FARMASI INDUSTRI
FORMULASI DAN EVALUASI TABLET ASAM MEFENAMAT
DISUSUN OLEH
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
ilmu pengetahuna dan dunia pengobatan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari sudut pandang farmasetik bentuk sediaan padat pada umumnya lebih
stabil dari pada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok
untuk obat-obat yang kurang stabil. Serbuk kering yang digunakan melalui
mulut untuk minum kurang begitu umum dibandingkan dengan kapsul dan
tablet, tetapi disenangi oleh sebagian pasien yang tidak dapat menelan obat
dengan bentuk sediaan padat lainnya akan tetapi kebanyakan obat dengan
bentuk serbuk dalam pengobatan terbatas, tetapi penggunaan dalam bentuk
padat cukup luas.
Asam mefenamat merupakan obat analgesik, anti inflamasi, dan
antireumatik (Reynold, 1982). Karakteristik kimia fisika asam mefenamat
yang praktis tidak larut dalam air, bersifat hidrofob, sehingga sukar terbasahi,
serta mempunyai kompresibilitas yang jelek (Romilda, 2005). Oleh karena itu,
untuk pembuatan tablet asam mefenamat diperlukan bahan pengikat yang baik,
yang dapat memperbaiki pembasahan dan pengikatan antar partikel yang
hidrofob (Ansel, 1989).
Tablet yang baik harus memenuhi persyaratan mutu fisik dan mutu
kimiawi serta harus dapat memberikan efek terapi untuk mencapai efek
tersebut. Bahan obat harus diabsorpsi oleh tubuh. Sebelum diabsorpsi tablet
akan mengalami proses disintegrasi, disolusi, dan selanjutnya diabsorpsi
melalui saluran cerna (Shargel dan Yu, 1988).
Bahan tambahan memegang peranan penting dalam pembuatan tablet, agar
diperoleh konsistensi, bentuk dan bobot tablet yang dikehendaki (Siregar,
1992). Bahan tambahan terdiri dari bahan pengikat, bahan penghancur atau
disintegran, bahan pengisi, dan bahan pelicin atau dapat juga ditambahkan
pemanis (Banker & Anderson, 1986). Jenis dan jumlah bahan pengikat yang
digunakan sangat mempengaruhi ketahanan mekanik serta waktu hancurnya
(King, 1975). Bahan tambahan lainnya adalah bahan penghancur atau
disintegran, yang berfungsi untuk mengembangkan tablet kemudian akan
dihancurkan untuk diserap oleh tubuh (Banker & Anderson, 1986).
Salah satu bahan tambahan dalam tablet adalah bahan pengikat. Efektifitas
bahan pengikat digambarkan oleh ketahanan mekanik tablet. Bahan pengikat
berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa
langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk
larutan. Banyaknya larutan pengikat yang diperlukan dalam proses granulasi
bervariasi tergantung pada jumlah bahan, ukuran partikel, kompresibilitas,
luas permukaan, porositas, hidrofobisitas, kelarutan dalam larutan pengikat,
dan metode penggranulan.
Pada umumnya, bila bahan pengikat yang digunakan terlalu banyak atau
konsentrasinya terlalu tinggi, maka akan menyebabkan tablet menjadi keras
sehingga waktu hancurnya lama (King, 1975). Sebaliknya jika bahan pengikat
yang ditambahkan konsentrasinya kurang, maka gaya pengikatan yang ada
pada massa serbuk rendah dan cenderung akan menyebabkan terjadinya
capping. Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam
bentuk larutan, namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah
dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut.
Konsentrasi bahan pengikat dalam bentuk larutan dapat berbeda-beda
tergantung pada jenis bahan pengikat.
Pada granulasi basah bahan pengikat yang digunakan dalam pembuatan
sediaan tablet antara lain: amilum, gelatin, polivinilpirolidon, derivate selulose
(hidroksi propil metil selulosa, karboksi metil selulosa, metil selulosa) (Agoes,
2006).
Suatu sediaan obat akan menunjukkan efek terapi yang baik setelah
sediaan tersebut diabsorpsi oleh tubuh. Bahan aktif dalam produk obat
mengalami pelepasan melalui proses disintegrasi, disolusi untuk kemudian
obat siap diabsorpsi oleh tubuh (Shargel & Yu, 1988). Untuk mempercepat
disintegrasi tablet, maka ditambahkan disintegran atau bahan penghancur yang
akan membantu hancurnya tablet menjadi granul, selanjutnya menjadi partikel
dan penyusun ketika disolusi tablet.
Untuk menghasilkan suatu sediaan tablet yang memenuhi persyaratan,
jumlah atau konsentrasi dari bahan tambahan yang digunakan harus benar-
benar diperhitungkan termasuk bahan pengikat dan bahan penghancur. Jika
bahan pengikat yang digunakan terlalu banyak atau konsentrasinya terlalu
tinggi maka tablet menjadi keras dan waktu hancurnya lama (King, 1975).
Tetapi jika digunakan dalam jumlah kecil, sediaan menjadi rapuh. Demikian
juga dengan disintegran, jika digunakan dalam jumlah banyak, bahan
penghancur pada umumnya berbentuk partikel halus (fines) akan memberikan
masalah dalam proses pengempaan tablet, misalnya terjadinya capping dan
laminating. Sebaliknya jika digunakan dalam jumlah kecil, maka tablet akan
sulit hancur atau waktu hancurnya lama, dan akan mempengaruhi disolusi
tablet.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemilihan formulasi sediaan tablet asam mefenamat?
2. Bagaimana evaluasi dari sediaan tablet asam mefenamat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemilihan formulasi yang baik untuk sediaan tablet
asam mefenamat.
2. Untuk mengetahui evaluasi dari sediaan tablet asam mefenamat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asam Mefenamat
COOH CH3
N CH3
H
B. Tablet
1. Pengertian Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, Tablet adalah sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet
adalah sediaan padat dibuat secara kempa berbentuk cakram pipih atau
gepeng, bundar, segitiga, lonjong, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan.
2. Komponen Tablet
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat dan bahan
pembantu (eksipien). Desain formulasi tablet diawali dengan nilai yang
sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu dosis bahan berkhasiat dalam tablet.
Jumlah bahan aktif dalam tablet dapat merupakan faktor pembatas dalam
mendesain formulasi. Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam
mendesain formulasi tablet dapat dikelompokkan berdasarkan
fungsionalitas eksipien sebagai berikut:
a. Pengisi / pengencer (diluents)
Bahan pengisi adalah bahan yang ditambahkan pada formula
dengan jumlah zat aktif yang relatif kecil untuk menambah besarnya
tablet agar sesuai. Bahan pengisi menjamin suatu sediaan tablet
mempunyai ukuran/massa yang dibutuhkan (Voight, 1984). Walaupun
pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan
dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari
tablet jadi (akhir).
b. Pengikat (binders dan adhesive)
Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada
massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk
menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi (Sulaiman,
2007).
c. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghancur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet
sesaat setelah ditelan oleh pasien. Agen penghancur dapat
ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau selama tahap
lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap proses.
Efektivitas bermacam penghancur dipengaruhi oleh posisinya dalam
tablet. Perlu pula diperhatikan bahwa beberapa penghancur juga
menunjukkan sifat sebagai pengikat atau perekat. Penghancur ini
berlawanan dengan operasi granulasi dan selanjutnya pada
pembentukkan hasil kempa yang kuat, formulator harus
mempertimbangkan kedua fenomena ini dalam mendesain formulasi
tablet.
d. Pelincir (lubricant)
Fungsinya yaitu untuk mengurangi friksi yang meningkat pada
antar muka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan
penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula
menunjukkan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin
(glidant).
e. Pelicin (glidant)
Glidant dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper
ke dalam lubang lumpang. Glidant dapat meminimalkan
ketidakmerataan yang sering ditemukan atau ditunjukkan formula
kempa langsung. Glidant meminimalkan kecenderungan granul
memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan. Mesin kempa tablet
berkecepatan tinggi memerlukan sifat aliran yang lancar menuju
lubang lumpang. Jika sifat aliran sangat buruk dan glidant tidak efektif,
maka perlu dipertimbangkan mekanisme umpan bertekanan pada
pengisian lumpang mesin kempa tablet.
4. Persyaratan Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), tablet harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Keseragaman sediaan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman sediaan untuk menjamin
keseragaman sediaan tiap tablet yang dibuat. Tablet yang bobotnya
seragam diharapkan memiliki kandungan bahan obat yang sama,
sehingga mempunyai efek terapi yang sama.
b. Kekerasan
Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan agar dapat bertahan
terhadap berbagai guncangan pada saat pengepakan dan pengangkutan.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Hardness
Tester. Pengujian dilakukan dengan meletakkan tablet diantara alat
penekan punch dan dijepit dengan memutar sekrup pengatur sampai
tanda lampu menyala, lalu ditekan tombol sehingga tablet pecah.
Tekanan ditunjukkan pada skala yang tertera. Umumnya kekuatan
tablet berkisar 4 – 8 kg.
c. Kerenyahan/Kerapuhan
Tablet yang rapuh akan mengurangi kandungan zat berkhasiatnya
sehingga mempengaruhi efek terapi. Kerenyahan ditandai dengan
massa partikel yang berjatuhan dari tablet. Uji ini dilakukan
menggunakan alat yang disebut Roche Fribilator yang terdiri dari
sebuah tabung yang berputar ke arah radial disambungkan sebuah
bilah lengkung. Tablet dimasukkan ke dalam wadah tersebut, saat
wadah berputar tablet akan bergulir jatuh sampai pada putaran
berikutnya dipegang kembali oleh bilah. Pemutaran dilakukan 100 kali
dengan persyaratan tablet tidak boleh kehilangan berat lebih dari 0,8%.
d. Waktu hancur
Untuk mengetahui kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet dirancang untuk pelepasan obat terkendali dan
diperlambat. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau
bahan aktifnya terlarut sempurna. Interval waktu hancur yaitu 5-30
menit. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila tidak ada sisa sediaan
yang tidak larut tertinggal pada kasa.
e. Penetapan kadar zat berkhasiat
Untuk mengetahui apakah tablet memenuhi persyaratan kadar
sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi
persyaratan, berarti obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik
dan tidak layak dikonsumsi. Penetapan kadar dilakukan dengan
menggunakan cara-cara yang sesuai tertera pada monografi antara lain
di Farmakope Indonesia.
f. Disolusi
Proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam
larutan suatu medium. Uji disolusi digunakan untuk mengetahui
persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada sediaan tablet,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau tidak
memerlukan uji disolusi.
5. Evaluasi Granul dan Tablet
a. Evaluasi Granul
Beberapa parameter uji sediaan granul diantaranya adalah
granulometri, bobot jenis, uji aliran, kompresibilitas, kelembaban dan
distribusi ukuran partikel.
1) Sifat Aliran
Sifat alir dari material yang akan dikempa sangat penting
karena berhubungan dengan keseragaman pengisian ruang cetak
(die) yang akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet dan
akhirnya akan mempengaruhi keseragaman zat aktif (Sulaiman,
2007).
Sifat alir suatu zat padat (partikel atau granul) dapat
diketahui dengan 2 cara, yaitu dengan pengukuran secara langsung
yaitu dengan menggunakan metode corong, sedangkanpengukur
dengan cara tidak langsung dengan menggunakan sudut diam
(angle of repose) dan pengetapan (tapping) (Sulaiman, 2007).
a) Metode Corong
Metode corong merupakan metode pengukuran yang sangat
sederhana dan langsung dapat diketahui kecepatan atau waktu
yang dibutuhkan sejumlah serbuk untuk mengalirkan. Pada
umumnya serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika
100 gram serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik
atau mempunyai kecepatan alir 10 gram/detik. Persyaratan ini
benar apabila kita melakukan pengujian serbuk dengan
menggunakan peralatan yang standar, karena besar kecil lubang
corong secara langsung akan mempengaruhi waktu alir
(Sulaiman, 2007).
b) Metode Sudut Diam
Metode sudut diam merupakan metode pengukuran sifat
alir secara tidak langsung. Sudut diam merupakan sudut yang
dapat dibentuk oleh sejumlah serbuk setelah serbuk diberi
perlakuan. Sudut yang terbentuk dihitung dengan persamaan:
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑐𝑢𝑡 (ℎ)
Tg = 𝐽𝑎𝑟𝑖−𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑐𝑢𝑡 (𝑟)
2) Kandungan Lembab
Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan
berat basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan
air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basah
menggambarkan penyusutan pada saat pengeringan loss on drying
(LOD) (terutama dalam proses granulasi bawah).
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%LOD = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎx100%
b. Evaluasi Tablet
1) Keseragaman Ukuran Tablet
1
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 3
N CH3
H
HO O OH
HO OH O OH
OH
OH
lactose
BM : 36,30
Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras putih atau putih krem.
Tidak berbau, rasa sedikit manis stabil diudara tetapi
mudah menyerap bau.
Kelarutan : Mudah larut dalam 6 bagian air dan lebih mudah larut
dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol
(95%)P, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter
pH : 4-6,5
Stabilitas : Dapat berubah kecoklatan pada kondisi hangat maka
simpan dalam wadah tertutup, sejuk dan kering (HOPE
edisi V hal 378)
OTT : Oksidator kuat
Khasiat : Pengisi tablet
c. Avicel PH 101
A. Penentuan Formula
1. Zat aktif
Pada formulasi ini digunakan zat aktif asam mefenamat yang
merupakan obat analgesik, anti inflamasi, dan antireumatik (Reynold,
1982). Karakteristik kimia fisika asam mefenamat yang praktis tidak larut
dalam air, bersifat hidrofob, sehingga sukar terbasahi, serta mempunyai
kompresibilitas yang jelek (Romilda, 2005). Oleh karena itu, untuk
pembuatan tablet asam mefenamat diperlukan bahan pengikat yang baik,
yang dapat memperbaiki pembasahan dan pengikatan antar partikel yang
hidrofob (Ansel, 1989).
Di dalam sistem BCS (Biopharmaceutical Classification System),
dijelaskan bahwa asam mefenamat termasuk dalam kelas kedua dengan
kelarutan rendah serta permeabilitas yang tinggi. Sehingga perlu adanya
peningkatan kelarutan untuk mendapatkan efek terapi yang cepat.
Asam mefenamat dalam bentuk serbuk memiliki sifat alir yang
kurang baik, namun tahan terhadap suhu tinggi dan bersifat hidrofobik.
Asam mefenamat yang digunakan pada formulasi ini sebesar 500 mg
sesuai dengan kekuatan sediaan tablet asam mefenamat di pasaran.
2. Bahan Pengikat
Bahan pengikat yang digunakan pada formulasi tablet asam
mefenamat ini adalah polivinilpirolidon (PVP). PVP dipilih sebagai bahan
pengikat dikarenakan sifatnya yang kompatibel dengan berbagai macam
eksipien farmasetis dan juga non toksik (Kibbe, 2009). PVP mudah
membentuk kompleks dengan bahan obat yang sukar larut dalam air
sehingga dapat meningkatkan kelarutan. Kelebihan lain yang dimiliki PVP
adalah kemampuan untuk larut dalam pelarut polar maupun non polar
sehingga lebih memudahkan dalam pemilihan pelarut yang sesuai untuk
metode granulasi basah. Oleh karena sifat PVP inilah, diharapkan PVP
dapat digunakan sebagai bahan pengikat tablet asam mefenamat dan
sekaligus dapat memperbaiki pelepasan zat aktifnya (disolusi).
PVP sebagai bahan pengikat dapat digunakan dengan konsentrasi
2-7% dan termasuk kedalam bahan pengikat yang berasal dari golongan
polimer sintetik/semisintetik. Pada formulasi ini akan digunakan PVP
dengan konsentrasi sebesar 4%.
3. Bahan Pengisi
Bahan pengisi yang digunakan pada formulasi tablet asam
mefenamat ini adalah laktosa yang sering digunakan pada pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah. Laktosa memiliki sifat alir yang
jelek, larut dalam air, dan memiliki harga yang relatif cukup murah.
Laktosa dalam formulasi ini ditambahkan sebagai pengisi tablet yang
nantinya akan dibuat dengan bobot 700 mg.
4. Bahan Penghancur
Bahan penghancur yang digunakan pada formulasi tablet asam
mefenamat ini adalah Avicel PH 101 yang dikenal juga sebagai
microcrystalline cellulose (MCC) yang merupakan bahan penghancur
yang sangat baik, mempunyai sifat tidak larut dalam air dan aksinya
dengan cara wicking action. Dengan adanya air akan memecahkan ikatan
hidrogen yang terbentuk antar MCC. MCC juga dapat berfungsi sebagai
bahan pengikat karena mempunyai kompresibilitas yang baik (Sulaiman,
2007). Karena sifat kompresibilitas yang baik ini diharapkan mampu
mengatasi terjadinya capping pada proses pembuatan tablet asam
mefenamat. Avicel PH 101 sebagai bahan penghancur dapat digunakan 5-
15% (Rowe et.al., 2009). Dalam formulasi ini Avicel PH 101 yang akan
digunakan sebesar 7%.
5. Bahan Pelicin
Bahan pelicin yang digunakan pada formulasi tablet asam
mefenamat ini adalah Mg Stearat dan talk. Mg Sterat dipilih karena dapat
bekerja sebagai lubrikan sekaligus sebagai anti adherent. Sedangkan talk
dipilih karena dapat bekerja sebagai lubrikan dan glidan. Mg stearat dapat
digunakan sebagai anti adherent dengan konsentrasi <1%, dan sebagai
lubrikan dengan konsentrasi 0,25-1%. Sehingga dalam formulasi ini akan
digunakan Mg stearat dengan konsentrasi 0,3%. Talk dapat digunakan
sebagai lubrikan dengan konsentrasi 1-2%, dan sebagai glidan dengan
konsentrasi 1-5%. Sehingga dalam formulasi ini akan digunakan talk
dengan konsentrasi 2%.
Bahan Konsentrasi (%) Jumlah (mg)
Asam Mefenamat 500
PVP 4 28
Avicel PH101 7 49
Mg Stearat 0,3 2,1
Talk 2 14
Laktosa 106,9
Total 700
B. Metode Pembuatan
Formulasi tablet asam mefenamat ini akan dibuat dengan metode granulasi
basah karena zat aktif yang digunakan dalam formulasi ini yaitu asam
mefenamat. Asam mefenamat tidak mempunyai sifat alir yang yang baik,
karena itu formulasi ini tidak dapat dibuat dengan metode cetak langsung,
sehingga untuk memperbaiki sifat alir maka dibuat dengan metode granulasi.
metode granulasi dapat membuat partikel menjadi lebih besar dibandingkan
dengan partikel asal, sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dan sifat
alir. Sifat alir dan kompresibilitas diperlukan untuk memperoleh tablet yang
seragam dan memiliki kekerasan yang cukup.
Metode granulasi yang dipilih adalah metode granulasi basah karena asam
mefenamat tahan terhadap air/pelarut dan terhadap panas. Metode ini dibuat
dengan cara penambahan air/cairan dalam proses granulasinya (baik cairan
bahan pengikat maupun cairan yang hanya berfungsi sebagai pelarut/pembawa
bahan pengikat).
C. Prosedur Pembuatan
Proses pembuatan tablet asam mefenamat dilakukan dengan metode
pembuatan tablet secara granulasi basah. Bahan-bahan yang terdiri dari asam
mefenamat, avicel PH 101, PVP, dan laktosa ditimbang untuk pembuatan 100
tablet dengan bobot tablet sebesar 700 mg. Kemudian seluruh bahan dicampur
hingga homogen dengan ditambah aquadest secukupnya untuk membantu
bahan pengikat pada proses pembuatan granul basah. Setelah adonan granul
basah homogen dan siap diayak, ayak adonan granul menggunakan ayakan no.
16 hingga terbentuk granul basah. Setelah terbentuk granul basah, kemudian
timbang granul basah yang diperoleh lalu dicatat. Keringkan granul basah
pada lemari pengering dengan suhu 40-60C. Setelah granul kering sempurna,
ayak kembali granul kering dengan ayakan no. 18, kemudian timbang granul
yang diperoleh lalu hitung berapa bahan pelicin yang dibutuhkan sebagai fase
luar pada formulasi ini. Timbang Mg Stearat dan talk yang dibutuhkan sebagai
bahan pelicin lalu campurkan dengan granul kering. Selanjutnya tablet siap
dikempa menggunakan mesin pencetak tablet single punch dengan diameter
punch 12 mm dan bobot tablet 700 mg.
b. Kandungan Lembab
Pengujian kandungan lembab dapat dilakukan dengan cara setelah
granul diayak (ayakan pertama) di oven pada suhu 50-60C, kemudian
timbang hasil. Ayak kembali (ayakan kedua) dan di oven kembali 10
menit. Lalu hitung hasilnya. Jika hasil lembab lebih dari 10% maka
oven kembali sampai kandungan lembab kurang dari 10%.
Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat
basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari
suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basah
menggambarkan penyusutan pada saat pengeringan loss on drying
(LOD) (terutama dalam proses granulasi bawah).
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%LOD = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎx100%
2. Evaluasi Tablet
a. Keseragaman Ukuran Tablet
1
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 3
Ansel, C.H, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Edisi ke-4), Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia, 259 – 272.
Banker G.S. and N.R. Anderson, 1986. Tablet, in Lachman, L., H.A. Lieberman, and
Kanig, J.L.(Eds). The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. 3rd Ed., Lea
and Febiger, Philadelphia. 259, 299, 316 – 329.
King, R.E., 1975. Tablet, Capsule and Pills, In: Hoover, J.E.(Ed.) Remington’s
Pharmaceutical Sciences, 15th Ed, Mack Publishing Company, Easton
Pensylvania, 1576 – 1651.
Lachman, L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri ed III. Jakarta : UI Press.
Juheini, L., Liebermann, H.A dan J.I Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press.
Reynold, J.E.F., Martindale, 1982, The Extra Pharmacopeia, 28th Edition. The
Pharmaceutical Press, London, 262-263, 953.
Romilda, I, 2005. Pengaruh Kadar Tween 80 Terhadap Mutu Fisik dan Laju Disolusi
Tablet Asam Mefenamat: Metode Granulasi dengan Bahan Pengikat PVP K-30.
Skripsi Fakultas Farmasi. Universitas Airlangga.
Siregar, Ch. J. P., 1992. Proses Validasi dan Manufaktur Sediaan Tablet, In : Asyarie, S.,
Mar’u,U., and S. Badruzzaman (Eds.) Prosiding Seminar Validasi di Industri
Farmasi. Jurusan Farmasi FMIPA ITB, Bandung, 26 – 41.
Sulaiman, T.N.S. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta 29-31.