Sumur Resapan Sebagai Pelindung Air Tanah Di Babangeng Kabupaten Bantaeng
Sumur Resapan Sebagai Pelindung Air Tanah Di Babangeng Kabupaten Bantaeng
KARYA TULIS
YANG TIDAK DIPUBLIKASIKAN
OLEH :
ADE SURYAMAN
NIP : 19830606 200112 1 001
Telah dipresentasikan pada hari : Jumat, Tanggal 27 Juli 2018 dalam suatu
pertemuan (Diskusi Forum Teknisi Litkayasa) di Balai Penelitian dan
Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar.
Ir. Misto, MP
NIP. 19620711 199002 1 001
ii
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MAKASSAR
Mengetahui,
Ketua Forum Teknisi
BP2LHK Makassar
Zainuddin, S.Hut.
NIP. 19751125 199703 1 001
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Bab I. Pendahuluan .................................................................................. 1
Bab II. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 2
Bab III. Sumur Resapan sebagai Pelindung Air Tanah di Kampung
Babangeng, Kabupaten Bantaeng ............................................................. 5
Bab IV. Penutup .......................................................................................... 8
Daftar Pustaka ……........……………………………………………… 10
iv
Sumur Resapan sebagai Pelindung Air Tanah
di Kampung Babangeng, Kabupaten Bantaeng
Bab I. Pendahuluan
1
yaitu pemanfaatan sumber air di daerah hulu DAS oleh penduduk sebagai suatu
sistem drainase yang berwawasan lingkungan yaitu berupa teknologi sumur
resapan yang berfungsi ganda, selain mereduksi genangan air buangan dari rumah
penduduk, juga dapat mengurangi volume aliran permukaan yang disebabkan oleh
meningkatnya curah hujan.
2
kearifan lokal menjadi sumber pertanian berkelanjutan. Sistem ini merupakan
sistem usahatani konservasi dengan penataan usahatani yang stabil berdasarkan
daya dukung lahan. Sistem pengelolaan dan konservasi air yang diterapkan
didasarkan atas tanggapannya terhadap faktor fisik, biologi, dan sosial ekonomi
serta berlandaskan sasaran dan tujuan rumah tangga petani miskin dengan
mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Salah satu upaya untuk
mengembalikan fungsi lahan terdegradasi adalah dengan merehabilitasi lahan
tersebut, melalui berbagai pendekatan partisipatif (Pratiwi dan Salim, 2013).
Teknologi penanganan kawasan resapan air sampai saat ini yang banyak
dilakukan adalah dengan melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah, melakukan imbuhan buatan (artificial recharge), dan pembuatan sistem
peresapan air hujan. Perubahan fungsi lahan sebagai akibat pembangunan
pemukiman dan industri - industri menjadikan berkurangnya luas daerah resapan
air hujan sehingga air tersebut banyak menjadi limpasan permukaan dan
mempersingkat waktu berkumpulnya air (time of concentration). Hal ini
menjadikan akumulasi air hujan yang terkumpul bisa melampaui kapasitas
drainase yang ada dan berkurangnya kesempatan air hujan berinfiltrasi ke dalam
tanah. Salah satu sistem drainase berwawasan lingkungan untuk pengendalian air,
baik mengatasi genangan dan kekeringan adalah melalui sumur resapan. Sumur
resapan merupakan upaya memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah dan
memperkecil aliran permukaan sebagai penyebab banjir (Arafat.2008).
Menurut Bisri dan Prastya (2009), bahwa prinsip kerja sumur resapan
adalah menyalurkan dan menampung air hujan ke dalam lubang (sumur) agar air
dapat memiliki waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama, sehingga sedikit
demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah. Tujuan utama dari sumur resapan
ini adalah memperbesar masuknya air hujan ke dalam tanah sebagai air resapan
(infiltrasi). Dengan demikian, air hujan akan lebih banyak masuk ke dalam tanah
dan sedikit yang mengalir sebagai aliran permukaan (run off). Air hujan yang
masuk kedalam tanah akan meresap kedalam tanah (Infiltrasi) dengan demikian
air akan lebih banyak masuk ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebagai
aliran permukaan (run off). Semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah
berarti akan menambah banyak simpanan air tanah di bawah permukaan bumi. Air
tersebut dapat dimanfaatkan kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang
dapat diekploitasi setiap saat. Jumlah aliran permukaan akan menurun karena
adanya sumur resapan. Pengaruh positifnya bahaya banjir dapat dihindari karena
terkumpulnya air permukaan yang berlebihan disuatu tempat yang dihindarkan.
Menurunnya aliran permukaaan ini juga akan menurunkan tingkat erosi tanah
(Arafat.2008).
Secara umum proses resapan air tanah ini terjadi melalui 2 (dua) proses
berurutan, yaitu infiltrasi (pergerakan air dari atas ke dalam permukaan tanah) dan
perkolasi yaitu gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh ke dalam zona jenuh
air (Wibowo, 2003). Daya infiltrasi lapisan tanah adalah laju infiltrasi maksimum
yang mungkin dan ditentukan oleh kondisi permukaan tanah. Daya perkolasi
adalah laju perkolasi maksimum yang mungkin dan besarnya ditentukan oleh
kondisi tanah di zona tidak jenuh. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas
hujan jika laju infiltrasi masih lebih kecil dari daya infiltrasinya. Perkolasi tidak
akan terjadi jika porositas dalam zona tidak jenuh tanah belum mengandung air
secara maksimum (Wibowo, 2003).
3
Keberadaan sumberdaya air tanah di alam menurut sistem tatanan air
secara alami dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu : 1) cekungan hidrologi
atau DAS sebagai dasar pemahaman keberadaan air permukaan dan daerah
tangkapan air (DTA) merupakan daerah imbuhan air DAS tersebut, 2) cekungan
hidrologi sebagai dasar pemahaman keberadaan dan perilaku air tanah dan daerah
air tanah merupakan unit hidrogeologi yang mengandung suatu unit akuifer yang
besar atau beberapa unit akuifer yang berhubungan dan saling memengaruhi.
Dasarnya berupa lapisan batuan yang merupakan bagian dasar dari sistem air
tanah yang ada, bersifat impermeabel dan tidak dapat dieksploitasi lagi
(Asdak,2014).
Infiltrasi adalah proses perjalanan air masuk ke dalam tanah sebagai akibat
gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gaya gravitasi (gerakan air ke arah
vertikal) (Asdak, 2014). Imbuhan DAS merupakan bagian dari infiltrasi tersebut.
Imbuhan diartikan sebagai suatu proses penambahan air pada suatu sistem
(Djunaidi, 2011). Sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang
dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah
tersebut akan ditampung oleh punggung gunung dan dialirkan melalui sungai-
sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 2014). Jadi imbuhan DAS dapat
didefinisikan sebagai suatu proses perjalanan air masuk ke dalam tanah yang
mengakibatkan penambahan air pada sistem daerah aliran sungai. Pada suatu saat
tertentu, nilai imbuhan adalah sama dengan nilai infiltrasi. Murtono et al. (2013)
melaporkan bahwa parameter hidrogeologi yang paling berpengaruh terhadap
imbuhan air tanah bebas di wilayah Daerah Aliran Sungai berdasarkan bobot
kepentingannya adalah faktor geologi tanah dan batuan dengan bobot 0,4541,
kemudian faktor topografi yang memiliki bobot 0,3117, faktor penutupan dan
pengunaan lahan dengan bobot 0,1507 dan faktor curah hujan dengan bobot
0,0806.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan sekaligus mengurangi resiko
terjadinya banjir dan kekeringan, maka sebagian volume air hujan dan aliran
permukaan perlu dipanen dengan jalan menampung sebagian untuk (i)
menurunkan volume aliran permukaan dan meningkatkan cadangan air tanah, (ii)
meningkatkan ketersediaan air tanaman terutama di musim kemarau, dan (iii)
mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis dan daya angkutnya
menurun (Irianto 1999; Martono et al, 2013). Makin berkembangnya daerah
permukiman dan penutupan permukaan tanah oleh lapisan kedap air
mengakibatkan daya serap tanah terhadap air hujan yang merupakan sumber
utama airtanah semakin berkurang (Bisri dan Prastya, 2009). Panen hujan dan
aliran permukaan dapat meningkatkan ketersediaan air, hara bagi tanaman,
mendorong aktifitas fisiologis tanaman, mengurangi resiko cekaman air serta
mampu meningkatkan produksi tanaman dan produktivitas lahan (Irianto, 2000).
Peningkatan ketersediaan air dalam tanah akan mendorong laju
dekomposisi bahan organik dan pembentukan struktur tanah, sehingga penetrasi
akar tanaman lebih dalam dan mampu memompa air dan hara lebih dalam dengan
areal yang lebih luas yang diindikasikan dengan peningkatan produksi dan jenis
tanaman yang dapat diusahakan. Meskipun secara fisiologis tanaman mampu
beradaptasi pada saat mengalami cekaman air baik secara stomatik maupun non-
stomatik, namun laju fotosintesa nettonya berkurang, meskipun status hara dalam
tanahnya memadai. Hal ini ditandai dengan penurunan produksi tanaman pada
4
lahan yang tidak dilakukan panen hujan-aliran permukaan. Kegiatan panen hujan
dan aliran permukaan ini apabila dilakukan diseluruh permukaan DAS akan
mampu menurunkan debit puncak, memperpanjang waktu respon sehingga dapat
mengurangi resiko banjir dan sekaligus mengantisipasi kekeringan.
5
Penerapan sumur resapan sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa fungsi sumur resapan bagi kehidupan manusia adalah sebagai
pengendali banjir, melindungi dan memperbaiki (konservasi) air tanah, serta
menekan laju erosi.
Sumur resapan dapat dikatakan sebagai suatu rekayasa teknik konservasi
air, berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk
sumur galian dengan kedalaman tertentu. Fungsi utama dari sumur resapan ini
adalah sebagai tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah.
Lokasi pembangunan sumur resapan ini yaitu di Kampung Babangeng,
Desa Pa’bumbungan, Kecamatan Eremerasa kabupaten Bantaeng Provinsi
Sulawesi Selatan. ecara geographis letak kampung Babangeng terletak antara
119058’0” – 119058’30” Bujur Timur dan 5026’0” – 5025’30” Lintang Selatan.
Pengembangan model ini telah membangun 2 (dua) buah sumur resapan dengan
ukuran masing-masing 4 x 1 x 2 meter dan mengajak masyarakat membangun
jamban kloset dan menanam jenis pohon yang telah disiapkan, juga mengelola
lahan miliknya dengan menerapkan sistem konservasi tanah dan air. Menurut
Arsyad (2010), bahwa aliran permukaan hanya dapat dikurangi dengan
memperbesar kemampuan tanah menyimpan air melalui perbaikan kapasitas
infiltrasi dengan membentuk depresi-depresi dan dengan menggunakan tanaman
penutup tanah yang lebat atau sisa tanaman sebagai mulsa atau pupuk hujau.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
6
3. Struktur tanah harus mempunyai kemampuan untuk menyerap air
(permeabilitas tanah).
Penutup Sumur, dibuat dari plat beton bertulang. Isi Sumur, yaitu berupa
ijuk, pasir, dan pecahan batu. Ijuk diletakkan pada bagian paling bawah,
kemudian disusul dengan pasir, dan pecahan batu pada posisi paling atas, dimana
pecahan batu tersebut disusun secara berongga. Sisakanlah ruang kosong di atas
pecahan batu tersebut sebagai penampung air hujan saat masuk ke sumur resapan
sebelum kemudian diresapkan.
Pembangunan sumur resapan di buat di dua lokasi berbeda, yaitu di lahan
kebun daeng Harun dan daeng Mudu. Lokasi ini dipilih karena mewakili dua
kondisi yang berbeda di Babangeng. Adapun luas daerah tangkapan air sumur
resapan pertama seluas 2.784 m2 dan sumur resapan kedua seluas 3.161 m2
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
7
Bab IV. Penutup
Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Penerapan
sumur resapan sangat dianjurkan dalam kehidupan bermasayarakat karena sumur
resapan dapat bermanfaat sebagai pengendali banjir, pelindung air tanah dan
menekan laju erosi. Pembuatan sumur resapan ini merupakan rekayasa teknik
konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga
berbentuk seperti sumur galian dengan kedalaman tertentu, dimana fungsi utama
dari sumur resapan ini adalah sebagai penampung air hujan dan meresapkannya ke
dalam tanah.
Balai Litbang LHK Makassar bekerja sama dengan masayarakat
Babangeng, Dusun Bonto Jonga, Desa Pabumbungang, Kecamatan Eremerasa,
Kabupaten Bantaeng berinisiasi untuk membuat dua buah sumur resapan. Tim
Balai Litbang LHK Makassar, yang dipimpin oleh Ir. M. Kudeng Sallata, M.Sc
memulai dialog bersama dengan masyarakat Babangeng mengenai apa dan
manfaat sumur resapan bagi masyarakat. Hal ini ditanggapi dengan baik oleh
masyarakat, karena pembangunan sumur resapan ini sangat banyak manfaat yang
akan diperoleh, salah satu manfaatnya yaitu ketersediaan air baku dalam tanah.
8
tentang arti pentingnya bekerja sama, sehingga kegiatan pembangunan sumur
resapan ini berjalan dengan baik dan lancar.
Sumur resapan ini dibuat dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 1 meter
dan kedalaman 2 meter, dimana penutup sumur resapan terbuat dari plat beton
bertulang sehingga kokoh dan kuat. Sedangkan pada isi sumur resapan ini diisi
oleh ijuk yang diletakkan pada bagian paling bawah, disusul dengan pasir dan
pecahan batu pada posisi paling atas yang disusun secara berongga. Dimana
terdapat ruang kosong diatas pecahan batu sebagai penampung air hujan saat
masuk ke sumur resapan sebelum kemudian diresapkan ke dalam tanah.
Membudayakan kesadaran lingkungan bagi masyarakat sangatlah penting,
dengan adanya pembangunan sumur resapan di Babangeng ini bisa menjadi
pengingat dan bahan contoh bagi masyarakat lain untuk lebih peduli terhadap
lingkungan masing-masing. Karena dengan menjaga lingkungan, maka kehidupan
bermasyarakat akan menjadi lebih bermakna dan kelestarian lingkungan dapat
terjaga. Seperti kata pepatah “Kalau bukan oleh kita sebagai masyarakat, siapa
lagi dan kalau bukan sekarang, kapan lagi”.
9
Daftar Pustaka
10
Rodriguez-Iturbe I, GK Vogel, R Rigon. D Entekhabi, F Castelli and A Rinaldo.
1995. On the Spatial Organisation of Soil Moisture Fields. Geophysical
Research Letters 20 (20), 2757-2760.
Suripin. (2004). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. 208 ha. ISBN 979-731-
431-6. Penerbit Andi.Jogyakarta.
Wibowo Mardi.(2003). Teknologi Konservasi Untuk Penanganan Kawasan
Resapan Air Dalam Suatu Daerah Aliran Sungai. J.Tek.Ling. P3TL-
BPPT. 4(1): 8-13. 2003.
USAID/IUWASH (2012): Sumur Resapan, Sebuah Adaptasi Perubahan
Iklim dan Konservasi Sumberdaya Air. Pembangunan Sumur
Resapan.USAID ESP.
11