Abstrak
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan
pemerataan pendapatan ,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja
yang luas. Di Indonesia, capaian pertumbuhan ekonomi berkualitas menjadi sasaran
pembangunan dalam dokumen pembangunan seperti RPJP, RPJMN, dan RKP. Pada
dasarnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah semakin meningkat, namun perlu
dikaji kualitas pertumbuhannya. Pada periode 2009-2013 pertumbuhan rata-rata
ekonomi Indonesia ialah 6,2% dimana pertumbuhannya ditopang dari komponen
konsumsi rumah tangga yang diikuti oleh sektor Pembentuk Modal Tetap Bruto
(PMTB). Selanjutnya ditinjau dari kesenjangan ekonomi, distribusi pendapatan di
Indonesia masih belum merata, dimana 20% penduduk terkaya menikmati 48,5%
“kue” pembangunan. Begitu juga kesenjangan ekonomi antar Provinsi mengalami
peningkatan. Tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan, namun sejak
tahun 2010 mengalami perlambatan. Begitu juga dengan tingkat kesempatan kerja
yang pertumbuhannya cenderung menurun, bahkan pada tahun 2013 terjadi
penurunan jumlah penduduk bekerja sehingga meningkatkan tingkat pengangguran
di Indonesia. Selain itu, ditinjau dari tingkat pendidikan pencari kerja yang masih
didominasi oleh lulusan SMA dan SMP menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di
Indonesia masih rendah sementara pasar tenaga kerja mencari tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Kondisi ini juga bisa terlihat dari sektor informal yang
mendominasi ketenagakerjaan di Indonesia. Dengan begitu, indikator-indikator
diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih belum
berkualitas.
1Prasetyo, Eko.2008. “The Quality of Growth : Peran Teknologi dan Investasi Human Capital
Sebagai Pemacu Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas”. JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 1
pertumbuhan ekonomi semakin berkualitas ketika semakin besar masyarakat
yang terlibat dan menikmati hasil ekonomi produktif di dalam sistem
perekonomian2.
Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat membuka kesempatan kerja yang
luas apabila didukung oleh tumbuh dan berkembangnya sektor riil. Dimana sektor
riil akan jauh menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan pertumbuhan sektor
finansial. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang rendah akan kurang menyerap
tenaga kerja yang selanjutnya menambah jumlah angka kemiskinan.3 Namun,
ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan (kesenjangan ekonomi) dan
tingkat kemiskinan merupakan dua masalah besar dibanyak negara berkembang.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi mengalami kerentanan akan terjadinya kesenjangan. Sehingga penting
untuk diketahui bagaimana kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini.
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/05/03/merawat-pertumbuhan-ekonomi-yang-
berkualitas-556547. [diakses 8 Agustus 2014]
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 2
C. Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas
44
Sektor tradable adalah sektor yang dapat menghasilkan devisa (baik dari jasa maupun barang)
dan dapat meningkatkan standar hidup (living standard) masyarakat. Sektor ini terdiri dari sektor
pertanian, pertambangan dan pengalian serta industri pengolahan.
Gambar 2. Kontribusi Rata-Rata Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Tahun 2010-2013
5
Koefisien Gini merupakan koefisien yang digunakan untuk mengukur ketimpangan atau ketidakmerataan
agregat yang dapat bervariasi antara 0 sampai satu. Koefisien gini sama dengan 0 menunjukkan adanya
pemerataan sepenuhnya, sedangkan koefisien gini sama dengan satu menunjukkan adanya ketidakmerataan
distribusi pendapatan.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 4
Untuk lebih jelasnya gambar 4 menunjukkan adanya ketimpangan
pembagian hasil pembangunan. Pada tahun 2010, 20% jumlah penduduk
terkaya menikmati “kue” pembangunan sebesar 41,24 persen, dan terus
mengalami peningkatan hingga 48,5% pada tahun 2013. Meningkatnya
ketimpangan distribusi pendapatan ditengah-tengah pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang tinggi menunjukkan laju kecepatan pertumbuhan kelas
menengah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju peningkatan
pendapatan kelas menengah ke bawah.
Kemiskinan
Undang-Undang
Target Capaian
UU APBN 2010 12%-13,5% 13,33%
UU APBN 2011 11,5% - 12,5% 12,36%
UU APBN 2012 10,5%-11,5% 11,6%
UU APBN 2013 9,5% - 10,5% 11,37%
UU APBN 2014 9%-10,5% na
Sumber : UU APBN, Bappenas 2014
6
Indeks Williamson merupakan pendekatan untuk mengukur derajat ketimpangan antar wilayah berdasarkan
PDRB perkapita. Jika ketimpangan Williamson mendekati 0 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar
provinsi di Indonesia adalah rendah, namun apabila mendekati 1 maka ketimpangan distribusi pendapatan
antar provinsi di Indonesia adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antara daerah tidak merata.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 6
periode 2010-2013 penurunan kemiskinan hanya sebesar 1,96% atau secara
absolut menurun sekitar 1 juta penduduk miskin per tahun, dibandingkan
dengan periode 2006-2009 sebesar 3,6% (lihat gambar 7).
Gambar 7. Tingkat Kemiskinan Terus Menurun, Namun Melambat Sejak Tahun 2010
Tingkat Pengangguran
Undang- Penyerapan Tenaga Kerja
Terbuka
Undang Target Capaian Target Capaian
UU APBN na Penurunan tenaga kerja na 7,14%
2010
UU APBN Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi na 6,56%
2011 1% menyerap 400.000 1% menyerap 225.000
tenaga kerja tenaga kerja
UU APBN Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi 6,4% - 6,6% 6,14%
2012 1% menyerap 450.000 1% menyerap 175.000
tenaga kerja tenaga kerja
UU APBN Pertumbuhan ekonomi Penurunan 10.000 5,8% - 6,1% 6,25%
2013 1% menyerap 450.000 tenaga kerja
tenaga kerja
UU APBN Pertumbuhan ekonomi na 5,7% - 5,9% na
2014 1% menyerap 200.000
tenaga kerja
Sumber : UU APBN dan BPS, diolah
Selain itu, bila dilihat kualitas tenaga kerjanya, dapat dikatakan bahwa
kualitas tenaga kerja Indonesia masih rendah. Hingga saat ini pekerja informal
masih mendominasi dalam ketenagakerjaan Indonesia yaitu Dari 149,8 juta
total tenaga kerja di Indonesia, ternyata 103,2 juta adalah pekerja sektor
informal dan setengah pengangguran sedangkan 7,2 juta berstatus
pengangguran (lihat gambar 10). Sementara itu tingginya angka
pengangguran karena selain terjadi ketidaksesuaian antara
ketidakseimbangan pasar di mana pencari kerja lebih banyak daripada
penyedia lapangan kerjajuga disebabkan tenaga kerja yang dihasilkan oleh
institusi pendidikan dengan kebutuhan pasar. Bila dilihat data pengangguran
terbuka tahun 2013, maka sebanyak 21,5% diantara para pencari kerja yang
merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP), sementara lulusan Diploma dan Sarjana hanya 8,5%.
D. Penutup
7http://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Evaluasi-Perekonomian-2013,-
Prospek-2014-dan-Arah-Kebijakan-Bank-Indonesia-Ke-Depan.aspx
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 10
Gambar 11 Pertumbuhan Ekonomi Belum Berkualitas di Tunjukkan dengan Kesenjangan
Melebar, Penurunan Kemiskinan Melambat dan Angka Kesempatan Kerja Menurun