melaporkan
perbendaharaanya kepada Pengurus PMI satu tingkat di atasnya.

Pasal 77

(1) Perbendaharan PMI diaudit untuk transparansi organisasi.

37
ANGGARAN DASAR PMI

(2) Audit sebagai mana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat dilakukan oleh:
a. Akuntan publik; dan
b. Internal Audit PMI.

BAB XXII
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

Pasal 78

(1) PMI dapat membentuk unit pengembangan sumber daya yang dapat
mendatangkan dana untuk membiayai kelangsungan kegiatan PMI pada
semua tingkatan.
(2) Pengembangan sumber daya dapat berupa Rumah Sakit, Poliklinik,
Pendidikan, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, serta berbagai kegiatan
usaha lainnya yang sah.
(3) Pengembangan sumber daya dikelola secara profesional dan
transparan.
(4) Pengembangan sumber daya bertanggung jawab kepada Pengurus PMI
pada setiap tingkatannya.
(5) Pengembangan sumber daya dapat dibentuk secara kerjasama antara
tingkatan organisasi.

Pasal 79

Pengelolaan unit pengembangan sumber daya sebagaimana dimaksud pada


pasal 78 disesuaikan mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan diatur dalam Peraturan Organisasi.

38
ANGGARAN DASAR PMI

BAB XXIII
PELAYANAN DONOR DARAH

Pasal 80

(1) Pelayanan Donor Darah diselenggarakan dengan membentuk Unit Donor


Darah PMI sesuai peraturan perundangan.
(2) Kepala Unit Donor Darah, pada semua jenjang adalah seorang Dokter.
(3) Pengangkatan Kepala Unit Donor Darah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pasal ini diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus pada setiap
tingkatan setelah dikonsultasikan dengan Pengurus PMI satu tingkat
diatasnya.
(4) Unit Donor Darah PMI merupakan unit pelayanan teknis yang diatur
dalam Peraturan Organisasi dan bertanggungjawab pada Pengurus PMI
di setiap tingkatan.
(5) Kepala Unit Donor Darah PMI bertanggung jawab dan wajib melaporkan
pelaksanaan tugasnya beserta laporan keuangan kepada Pengurus PMI
di setiap tingkatan.

BAB XXIV
HUBUNGAN DAN KERJASAMA

Pasal 81

(1) PMI dalam melaksanakan kegiatannya wajib melakukan kerjasama dan


hubungan dengan komponen gerakan.
(2) Kerjasama diantara komponen-komponen gerakan didasarkan kepada
Anggaran Dasar dan kepentingan Nasional masing-masing dengan
memelihara prinsip kesetaraan.

39
ANGGARAN DASAR PMI

(3) PMI sebagai anggota Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah menjalin kerjasama Komite Internasional Palang Merah
(ICRC), Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
(IFRC).
(4) Untuk mendukung kegiatan kepalangmerahan PMI dapat bekerjasama
dengan Pemerintah serta organisasi non Pemerintah.
(5) Setiap perjanjian kerjasama harus dibuat secara tertulis.

BAB XXV
PENGHARGAAN

Pasal 82

Palang Merah Indonesia memberikan penghargaan kepada seseorang atau


lembaga yang telah berjasa membantu tumbuh berkembangnya Palang
Merah Indonesia.

BAB XXVI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 83

(1) Usul perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diajukan
secara tertulis kepada Pengurus Pusat oleh Pengurus Pusat, Pengurus
Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sebelum Musyawarah Nasional.
(2) Usul perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diajukan
oleh Pengurus Pusat dan sekurang kurangnya 1/3 (sepertiga) Pengurus
Provinsi serta 1/3 (sepertiga) Pengurus Kabupaten/Kota.

40
ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 84

(1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah oleh
Musyawarah Nasional dalam sidang yang dihadiri oleh
sekurang–kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah utusan yang berhak.
(2) Keputusan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
adalah sah apabila disetujui sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat)
dari jumlah suara yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga setelah
ditetapkan oleh Pleno Musyawarah Nasional diberitahukan kepada
Pemerintah dan Joint Statutes Commision ICRC/IFRC (JSC).

Pasal 85

(1) Perubahan Anggaran Dasar dapat dilakukan jika ketentuan perundang-


undangan mengharuskan melakukan penyesuaian dengan ketentuan
yang baru.
(2) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam rapat pimpinan PMI yang diperluas yang dihadiri oleh
Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi, dan Pengurus Kabupaten/Kota yang
ditetapkan oleh Pengurus Pusat secara selektif.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pada pasal ini
dilaporkan dalam Musyawarah Nasional berikutnya.

BAB XXVII
KETENTUAN LAIN

Pasal 86

Tata urutan ketentuan organisasi PMI adalah:


a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

41
ANGGARAN DASAR PMI

b. Peraturan Organisasi;
c. Keputusan Ketua Umum/Ketua PMI; dan
d. Keputusan Pengurus.

BAB XXVIII
PERATURAN PERALIHAN

Pasal 87

Peraturan dan kebijakan lain yang telah ada sebelum ditetapkannya


anggaran dasar ini tetap berlaku sepanjang tidak diubah atau bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini.

BAB XXIX
PENUTUP

Pasal 88

(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi
PMI.
(2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan mengikat
untuk dilaksanakan oleh seluruh komponen organisasi.

42
ANGGARAN DASAR PMI

43
ANGGARAN
RUMAH TANGGA
PMI

45
ANGGARAN RUMAH TANGGA

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB JUDUL PASAL HAL

BAB I NAMA, WAKTU, STATUS, DAN KEDUDUKAN (1-2) 47


BAB II KEGIATAN POKOK (3) 47
BAB III SYARAT KEANGGOTAAN (4-5) 48
BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA (6-7) 50
BAB V PEMBERHENTIAN ANGGOTA (8) 51
BAB VI PELINDUNG (9) 51
BAB VII SUSUNAN DEWAN KEHORMATAN (10) 51
BAB VIII SUSUNAN PENGURUS PUSAT, PROVINSI, (11-14) 52
KABUPATEN/KOTA, DAN KECAMATAN
BAB IX MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (15) 53
BAB X PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (16-28) 53
LAINNYA
BAB XI SUKARELAWAN (29-30) 57
BAB XII KARYAWAN/STAF (31) 57
BAB XIII MARKAS DAN KEPALA MARKAS (32-35) 58
BAB XIV PEMBINAAN DAN PEMBEKUAN
KEPENGURUSAN (36-37) 59
BAB XV PERBENDAHARAAN (38) 60
BAB XVI UNIT USAHA (39) 60
BAB XVII PELAYANAN DONOR DARAH (40) 60
BAB XVIII HUBUNGAN DAN KERJA SAMA (41) 61
BAB XIX PENGHARGAAN (42) 61
BAB XX PERATURAN PERALIHAN (43) 61
BAB XXI PENUTUP (44) 62

46
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I
NAMA, WAKTU, STATUS, DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

Penggunaan nama Palang Merah Indonesia maupun dengan singkatan PMI,


memiliki makna dan arti yang sama.

Pasal 2

(1) PMI sebagai organisasi yang berbadan hukum dan berdasarkan


Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950 serta Keputusan Presiden RI
No. 246 Tahun 1963.
(2) Palang Merah Indonesia diakui oleh Komite Internasional Palang Merah
(ICRC) pada tanggal 15 Juni 1950.
(3) Palang Merah Indonesia diterima menjadi anggota ke-68 Federasi
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada tanggal
16 Oktober 1950.

BAB II
KEGIATAN POKOK

Pasal 3

Untuk memenuhi asas dan mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


pasal 5 dan pasal 6 Anggaran Dasar serta sebagai penjabaran dari mandat dan
tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dan pasal 8 Anggaran
Dasar, PMI melakukan kegiatan pokok:
a. pembinaan dan pengembangan organisasi;
b. penanggulangan bencana termasuk pemulihan hubungan
keluarga (korban);

47
ANGGARAN RUMAH TANGGA

c. pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk upaya kesehatan Donor


Darah;
d. penyebarluasan dan pengembangan aplikasi nilai-nilai
kemanusiaan dan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Internasional
Pa l a n g M e r a h d a n B u l a n S a b i t M e r a h , s e r t a H u k u m
Perikemanusiaan Internasional; dan
e. pembinaan generasi muda dan Sukarelawan.

BAB III
SYARAT KEANGGOTAAN

Pasal 4

Keanggotaan perhimpunan nasional terbuka untuk setiap orang tanpa ada


diskriminasi ras, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, bahasa, golongan,
ataupun pandangan politik.

(1) Persyaratan untuk menjadi Anggota Biasa adalah:


a. Anggota Biasa PMI adalah warga negara Republik Indonesia yang
telah berusia 18 tahun atau telah menikah;
b. menerima Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah;
c. menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI,
Rencana Strategis PMI dan seluruh hasil keputusan Musyawarah
Nasional PMI, Peraturan Organisasi lainnya, serta mempunyai
waktu dan bersedia untuk berpartisipasi aktif dalam
kepengurusan PMI;
d. telah mengikuti pelatihan dan orientasi kepalangmerahan; dan
e. mempunyai prestasi, dedikasi, dan loyal terhadap organisasi
maupun negara, dan tidak tercela.

48
ANGGARAN RUMAH TANGGA

(2) Persyaratan untuk menjadi Anggota Luar Biasa:


a. Warga Negara Asing dapat berpartisipasi dalam kegiatan
perhimpunan nasional sebagai Sukarelawan;
b. menerima Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PMI, Rencana Strategis PMI dan seluruh hasil
keputusan Musyawarah Nasional PMI, Peraturan Organisasi
lainnya, serta mempunyai waktu dan bersedia untuk
berpartisipasi aktif; dan
c. telah berusia 18 tahun atau telah menikah.
(3) Persyaratan Anggota Kehormatan adalah:
a. pejabat yang selama masa jabatannya dan atau tokoh masyarakat
yang berperan aktif dalam kegiatan sosial kemanusiaan;
b. pejabat dan atau tokoh masyarakat yang mendapatkan
penghargaan atas prestasinya dalam membantu dan atau
mengembangkan kegiatan PMI; dan
c. generasi muda yang mempunyai prestasi luar biasa di bidangnya
yang ditandai dengan piagam penghargaan yang pernah
diterimanya, dan/atau prestasi lainnya.

Pasal 5

(1) Penerimaan anggota dilakukan setelah memenuhi persyaratan


keanggotaan seperti diatur dalam pasal 4.
(2) Penerimaan anggota dapat dilakukan dengan mendaftarkan diri kepada
Pengurus Kabupaten/Kota di wilayah domisili yang bersangkutan.
(3) Pengesahan keanggotaan dilakukan oleh Pengurus PMI Kabupaten/Kota.

49
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 6

(1) Anggota Biasa mempunyai hak:


a. mendapatkan pembinaan dan pengembangan;
b. menyampaikan pendapat dan mengajukan usul dan saran;
c. memiliki hak bicara dan hak suara dalam setiap musyawarah di
tingkat Kabupaten/Kota; dan
d. memiliki hak memilih dan dipilih sebagai Pengurus PMI.
(2) Anggota Luar Biasa mempunyai hak:
a. mendapatkan pembinaan dan pengembangan;
b. menyampaikan pendapat dalam forum-forum pertemuan resmi
PMI; dan
c. berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMI.
(3) Anggota Kehormatan mempunyai hak:
a. menyampaikan pendapat dan saran kepada PMI di wilayahnya, baik
diminta maupun tidak diminta; dan
b. berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMI.

Pasal 7

Kewajiban Anggota:
a. menjalankan dan menyebarluaskan Prinsip-prinsip Dasar
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;
b. mendukung dan mensukseskan seluruh pelaksaan program
organisasi;
c. menjaga nama baik PMI;
d. mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI;

50
ANGGARAN RUMAH TANGGA

e. membayar iuran anggota; dan


f. setiap anggota yang pindah domisili melaporkan diri kepada PMI
di tempat domisili baru.

BAB V
PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 8

Anggota dinyatakan berhenti karena:


a. atas permintaan sendiri;
b. melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI; dan
c. berhalangan tetap.

BAB VI
PELINDUNG

Pasal 9

(1) Pelindung memberikan saran pertimbangan serta dukungan moril dan


materil kepada PMI di setiap tingkatan.
(2) Pengurus PMI memberikan laporan kepada pelindung secara berkala
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali, sesuai tingkatan organisasi.

BAB VII
SUSUNAN DEWAN KEHORMATAN

Pasal 10

(1) Dewan Kehormatan adalah orang perseorangan yang mendapatkan


penghargaan dari Pengurus sebagai pengakuan atas jasa-jasanya
kepada PMI.

51
ANGGARAN RUMAH TANGGA

(2) Dewan Kehormatan ditetapkan dalam setiap musyawarah untuk masa


bakti sesuai dengan kepengurusan dan disahkan satu tingkat di atasnya.

BAB VIII
SUSUNAN PENGURUS PUSAT, PROVINSI, KABUPATEN/KOTA, DAN
KECAMATAN

Pasal 11

Pengurus Pusat terdiri dari 17 orang yaitu:


a. Ketua Umum;
b. para Ketua Bidang;
c. Sekretaris Jenderal;
d. Bendahara Umum; dan
e. Anggota.

Pasal 12

Pengurus Provinsi terdiri dari 15 orang yaitu:


a. Ketua;
b. Wakil-wakil Ketua;
c. Sekretaris;
d. Bendahara; dan
e. Anggota.

Pasal 13

Pengurus Kabupaten/Kota terdiri dari 11 orang yaitu:


a. Ketua;
b. Wakil-wakil Ketua;

52
ANGGARAN RUMAH TANGGA

c. Sekretaris;
d. Bendahara; dan
e. Anggota.

Pasal 14

Pengurus Kecamatan terdiri dari 7 orang yaitu :


a. Ketua;
b. Wakil-wakil Ketua;
c. Sekretaris;
d. Bendahara; dan
e. Anggota.

BAB IX
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 15

Kekuasaan tertinggi organisasi PMI berada di tangan Anggota dan


dilaksanakan sepenuhnya melalui forum Musyawarah Nasional (Munas),
Musyawarah Provinsi (Musprov), Musyawarah Kabupaten/Kota
(Muskab/Muskot), dan Musyawarah Kecamatan ( Muskec).

BAB X
PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT LAINNYA

Pasal 16
Musyawarah Nasional

(1) Musyawarah Nasional dihadiri oleh peserta dan peninjau.

53
ANGGARAN RUMAH TANGGA

(2) Peserta Musyawarah Nasional adalah Pengurus PMI Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.
(3) Peserta Musyawarah Nasional seperti dimaksud dalam ayat (2) memiliki
hak bicara, hak suara, hak memilih dan hak dipilih.
(4) Peninjau ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

Pasal 17
Musyawarah Nasional Luar Biasa

Musyawarah Nasional Luar Biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan
peserta Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud pada pasal 16 Anggaran
Rumah Tangga ini.

Pasal 18
Musyawarah Kerja Nasional

(1) Peserta Musyawarah Kerja Nasional adalah Pengurus Pusat, Pengurus


Provinsi, Utusan Unit Kerja PMI seperti Unit Donor Darah, Rumah Sakit.
(2) Peninjau ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

Pasal 19
Musyawarah Provinsi

(1) Musyawarah Provinsi dihadiri oleh peserta dan peninjau.


(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah Pengurus Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.
(3) Peserta Musyawarah Provinsi seperti dimaksud dalam ayat (2) memiliki
hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.
(4) Peninjau ditetapkan oleh Pengurus Provinsi.

54
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 20
Musyawarah Provinsi Luar Biasa

Musyawarah Provinsi Luar Biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan
peserta Musyawarah Provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 19 Anggaran
Rumah Tangga ini.
Pasal 21
Musyawarah Kerja Provinsi

(1) Peserta Musyawarah Kerja Provinsi adalah Pengurus Provinsi, Pengurus


Kabupaten/Kota dan Utusan Unit Kerja PMI seperti Unit Donor Darah,
Rumah Sakit.
(2) Peninjau ditetapkan oleh Pengurus Provinsi.

Pasal 22
Musyawarah Kabupaten/Kota

(1) Musyawarah Kabupaten/Kota dihadiri oleh peserta dan peninjau.


(2) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah Pengurus Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.
(3) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota seperti dimaksud dalam ayat (2)
memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.
(4) Peninjau ditetapkan oleh Pengurus PMI Kabupaten/Kota.

Pasal 23
Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa

Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dihadiri oleh peserta yang sama


dengan peserta Musyawarah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada
pasal 22 Anggaran Rumah Tangga ini.

55
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 24
Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota

(1) Peserta Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota adalah Pengurus


Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta utusan Unit Kerja PMI seperti
Unit Donor Darah, Rumah Sakit.
(2) Peninjau ditetapkan oleh Pengurus PMI Kabupaten/Kota.

Pasal 25
Musyawarah Kecamatan

(1) Musyawarah Kecamatan dihadiri oleh peserta.


(2) Peserta Musyawarah Kecamatan adalah Pengurus Kecamatan,
Kabupaten/Kota, dan Anggota/Sukarelawan.
(3) Peserta Musyawarah Kecamatan seperti dimaksud dalam ayat (2).
memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.

Pasal 26

(1) Penggantian Kepengurusan yang kosong di PMI Kecamatan, tidak


dilakukan melalui Musyawarah Luar Biasa.
(2) Penggantian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh PMI
Kabupaten/Kota.

Pasal 27
Musyawarah Kerja Kecamatan

Peserta Musyawarah Kerja Kecamatan adalah Pengurus Kecamatan dan


Anggota/Sukarelawan.

56
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 28
Rapat PMI

(1) Peserta Rapat PMI adalah Pengurus, Staf dan Sukarelawan.


(2) Peserta rapat PMI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dalam Peraturan Organisasi.

BAB XI
SUKARELAWAN

Pasal 29

(1) Sukarelawan adalah orang perseorangan yang memenuhi syarat sebagai


Sukarelawan PMI dan menjalankan tugas-tugas kepalangmerahan sesuai
dengan kemampuannya berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar ini.
(2) Keanggotan Sukarelawan PMI terbuka bagi semua pihak tanpa dibatasi
oleh keterbatasan fisik dan keterbatasan lainnya.
(3) Anggota PMI yang memiliki keahlian khusus dapat menjadi Sukarelawan
PMI untuk menunjang kegiatan kepalangmerahan.

Pasal 30

Ketentuan yang berkaitan dengan Sukarelawan Remaja, Korps Sukarela,


Tenaga Sukarela, dan Donor Darah Sukarela ditetapkan dalam Peraturan
Organisasi.

Bab XII
KARYAWAN/STAF

Pasal 31

Persyaratan, hak, dan kewajiban karyawan diatur lebih lanjut dalam


Peraturan Organisasi dan peraturan perundangan yang berlaku.

57
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB XIII
MARKAS DAN KEPALA MARKAS

Pasal 32

(1) Struktur organisasi markas ditetapkan oleh Pengurus, sesuai dengan


Peraturan Organisasi.
(2) Struktur organisasi markas dapat terdiri dari unit kerja sesuai dengan
Peraturan Organisasi.
(3) Struktur markas, jumlah karyawan dan sistem remunerasi, ditetapkan
oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Provinsi/Kabupaten/Kota, dan
dilaporkan kepada pleno Pengurus sesuai tingkatan.

Pasal 33
Kepala Markas

Kualifikasi Kepala Markas PMI di semua tingkatan:


a. memiliki kemampuan dan profesional;
b. memahami manajemen organisasi;
c. bekerja penuh waktu sesuai tanggung jawabnya;
d. Kepala Markas Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota diberhentikan sebelum
masa kerjanya berakhir apabila:
(a) berhalangan tetap;
(b) mengundurkan diri;
(c) melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau
Peraturan Organisasi lainnya;
(d) melakukan tindak pidana yang dijatuhi hukuman yang telah
berkekuatan tetap; dan
(e) kinerja dinilai buruk.

58
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 34

Tugas pokok dan fungsi Markas PMI adalah:


a. melaksanakan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan PMI sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pengurus;
b. melaksanakan tugas-tugas teknis administratif dan teknis
operasional kepalangmerahan; dan
c. Kepala Markas melaporkan tugas dan tanggungjawabnya kepada
Pengurus PMI.

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut tentang Kemarkasan diatur dalam Peraturan


Organisasi.

BAB XIV
PEMBINAAN DAN PEMBEKUAN KEPENGURUSAN

Pasal 36
Pembinaan

(1) Anggota Pengurus melakukan pelanggaran, diberi sanksi organisasi


berupa peringatan, pemberhentian sementara, pemberhentian tetap.
(2) Mekanisme sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini diatur
dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 37
Pembekuan Kepengurusan

(1) Kepengurusan PMI dapat dibekukan jika:


a. masa bakti kepengurusan telah melewati 6 (enam) bulan; dan

59
ANGGARAN RUMAH TANGGA

b. kepengurusan tidak dikelola secara maksimal sesuai dengan


Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(2) Kepengurusan PMI Provinsi/Kabupaten/Kota dibekukan oleh Pengurus
PMI Pusat.
(3) Pembekuan Pengurus Kabupaten/Kota berdasarkan pada usul PMI
Provinsi, setelah berkonsultasi dengan Pelindung Kabupaten/Kota.
(4) Kepengurusan PMI yang dibekukan dikendalikan oleh Pengurus Pusat
atau kepengurusan PMI yang ditunjuk oleh PMI Pusat.

BAB XV
PERBENDAHARAAN

Pasal 38

(1) Kekayaan PMI di semua tingkatan harus terinventarisasikan.


(2) Inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan
kepada Pengurus Pusat dan Pengurus satu tingkat diatasnya.

BAB XVI
UNIT USAHA

Pasal 39

Ketentuan lebih lanjut tentang unit usaha diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB XVII
PELAYANAN DONOR DARAH

Pasal 40

Ketentuan tentang Pelayanan Donor Darah diatur lebih lanjut dalam


Peraturan Organisasi.

60
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB XVIII
HUBUNGAN DAN KERJA SAMA

Pasal 41

(1) Kerja sama PMI dengan Pihak lain dilaksanakan melalui PMI Pusat.
(2) PMI Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat melakukan kerja sama dengan
pihak lain dengan persetujuan Pengurus Pusat PMI.

BAB XIX
PENGHARGAAN

Pasal 42

(1) Pengurus PMI di setiap tingkatan memberikan penghargaan kepada


mereka yang telah berjasa terhadap PMI.
(2) Penghargaan dapat berupa:
a. piagam;
b. benda berharga; atau
c. surat berharga lainnya.
(3) Mekanisme dan tata cara pemberian penghargaan akan diatur Peraturan
Organisasi.

BAB XX
PERATURAN PERALIHAN

Pasal 43

Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.

61
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB XXI
PENUTUP

Pasal 44

Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

62
LAMPIRAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

63
LAMPIRAN

Lampiran I

(1) Lambang Palang Merah (PERLINDUNGAN)

a b

k l c d

j i f e

h g

Penjelasan

1. Umum:

a. Tanda Palang Merah berwarna merah diatas dasar putih.

b. Ukuran panjang palang horisontal sama dengan panjang


palang vertikal.

2. Perbandingan ukuran:

a. Ukuran jarak antara titik-titik:


a s/d b=b s/d c=c s/d d=d s/d e=e s/d f=f s/d g
=g s/d h=h s/d i=i s/d j=j s/d k=k s/d l=l s/d a.

b. Apabila ditarik garis imajiner dari titik-titik


l s/d c; c s/d f; f s/d i; i s/d l; maka seakan-akan diperoleh 5 buah
bujur sangkar yang sama.

64
LAMPIRAN

(2) Lambang Palang Merah (PENGENAL)

Penjelasan

1. Umum:

Tanda Palang Merah dengan Lingkaran Bunga harus selalu


berwarna merah dan terletak diatas dasar warna putih.

2. Perbandingan ukuran:

a. Perbandingan ukuran Palang Merah sama seperti pada


ketentuan lampiran satu.

b Lingkaran Bunga dibuat dengan menggabungkan lima


buah busur dan lingkaran bulat seperti membentuk
gambar bunga kelopak lima.

c. Perbandingan antara lebar bidang palang dengan kontur


bunga (A:B) adalah 5:1.

65
LAMPIRAN

(3) Hymne Palang Merah Indonesia

HYMNE PMI
BAKTI NURANI

C=1, 4/4 Lagu dan Syair : A. Zurith Adjie


Adagio Ide Dasar : Drs. H. Soetedjo, M.Si

0 5. 3 3 3 4 3 6. 6. . . 6 5 4 3 2 1 7. 6.
Pa - lang Me - rah In - do - ne - sia wu - jud ke - pe - du - li - an nya -

.
2 . . 3 4 5 . 1 5 6 . . 0 6
ta Nu - ra - ni yang su - ci un -

. . . . . .
5 1 1 5 6 2 2 1 1 . 7 . 3 . 5 . 6 . . 0 5
tuk mem - ban - tu me - no - long se - sa - ma P M I si -

. .
6 2 5 6 1 . 7 . 5 . 1 . 6 . . 0 6
a - ga se - tiap wak tu Ber - bak - ti dan

. . . . . .
6 . 2 . 7 . . 5 3 . 2 1 7 3 1 . 0 5
me - ngab - di Ba - gi hi - dup ma - nu - sia A

. . . . . . .
5 1 1 6 6 2 2 1 1 7 7 7 1 0
gar se - hat se - jah - te - ra di - se - lu - ruh du - nia

Palang Merah Indonesia


Wujud kepedulian nyata
Nurani yang suci
Untuk membantu menolong sesama
PMI siaga setiap waktu
Berbakti dan mengabdi
bagi hidup manusia
Agar sehat sejahtera
Di seluruh dunia.

66
LAMPIRAN

(4) Mars Palang Merah Indonesia

MARS PMI

F = DO Syair : Djemalul AS
4/4 Lagu : Iskandar

5 5 5 1 1 4 2 2 5 3 1 6 6 5 3 4 5 3 1 4 3 . 2 1 .1 0

5. . 5. 3 1 . 1 .1 6 4 0 0 4 5 . 6 5 3 . 1 2 3
Pa-lang Me - rah In - do - ne - sia sum - ber ka - sih u - mat ma - nu

2. 0 0 5. 5. . 5. 4 2 . 2 3 . 4 5 1 . 1 2 .3
sia wa - ri - san lu - hur Nu - sa dan bang - sa wu - jud nya -

2 2 .3 2 .1 7. . 6. 5. . 0 0 5. 5. . 5. 4 4 .5 4 .3 2 .1
ta me - nga- yom Pan- ca - si - la Ge - rak ju - ang - nya ke - se - lu - ruh Nu -

2 . 0 0 5. 5. . 5. 3 3 .4 5 .6 5 .4 3 . 0 1 1 .1
sa Men - dar - ma - kan bak- ti ba- gi am - pe - ra Tu - nai - kan

, ,
4 4 .5 6 . 4 3 .2 3 .4 5 0 3 2 2 . 3 4 .4 3 .2
tu - gas - su - ci - tu - ju - an P M I di - per - sa - da Bun - da Per - ti

5 . 0 1 1 .1 4 4 . 5 6 . 4 3 . 2 3 .4 5 0 3
wi Un - tuk U - mat ma - nu - sia di - slu - ruh du - ni - a P

5 5 . 3 5 5 4 2 1 . 0
M I meng- han- tar- kan ja - sa

Palang Merah Indonesia


Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur nusa dan bangsa
Wujud nyata mengayom Pancasila

Gerak juangnya ke seluruh nusa


Mendarmakan bakti bagi Ampera
Tunaikan tugas suci,tujuan PMI
Di persada bunda pertiwi
Untuk umat manusia di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa

67
LAMPIRAN

68
LAMPIRAN

SALINAN-SALINAN

KEPUTUSAN PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA SERIKAT
NO. 25,TAHUN 1950

KEPUTUSAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NO. 246,TAHUN 1963

69
LAMPIRAN

Lampiran III

70
LAMPIRAN

71
LAMPIRAN

Lampiran IV

72
LAMPIRAN

73
LAMPIRAN

Lampiran V

SUSUNAN PENGURUS PUSAT


PALANG MERAH INDONESIA
PERIODE 2014-2019

1. Ketua Umum : Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla


2. Wakil Ketua Umum : Prof. DR. Ir. Ginandjar Kartasasmita
3. Ketua Bidang Organisasi : Sasongko Tedjo, SE, MM
4. Ketua Bidang Penanganan
Bencana : Letjen TNI (Purn) Sumarsono, SH.
5. Ketua Bidang Kesehatan,
Sosial, dan Rumah Sakit : dr. Farid Husain, Sp.KBD
6. Ketua Bidang
UTD/UDD : dr. Linda Lukitari Waseso
7. Ketua Bidang
PMR dan Relawan : H. Muhammad Muas, SH.
8. Ketua Bidang Hubungan
Internasional : Prof. Dr. Hamid Awaluddin
9. Ketua Bidang
Dana dan Prasarana : Drs. Johny Darmawan, M.Si
10. Sekretaris Jenderal : dr. Ritola Tasmaya, MPH
11. Wakil Sekretaris Jenderal : dr. Diah Defawati Ande Latif
12. Bendahara : Suryani Sidik Motik, Ph.D
13. Wakil Bendahara : Ir. J. Dwi Hartanto
14. Anggota : Rapiuddin Hamarung
15. Anggota : Andi Harianto Sinulingga
16. Anggota : R. Heru Aryadi, MPH
17. Anggota : Alirman Sori, SH, M.Hum

74
LAMPIRAN

75
www.pmi.or.id

Markas Pusat Palang Merah Indonesia


Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 96, Jakarta 12970 - Indonesia
Telp. +62 21 7992325, Fax. +62 21 7995188
Email: pmi@pmi.or.id
Website: www.pmi.or.id

Anda mungkin juga menyukai