Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PEMBAHASAN

Praktikum Sedimentologi Acara Mineral Berat diadakan pada hari Rabu


tanggal 27 Februari 2019 pada pukul 18.30 WIB sampai dengan 21.00 WIB. Pada
praktikum tersebut diadakan pemberian materi mengenai mineral berat dan pada hari
Jumat tanggal 29 Februari 2019 dilakukan identifikasi mineral berat pada sampel pasir
yang telah diambil dari hulu sungai di daerah Jabungan dan hilir sungai di daerah
Meteseh dimana sampel tersebut diambil pada hari Minggu tanggal 24 Februari 2019.

3.1 Data Mineral Berat Hulu


Pengambilan sampel mineral berat hulu diambil di hulu sungai yang berada
di daerah Jabungan. Sampel di ambil pada bagian point bar dari sungai tersebut.
Sampel pasir yang diambil adalah pasir yang berwarna gelap dimana pada pasir
tersebut di indikasikan banyak mengandung mineral-mineral berat. Sampel pasir
diambil sebanyak kira-kira 1 kilogram.
Sampel pasir di ayak sehingga didapatkan pasir dengan ukuran kira-kira
sama seperti ukuran pasir kasar. Setelah itu ditimbang untuk mendapatkan sampel
sebanyak 100 gram. Sampel tersebut dipisahkan antara mineral berat dengan
mineral lainnya menggunakan larutan bromoform. Setelah dipisahkan, dilakukan
pengamatan mineral berat menggunakan mikroskop binokuler untuk menghitung
berapa jumlah dari tiap mineral beratnya. Melalu pengamatan tersebut, didapatkan
data sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Data mineral berat hulu


Simpangan Nilai Terkoreksi
Mineral Frekuensi Presentase
Baku + -
Magnetit 60 60% 10% 70% 50%

4
Garnet 26 26% 9% 35% 17%
Apatit 14 14% 7% 21% 7%
TOTAL 100

Frekuensi
70

60

50

40

30

20

10

0
Magnetit Garnet Apatit

Gambar 3.1 Diagram batang frekuensi mineral berat hulu

Koreksi Positif
80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Magnetit Garnet Apatit

Gambar 3.2 Diagram batang koreksi positif mineral berat hulu

5
Koreksi Negatif
60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Magnetit Garnet Apatit

Gambar 3.3 Diagram batang koreksi negatif mineral berat hulu

3.2 Data Mineral Berat Hilir


Pengambilan sampel mineral berat hilir diambil di hilir sungai yang berada
di daerah Meteseh. Sampel di ambil pada bagian point bar dari sungai tersebut.
Sampel pasir yang diambil adalah pasir yang berwarna gelap dimana pada pasir
tersebut di indikasikan banyak mengandung mineral-mineral berat. Sampel pasir
diambil sebanyak kira-kira 1 kilogram.
Sampel pasir di ayak sehingga didapatkan pasir dengan ukuran kira-kira
sama seperti ukuran pasir kasar. Setelah itu ditimbang untuk mendapatkan sampel
sebanyak 100 gram. Sampel tersebut dipisahkan antara mineral berat dengan
mineral lainnya menggunakan larutan bromoform. Setelah dipisahkan, dilakukan
pengamatan mineral berat menggunakan mikroskop binokuler untuk menghitung
berapa jumlah dari tiap mineral beratnya. Melalu pengamatan tersebut, didapatkan
data sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini.

6
Tabel 3.2 Data mineral berat hilir
Simpangan Nilai Terkoreksi
Mineral Frekuensi Presentase
Baku + -
Olivin 4 4% 1% 5% 3%
Garnet 25 25% 9% 34% 16%
Magnetit 50 50% 10% 60% 40%
Kuarsa 12 12% 6% 18% 6%
Apatit 9 9% 6% 15% 3%
TOTAL 100

Frekuensi
60

50

40

30

20

10

0
Olivin Garnet Magnetit Kuarsa Apatit

Gambar 3.4 Diagram batang frekuensi mineral berat hilir

7
Koreksi Positif
70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Olivin Garnet Magnetit Kuarsa Apatit

Gambar 3.5 Diagram batang koreksi positif mineral berat hilir

Koreksi Negatif
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Olivin Garnet Magnetit Kuarsa Apatit

Gambar 3.6 Diagram batang koreksi negatif mineral berat hilir

3.3 Interpretasi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium menggunakan
miskroskop binokuler, pada pasir yang mengandung mineral berat dari hulu sungai
mengandung mineral magnetit, garnet, dan apatit.

8
Gambar 3.7 Kenampakan mineral berat hulu pada mikroskop binokuler
Mineral magnetit termasuk mineral opak yang memiliki berat jenis yang
sangat tinggi. Magnetit memiliki warna hitam besi, granular, masif, dan memiliki
kilap metalik. Magnetit juga tidak memiliki belahan.
Mineral garnet termasuk dalam mineral meta-stabil yang merupakan
kelompok mineral dalam tubuh batuan sedimen yang mempunyai batas resistensi
tertentu sehingga tidak lama bertahan dalam proses reworking. Garnet memiliki
warna kuning madu atau coklat madu. Bentuknya granular, isometric dan tidak
memiliki belahan. Memiliki kilap vitreous hingga damar, dan pecahannya
konkoidal.
Mineral apatit termasuk kelompok mineral dalam tubuh batuan sedimen
yang mempunyai batas resistensi tertentu sehingga tidak lama bertahan dalam
proses reworking. Apatit memiliki warna yang putih jernih kadang biru. Bentuknya
prismatic, ramping, panjang-panjang, dan terkadang granular. Memiliki kilap
vitreous hingga damar dan memiliki pecahan konkoidal.
Menurut Pettijohn tahun 1948, mineral magnetit merupakan mineral
asosiasi dari high-rank metamorphic, dan batuan beku asam. Sedangkan mineral
garnet merupakan mineral asosiasi dari high-rank metamorphic. Mineral apatit
merupakan mineral asosiasi dari batuan beku asam.
Menurut Mc. Lane tahun 1995, mineral magnetit merupakan mineral
asosiasi dari sedimen, higher-grade metamorphic, dynamothermal metamorphic,
batuan beku asam, dan batuan beku basa. Mineral garnet merupakan asosiasi

9
mineral dari higher-grade metamorphic, dynamothermal metamorphic. Mineral
apatit merupakan mineral asosiasi dari batuan beku asam.
Sedangkan dari hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium
menggunakan miskroskop binokuler, pada pasir yang mengandung mineral berat
dari hilir sungai mengandung mineral olivin, garnet, magnetit, kuarsa, dan apatit.

Gambar 3.8 Kenampakan mineral berat hilir pada mikroskop binokuler


Mineral olivin termasuk dalam mineral meta-stabil yang merupakan
kelompok mineral dalam tubuh batuan sedimen yang mempunyai batas resistensi
tertentu sehingga tidak lama bertahan dalam proses reworking. Olivin memiliki
warna hijau botol kekuningan. Bentuknya granular dan memiliki pecahan
konkoidal. Kilapnya adalah kilap vitreous
Mineral garnet termasuk dalam mineral meta-stabil yang merupakan
kelompok mineral dalam tubuh batuan sedimen yang mempunyai batas resistensi
tertentu sehingga tidak lama bertahan dalam proses reworking. Garnet memiliki
warna kuning madu atau coklat madu. Bentuknya granular, isometric dan tidak
memiliki belahan. Memiliki kilap vitreous hingga damar, dan pecahannya
konkoidal.
Mineral magnetit termasuk mineral opak yang memiliki berat jenis yang
sangat tinggi. Magnetit memiliki warna hitam besi, granular, massif, dan memiliki
kilap metalik. Magnetit juga tidak memiliki belahan.
Mineral apatit termasuk kelompok mineral dalam tubuh batuan sedimen
yang mempunyai batas resistensi tertentu sehingga tidak lama bertahan dalam
proses reworking. Apatit memiliki warna yang putih jernih kadang biru. Bentuknya

10
prismatic, ramping, panjang-panjang, dan terkadang granular. Memiliki kilap
vitreous hingga damar dan memiliki pecahan konkoidal.
Mineral kuarsa adalah mineral yang paling stabil dibandingkan mineral di
seri reaksi bowen. Karena mineral kuarsa adalah mineral yang stabil, maka mineral
ini memiliki resistensi yang cukup tinggi. Kuarsa memiliki warna putih dan kilap
kaca.
Menurut Pettijohn tahun 1948, mineral magnetit merupakan mineral
asosiasi dari high-rank metamorphic, dan batuan beku asam. Sedangkan mineral
garnet merupakan mineral asosiasi dari high-rank metamorphic. Mineral kuarsa
merupakan mineral asosiasi dari reworked sediment, low-rank metamorphic, high-
rank metamorphic, dan batuan beku asam. Mineral apatit merupakan mineral
asosiasi dari batuan beku asam.
Menurut Mc. Lane tahun 1995, mineral olivine merupakan mineral asosiasi
dari batuan beku basa. Mineral magnetit merupakan mineral asosiasi dari sedimen,
higher-grade metamorphic, dynamothermal metamorphic, batuan beku asam, dan
batuan beku basa. Mineral garnet merupakan asosiasi mineral dari higher-grade
metamorphic, dynamothermal metamorphic. Mineral apatit merupakan mineral
asosiasi dari batuan beku asam.
Dari analisis provenance pada tiap mineralnya yang terdapat di hulu dan
hilir. Secara umum, mineral-mineral berat ini menunjukkan bahwa provenance dari
mineral-mineral tersebut adalah batuan beku asam. Hal ini dapat terjadi karena
lokasi sungai di Jabungan dan Meteseh yang tidak terlalu jauh dari Gunung
Ungaran yang produknya merupakan batuan beku intermediet hingga asam. Produk
dari Gunung Ungaran umumnya berupa andesit dimana mineral asosiasinya adalah
hornblende, plagioklas, kuarsa, dan biotit.
Dari ukuran pasir yang mengandung mineral berat dimana rata-rata
ukurannya sama seperti ukuran pasir kasar, dapat di interpretasikan bagaimana
proses transportasi dari sedimen tersebut. Karena ukurannya seukuran pasir kasar,
maka proses yang memungkinkan terjadi adalah proses bed load. Proses bed load

11
yang terjadi adalah saltasi dimana material terangkut dengan cara meloncat-loncat
pada dasar sungai.
Adanya perbedaan mineral pada hulu dan hilir, mungkin saja dikarenakan
pada proses transportasi dari hulu dan hilir air sungai terus melakukan erosi
terhadap material atau batuan di sampingnya. Hal itu dapat mempengaruhi mineral
apa saja dan persebarannya pada hilir sungai. Jarak antara hulu dan hilir sungai
kira-kira 10 km dimana pada jarak tersebut proses penambahan mineral-mineral
dapat saja terjadi.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Pada pasir yang mengandung mineral berat yang diambil dari hulu sungai yang
berlokasi di Jabungan, ditemukan adanya mineral magnetit, garnet, dan apatit.
 Pada pasir yang mengandung mineral berat yang diambil dari hilir sungai yang
berlokasi di Meteseh, ditemukan adanya mineral olivin, magnetit, garnet,
kuarsa dan apatit.
 Berdasarkan mineral berat yang berhasil diidentifikasi, dapat disimpulkan
bahwa provenance dari mineral tersebut merupakan batuan beku asam.
4.2 Saran
 Penyampaian materi jangan terlalu cepat
 Beri waktu untuk mencatat materi yang diberikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Sedimentologi. 2019. Buku Panduan Praktikum Sedimentologi.


Universitas Diponergoro : Semarang
Boggs, Sam. 2009 Petrology of Sedimentary Rocks 2nd Edition, Cambridge
University Press : USA
Folk, R.L. 1957. Petrology of Sedimentary Rocks. Hemphill Pub. Co. : USA
Nichols, Gary. 2009. Sedimentary and Stratigraphy 2nd Edition. A John Wiley &
Sons Ltd. Publication : USA
Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary Rocks. Harper & Row Publishers :New York

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai