PEMBAHASAN
4
Garnet 26 26% 9% 35% 17%
Apatit 14 14% 7% 21% 7%
TOTAL 100
Frekuensi
70
60
50
40
30
20
10
0
Magnetit Garnet Apatit
Koreksi Positif
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Magnetit Garnet Apatit
5
Koreksi Negatif
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Magnetit Garnet Apatit
6
Tabel 3.2 Data mineral berat hilir
Simpangan Nilai Terkoreksi
Mineral Frekuensi Presentase
Baku + -
Olivin 4 4% 1% 5% 3%
Garnet 25 25% 9% 34% 16%
Magnetit 50 50% 10% 60% 40%
Kuarsa 12 12% 6% 18% 6%
Apatit 9 9% 6% 15% 3%
TOTAL 100
Frekuensi
60
50
40
30
20
10
0
Olivin Garnet Magnetit Kuarsa Apatit
7
Koreksi Positif
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Olivin Garnet Magnetit Kuarsa Apatit
Koreksi Negatif
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Olivin Garnet Magnetit Kuarsa Apatit
3.3 Interpretasi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium menggunakan
miskroskop binokuler, pada pasir yang mengandung mineral berat dari hulu sungai
mengandung mineral magnetit, garnet, dan apatit.
8
Gambar 3.7 Kenampakan mineral berat hulu pada mikroskop binokuler
Mineral magnetit termasuk mineral opak yang memiliki berat jenis yang
sangat tinggi. Magnetit memiliki warna hitam besi, granular, masif, dan memiliki
kilap metalik. Magnetit juga tidak memiliki belahan.
Mineral garnet termasuk dalam mineral meta-stabil yang merupakan
kelompok mineral dalam tubuh batuan sedimen yang mempunyai batas resistensi
tertentu sehingga tidak lama bertahan dalam proses reworking. Garnet memiliki
warna kuning madu atau coklat madu. Bentuknya granular, isometric dan tidak
memiliki belahan. Memiliki kilap vitreous hingga damar, dan pecahannya
konkoidal.
Mineral apatit termasuk kelompok mineral dalam tubuh batuan sedimen
yang mempunyai batas resistensi tertentu sehingga tidak lama bertahan dalam
proses reworking. Apatit memiliki warna yang putih jernih kadang biru. Bentuknya
prismatic, ramping, panjang-panjang, dan terkadang granular. Memiliki kilap
vitreous hingga damar dan memiliki pecahan konkoidal.
Menurut Pettijohn tahun 1948, mineral magnetit merupakan mineral
asosiasi dari high-rank metamorphic, dan batuan beku asam. Sedangkan mineral
garnet merupakan mineral asosiasi dari high-rank metamorphic. Mineral apatit
merupakan mineral asosiasi dari batuan beku asam.
Menurut Mc. Lane tahun 1995, mineral magnetit merupakan mineral
asosiasi dari sedimen, higher-grade metamorphic, dynamothermal metamorphic,
batuan beku asam, dan batuan beku basa. Mineral garnet merupakan asosiasi
9
mineral dari higher-grade metamorphic, dynamothermal metamorphic. Mineral
apatit merupakan mineral asosiasi dari batuan beku asam.
Sedangkan dari hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium
menggunakan miskroskop binokuler, pada pasir yang mengandung mineral berat
dari hilir sungai mengandung mineral olivin, garnet, magnetit, kuarsa, dan apatit.
10
prismatic, ramping, panjang-panjang, dan terkadang granular. Memiliki kilap
vitreous hingga damar dan memiliki pecahan konkoidal.
Mineral kuarsa adalah mineral yang paling stabil dibandingkan mineral di
seri reaksi bowen. Karena mineral kuarsa adalah mineral yang stabil, maka mineral
ini memiliki resistensi yang cukup tinggi. Kuarsa memiliki warna putih dan kilap
kaca.
Menurut Pettijohn tahun 1948, mineral magnetit merupakan mineral
asosiasi dari high-rank metamorphic, dan batuan beku asam. Sedangkan mineral
garnet merupakan mineral asosiasi dari high-rank metamorphic. Mineral kuarsa
merupakan mineral asosiasi dari reworked sediment, low-rank metamorphic, high-
rank metamorphic, dan batuan beku asam. Mineral apatit merupakan mineral
asosiasi dari batuan beku asam.
Menurut Mc. Lane tahun 1995, mineral olivine merupakan mineral asosiasi
dari batuan beku basa. Mineral magnetit merupakan mineral asosiasi dari sedimen,
higher-grade metamorphic, dynamothermal metamorphic, batuan beku asam, dan
batuan beku basa. Mineral garnet merupakan asosiasi mineral dari higher-grade
metamorphic, dynamothermal metamorphic. Mineral apatit merupakan mineral
asosiasi dari batuan beku asam.
Dari analisis provenance pada tiap mineralnya yang terdapat di hulu dan
hilir. Secara umum, mineral-mineral berat ini menunjukkan bahwa provenance dari
mineral-mineral tersebut adalah batuan beku asam. Hal ini dapat terjadi karena
lokasi sungai di Jabungan dan Meteseh yang tidak terlalu jauh dari Gunung
Ungaran yang produknya merupakan batuan beku intermediet hingga asam. Produk
dari Gunung Ungaran umumnya berupa andesit dimana mineral asosiasinya adalah
hornblende, plagioklas, kuarsa, dan biotit.
Dari ukuran pasir yang mengandung mineral berat dimana rata-rata
ukurannya sama seperti ukuran pasir kasar, dapat di interpretasikan bagaimana
proses transportasi dari sedimen tersebut. Karena ukurannya seukuran pasir kasar,
maka proses yang memungkinkan terjadi adalah proses bed load. Proses bed load
11
yang terjadi adalah saltasi dimana material terangkut dengan cara meloncat-loncat
pada dasar sungai.
Adanya perbedaan mineral pada hulu dan hilir, mungkin saja dikarenakan
pada proses transportasi dari hulu dan hilir air sungai terus melakukan erosi
terhadap material atau batuan di sampingnya. Hal itu dapat mempengaruhi mineral
apa saja dan persebarannya pada hilir sungai. Jarak antara hulu dan hilir sungai
kira-kira 10 km dimana pada jarak tersebut proses penambahan mineral-mineral
dapat saja terjadi.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pasir yang mengandung mineral berat yang diambil dari hulu sungai yang
berlokasi di Jabungan, ditemukan adanya mineral magnetit, garnet, dan apatit.
Pada pasir yang mengandung mineral berat yang diambil dari hilir sungai yang
berlokasi di Meteseh, ditemukan adanya mineral olivin, magnetit, garnet,
kuarsa dan apatit.
Berdasarkan mineral berat yang berhasil diidentifikasi, dapat disimpulkan
bahwa provenance dari mineral tersebut merupakan batuan beku asam.
4.2 Saran
Penyampaian materi jangan terlalu cepat
Beri waktu untuk mencatat materi yang diberikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15